Anda di halaman 1dari 3

SIKLUS HORMONAL KEHAMILAN

A. Hormon Pada Masa Kehamilan

Masa kehamilan banyak dikaitkan dengan perubahan fisiologis, yang


mempengaruhi sistem sirkulasi darah, sistem pernapasan, sistem ekskresi, kulit,
metabolism dan sistem endokrin (hormonal). Pada kehamilan terdapat empat hormon
mayor yang diproduksi oleh plasenta yang merupakan organ yang berkembang pada
minggu pertama kehamilan yang menyediakan oksigen, nutrisi dan substansi lain bagi
fetus (Fatimah, 2005). Plasenta kaya akan hormone-hormon protein dan steroid, tetapi
hanya hormone tertentu yang khas perperan selama masa kehamilan. Hormon protein
yang berperan saat kehamilan yaitu hormone gonadotropin dan laktogen, sedangkan
hormone steroid yang berperan saat kehamilan adalah progesteron dan esterogen.
Menurut Heffner dan Schust (2006) hormon-hormon tersebut yaitu:

1. Hormon Gonadotropin
Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) merupakan hormon berupa glikoprotein
yang dihasilkan oleh tropoblast (sel yang membentuk plasenta) pada trisemester pertama
dari kehamilan (Fatimah, 2005). Hormone ini merupakan produksi utama dari sel
trofoblas yang memberikan sinyal kepada ibu bahwa telah terjadi pembuahan dan
mempersiapkan uterus dengan sekresi hormone oleh korspus luteum. HCG ini sangat
berperan untuk menyelamatkan korpus luteum ovarium dari kematian saat 12-14 hari
setelah ovulasi. Selama kehamilan HCG menggantikan LH dalam menunjang korpus
luteum. Hal ini terjadi karena HCG memiliki hubungan struktur seperti LH sehingga dapat
berikatan dengan reseptor LH pada sel luteal (Heffner dan Schust, 2006). Peran penting
HCG juga untuk memelihara korpus luteum mensekresi esterogen dan progesteron
hingga minggu ke 9 plasenta telah memiliki masa sel yang cukup untuk dapat
menghasilkan kedua hormon tersebut dengan sendirinya. Menurut Guyton dan Hall
(1997) terdapat bermacam-macam fungsi-fungsi dari HCG yaitu :

a. Mencegah menstruasi dan menyebabkan endometrium terus tumbuh sebagai


sumber nutrisi janin nantinya.
b. Merangsang sel-sel interstisial testis sehingga mengakibatkan pembentukan
testosteron pada fetus pria sampai waktu lahir.
c. Menyimpan nutrisi dalam jumlah besar dan tidak dibuang dalam darah
menstruasi.
d. Mencegah involusi normal dari korpus luteum pada akhir siklus seksual wanita.

2. Hormon Laktogen
Menurut Heffner dan Schust (2006) Human Placental Lactogen (HPL) sering
disebut juga human chorionic somatommotropin. Hormon ini diproduksi oleh plasenta
dan berfungsi pada metabolisme umum untuk nutrisi khusus ibu dan fetus. Hormon ini
berhubungan dengan fungsi prolaktin dan GH. Pada pengaturan metabolisme HPL
berperan dalam meregulasi homeostasis glukosa ibu sehingga dapat memenuhi
kebutuhan janin. Selama kehamilan glukosa darah menurun, sekresi insulin meningkat,
dan retensi perifer insulin meningkat. Perubahan metabolic ini karna pengaruh HPL yang
aktivitasnya menyerupai GH. Menurut Guyton dan Hall (1997) terdapat beberapa macam
fungsi HPL yaitu:

a. Menyebabkan pembesaran sebagian payudara dan pada beberapa keadaan


menyebabkan laktasi.
b. Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari cadangan lemak ibu sehingga
menyebabkan sumber energi penganti untuk metabolisme ibu.
c. Menyebabkan deposit protein dengan cara yang sama seperti hormon
pertumbuhan.
d. Menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan
glukosa pada ibu sehingga membuat jumlah glukosa yang tersedia untuk fetus
lebih besar.

3. Hormon Esterogen
Esterogen diproduksi oleh plasenta dengan menggunakan prekursor androgen,
hal ini dapat terjadi karena plasenta mengekspresikan enzim aromatase dalam jumlah
yang banyak. Esterogen terdiri dari tiga macam yaitu estradiol, estron, dan estriol.
Prekursor utama yang digunakan untuk memproduksi esterogen plasenta adalah
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S) yang merupakan androgen adrenal. Didalam
plasenta DHES dikonversikan menjadi DHA oleh enzim sulfatase. DHEA ibu dikonversi
menjadi androstenedion yang kemudian menjadi testosteron dan akhirnya menjadi estron
dan estradiol. DHEA-S janin digunakan sedikit untuk membuat estron dan estriol. DHEA-
S janin digunakan lebih banyak untuk membuat estriol didalam plasenta. Estriol
dihasilkan paling banyak diplasenta dan menjadi estrogen plasenta utama (Heffner dan
Schust, 2006).

4. Hormon Progesteron
Menurut Heffner dan Schust (2006) Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum
selama usia kehamilan 10 minggu hingga plasenta dapat memproduksi progesterone
sendiri. Pembentukan progesterone dilakukan oleh sel sinsitiotrofoblas yang bergantung
pada kolesterol ibu. Hal ini disebabkan karena plasenta tidak memiliki enzim untuk
membentuk kolesterol dari asetat. Progesteron aktif dalam memelihara bagian desidua
uterus dan merelaksasikan otot polos vascular serta organ lain yang harus beradaptasi
terhadap kebutuhan saat kehamilan. Menurut Guyton dan Hall (1997) terdapat beberapa
macam fungsi hormone progesterone yaitu :

a. Menyebabkan sel-sel desidua tumbuh dalam endometrium usus yang akan


menutrisi embrio awal.
b. Mencegah kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan dengan cara
menurunkan kontraktilitas uterus.
c. Meningkatkan sekresi tuba fallopi dan uterus untuk perkembangan morula dan
blastokista.
d. Membantu estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi

B. Pengaruh Hormon Pada Masa Kehamilan

Kehamilan atau dalam bahasa latin graviditas merupakan suatu kondisi dimana
seorang wanita memiliki atau mengandung embrio atau fetus yang sedang berkembang
di dalam tubuhnya tepatnya di uterus. Kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu pembuahan
telur (ovum) oleh sel mani (spermatozoa) hingga kelahiran anak. Kehamilan merupakan
peristiwa penting pada wanita yang berhubungan pada perubahan fisiologis yang terjadi
khususnya pada sistem endokrin. Masa kehamilan normal biasanya berlangsung antara
37- 42 minggu atau selama 40 minggu yang dimulai dari hari pertama menstruasi terakhir
(Astuti, 2009). Menurut Diana (2010) masa kehamilan ini dibagi dalam tiga bagian yang
sama atau trimester yaitu :

1. Trimester pertama
Trimester pertama terjadi selama 1 14 minggu, merupakan waktu yang paling
signifikan terjadi perubahan pada ibu dan janin. Awal tahap ini dimulai dari fertilisasi atau
pembuahan didalam oviduk kemudian terbentuk zigot setelah 24 jam yang akan
melakukan pembelahan terus menerus selama 3 sampai 4 hari mencapai uterus. Sekitar
1 minggu setelah pembuahan dihasilkan blastosit yang akan menempel kedalam
endometrium setelah 5 hari kemudian. Endometrium akan menutrisi embrio secara
langsung selama 2-4 minggu pertama perkembangan. Tahap ini berlanjut pada periode
utama organogenesis, yaitu mulai berdetaknya jatung pada akhir minggu ke 4 dan
membentuk fetus atau janin yang akan mengalami diferensiasi (Campbell,dkk., 2004).
Pada trimester pertama juga tejadi perubahan hormon pada ibu. Saat embrio masuk
ke uterus, embrio akan merangsang sekresi hormon yang diperintahkan untuk
mempersiapkan kehadirannya dan mengontrol sistem reproduksi ibu. Hormon tersebut
adalah human chorionic gonadotropin (HCG). Selama trimester pertama korpus luteum
berperan mensekresikan progesteron dan esterogen. HCG yang berfungsi seperti LH
pituitary berperan dalam mempertahankan sekresi progesteron dan esterogen oleh
korpus luteum. Pada ibu hamil kadar progesteron tinggi yang membuat perubahan sistem
reproduksi yaitu peningkatan mucus dalam servix, pertumbuhan plasenta, perbesaran
uterus, penghenti ovulasi, dan perbesaran payudara (Campbell,dkk., 2004).

2. Trimester kedua
Trimester kedua terjadi selama 14-30 minggu. Pada trimester kedua janin tumbuh cepat
dan aktif hingga ibu bisa merasakan pergerakan fetus. Pergerakan fetus dapat terlihat
dari dinding abdomen. Uterus juga akan tumbuh cukup besar sehingga kehamilan akan
nampak jelas. Korpus luteum akan rusak, kadar HCG ikut menurun, dan plasenta akan
mensekresikan progesteronnya sendiri yang akan mempertahankan kehamilan
(Campbell,dkk., 2004).

3. Trimester ketiga
Terjadi selama 30 40 minggu, dengan pertumbuhan yang cepat hingga bobot 3-3,5
kg dan panjang 50 cm. Hal ini mengakibatkan aktifitas fetus berkurang karna fetus
mengisi seluruh ruang yang tersedia. Fetus yang bertambah besar ini mendesak organ
abdomen ibu.
Hormon yang bertanggung jawab pada trimester ini adalah esterogen, oksitosin dan
prostaglandin untuk menginduksi dan mengatur proses kelahiran. Pada minggu terakhir
kehamilan esterogen mencapai kadar tertinggi. Hal ini memicu pembentukan reseptor
oksitosin pada uterus. Oksitosin dihasilkan oleh fetus dan pituitary posterior ibu, berfungsi
untuk merangsang kontraksi kuat otot polos uterus dan merangsang plasenta
mensekresikan prostaglandin untuk meningkatkan kontraksi (Campbell,dkk., 2004)

Hanifa, Wiknjosastro. DSOG. Dr.Prof. 1999. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
pustaka
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai