Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Tidak disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi
sekarang ini, pada lingkungan global ataupun nasional, sebagian besar bersumber
dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti dilaut,
hutan, atmosfer, air, dan tanah bersumber pada perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia
adalah penyebab dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Krisis global yang kita alami dewasa ini bersumber pada kesalahan
pundamental-fisolopis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai
dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Pada gilirannya,
kekeliruan cara pandang ini melahirkan perilaku yang keliru terhadap alam.
Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks
alam semesta seluruhnya. Inilah awal dari semua bencana lingkungan yang kita
alami sekarang. Oleh karean itu, embenahannya harus pula menyagkut
pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan alam,
maupun dengan manusia lain dalam ekosistem.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran
etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi
umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang
peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang
seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia
modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu
saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi
penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian
spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran
dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi
kehidupan sehari-hari manusia.
1. Pengertian Etika
Secara teoritis , etika mempunyai pengertian sebagai berikut :
Pertama, Secara entimologis, etika berasal dari kata Yunani yaitu “ethos”
yang berarti “adapt istiadat” atau “kebiasaan”.Dalam arti ini, eitika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri sendiri atau masyarakat.
Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari generasi ke generasi
lain.
Kaidah norma atau aturan ini sesungguhnya ingin mengungkapkan,
menjaga dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting
oleh masyarakat tersebut untuk dikejar dalam hidup ini. Dengan demikian, etika
juga berisikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan
dalam menuntun perilaku. Pengertian etika sebagaimanan dijelaskan diatas, justru
sama dengan pengertian moralitas. Secara entimologis, moralitas berasal dari kata
Latin mos yang berarti “adapt istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian
harfiah, etika dan moral sama-sama adat kebiasaan yang dibakukan dalam bentuk
aturan (baik perintah atau larangan) tentang bagaiamana manusia harus hidup baik
sebagaimana manusia. Dalam arti itu, keduanya berbicara tentyang nilai dan
prinsip moral yang dianut oleh masyarakat tertentu sebagai pedoman dan kriteria
dalam berperilaku sebagai manusia.
Kedua, etika dipahami juga dalam pengertian yang berbeda dengan
moralitas. Dalam pengertian ini, etika dimengerti sebagai repleksi kritis tentang
bagaimanan manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkrit, situasi
khusus tertentu. Etika adalah filsafat moral atau ilmu yang membahas dan
mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana
harus bertindak dalam situasi konkrit. Dengan kata lain, ada pegangan baku dalam
babentuk norma atau nilai yang siap pakai. Misalnya, janji harus ditepati, jangan
menipu, katakana yang sejujurnya, bantulah orang yang berada dalam kesulitan.
Sering kali situasi konkrit yang dihadapi adalah situasi dilematis, situasi dimana
kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan nili yang sama-sama sahnya. Dalam
situasi yang demikian, etika dan moralitas dalam pengertian pertama yang tidak
memadai.
2. Model Teori Etika Lingkungan
Terdapat tiga model teori etika lingkungan yaitu yang dikenal sebagai
antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Etika lingkungan yang
bercorak antroposentrisme merupkan sebuah kesalahan cara pandang barat, yang
bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, dimana perhatian utamanya
menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia. Maksudnya
dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan satu-satunya pusat
pertimbangan dan dianggap relevan dalam pertimbangan moral, yang dilihat
dalam istilah Frankena sebagai satu-satunya moral patient. Akibatnya, secara
Theologis diupayakan agar dihasilkan akibat baik sebanyak mungkin bagi spesies
manusia manusia dan dihindari sebanyak mungkin akibat buruk bagi spesies itu.
Etika antroposentrisme ini dalam pandangan Anne Naes dikategorikan sebagai
Shallow Ecologi ( kepedulian lingkungan yang dangkal.
Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik tajam oleh etika
biosentrisme dan eksosentrisme. Bagi biosentrime dan eksosentrisme, manusia
tidak hanya dipandang sebagai mahluk social. Manusia pertama-tama harus
dipahami sebagai mahluk biologis, mahluk ekologis. Dunia bukan sebagai
kumpulan objek-objek terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang
saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.
Etiak ini mengakui nilai intrinsik semua mahluk hidup dan memandang manusia
tak lebih dari suatu untain jaringan kehidupan.
Eksosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etiak pada seluruh komunitas
ekologis, baik yang hidup dan yang tidak. Karena secara ekologis, mahluk hidup
dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenya,
kewajiban dan tanggungjawab moral tidak hanya dibatasi pada mahluk hidup.
Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua
realitas ekologis.
Antroprosentrisme adalah teori etiak lingkungan yang memandang
manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan
yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak
langsung.
Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang
mempunyai nilai dan mendapat perhatian.segala seatu yang ada dialam semesta
ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi
kepentingan manusia. Oleh karenanya alampun hanya dipandang sebagai objek,
alat dan sarana dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam
hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia, alam tidak mempunyai nilai pada
dirinya sendiri.
Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai
nilai. Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan
manusia. Ciri utama eetiak ini adalah biosentrik, karena teori ini menganggap
setiap kehidupan dan mahluk hidup mempunyai nilai pada dirinya sendiri
sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Alam perlu
diperlakukan secara moral terlepas apakah dia bernilai bagi manusia atau tidak.
Karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela teori ini adalah
kehidupan secara moral, berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini
mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan diselamatkan.
Teori ini mendasarkan moralitas pada keseluruhan kehidupan, entah pada manusia
atau padaq mahluk hidup lainnya.
5. Kesadaran Lingkungan
Hasil penelitian teoritik tentang kesadarna lingkungan hidup dari Neolaka
(1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap
sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, yang dapat terlihat dari perlaku
dan tidakan masing-masing individu .Menurut Joseph Murphy, kesadaran adalah
siuman atau sadar akan tingkah lakunya yanitu pikiran sadar yang diingini
Dari teori diatas maka dapat diberikan pengertian sebagai berikut.
Pertama, kesadaran ialah pengetahuan sadar sama dengan tahu. Pengetahuan
akan hal yang nyata, konkrit, dimaksudkan adalah pengetahuan yang mendalam.
Contohnya jika ada pengetahuan bahwa dilarang membuang sampah kesungai, itu
penting ditaati, maka manusia tersebut menunjukkan bahwa ia sadar lingkungan.
Menurut Ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk
orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai
anggota masyarakat dalam kehidupan kebudayaannya. Menurut Ensiklopedia
Indonesia (1983), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar organisme
meliputi lingkungan mati yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri
dari benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, cahaya,
gravitasi, atmosfer, suhu, dan lain-lain. Lingkungan hidup adalah lingkungan
diluar suatu organisme yang terdiri dari organisme hidup, seperti tumbuhan,
hewan dan manusia.
Setelah diberikan pengertian tentang lingkungan maka akan dibahas
mengenai “lingkungan hidup”. Menurut UU RI No.4 tahun 1982, tentang
ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU RI No.23
tahun 1997. tentang pengelolaan lingkuang hidup , diakatakan bahwa ;
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lainnya.
Dalam sejarah, kesadaran lingkungan telah berlangsung dari proses tahap
awal lingkungan habitat yaitu dengan konferensi Stockholm,1972. Di Indonesia
diwujudkan pembentukan lembaga non kepemerintahan, yaitu Meneg PPLH dan
sekarang meneg LH. Masing-masing dengan acuan yang ditetapkan dalam GBHN
Makalah Biologi Umum II
ETIKA LINGKUNGAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH: