72
Kami juga menyampaikan ingin memberikan konseling terkait masalah kesehatan
yang dialami beberapa anggota keluarga mereka.
Kemudian saya dan teman-teman mencoba memberikan konseling per
individu terkait dengan masalah kesehatan yang telah kami identifikasi sebelumnya.
Kami menanyakan kendala yang mereka hadapi pada setiap masalah kesehatan untuk
kemudian kami coba memberikan pemecahannya. Kegiatan konseling saat itu juga
lebih mendalam mengenai pendampingan keluarga untuk memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang menderita TB paru. Hal tersebut diharapkan dapat pula
memberikan semacam dukungan bagi pasien terkait dengan pengobatan rutin yang
harus ia jalani. Kami juga memotivasi semua anggota keluarga yang ada saat itu
untuk bersama-sama membangun status kesehatan keluarga mereka yang lebih baik.
Setelah selesai kami melakukan konseling saat itu, kami izin berpamitan
kembali ke puskesmas kepada seluruh anggota keluarga yang saat itu ada.
73
Saya juga berusaha untuk memberikan konseling yang terarah kepada
beberapa anggota keluarga lainnya, saya menanyakan kendala yang mereka hadapi,
kekhawatiran mereka, dan mencoba memberikan pemecahannya seta melihat reaksi
mereka apakah dapat menerima masukan saya atau tidak. Jika dirasakan oleh mereka
cukup berat, saya mencoba memberikan pemecahan lainnya hingga mereka dapat
menyanggupinya. Saya mengedukasi ibu pasien mengenai asupan gizi yang baik
untuk pasien dan juga menghimbau ia untuk kontrol rutin hipertensi dengan
menggunakan semacam jadwal kontrol. Pada kakak pasien dengan balita yng tidak
dilakukan immunisasi, saya mengedukasi mengenai pentingnya imunisasi dan
menghimbau untuk datang ke puskesmas untuk mengejar jadwal imunisasi yang
teringgal.
Hal penting lain yang juga menjadi fokus kami adalah konseling kepada
anggota keluarga pasien mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dan juga mengenai
dukungan dari anggota keluarga kepada pasien mengingat pengobatan yang
dijalaninya harus rutin.
Hal sudah saya lakukan namun dirasakan masih kurang tepat adalah
konseling yang dilakukan pada hari kedua belum bersifat komprehensif dimana tidak
semua anggota keluarga saat itu dapat hadir, dimana ayah pasien sedang tidak di
rumah. Hal tersebut menjadi penting terkait masalah utama dikeluarga yaitu TB paru,
karena sebenarnya setiap anggota memiliki peranan memberikan perawatan dan
pencegahan kegagalan tuberkulosis. Selain itu pula kegiatan home visit tidak hanya
memberikan pendidikan kesehatan, tetapi juga upaya pembelajaran bagi pasien
tuberkulosis dan keluarga untuk meningkatkan kesadarannya terhadap kesehatan
sehingga penting untuk dihadiri oleh seluruh anggta keluarga.
Home visit adalah perwujudan kepedulian tenaga kesehataan terhadap banyak
permasalahan kesehatan yang dihadapi pasien tuberkulosis, tenaga kesehatan berbasis
komunitas berkewajiban membantu pasien dan keluarga sampai ke tingkat
kemandiriannya. Melalui home visit perawat komunitas juga mendapatkan informasi
tentang pasien tuberkulosis dan keluarganya, serta menjalankan upaya peningkatan
kesehatan dan monitoring perkembangan pengobatan yang dijalankan klien.1
Program home visit seharusnya terintegrasi di dalam proses pengobatan,
sehingga tujuan home visit yang sebenarnya dapat tercapai. Permasalahan
tuberkulosis adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat
74
untuk menyelesaikannya, tidak terkecuali tenaga kesehatan yang berada di lingkungan
rumah sakit/ komunitas mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tuberkulosis. Program home visit bukanlah program
yang mahal, justru sebaliknya melalui home visit biaya operasional pelayanan
kesehatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional pelayanan di
institusi. Namun demikian fenomena yang ada home visit jarang dilakukan karena
alasan biaya operasional, jarak dan transportasi, kalaupun ada program tersebut
dijalankan tanpa rencana yang jelas, hanya memenuhi pencapaian target saja.2
Kegiatan yang dilakukan dalam home visit merupakan perawatan lanjutan
yang telah dilakukan di puskesma dengan memberikan perawatan langsung melalui
pendampingan keluarga memberikan perawatan dan pencegahan kegagalan
pengobatan tuberkulosis, coaching (melatih) keterampilan klien dan keluarga untuk
melsaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Home visit juga menyiapkan anggota
keluarga dan masyarakat untuk memberikan dukungan pada klien tuberkulosis
mengingat lamanya pengobatan yang harus dijalani.2
Kegiatan tersebut di atas dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
keterampilan atau tindakan klien tuberkulosis terhadap perawatan dan pengobatan
tuberkulosis. Menurut teori Green perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh
faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan sikap klien tuberkulosis tentang perawatan
dan pengobatan tuberkulosis, dengan dilakukannya home visit dapat menjadi faktor
pemungkin yang menyediakan sumber daya kesehatan, yang sekaligus memberikan
dukungan dari tenaga kesehatan menjadi faktor penguat dari terbentuknya perilaku
sehat pada klien tuberkulosis. Dilakukannya home visit diyakini dapat membantu
seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Perbedaan antara teori dan fakta yang didapatkan adalah upaya
pendampingan keluarga dalam kegiatan home visit kurang tercapai karena tidak
semua anggota keluarga saat itu hadir. Konseling juga disiapkan untuk seleuruh
angggota keluarga, namun akhirnya menjadi kurang maksimal.
Hal tersebut dapat terjadi karena kami kurang menginformasikan kepada
anggota keluarga dari kunjungan pertama bahwa kegiatan home visit ini memliki
sasaran seluruh anggota keluarga untuk dilakukan intervensi, sehingga diharapkan
semua anggota keluarga yang tinggal dalam satu tempat tinggal dapat mengikuti
kegiatan ini.
75
Hal yang saya pelajari untuk pembelajaran kedepannya adalah
menyampaikan informasi dengan sejelasnya kepada sasaran kegiatan yang akan kami
lakukan mengenai maksud, tujuan dan manfaat kegiatan ini sejak awal sehingga
diharapkan mereka dapat turut serta berperan aktif karena telah menyadari bahwa
kegiatan ini diperlukan untuk kemajuan status kesehatan dalam keluarga mereka.
Hal yang saya pelajari terkait dengan nilai profesionalisme adalah seorang
dokter sebagai community leader.3 Seorang community leader harus mampu menilai
masalah kesehatan yang menjadi perhatian khusus diwilayahnya, contohnya seperti
penyakit TB paru tersebut, untuk kemudian menentukan intervensi apa yang paling
tepat hingga ke tingkat rumah tangga. Seorang dokter harus memahami juga bahwa
penting dilakukan intervensi secara menyeluruh kepada seluruh anggota keluarga
pasien dengan TB paru denga harapan hal tersebut dapat mencegah kegagalan
pengobatan pada pasien yang bersangkutan.
Daftar Pustaka :
1. Departemen Kesehatan RI. (2000). Pedoman nasional penanggulangan
tuberkulosis, Jakarta: tidak dipublikasikan.
2. Chairani, Reni dkk. 2011. Efektivitas home visit terhadap perubahan
pengetahuan, Sikap, dan keterampilan klien tbc di wilayah puskesmas Kecamatan
Pasar MMinggu Jakarta Selatan. Jakarta : Buletin Penelitian Sitem Kesehatan
Vol. 14 No. 3.
3. Boelen, C. 2009. The Five-Stars Doctor : An Asset To Health Care Reform.
Human Resources Deelopment Journal.
76
Feedback dari Pembimbing Kampus/ Puskesmas :
Direksi diperbaiki
77
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN HOME VISIT
78
Gambar 7. Dapur Gambar 8. Kamar mandi
79
Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah
BERKAS KELUARGA
MODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS KLINIK
80
c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah :
NO NAMA KEDUDUKA L/ UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN KET
. N DALAM P (tahun)
KELUARGA
1 Maning KepalaKeluarg L 60 SD Buruh
a
2 Wati Istri P 45 SD Iburumahtangg
a
3 Ncab Anak P 33 SD Buruh
4 Maryanah Anak P 23 SD Iburumahtangg
a
5 Sukandi Anak L 19 SD Buruh
6 Aan Anak P 18 SMK Buruh
7 Dewi Anak P 17 SD Tidakbekerja
8 S Cucu P 5 Tidaksekolah Tidakbekerja
9 R Cucu P 1 Tidaksekolah Tidakbekerja
Keluarga adalah keluarga ekstended, yang terdiri atas kakek-nenek anak-anak dan cucu
dalam satu rumah. Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah berjumlah 9 orang.
Dengan adanya anggota keluarga yang banyak tinggal bersama dalam satu rumah maka
adanya peyakit infeksi di keluargadapat menular dengan cepat.
81
g. Genogram:
Keterangan :
: Hipertensi
: TB paru
: responden
: tinggal 1 rumah
82
2. asbes
3. genteng
d. Jenis dinding : 1. anyaman
2. tripleks
3. kayu
4. bata tanpa plester
5. tembok dilapisi cat
e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada siang hari ?
1. ya 2. tidak
f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : 1. < 20 %
2.> 20 %
Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : 1. < 20 %
2. > 20 %
h. Deskripsi mengenai keadaan rumah:
Rumah berada di lingkungan yang padat penduduk. Rumah sangat dekat dengan selokan
air, dan jika sedang musim hujan air dapat masuk kedalam rumah. Dinding rumah pasien
merupakan tembok berlapis cat dan lantainya berlapis plester semen. Rumah memiliki
luas 5x8 m, dengan 1 ruang tamu, 1 ruang televisi, 3 kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi.
Kamar madi sudah menggunakan WC jongkok.
Rumah pasien memiliki jendela hanya dibagian depan saja, sedangkan dikamar tidur
hanyaterdapatventilasiudaradenganperbandinganluasjendela/lantai di ruangtidur<20%.
Pencahayaan didalam rumah sangatlah kurang, sehingga tidak dapat membaca tanpa
menggunakan sinar lampu listrik, dan karena genteng yang terssusun tidak rapat maka
sinar matahari dapat masuk, namun air dapat masuk saat hujan. Rumah pasien terasa
lembab.
Keluarga ini membentuk sebuah keluarga tidak dengan perencanaan. Hal ini dibuktikan
dengan perbedan usia anak yaitu 1-3 tahun. Ibu pasien juga mengaku tidak menggunakan
kontrasepsi. Kkeluarga juga mempercayai bahwa rezeki sudah diatuur oleh Allah SWT.
83
3. Berdua 4. orang tua suami atau orang tua istri
a.3. Apakah menggunakan kontrasepsi KB ?
1. ya dengan metode ______________ sudah berapa lama _________________
2. tidak menggunakan metode kontrasepsi
84
b. Hubungan anggota keluarga
b.1. Gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map) :
Setiap hari keluarga berkumpul dirumah. Hubungan antar keluarga juga harmonis dan
terjalin dengan baik karena komunikasi setia hari. Ibu sahari-hari bekerja sebgai ibu
rumah tangga, sehingga lebih banyak waktu luang untuk keluarga. Karena jumlah anak
yang banyak, pemenuhan kebutuhan juga banayk.
85
c. Kebutuhan spiritual : 1. tidak ada kegiatan ibadah dalam keluarga
2. kegiatan ibadah terserah masing-masing anggota keluarga
3. orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga
4. keluarga menjadi panutan agama/kepercayaan di lingkungannya
5. lainnya ___________________________
d. Kebutuhan kesehatan :1. tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan
2. datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentuuntuk kuratif saja
3. datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu untuk kuratif dan preventif
4. mempunyai buku / catatan kesehatan anggota keluarga
5. lainnya _______________________
86
e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga
Kebutuhan keluarga mencapai tahap kebutuhan sekunder, karena keluarga memiliki barang
seperti motor, televisi, handphone. Hampir seluruh anggtota keluarga berpendidikan
sekolah dasar saja, namun hanya satu orang yang berpendidikan sampai SMK. Pasien dan
keluarga datang ke puskesmas hanya jika da keluhan sakit saja. Pasien dan keluarga juga
kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit sehingga tidak ada tindakan pencegahan
untuk pencegahan dari suatu penyakit. Untuk kegiatan keagamaan diserahkan kepada
masiing-masing anggota.
87
No. Nama Sejakkapan Jenis/Merk Frekuensi Banyaknya/1x
minum
d. Kebiasaan merokok:
1. tidak 2.ya
Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
No. Nama Sejakkapan Jenis Jumlah/hari
1 Ayah pasien 40 tahun lalu Kretek 6 batang
Setiap harinya ibu pasien menyiapkan menu yang tidak menentu, tidak selalu memenuhi
kebutuhan 4 sehat 5 sempurna. Hal ini juga disesuaikan dengan keuangan keluarga.
Beberapa anggota keluarga yang bekerja biasanya makan siang diluar, dan cucu sering
jajan diwarung. Dikeluarga terdapat yang memiliki kebiasaan merokok. Kelurga juga tidak
pernah berolahraga. Namun, pasien saat belum sakit biasanya rutin oleharaga yaitu berlari.
88
2. bekerja sebagai profesional di lapangan _______________
3. bekerja sebagai buruh /pekerjaan fisik di lapangan _______
4. bekerja di rumah sebagai ____________________
5. lainnya ________________
b.2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:
1. kecelakaan kerja 2. tidak ergonomis
3. paparan zat berbahaya 4. stress gedung pencakar langit
5. stress pengambil keputusan 6. lainnya ________
b.3. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
1. debu 2. asbes 3. CO 4.Timbal
5. bising 6. getar 7. lainnya ____________
c. Lingkungan sosial keluarga:
c.1. Keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya :
1. Tidak 2. Ya
bila ya sebutkan organisasi perkumpulannya :
1. arisan rt/rw
2. pengajian/ perkumpulan agama di rt/rw
3. arisan lain _______
4. pengajian/perkumpulan agama lainnya _____
5. perkumpulan etnik _____________
6. lainnya ________________
c.2. Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :
1. sebagai panutan 2. dihormati sewajarnya
3. tidak dikenal 4. dikucilkan
5. lainnya __________________
c.3. Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah :
1. sebagai panutan masyakarakat
2. sebagai pemuka agama/ budaya
3. keadaan keluarga tidak seperti yang diharapkan
4. tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga
5. lainnya __________________________
Merupakan suatu keluarga yag majemuk yang tiggal dalam satu rumah. tempat tingga
pasien tidak sulit dijangkau, namun jalan menuju kerumah cukup kecil hanya bisa dilalui
oleh kendaraan roda dua. Karena atap yang terbuat dari genteng tidak tersusun dengan
rapih maka menyebabkan debu lebih banyak masuk. Penghasilan keluarga didapatkan dari
kedua orang anak yang bekerja sebagai buruh, yang memiliki risiko kecelakaan kerja.
Sedangkan ayah sendiri sebgai kepala keluarga sudah tidak bekerja. Stress sosial yang
mungkin terjadi pada keluarga adalah tidak tercukupinya kebutuhan sehari-hari dalam
keluarga. Keluarga juga menjadi anggota perkumpulan pengajian didaerah rumahnya.
89
VII. Masalah kesehatan yang ada dalam keluarga
(disusun sesuai dengan prioritas masalah yang akan dibahas)
1. TB paru dalam pengobatan
2. Perbaikan status gizi pasien
3. Kontrol hipertensi ibu pasien
4. Tidak melakukan imunisasi pada keponakan pasien
90
VIII. Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga
Tujuan kegiatan Materi kegiatan Cara pembinaan Sasaran
individu
1. Meningkatkan - Menjelaskan - Penjelasan dengan - Pasien
pengetahuan mengenai penyakit diskusi bersama - Orang tua
pasien dan tuberkulosis dan pasien dan anggota pasien
keluarga gejala yang keluarga lain - Saudara
mengenai ditimbulkan - Penyamaan persepsi pasien
penyakit dan - Menjelaskan tentang kepentingan
pengobatan TB mengenai urgensi pengobatan TB tuntas
pengobatan penyakit - Mengajarkan etiket
TB sampai tuntas batuk yang benar
- Upaya pencegahan - Poster upaya
penularan pencegahan
91
frekuensi, intensitas ,
jenis, dan durasi
aktivitas fisik