Penanganan Hiperventilasi
Penanganan Hiperventilasi
Penanganan Hiperventilasi
Mencoba membahas masalah medis secara sederhana. Kajian ilmiah untuk masyarakat umum
dan praktisi medis.
Beranda
PENDAHULUAN
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan dan merupakan salah satu
kasus yang paling sering dijumpai di ruang gawat darurat rumah sakit .1 Cedera kepala adalah
suatu cedera yang terjadi pada daerah kepala yang dapat mengenai kulit kepala, tulang
tengkorak, atau otak.2 Penyebab cedera kepala terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas,
disusul dengan jatuh (terutama pada anak-anak).1 Meskipun pada kenyataannya sebagian besar
kasus trauma kepala bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus, tetapi pada kasus
trauma kepala yang berat tidak jarang berakhir dengan kematian atau kecacatan. Distribusi kasus
cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif antara 1544 tahun dan lebih
didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan dengan perempuan.1
Kasus cedera kepala mempunyai beberapa aspek khusus, antara lain kemampuan
regenerasi sel otak yang amat terbatas, kemungkinan komplikasi yang mengancam jiwa atau
menyebabkan kecacatan sehingga hal ini merupakan keadaan yang serius yang memerlukan
penanganan yang cepat dan akurat untuk menekan morbiditas dan mortalitasnya.3
ANATOMI KEPALA
2. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari calvarium (kubah) dan basis cranii (bagian terbawah). Pada
kalvaria di regio temporal tipis, tetapi di daerah ini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii
terbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselarasi.
Pada orang dewasa, tulang tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak
memungkinkan terjadinya perluasan isi intracranial.
Tulang tengkorak terdiri dari dua dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang
berongga. Dinding luar disebut tabula eksterna, dan dinding bagian dalam disebut tabula interna.
Tabula interna mengandung alur-alur yang berisi arteria meningea anterior, media dan posterior.
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fosa anterior yang merupakan tempat
lobus frontalis, fosa media yang merupakan tempat lobus temporalis, fosa posterior yang
merupakan tempat bagian bawah batang otak dan cerebellum.
3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu:
Duramater adalah selaput keras yang terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada
pada permukaan dalam kranium. Karena tidak melekat pada selaput arakhnoid di bawahnya,
maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara durameter dan
arakhnoid yang kaya akan pembuluh vena, sehingga apabila terjadi robekan pada dura, terjadi
perdarahan yang akan menumpuk pada ruangan ini yang dikenal sebagai perdarahan subdural.
Selaput arakhnoid adalah membran fibrosa halus, tipis, elastis, dan tembus pandang. Di bawah
lapisan ini terdapat ruang yang dikenal sebagai subarakhnoid, yang merupakan tempat sirkulasi
cairan LCS.
Piamater adalah membran halus yang melekat erat pada permukaan korteks cerebri, memiliki
sangat banyak pembuluh darah halus, dan merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang
masuk ke dalam semua sulkus dan membungkus semua girus.
DIAGNOSIS3
Diagnosis cedera kepala biasanya tidak sulit ditegakkan, adanya riwayat kecelakaan lalu
lintas, kecelakaan kerja atau perkelahian hampir selalu ditemukan. Pada orang tua dengan
kecelakaan yang terjadi di rumah, misalnya jatuh dari tangga, jatuh di kamar mandi atau sehabis
bangun tidur, harus dipikirkan kemungkinan gangguan pembuluh darah otak (stroke) karena
keluarga kadang-kadang tak mengetahui pasti urutan kejadiannya : jatuh kemudian tidak sadar
atau kehilangan kesadaran lebih dahulu sebelum jatuh.
b. Pernafasan (breathing)
Dilakukan ventilasi dengan oksigen 100% sampai diperoleh hasil analisis gas darah dan
dapat dilakukan penyesuaian yang tepat terhadap FiO2. Tindakan hiperventilasi dilakukan pada
penderita cedera kepala berat yang menunjukkan perburukan neurologis akut (GCS menurun
secara progresif atau terjadi dilatasi pupil). PCO2 harus dipertahankan antara 25-35mmHg.
2. Status Kesadaran1,4
Cara penilaian status kesadaran dengan melakukan pemeriksaan GCS dan fungsi pupil
(lateralisasi dan refleks pupil).
Cairan Intravena
Cairan intravena diberikan secukupnya untuk resusitasi agar penderita tetap dalam
keadaan normovolemia, jangan beri cairan hipotonik. Penggunaan cairan yang mengandung
glukosa dapat menyebabkan hipeglikemia yang berakibat buruk pada otak yang cedera. Cairan
yang dianjurkan untuk resusitasi adalah larutan garam fisiologis atau ringer laktat. Kadar natrium
serum juga harus dipertahankan untuk mencegah terjadinya edema otak.4
Hiperventilasi
Hiperventilasi dilakukan dengan menurunkan PCO2 yang akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah otak. Hiperventilasi yang berlangsung terlalu lama dan agresif
dapat menyebabkan iskemia otak, karena adanya vasokonstriksi serebri yang berat sehingga
menimbulkan gangguan perfusi otak.4 Selain itu, hiperventilasi dapat membantu menekan
metabolisme anaerob, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya asidosis.1 Oleh
karena itu, hiperventilasi sebaiknya dilakukan secara selektif dan hanya dalam waktu tertentu.
Umumnya, PCO2 dipertahankan pada 35mmHg atau lebih.4
Manitol
Manitol digunakan untuk menurunkan TIK yang meningkat.4 Manitol bekerja dengan
cara "menarik" air dari ruang intersel ke dalam ruang intravaskular untuk kemudian dikeluarkan
melalui diuresis.1 Indikasi penggunaan manitol adalah deteriorasi neurologis yang akut seperti
terjadi dilatasi pupil, hemiparesis, atau kehilangan kesadaran saat pasien dalam observasi.
Sediaan yang tersedia biasanya berupa cairan dengan konsentrasi 20%, dosis yang biasanya
digunakan adalah 1 gram/kgBB yang diberikan secara bolus intravena. Dosis tinggi manitol tidak
boleh diberikan pada penderita yang hipotensi karena manitol adalah diuretik osmotik yang
poten dan akan memperberat hipovolemia.4
Furosemid (Lasix)4
Obat ini diberikan bersama manitol untuk menurunkan TIK. Dosis yang biasa diberikan
adalah 0,3-0,5 mg/kgBB secara bolus intravena. Furosemid tidak boleh diberikan pada penderita
dengan hipotensi karena akan memperberat hipovolemia.
Barbiturat
Barbiturat bermanfaat untuk untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap obat-obatan
lain. Barbiturat bekerja dengan cara membius" pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan
4
serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun; karena kebutuhan yang
rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan kerusakan akibat hipoksi, walaupun suplai
oksigen berkurang.1 Hipotensi sering terjadi pada penggunaan barbiturat. Oleh karena itu, obat
ini tidak diindikasikan pada fase akut resusitasi.4
Antikonvulsan
Terdapat 3 faktor yang berkaitan dengan insiden epilepsi pasca trauma, yaitu kejang awal
yang terjadi pada minggu pertama, perdarahan intracranial, atau fraktur depresif. Penelitan
menunjukkan, pemberian antikonvulsan bermanfaat mengurangi kejang dalam minggu pertama
setelah cedera namun tidak setelah itu. Untuk mengatasi kejang yang terus menerus mungkin
memerlukan anestesi umum. Kejang harus dihentikan dengan segera karena kejang yang
berlangsung lama (30-60 menit) dapat menyebabkan cedera otak sekunder.4
DAFTAR PUSTAKA
Poskan Komentar
66,357
Pengikut
Arsip Blog
2011 (23)
o November (23)
Penyakit jantung peripartum (PPHD)
Kedaruratan bedah neonatus
Terapi cairan perioperatif
Cairan dan elektrolit
Anestesi Inhalasi
Luka Bakar
Kolelitiasis
Kanker kolon
Hemorroid
Appendisitis
Kanker tiroid
Intususepsi
Hernia inguinalis
Fraktur maksila
Osteomyelitis
BPH
Fraktur humerus
Hernia diafragmatika
Kanker payudara
Kanker prostat
Kanker rektum
Spondilitis tuberkulosis
Trauma Kapitis
Mengenai Saya
agustria
mengabdi untuk keluarga dan kerabat
Lihat profil lengkapku
Template PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.
http://pelihara-jantung-anda.blogspot.co.id/2011/11/trauma-kapitis_581.html
Hiperventilasi dapat dilakukan dengan hati-hati. Walaupun mungkin dapat memperbaiki asidosis
sementara dan menurunkan secara cepat tekanan intrakranial pada penderita dengan dilatasi pupil,
namun tidak seluruhnya memberikan keuntungan. Bila dilakukan, sebaiknya Pco2 dipertahankan pada
level 25 35 mmHg