2
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengidentifikasi prinsip Asuhan keperawatan pada klien anak dengan tuberkulosa
paru.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi konsep teori tuberkulosa paru pada klien anak, meliputi :
definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinik, komplikasi, pemeriksaan diagnostik
dan penatalaksanaan.
b. Mengidentifikasi Asuhan keperawatan pada klien anak dengan tuberkulosa paru.
6
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ tubuh
manusia seperti paru, ginjal, kelenjar getah bening, selaput jantung, selaput otak usus, dan
lain-lain, tetapi yang paling banyak adalah organ paru. (Bahar,2001). Seseorang disebut
penderita tuberculosis paru jika kuman M.Tuberculosis menyerang paru.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosa, yaitu suatu bakteri tahan asam. (Suriadi,2001).
B. Etiologi
1. Usia
Usia bayi mungkin besar mudah terinfeksi karena imaturitas imun tubuh bayi. Pada
masa puber dan remaja terjadi masa pertumbuhan cepat namun kemungkinan
mengalami infeksi cukup tinggi karena asupan nutrisi tidak adekuat.
2. Jenis Kelamin
Angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan pada masa
akhir kanak kanak dan remaja.
3. Herediter
Daya tubuh seseorang diturunkan secara genetik.
7
4. Keadaan Stress
Situasi yang penuh stres menyebabkan kurangnya asuupan nutrisi sehingga daya
tahan tubuh menurun.
5. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid.
Kemungkinan mudah terinfekdi karena daya tahan tubuh anak ditekan oleh obat
kortikosteroid.
C. Patofisiologi
Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama diperifer dekat
pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan
atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhanya mengarah
kekalsifikasi dan penyebaranya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar kelimfe dan
sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap organisme TBC
dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel.makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
8
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkelepiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit. Nekrosis pada bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat,
seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa.
D. Manifestasi Klinik
2. Gejala lanjut ( jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak) : pucat, anemia, lemah,
dan berat badan menurun.
E. Komplikasi
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Brokhopneumoni
5. Ateletaksis
9
F. Pemeriksaan Dioagnostik
4. Patologi Anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar pleura, peritoneum,
kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
5. Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat
reaksi lokalyang besar dalam waktu kurang dari 8 hari setelah penyuntikan.
7. Penyakit TB : gambaran radiology positif, kultur sputum positif, dan adanya gejala-
gejala penyakit.
G. Penatalaksanaan
1. Nutrisi Adekuat
2. Medik :
a) Isoniazid ( INH )
Obat ini bekerja berdifusi ke dalam semua jaringan dan cairan tubuh, dan efek
yang amat merugikan sangat rendah. Obat ini diberikan melalui oral atau
intramuskuler. Dosis obat harian biasa 10 mg/kg, dengan kadar puncak obat dalam
darah, sputum, dan cairan serebrospinal dicapai sekurang-kurangnya 6-8 jam.
Isoniazid memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan
hepatotoksik. Tanda klinis fisik pada neuritis perifer yang paling sering adalah
mati rasa dan rasa gatal pada tangan dan kaki. Tanda klinis pada hepatotoksik
jarang terjadi, namun lebih mungkin terjadi pada anak dengan tuberculosis berat
dan anak remaja.
10
b) Rifampisin ( RFH )
Obat ini merupakan obat kunci pada manajemen terapi tuberculosis modern.
RIF diserap dengan baik di saluran pencernaan selama puasa. Obat ini bekerja
dengan berdifusi luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan
serebrospinal. Obat RIF dieksresikan utama melalui saluran empedu. Obat RIF
diberikan melalui oran dan intra vena. RIF tersedia dalam takaran 150 mg dan 300
mg sesuai berat badan anak. Suspensi dapat digunakan sebagai pelarut tetapi tidak
boleh diminum bersamaan dengan makanan karena malabsorpsi. Kadar puncak
serum dicapai dalam waktu 2 jam. Efek samping RIF adalah terjadinya perubahan
warna orange pada urin dan air mata, gangguan saluran pencernaan, dan
hepatotoksisitas, hal ini muncul karena peningkatan kadar trsnsaminase serum
namun tidak menimbulkan keluhan pada penderita tuberculosis.
c) Pyrazinamid ( PZA )
d) Streptomycin Injeksi
e) Ethambutol
11
Kemungkinan toksisitas etambutol terjadi pada mata. Dosis bakteriostatik
adalah 15 mg/kg/24 jam, tujuannya untuk mencegah munculnya resistensi
terhadap obat lain. Kemungkinann toksisitas utama obat ini adalah neuritis optik.
Etambutol tidak dianjurkan untuk penggunaan umum pada anak yang muda karena
pemeriksaan penglihatannya tidak mendapatkan hasil yang tepat tetapi harus
dipikirkan pada anak dengan tuberculosis terjadi resistensi obat, bila obat ini tidak
dapat digunakan sebagai terapi.
f) Kortikosteroid
ASUHAN KEPERAWATAN
12
A. Pengkajian
2. Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu yang
lam, batuk yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang nafsu makan, hemoptysis.
3. Integumen
5. Gastrointestinal
Kehilangan berat badan
6. Respirasi
Batuk, Efusi Pleural, Klasifikasi pada hasil pemeriksaan radiologi
7. Neurologi
Meningitis.
8. Muskuloskeletal
Infeksi Tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada.
13
7. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok
sebaya.
C. Intervensi
Intervensi :
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada.
15
Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit pada anak dengan TB.aktif
Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.
lakukan uji tuberculin
Berikan anti tuberculosis sesuai order.
Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas
perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.
Intervensi :
Berikan aktifitas ringan yang sesuai dengan usia anak ( permainan,
keterampilan tangan,, video game, televisi)
Berikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi
bagi anak.
Libatkan anak dengan mengatur jadual harian dan memilih aktifitas yang
diinginkan.
Ijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit
Anjurkan anak untukberhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan.
BAB III
PENUTUP
16
A. Kesimpulan
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang
(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis.
1. Usia
Usia bayi mungkin besar mudah terinfeksi karena imaturitas imun tubuh bayi.
Pada masa puber dan remaja terjadi masa pertumbuhan cepat namun
kemungkinan mengalami infeksi cukup tinggi karena asupan nutrisi tidak adekuat.
2. Jenis Kelamin
Angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan pada
masa akhir kanak kanak dan remaja.
3. Herediter
Daya tubuh seseorang diturunkan secara genetik.
4. Keadaan Stres
Situasi yang penuh stres menyebabkan kurangnya asuupan nutrisi sehingga daya
tahan tubuh menurun.
B. Saran
2. Bagi mahasiswa hendaknya lebih giat dalam mencari ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan Penyakit TB Paru pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
17
http://dokumen.tips/data-analytics/askep-tuberkulosis-milier.html
http://elsaherlindanrs.co.id/2014
18