Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Home Visite


Tempat : Desa Rajeg
Tanggal : 12-13 April 2016
A. Deskripsi Kegiatan
Saya dan teman-teman satu kelompok melakukan kegiatan home visit salah
satu pasien di Puskesmas Rajeg yang dibagi dalam 2 hari. Kami memilih untuk
melakukan kunjungan rumah pada salah satu pasien TB paru kasus baru. Sebelumnya
kami sudah izin terlebih dahulu dengan pasien dan ibunya saat mereka sedang kontrol
di poli TB. Hari pertama dilakukan pada tanggal 12 April 2016 oleh dua orang teman
saya pada sekitar pukul 09.00 ditemani oleh seorang staf puskesmas sekedar untuk
mengetahui rute menuju rumah pasien agar memudahkan kami ketika akan
melakukan home visit selanjutnya. Saat itu tidak dapat semua dari kami melakukan
home visit karena harus melakukan pelayanan seperti biasa di puskesmas rajeg.
Mereka terlebih dahulu melakukan penilaian masalah kesehatan yang keluarga
pasien hadapi dengan cara wawancara, kemudian pada kunjungan kedua kami
melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan yang ada berupa konseling. Dari
hasil home visit hari pertama didapatkan masalah kesehatan antara lain pasien
mengalami TB paru yang dalam pengobatan bulan ketiga, perbaikan gizi pasien, ibu
pasien menderita hipertensi yang tidak rutin berobat, kakak pasien mengalami struma
nodusa non-toksik, keponakan tidak rutin menjalani imunisasi.
Kemudian pada hari kedua yaitu keesokan harinya sekitar pukul 12.30, kami
berangkat dari puskesmas. Kami mendatangi kediaman pasien yang berada di desa
Rajeg, Kabupaten Tangerang. Rumah pasien berada ditengah pemukiman penduduk
yang cukup padat. Disekitar rumah pasien juga terdapat lahan perkebunan milik
warga sekitar. Setelah dipersilahkan duduk dan berbincang dengan ibu serta kakak
kandung pasien, kami kemudian mejelaskan bahwa maksud kedatangan kami
melakukan home visit kedua adalah untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik pasien, serta melakukan pengisisan berkas keluarga dan mengamati kondisi
kediaman dan lingkungan sekitar rumah tinggal pasien, lalu mendokumentasikannya.

72
Kami juga menyampaikan ingin memberikan konseling terkait masalah kesehatan
yang dialami beberapa anggota keluarga mereka.
Kemudian saya dan teman-teman mencoba memberikan konseling per
individu terkait dengan masalah kesehatan yang telah kami identifikasi sebelumnya.
Kami menanyakan kendala yang mereka hadapi pada setiap masalah kesehatan untuk
kemudian kami coba memberikan pemecahannya. Kegiatan konseling saat itu juga
lebih mendalam mengenai pendampingan keluarga untuk memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang menderita TB paru. Hal tersebut diharapkan dapat pula
memberikan semacam dukungan bagi pasien terkait dengan pengobatan rutin yang
harus ia jalani. Kami juga memotivasi semua anggota keluarga yang ada saat itu
untuk bersama-sama membangun status kesehatan keluarga mereka yang lebih baik.
Setelah selesai kami melakukan konseling saat itu, kami izin berpamitan
kembali ke puskesmas kepada seluruh anggota keluarga yang saat itu ada.

B. Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :


Kegiatan home visit seperti ini sebenarnya sudah pernah saya lakukan saya
menjalani fase pre klinik. Saat itu kurang langkah yang dilakukan cukup serrupa,
dimana pada awwalnya mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi sebuah
kelarga, kemudian didiskusikan interensi apa yang ingin dilakukan untuk perbaikan
masalah kesehatan kedepannya.
Tindakan yang saya lakukan dan dirasa sudah cukup baik adalah diawal
kami memilih pasien TB sebagai sasaran home visit karena mempertimbangkan
bahwa banyak aspek yang dapat diidentifikasi mulai dari lingkungan sekitar pasien,
baik itu kondisi rumah, kebersihan lingkungan, maupun dari aspek dukungan
keluarga, sehingga kami harapkan tepat sasaran dan dapat mencapai tujuan dari home
visit itu sendiri. Kemudian kami juga melakukan kunjungan pertama untuk fokus
pada mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dan juga pengamatan lingkungan
dn keersihan sekitar tempat pasien. kemudian hasil dari kunjungan pertama kami
jadikan acuan untuk merencanakan intervensi dan konseling seperti apa yang
dibutuhkan untuk keluarga tersebut.
Pada pasien sendiri saya berusaha memotivasi pasien untuk terus berobat TB
paru hingga tuntas, dan memberitahukan bahwa kemajuan pasien sejauh ini sangat
baik mengenai penyakitnya, sehingga saya berharap pasien tetap semangat.

73
Saya juga berusaha untuk memberikan konseling yang terarah kepada
beberapa anggota keluarga lainnya, saya menanyakan kendala yang mereka hadapi,
kekhawatiran mereka, dan mencoba memberikan pemecahannya seta melihat reaksi
mereka apakah dapat menerima masukan saya atau tidak. Jika dirasakan oleh mereka
cukup berat, saya mencoba memberikan pemecahan lainnya hingga mereka dapat
menyanggupinya. Saya mengedukasi ibu pasien mengenai asupan gizi yang baik
untuk pasien dan juga menghimbau ia untuk kontrol rutin hipertensi dengan
menggunakan semacam jadwal kontrol. Pada kakak pasien dengan balita yng tidak
dilakukan immunisasi, saya mengedukasi mengenai pentingnya imunisasi dan
menghimbau untuk datang ke puskesmas untuk mengejar jadwal imunisasi yang
teringgal.
Hal penting lain yang juga menjadi fokus kami adalah konseling kepada
anggota keluarga pasien mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dan juga mengenai
dukungan dari anggota keluarga kepada pasien mengingat pengobatan yang
dijalaninya harus rutin.
Hal sudah saya lakukan namun dirasakan masih kurang tepat adalah
konseling yang dilakukan pada hari kedua belum bersifat komprehensif dimana tidak
semua anggota keluarga saat itu dapat hadir, dimana ayah pasien sedang tidak di
rumah. Hal tersebut menjadi penting terkait masalah utama dikeluarga yaitu TB paru,
karena sebenarnya setiap anggota memiliki peranan memberikan perawatan dan
pencegahan kegagalan tuberkulosis. Selain itu pula kegiatan home visit tidak hanya
memberikan pendidikan kesehatan, tetapi juga upaya pembelajaran bagi pasien
tuberkulosis dan keluarga untuk meningkatkan kesadarannya terhadap kesehatan
sehingga penting untuk dihadiri oleh seluruh anggta keluarga.
Home visit adalah perwujudan kepedulian tenaga kesehataan terhadap banyak
permasalahan kesehatan yang dihadapi pasien tuberkulosis, tenaga kesehatan berbasis
komunitas berkewajiban membantu pasien dan keluarga sampai ke tingkat
kemandiriannya. Melalui home visit perawat komunitas juga mendapatkan informasi
tentang pasien tuberkulosis dan keluarganya, serta menjalankan upaya peningkatan
kesehatan dan monitoring perkembangan pengobatan yang dijalankan klien.1
Program home visit seharusnya terintegrasi di dalam proses pengobatan,
sehingga tujuan home visit yang sebenarnya dapat tercapai. Permasalahan
tuberkulosis adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat

74
untuk menyelesaikannya, tidak terkecuali tenaga kesehatan yang berada di lingkungan
rumah sakit/ komunitas mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tuberkulosis. Program home visit bukanlah program
yang mahal, justru sebaliknya melalui home visit biaya operasional pelayanan
kesehatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional pelayanan di
institusi. Namun demikian fenomena yang ada home visit jarang dilakukan karena
alasan biaya operasional, jarak dan transportasi, kalaupun ada program tersebut
dijalankan tanpa rencana yang jelas, hanya memenuhi pencapaian target saja.2
Kegiatan yang dilakukan dalam home visit merupakan perawatan lanjutan
yang telah dilakukan di puskesma dengan memberikan perawatan langsung melalui
pendampingan keluarga memberikan perawatan dan pencegahan kegagalan
pengobatan tuberkulosis, coaching (melatih) keterampilan klien dan keluarga untuk
melsaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Home visit juga menyiapkan anggota
keluarga dan masyarakat untuk memberikan dukungan pada klien tuberkulosis
mengingat lamanya pengobatan yang harus dijalani.2
Kegiatan tersebut di atas dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
keterampilan atau tindakan klien tuberkulosis terhadap perawatan dan pengobatan
tuberkulosis. Menurut teori Green perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh
faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan sikap klien tuberkulosis tentang perawatan
dan pengobatan tuberkulosis, dengan dilakukannya home visit dapat menjadi faktor
pemungkin yang menyediakan sumber daya kesehatan, yang sekaligus memberikan
dukungan dari tenaga kesehatan menjadi faktor penguat dari terbentuknya perilaku
sehat pada klien tuberkulosis. Dilakukannya home visit diyakini dapat membantu
seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Perbedaan antara teori dan fakta yang didapatkan adalah upaya
pendampingan keluarga dalam kegiatan home visit kurang tercapai karena tidak
semua anggota keluarga saat itu hadir. Konseling juga disiapkan untuk seleuruh
angggota keluarga, namun akhirnya menjadi kurang maksimal.
Hal tersebut dapat terjadi karena kami kurang menginformasikan kepada
anggota keluarga dari kunjungan pertama bahwa kegiatan home visit ini memliki
sasaran seluruh anggota keluarga untuk dilakukan intervensi, sehingga diharapkan
semua anggota keluarga yang tinggal dalam satu tempat tinggal dapat mengikuti
kegiatan ini.

75
Hal yang saya pelajari untuk pembelajaran kedepannya adalah
menyampaikan informasi dengan sejelasnya kepada sasaran kegiatan yang akan kami
lakukan mengenai maksud, tujuan dan manfaat kegiatan ini sejak awal sehingga
diharapkan mereka dapat turut serta berperan aktif karena telah menyadari bahwa
kegiatan ini diperlukan untuk kemajuan status kesehatan dalam keluarga mereka.
Hal yang saya pelajari terkait dengan nilai profesionalisme adalah seorang
dokter sebagai community leader.3 Seorang community leader harus mampu menilai
masalah kesehatan yang menjadi perhatian khusus diwilayahnya, contohnya seperti
penyakit TB paru tersebut, untuk kemudian menentukan intervensi apa yang paling
tepat hingga ke tingkat rumah tangga. Seorang dokter harus memahami juga bahwa
penting dilakukan intervensi secara menyeluruh kepada seluruh anggota keluarga
pasien dengan TB paru denga harapan hal tersebut dapat mencegah kegagalan
pengobatan pada pasien yang bersangkutan.

Daftar Pustaka :
1. Departemen Kesehatan RI. (2000). Pedoman nasional penanggulangan
tuberkulosis, Jakarta: tidak dipublikasikan.
2. Chairani, Reni dkk. 2011. Efektivitas home visit terhadap perubahan
pengetahuan, Sikap, dan keterampilan klien tbc di wilayah puskesmas Kecamatan
Pasar MMinggu Jakarta Selatan. Jakarta : Buletin Penelitian Sitem Kesehatan
Vol. 14 No. 3.
3. Boelen, C. 2009. The Five-Stars Doctor : An Asset To Health Care Reform.
Human Resources Deelopment Journal.

76
Feedback dari Pembimbing Kampus/ Puskesmas :
Direksi diperbaiki

Nama Mahasiswa Farah Nabilla Rahma TTD .........................

dr. Ahmad Azwar Habibie, TTD .........................


Nama Pembimbing M.Biomed
dr. Budi Setiawan TTD .........................

77
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN HOME VISIT

Gambar 1. Kamar tidur Gambar 2. Samping rumah

Gambar 3. Berfoto bersama anggota keluarga Gambar 4. Depan rumah

Gambar 5. Kamar tidur Gambar 6. Ruang Tengah

78
Gambar 7. Dapur Gambar 8. Kamar mandi

79
Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

BERKAS KELUARGA
MODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS KLINIK

Nama Mahasiswa : Farah Nabilla Rahma (1111103000035)


Kelompok :6
Nama Pembimbing :dr. Ahmad Azwar Habibie, M.Biomed
Tanggalpertemuan : I 12 April 2016
II 13 April 2016
III ______________________________________________

TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH


I. Identitas keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. Maning
b. Alamat rumah : kampong Jati Gemblok, RT/RW 02/02, Desa Sukasari, Kecamatan Rajeg

80
c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah :
NO NAMA KEDUDUKA L/ UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN KET
. N DALAM P (tahun)
KELUARGA
1 Maning KepalaKeluarg L 60 SD Buruh
a
2 Wati Istri P 45 SD Iburumahtangg
a
3 Ncab Anak P 33 SD Buruh
4 Maryanah Anak P 23 SD Iburumahtangg
a
5 Sukandi Anak L 19 SD Buruh
6 Aan Anak P 18 SMK Buruh
7 Dewi Anak P 17 SD Tidakbekerja
8 S Cucu P 5 Tidaksekolah Tidakbekerja
9 R Cucu P 1 Tidaksekolah Tidakbekerja

d. Bentuk keluarga : 1. keluarga inti


1. keluarga orangtua tunggal
2. keluarga ekstended
3. keluarga majemuk
4. bentuk keluarga lainnya
e. Siklus kehidupan Keluarga : 1. keluarga baru menikah
2. keluarga dengan bayi & balita
3. keluarga anak usia sekolah
4. keluargadengan remaja
5. keluarga orang tua usia pertengahan
6. keluarga orangtua lansia
f. Deskripsi identitas keluarga:

Keluarga adalah keluarga ekstended, yang terdiri atas kakek-nenek anak-anak dan cucu
dalam satu rumah. Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah berjumlah 9 orang.
Dengan adanya anggota keluarga yang banyak tinggal bersama dalam satu rumah maka
adanya peyakit infeksi di keluargadapat menular dengan cepat.

81
g. Genogram:

Keterangan :

: Hipertensi

: TB paru

: responden

: tinggal 1 rumah

II. Keadaan Rumah


a. Gambar denah bangunan rumah

b. Jenis lantai : 1. tanah dikeraskan


2. plesteran semen
3. ubin
4. keramik
5. marmer
c. Jenis atap : 1. seng

82
2. asbes
3. genteng
d. Jenis dinding : 1. anyaman
2. tripleks
3. kayu
4. bata tanpa plester
5. tembok dilapisi cat
e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada siang hari ?
1. ya 2. tidak
f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : 1. < 20 %
2.> 20 %
Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : 1. < 20 %
2. > 20 %
h. Deskripsi mengenai keadaan rumah:

Rumah berada di lingkungan yang padat penduduk. Rumah sangat dekat dengan selokan
air, dan jika sedang musim hujan air dapat masuk kedalam rumah. Dinding rumah pasien
merupakan tembok berlapis cat dan lantainya berlapis plester semen. Rumah memiliki
luas 5x8 m, dengan 1 ruang tamu, 1 ruang televisi, 3 kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi.
Kamar madi sudah menggunakan WC jongkok.

Rumah pasien memiliki jendela hanya dibagian depan saja, sedangkan dikamar tidur
hanyaterdapatventilasiudaradenganperbandinganluasjendela/lantai di ruangtidur<20%.
Pencahayaan didalam rumah sangatlah kurang, sehingga tidak dapat membaca tanpa
menggunakan sinar lampu listrik, dan karena genteng yang terssusun tidak rapat maka
sinar matahari dapat masuk, namun air dapat masuk saat hujan. Rumah pasien terasa
lembab.

III. Keadaan Keluarga


a. Perencanaan keluarga
a.1. Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga ?
1. Ya 2.Tidak
Bila ya , uraikan perencanaan yang dilakukan. Bila tidak, uraikan gambaran di keluarga yang
menunjukkan tidak adanya perencanaan keluarga

Keluarga ini membentuk sebuah keluarga tidak dengan perencanaan. Hal ini dibuktikan
dengan perbedan usia anak yaitu 1-3 tahun. Ibu pasien juga mengaku tidak menggunakan
kontrasepsi. Kkeluarga juga mempercayai bahwa rezeki sudah diatuur oleh Allah SWT.

a.2. Pengambil keputusan perencanaan keluarga adalah :


1. suami 2. istri

83
3. Berdua 4. orang tua suami atau orang tua istri
a.3. Apakah menggunakan kontrasepsi KB ?
1. ya dengan metode ______________ sudah berapa lama _________________
2. tidak menggunakan metode kontrasepsi

84
b. Hubungan anggota keluarga
b.1. Gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map) :

b.2. Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga :


1. setiap hari 2. 2-3 kali seminggu
3. 1 minggu sekali 4. 2-3 kali sebulan
5. 1 bulan sekali 6. 2-3 kali setahun
7. lainnya ____________
b.3. Keputusan dalam keluarga berdasarkan:
1. perintah ayah 2. perintah ibu
3. diskusi ayah-ibu 4. diskusi ayah-ibu-anak
5. keputusan keluarga besar 6. lainnya ____________
c. Deskripsi mengenai Keadaan Keluarga:

Setiap hari keluarga berkumpul dirumah. Hubungan antar keluarga juga harmonis dan
terjalin dengan baik karena komunikasi setia hari. Ibu sahari-hari bekerja sebgai ibu
rumah tangga, sehingga lebih banyak waktu luang untuk keluarga. Karena jumlah anak
yang banyak, pemenuhan kebutuhan juga banayk.

IV. Pemenuhan kebutuhan keluarga


a. Kebutuhan ekonomi : 1. hingga primer
2. hingga sekunder
3. hingga tersier
4. lainnya_________
b. Kebutuhan pendidikan: 1. tidak terpenuhinya pendidikan dasar 9 th
2. hanya pendidikan dasar 9 th
3. pendidikan menengah
4. pendidikan tinggi
5. lainnya ________________

85
c. Kebutuhan spiritual : 1. tidak ada kegiatan ibadah dalam keluarga
2. kegiatan ibadah terserah masing-masing anggota keluarga
3. orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga
4. keluarga menjadi panutan agama/kepercayaan di lingkungannya
5. lainnya ___________________________
d. Kebutuhan kesehatan :1. tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan
2. datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentuuntuk kuratif saja
3. datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu untuk kuratif dan preventif
4. mempunyai buku / catatan kesehatan anggota keluarga
5. lainnya _______________________

86
e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga

Kebutuhan keluarga mencapai tahap kebutuhan sekunder, karena keluarga memiliki barang
seperti motor, televisi, handphone. Hampir seluruh anggtota keluarga berpendidikan
sekolah dasar saja, namun hanya satu orang yang berpendidikan sampai SMK. Pasien dan
keluarga datang ke puskesmas hanya jika da keluhan sakit saja. Pasien dan keluarga juga
kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit sehingga tidak ada tindakan pencegahan
untuk pencegahan dari suatu penyakit. Untuk kegiatan keagamaan diserahkan kepada
masiing-masing anggota.

V. Gaya hidup keluarga


a. Kebiasaan makan dalam keluarga:
a.1. sumber :1. selalu beli makanan jadi
2. makanan dirumah dan makanan jadi
3. makanan disiapkan dan dihidangkan di rumah
4. lainnya __________________
a.2. jenis : 1. lebih banyak lemak
2. lebih banyak sumber energi
3. lebih banyak sayur-sayuran dan buah
4. seimbang antara sumber energi, protein dan serat
5. lainnya: tidakmenentu
a.3. jumlah :1.masing-masing anggota keluarga kelebihan asupan kalori protein
2. masing-masing anggota keluarga kurang asupan kalori protein
3. sesuai dengan kebutuhan kalori anggota keluarga
4. lainnya ___________________________________________

b. Kebiasaan berolah raga:


1. tidak ada yang berolah raga
2. beberapa anggota keluarga jarang berolah raga, yaitu ___________________
3. beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu, yaitu ______
4. beberapa anggota keluarga berolah raga 3 x dalam seminggu, yaitu ________
5. seluruh anggota keluarga berolah raga teratur 3 x dalam seminggu
6. lainnya ______________________

c. Kebiasaan minum alkohol:


1. tidak 2. Ya

Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan minum alkohol

87
No. Nama Sejakkapan Jenis/Merk Frekuensi Banyaknya/1x
minum

d. Kebiasaan merokok:
1. tidak 2.ya
Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
No. Nama Sejakkapan Jenis Jumlah/hari
1 Ayah pasien 40 tahun lalu Kretek 6 batang

e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga:

Setiap harinya ibu pasien menyiapkan menu yang tidak menentu, tidak selalu memenuhi
kebutuhan 4 sehat 5 sempurna. Hal ini juga disesuaikan dengan keuangan keluarga.
Beberapa anggota keluarga yang bekerja biasanya makan siang diluar, dan cucu sering
jajan diwarung. Dikeluarga terdapat yang memiliki kebiasaan merokok. Kelurga juga tidak
pernah berolahraga. Namun, pasien saat belum sakit biasanya rutin oleharaga yaitu berlari.

VI. Lingkungan hidup keluarga


a. Lingkungan perumahan keluarga :
a.1. Jenis perumahan :
1. area tempat tinggal permanen
2. area tempat usaha/layanan umum
3. area tempat tinggal non permanen
4. bukan area hunian
5. lainnya _______________________
a.2. Higiene lingkungan rumah :
1. sangat bersih dan teratur 2. bersih namun tidak teratur
3. kurang bersih 4. kumuh
5. lainnya _________________
a.3. Keamanan lingkungan perumahan :
1. sangat aman 2. aman dengan penjagaan
3. tidak aman 4. Lainnya : cukupaman
a.4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:
1. debu 2. asbes 3. CO 4.Timbal
5. bising 6. getar 7. lainnya : kotoranhewan
b. Lingkungan pekerjaan anggota keluarga:
b.1. Jenis pekerjaan :
1. bekerja sebagai profesional di kantor ________________

88
2. bekerja sebagai profesional di lapangan _______________
3. bekerja sebagai buruh /pekerjaan fisik di lapangan _______
4. bekerja di rumah sebagai ____________________
5. lainnya ________________
b.2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:
1. kecelakaan kerja 2. tidak ergonomis
3. paparan zat berbahaya 4. stress gedung pencakar langit
5. stress pengambil keputusan 6. lainnya ________
b.3. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
1. debu 2. asbes 3. CO 4.Timbal
5. bising 6. getar 7. lainnya ____________
c. Lingkungan sosial keluarga:
c.1. Keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya :
1. Tidak 2. Ya
bila ya sebutkan organisasi perkumpulannya :
1. arisan rt/rw
2. pengajian/ perkumpulan agama di rt/rw
3. arisan lain _______
4. pengajian/perkumpulan agama lainnya _____
5. perkumpulan etnik _____________
6. lainnya ________________
c.2. Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :
1. sebagai panutan 2. dihormati sewajarnya
3. tidak dikenal 4. dikucilkan
5. lainnya __________________
c.3. Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah :
1. sebagai panutan masyakarakat
2. sebagai pemuka agama/ budaya
3. keadaan keluarga tidak seperti yang diharapkan
4. tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga
5. lainnya __________________________

d. Deskripsi mengenai lingkungan hidup keluarga:

Merupakan suatu keluarga yag majemuk yang tiggal dalam satu rumah. tempat tingga
pasien tidak sulit dijangkau, namun jalan menuju kerumah cukup kecil hanya bisa dilalui
oleh kendaraan roda dua. Karena atap yang terbuat dari genteng tidak tersusun dengan
rapih maka menyebabkan debu lebih banyak masuk. Penghasilan keluarga didapatkan dari
kedua orang anak yang bekerja sebagai buruh, yang memiliki risiko kecelakaan kerja.
Sedangkan ayah sendiri sebgai kepala keluarga sudah tidak bekerja. Stress sosial yang
mungkin terjadi pada keluarga adalah tidak tercukupinya kebutuhan sehari-hari dalam
keluarga. Keluarga juga menjadi anggota perkumpulan pengajian didaerah rumahnya.

89
VII. Masalah kesehatan yang ada dalam keluarga
(disusun sesuai dengan prioritas masalah yang akan dibahas)
1. TB paru dalam pengobatan
2. Perbaikan status gizi pasien
3. Kontrol hipertensi ibu pasien
4. Tidak melakukan imunisasi pada keponakan pasien

90
VIII. Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga
Tujuan kegiatan Materi kegiatan Cara pembinaan Sasaran
individu
1. Meningkatkan - Menjelaskan - Penjelasan dengan - Pasien
pengetahuan mengenai penyakit diskusi bersama - Orang tua
pasien dan tuberkulosis dan pasien dan anggota pasien
keluarga gejala yang keluarga lain - Saudara
mengenai ditimbulkan - Penyamaan persepsi pasien
penyakit dan - Menjelaskan tentang kepentingan
pengobatan TB mengenai urgensi pengobatan TB tuntas
pengobatan penyakit - Mengajarkan etiket
TB sampai tuntas batuk yang benar
- Upaya pencegahan - Poster upaya
penularan pencegahan

2. Memperbaiki - Penjelasan mengenai - Membuat menu dan - Pasien


status gizi pasien gizi, pengaruh gizi gizi yang seimbang - Orang tua
pada kesehatan dan dan food recall atas pasien
penjelasan mengenai dasar kalori pasien - Saudara
gizi yang seimbang pasien
dengan sistem
konseling kemudain
diberikan materi
dengan sisitem
edukasi.

3. Hipertensi tidak - Pembuatan jadwal - Pembuatan kalender - Ibu dan


terkontrol kontrol hipertensi kontrol hipertensi dan anggota
- Edukasi tentang minum obat keluarga
pola makan - Edukasi terhadap lainnya
- Edukasi tentang keluarga tentang
aktivitas fisik kepatuhan minum
obat
- Diet DASH
- Pembuatan agenda
sebagai target sesuai

91
frekuensi, intensitas ,
jenis, dan durasi
aktivitas fisik

4. Tidak melakukan - Edukasi mengenai - Menjelaskan bahwa - Kakak


imunisasi pada imunisasi kepada imunisasi berguna pasien
keponakan orangtua untuk melindungi
pasien - Edukasi pelayanan anak terhadap bahaya
imunisasi di penyakit dan
puskesmas mempunyai manfaat
lebih besar
dibandingkan dengan
risiko kejadian ikutan
yang dapat
ditimbulkannya.
- Memotivasi kakak
pasien untuk mengejar
imunisasi dasar yang
belum lengkap dengan
cara mendatangi poli
gizi di Puskesmas
setempat

Anda mungkin juga menyukai