Anda di halaman 1dari 12

COVER

INDIKASI KEGAGALAN TRANSFORMATOR BERDASARKAN

HASIL UJI DGA (DISSOLVED GAS ANALYSIS)

Naskah Publikasi Jurnal

WENDI MUSTAFA KAMAL

5115134297

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2017
INDIKASI KEGAGALAN TRANSFORMATOR BERDASARKAN HASIL UJI
DGA (DISSOLVED GAS ANALYSIS)
Wendi Mustafa1), Dr. Daryanto, M.T.2), Drs.Ir.Parjiman, M.T.3)
S1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.
Jalan Rawamangun Muka, Jakarta 13220
Telp. (62-21) 4751523, 47864808
Email : wendi.mustafa@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi kegagalan pada transformator yang dilihat pada
parameter kandungan gas terlarut berdasarkan hasil dari pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis). Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian yang akan diteliti adalah Transformator Daya
Unit 3.1 dan 3.2 pada Indonesia Power UPJP Priok. Pada pengumpulan data, dilakukan pengambilan sampel
minyak transformator dan melakukan pengujian dengan alat DGA Kelman Transport X, hasil pengujian sampel
minyak transformator yang didapat lalu dianalisis mengenai indikasi kegagalan transformator yang mengacu
pada Standar IEEE C57-104.2008 dan IEC 60599.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pengujian DGA
(Dissolved Gas Analysis) yang dilakukan pada Transformator Daya blok 3 unit 3.1 dan unit 3.2, parameter
kandungan gas Etana (C2H6) menjadi parameter kandungan gas terlarut yang mengindikasikan kegagalan
transformator. Kemudian hasil dari 5 metode interpretasi data DGA, dengan metode TDCG menunjukan
Transformator pada kondisi 1, dengan metode Keys Gas menunjukan indikasi overheating cellulose yang
ditunjukan oleh konsentrasi gas Karbonmonoksida (CO) dengan nilai 42,6% dari total fault gas untuk
Transformator Unit 3.1 dan 48,5% dari total fault gas untuk Transformator Unit 3.2. Analisis dengan metode
Rogers Ratio menunjukkan terjadi kegagalan termal dengan suhu 1500-3000 C dan metode Duval menunjukkan
bahwa telah terjadi kegagalan termal dengan suhu <3000 C.
Kata kunci: Kata kunci : DGA, Minyak Transformator, Metode Analisis DGA, Kegagalan Thermal.

1.PENDAHULUAN dan tidak dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat.


Hal ini nantinya akan berdampak pada sejumlah
1.1. Latar Belakang Masalah
kerugian finansial yang sangat besar.
Transformator merupakan salah satu bagian Salah satu penyebab utama munculnya
paling penting dalam suatu sistem tenaga listrik. kegagalan pada transformator adalah panas yang
Transformator merupakan peralatan listrik yang berlebihan. Oleh karena itu, pada transformator
berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga dari memerlukan sistem pendingin untuk mengontrol
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya panas yang timbul. Menurut Abdul Kadir (2010:103)
(PLN,2014:1). Oleh karena itu, transformator bila energi panas itu tidak disalurkan melalui suatu
merupakan aset yang sangat penting untuk akan mengakibatkan baik besi maupun tembaga akan
menunjang sistem tenaga listrik, namun mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak
transformator seringkali menjadi peralatan listrik sistem isolasinya. Untuk maksud pendinginan itu,
yang kurang diperhatikan dan tidak diberikan kumparan dan inti dimasukkan kedalam suatu jenis
perawatan yang memadai. minyak, yang dinamakan minyak transformator.
Menurut Standar IEEE C57.125 (2015:25), Menurut Adib Chumaidy (2013:1) dalam
Transformator yang sudah dirawat pun tidaklah lepas teknik tegangan tinggi, hal yang paling vital dalam
dari fenomena kegagalan, baik kegagalan termal sebuah peralatan adalah sistem isolasi. Di dalam
maupun kegagalan elektris. Permasalahan yang trafo, sistem isolasi utama dibentuk dari dua bagian
umum pada operasional transformator adalah penting, yaitu minyak isolasi dan kertas selulosa. Ada
timbulnya kegagalan, baik kerusakan mekanis 4 fungsi utama minyak isolasi trafo yaitu sebagai
maupun kegagalan elektris. Apabila transformator insulator, pendingin, pelindung dan pelarut gas.
terus-menerus mengalami kegagalan maka Sebagai insulator yang dimaksud adalah
transformator akan mengalami kerusakan. Padahal mengisolasikan komponen di dalam trafo agar tidak
perbaikan transformator yang rusak tidaklah mudah terjadi loncatan bunga api (arcing). Minyak sebagai
pendingin adalah mengambil panas yang ditimbulkan dua metode interpretasi data saja yaitu metode TDCG
sewaktu trafo berbeban lalu dilepaskannya. Minyak (Total Dissolved Combustible Gas) dan Rogers
sebagai pelindung adalah melindungi komponen Ratio, maka peneliti mengangkat topik untuk
komponen dalam trafo dari korosi dan oksidasi. Dan mengetahui indikasi kegagalan yang akan terjadi
minyak juga melarutkan gas-gas hasil dari proses pada transformator dengan melihat dari parameter
pemburukan minyak dan isolasi kertas. kandungan gas pada minyak transformator
Menurut Standar IEEE C57.104 (2008:1) salah berdasarkan hasil uji DGA (Dissolved Gas Analysis)
satu pendeteksian kandungan gas pada minyak dengan menggunakan 5 metode interpretasi DGA
transformator merupakan hal pertama untuk yang mengacu pada Standar IEEE C.57-104 2008
mengindikasikan ketidaknormalan pada yaitu metode TDCG, metode Keys Gas, metode
transformator. Oleh karena itu, untuk menjaga Rogers Ratio dan pada IEC 60599 yaitu metode
keandalan transformator adalah dengan melakukan Duvals Triangle dan metode Duvals Pentagon.
pengujian komposisi kandungan gas yang terdapat
dalam minyak transformator. 2. KAJIAN PUSTAKA
Pengujian yang akan dilakukan yaitu dengan 2.1. Transformator
pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis). Pengujian
Transformator merupakan peralatan listrik
DGA merupakan cara pengujian yang dilakukan
yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau
untuk menguji keadaan minyak transformator dari
tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
unit tranformator untuk mengetahui kandungan-
atau sebaliknya. Transformator merupakan peralatan
kandungan gas yang terlarut dalam minyak
listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau
transformator.
tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
Dalam penelitian Muhammad Faisal A.R
sebaliknya (PLN,2014:1).
(2011) memberikan hasil jenis indikasi kegagalan
Transformator disebut peralatan statis karena
transformator, setelah dilakukan uji DGA dan
tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak
interpretasi data dengan metode Rogers Ratio
seperti motor atau generator. Pengubahan tegangan
disimpulkan bahwa jenis kegagalan yang terdeteksi
dilakukan dengan memanfaatkan prinsip induktansi
pada transformator adalah kegagalan thermal
elektromagnetik pada lilitan. Fenomena induksi
<1500C. Kemudian dalam penelitian Adib Chumaidy
elektromagnetik yang terjadi dalam satu waktu pada
(2013) dari penelitian yang dilakukan memberikan
transformator adalah induktansi sendiri pada masing-
kesimpulan bahwa jenis indikasi kegagalan yang
masing lilitan diikuti oleh induktansi bersama yang
terdeteksi pada transformator dengan menggunakan
terjadi antar lilitan.
metode TDCG berada pada kondisi 3 dan 4. Hal ini
menunjukan transformator dalam kondisi kritis. 2.2. Minyak Transformator
Pada hasil penelitian di atas, terlihat bahwa
Minyak isolasi merupakan salah satu bahan
adanya indikasi kegagalan Transformator akibat
dielektrik yang mempunyai peranan penting dalam
kandungan-kandungan gas terlarut. Semakin tinggi
sistem kelistrikan bidang peralatan tegangan tinggi
nilai ppm (part per million) dari suatu kandungan gas
khususnya sebagai bahan isolasi. Menurut L.Tobing
pada minyak transformator, semakin
(2012:200), minyak isolasi pada suatu trafo daya
mengindikasikan kegagalan yang akan terjadi pada
harus memiliki daya hantar panas yang baik agar
transformator. Namun, pada hasil uji DGA
dapat membawa panas yang terjadi pada inti dan
(Dissolved Gas Analysis) hanya menggunakan salah
kumparan ke medium yang ada di sekitarnya.
satu metode interpretasi data saja, sedangkan untuk
Kekuatan dielektrik sistem isolasi dan umur suatu
menentukan indikasi kegagalan transformator tidak
trafo bergantung sepenuhnya pada kualitas minyak
hanya dilihat dari satu metode. Berdasarkan Standar
isolasi.
IEEE C.57-104 2008 dan IEC 60599, ada 5 metode
interpretasi data DGA yaitu TDCG (Total Dissolved 2.3. Gas Terlarut Pada Minyak Trafo
Combustible Gas), Keys Gas, Rogers Ratio,
Duvals Triangle dan Duvals Pentagon. Minyak trafo merupakan sebuah campuran
Berdasarkan dari metode interpretasi data kompleks dari molekul-molekul hidrokarbon,
DGA (Dissolved Gas Analysis), yang dipakai hanya dalam bentuk linear atau siklis, yang mengandung
kelompok molekul CH3, CH2 dan CH yang terikat.
Menurut Djiteng Marsudi (2011:33), minyak Tabel 1. Batas Konsentrasi Gas Terlarut dalam
transformator terbuat dari bahan organik, ikatan Satuan Part Per Million (ppm)
atom C dengan atom H.

Pada kondisi 1, transformator beroperasi normal.


Namun, tetap perlu dilakukan pemantauan kondisi
gas-gas tersebut.
Pada kondisi 2, tingkat TDCG mulai tinggi. Ada
Gambar 1. Struktur Kimia Gas Terlarut Minyak kemungkinan timbul gejala- gejala kegagalan yang
(Sumber: Pusdiklat PLN Minyak DGA) harus mulai diwaspadai. Perlu dilakukan
pengambilan sampel minyak yang lebih rutin dan
Pemecahan beberapa ikatan antara unsur C-
sering.
H dan C-C sebagai hasil dari kegagalan termal
Pada kondisi 3, TDCG pada tingkat ini menunjukkan
ataupun elektris akan menghasilkan fragmen-
adanya dekomposisi dari isolasi kertas dan / atau
fragmen ion seperti H*, CH3*, CH2*, CH* atau
minyak transformator. Sebuah atau berbagai
C*. Pada Gambar 1, pemecahan ikatan antara
kegagalan mungkin sudah terjadi. Pada kondisi ini
unsur C-H dan C-C akan berekombinasi dan
transformator sudah harus diwaspadai dan perlu
menghasilkan molekul-molekul gas seperti
perawatan lebih lanjut.
hidrogen (H-H), metana (CH3-H), etana (CH3-
Pada kondisi 4, TDCG pada tingkat ini menunjukkan
CH3), etilen (CH2=CH2) ataupun asetilen
adanya dekomposisi atau kerusakan pada isolator
(CHCH). Gas-gas ini dikenal dengan istilah fault
kertas atau minyak trafo sudah meluas.
gas.
Key Gas
2.4. DGA (Dissolved Gas Analysis) Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57
DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai 104.2008 sebagai gas-gas yang terbentuk pada
analisis kondisi transformator yang dilakukan transformator pendingin minyak yang secara
berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak trafo. kualitatif dapat digunakan untuk menentukan jenis
Menurut FIST 3-30 (2000:35), DGA adalah sesuatu kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas yang
hal yang penting dalam menentukan kondisi khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai
transformator. DGA merupakan indikator pertama temperatur.
dalam masalah dan mengidentifikasi deforasi isolasi Tabel 2. Tabel Jenis Kegagalan Menurut Analisis
dan minyak, overheating, hot spots, partial Key Gas
discharge, dan arcing.

2.5. Metode Interpretasi Data DGA


TDCG (Total Dissolved Combustible Gas)
IEEE telah menerapkan standarisasi untuk
melakukan analisis berdasarkan jumlah gas terlarut
pada sampel minyak, yaitu pada IEEE std.C57
104.2008 dengan batas konsentrasi ppm (part per
million) pada Tabel 1 dibawah ini.
Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa, metode key
gas memiliki gas kunci inti menginterpretasikan data
mengenai indikasi kegagalan yang akan terjadi. Saat
gas kunci etilen disimpulan indikasi kegagalan yaitu
thermail oil pada minyak transformator. Kemudian
gas kunci pada karbonmonoksida diindikasikan
bahwa transformator mengalami thermal sellulose,
ini dimaksudkan kertas isolasi sellulosa mengalami
degradasi sehingga berkurangnya kekuatan kertas
isolasi.
Pada gas kunci hidrogen, mengindikasikan
bahwa transformator mengalami kegagalan berupa
corona, yaitu berlupa lecutan api yang timbul pada
bushing. Saat gas kunci asetilen, mengindikasikan Duvals Triangle
bahwa minyak transformator mengalami arcing atau Metode segitiga duval diciptakan oleh
lecutan bunga api. Pada kondisi ini transformator Michel Duval pada 1974. Pada Gambar 2.20
berada pada kondisi kritis yang menyebabkan dijelaskan bahwa kandungan gas terlarut yang
transformator mengalami kegagalan. Gas kunci diperhatikan adalah konsentrasi gas metana
asetilen diikuti juga dengan gas hidrogen, kedua gas (C2H4), gas etilen (C2H4) dan gas asetilen
ini saling berkaitan untuk mengindikasikan (C2H2). Dimana jumlah dari persentase
kegagalan yang akan terjadi. konsentrasi ketiga gas ini adalah 100%, perubahan
Rogers Ratio persentase kandungan gas dari komposisi dari
ketiga jenis gas ini akan menunjukkan kondisi
Berdasarkan Standar IEEE C57 104.2008, fenomena indikasi kegagalan yang mungkin terjadi
perbandingan rasio lima jenis fault gas yaitu gas pada transformator yang diujikan. Fenomena
asetilen (C2H2), gas etilen (C2H4), gas etana (C2H6), indikasi kegagalan yang mungkin terjadi berupa
gas metana (CH4), dan gas hidrogen (H2) digunakan partial discharge, thermal fault, maupun stray
untuk menciptakan tiga digit kode. Kode-kode gassing.
tersebut akan menunjukkan indikasi dari penyebab
munculnya fault gas.

Tabel 3. Tabel Jenis Kegagalan Menurut Analisis


Rogers Ratio

Gambar 2. Segitiga Duval

Rumus Koordinat Segitiga :


% CH4 = CH4/ (CH4+ C2H4+ C2H2)*100%

% C2H4 = C2H4 / (CH4+ C2H4+ C2H2)*100%

% C2H2 = C2H2 / (CH4+ C2H4+ C2H2)*100

Kode gangguan yang dapat dideteksi dengan

DGA dengan Metode Segitiga Duval:


Tabel 4. Kode Gangguan Segitiga Duval Laksamana Laut RE Martadinata, Jakarta 14310,
Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada semester
genap/semester 106 tahun ajaran 2016/2017.
Pengambilan data untuk kebutuhan analisis penelitian
selesai dalam rentang waktu 5 bulan yaitu pada bulan
Maret - Juli 2017. Subjek penelitian yang akan
dibahas yaitu minyak transformator merk Shell Diala
B pada Transformator Daya Blok 3 Unit 3.1 dan Unit
3.2.
Duvals Pentagon
3.2. Diagram Penelitian
Metode Duval Pentagon menggunakan lima
rasio utama pada gas hidrokarbon yaitu H2, CH4,
C2H2, C2H4, dan C2H6, baik itu dua rasio gas, seperti
pada IEEE dan IEC, tiga rasio gas pada duval triangle.
Duval pentagon merupakan metode baru yang
ditemukan pada tahun 2014 oleh Michel Duval yang
merepresentasikan lima rasio utama gas hidrokarbon
kedalam bentuk pentagon (segilima) dengan tujuh
indikasi kegagalan pada minyak trafo. Metode ini
merupakan pengembangan terhadap metode DGA
lainnya untuk indikasi minyak isolasi pada peralatan.

Gambar 4. Diagram Penelitian

3.2. Teknik Analisis Data


Gambar 3. Duval Pentagon
Data hasil pengujian yang telah didapat akan
Tabel 5. Kode Gangguan Duval Pentagon dicatat dalam bentuk tabel sehingga memudahkan
proses analisisnya.Selanjutnya, Peneliti akan
melakukan penarikan kesimpulan secara deskriptif
mengenai indikasi kegagalan transformator
berdasarkan interpretasi data dengan metode TDCG,
Keys Gas. Rogers Ratio, Duvals Triangle dan
Duvals Pentagon.

4. Hasil Penelitian
4.1. Spesifikasi Transformator Daya
Transformator daya yang diuji dan dianalisis
3. Metode Penelitian merupakan sebuah unit Transformator Daya Unit
3.1. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian 3.1 dan Unit 3.2 pada PLTGU yang berlokasi di
Penelitian dilakukan di PT. INDONESIA PT. Indonesia Power UPJP Priok, Jakarta Utara.
POWER UPJP PRIOK, yang berlokasi di Jalan Transformator ini merupakan jenis transformator
dengan pendingin minyak (oil immersed type
transformer), dengan tipe sistem pendingin
O.N.A.N dan O.N.A.F. Spesifikasi dari Tabel 8. Hasil Pengujian Trafo Unit 3.2
Transformator Daya Unit 3.1 dan Unit 3.2 yang
diujikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Spesifikasi Trafo Unit 3.1 dan Unit 3.2

Pada Tabel 7 dan Tabel 8, menunjukan hasil ppm


(part per million) kandungan gas dari pengujian sampel
minyak Transformator Daya Unit 3.1 dan Transformator
Daya Unit 3.2. Parameter-parameter kandungan gas
terlarut yang harus diperhatikan dari data sampel minyak
transformator adalah nilai konsentrasi ppm (part per
4.2. Data Pengujian DGA million) dari berbagai jenis kegagalan gas (fault gas)
yaitu Hidrogen (H2), Metana (CH4), Etana (C2H6), Etilen
Pengujian DGA ditujukan untuk menentukan
(C2H4), Asetilen (C2H2), Karbonmonoksida (CO) dan
apakah kondisi transformator mengalami indikasi
Karbondioksida(CO2). Nilai konsentrasi gas terlarut
kegagalan yang menyebabkan transformator rusak
pada minyak transformator diperoleh dari pengujian
(failure), yang dilihat dari parameter kandungan gas dari
DGA menggunakan alat ukur DGA Kelman Transport
minyak transformator. Pengambilan sampel minyak
X.
Transformator Daya Unit 3.1 dan Transformator Daya
Unit 3.2, dilakukan saat kondisi transformator bekerja 4.3.Pembahasan
(energized) dan berbeban (load). Sehingga kandungan
gas terlarut pada minyak transformator dapat diketahui Hasil Analisis Berdasarkan TDCG
lebih aktual berdasarkan analisa DGA mengenai indikasi
Berdasarkan Standar IEEE C57-104.2008,
kegagalan yang akan terjadi pada transformator tersebut.
Jumlah Total Dissolved Combustible Gas (TDCG)
pada Transformator Kondisi Normal yaitu dibawah
Tabel 7. Hasil Pengujian Trafo Unit 3.1
720 ppm (Par Per Million). Sedangkan untuk
Transformator dalam Kondisi Waspada (Warning)
berada pada Kondisi 2 dan Kondisi 3 yaitu 721-4630
ppm (Part Per Million). Jika lebih dari nilai 4630
ppm (Part Per Million) dapat dikatakan
Transformator dalam Kondisi Kritis yang
menyebabkan Transformator mengalami kegagalan
(failure).
Kondisi dari Transformator Daya Unit 3.1
dengan TDCG yaitu 352 ppm dan Transformator
Daya Unit 3.2 dengan TDCG yaitu 335 ppm berada
dibawah 720 ppm sehingga kondisi Transformator
Daya Unit 3.1 dan Transformator Daya Unit 3.2
berada pada Kondisi 1. Kondisi 1 diartikan bahwa
Transformator dalam Keadaan Normal, namun
adanya nilai ppm yang melebihi batas Standar IEEE Gas yaitu terbentuknya gas Karbonmonoksida (CO)
C.57-104.2008 pada parameter kandungan gas dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat disimpulkan
terlarut minyak transformator yang mengakibatkan bahwa adanya indikasi Overheated Cellulose.
indikasi kegagalan pada Transformator Daya Unit 3.1
dan Transformator Daya Unit 3.2. Oleh karena itu Hasil Analisis Berdasarkan Rogers Ratio
perlu dianalisis lebih lanjut pada setiap parameter Berdasarkan Standar IEEE std.C57
kandungan gas terlarut minyak transformator. 104.2008, Magnitude rasio lima jenis fault gas yaitu
gas Hidrogen (H2), gas Metana (CH4), gas Etilen
Hasil Analisis Berdasarkan Keys Gas
(C2H4), gas Etana (C2H6), dan gas Asetilen (C2H2)
Berdasarkan perhitungan pada perhitungan digunakan untuk menciptakan tiga digit kode. Kode-
pada Transformator Unit 3.1 dan Transformator Unit kode tersebut akan menunjukkan indikasi dari
3.2 persentase kandungan gas terlarut yang dominan penyebab munculnya fault gas.
persentasenya yaitu Gas Etana (C2H6) senilai 31,5%
Berdasarkan Tabel 9 dan Tabel, dapat dilihat
dan 30,4% dan Gas Karbon Monoksida (CO) senilai
hasil dari perbandingan kandungan gas antara
46,2% dan 48,3%, sehingga dapat ditarik kesimpulan
kandungan gas Asetilen (C2H2) dengan gas Etilen
mengenai indikasi kegagalan yang akan terjadi pada
(C2H4) yang menghasilkan nilai 0. Sedangkan,
Transformator. Pada Gambar 5 dan Gambar 6, dapat
perbandingan kandungan gas antara gas Metana
dilihat persentase-persentase yang mengindikasikan
(CH4) dengan gas Hidrogen (H2) menghasilkan nilai
kegagalan Transformator. Indikasi kegagalan yang
2 dan kemudian, perbandingan kandungan gas antara
akan terjadi yaitu berupa Partial Discharge,
gas Etilen (C2H4) dengan gas Etana (C2H6)
Overheated Oil, Overheated Cellulose, dan Arcing.
menghasilkan nilai 0.

Tabel 9. Perhitungan Perbandingan Gas Trafo 3.1

Gambar 5. Diagram Batang Trafo 3.1

Tabel 10. Perhitungan Perbandingan Gas Trafo 3.2

Gambar 6. Diagram Batang Trafo 3.2

Pada indikasi kegagalan Overheated


Cellulose, persentase dari gas Karbonmonoksida
(CO) adalah 46,2 % dan 48,3%, persentase ini masih
belum melewati dari batas Standar IEEE C.57-
104.2008 yaitu 92%. Walaupun belum melewati
batas Standar IEEE C.57-104.2008, gas
Karbonmonoksida (CO) memenuhi kriteria Keys Berdasarkan Standar IEEE C.57-104.2008,
perbandingan kode-kode dengan menggunakan
metode interpretasi data Rogers Ratio yang
dihasilkan adalah kode 0 2 0. Nilai kode-kode rogers
0 2 0 mengindikasikan bahwa transformator
mengalami Thermal Fault 1500 C - 3000 C. Penyebab
masalah Thermal Fault 1500 C - 3000 C disebabkan
Overheating pada inti transformator. Selain itu
Thermal Fault dapat disebabkan karena hubung
singkat pada lapisan laminasi inti transformator.

Hasil Analisis Berdasarkan Duval Triangle

Parameter yang digunakan pada metode


Duvals Triangle melibatkan 3 gas terlarut, yaitu
Metana (CH4), Etilen (C2H4), dan Asetilen (C2H2).
Dilihat dari persentase masing-masing kandungan gas,
menunjukan gas yang paling dominan adalah gas
Metana (CH4). Gas Metana (CH4) ini terbentuk akibat Gambar 6. Hasil Koordinat Segitiga Trafo Unit 3.2
adanya dekomposisi pada minyak transformator, adanya
hotspot pada satu bagian dari transformator. Menurut Standar IEC 60599, indikasi kegagalan
Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6, Thermal fault terjadi akibat pembebanan yang berlebih
menunjukan gambar segitiga duval dengan terdapat pada transformator yang mengakibatkan suhu pada
wilayah-wilayah yang mengindikasi kegagalan pada transformator menjadi naik. Selain itu, Thermal fault
transformator, baik itu partial discharge maupun terjadi akibat adanya benda asing yang
thermal fault. mengakibatkan terhalangnya aliran sirkulasi pada
Dari pengujian sampel minyak, koordinat segitiga minyak transformator di belitan yang menyebabkan
yang didapat dari persentase gas Metana (CH4), Etilen adanya hotspot. Adanya fluks bocor antara hubungan
(C2H4), dan Asetilen (C2H2) pada segitiga duval transformator dapat menyebabkan terjadinya
menunjukan koordinat pada wilayah T1. Berdasarkan Thermal Fault.
Standar IEC 60599, wilayah T1 menunjukan indikasi
adanya Thermal fault, T < 3000 C. Hasil Analisis Berdasarkan Duval Pentagon

Metode Duval Pentagon menggunakan lima


rasio utama pada gas hidrokarbon yaitu Hidrogen
(H2), Metana (CH4), Asetilen (C2H2), Etilen (C2H4), dan
Etana (C2H6), baik itu dua rasio gas, seperti pada IEEE
C.57-104.2008 dan IEC 60599, tiga rasio gas pada
duval triangle.
Pada Gambar 7 dan Gambar 8, menunjukan
gambar duval pentagon dengan terdapat wilayah-
wilayah yang mengindikasi kegagalan pada
transformator, baik itu partial discharge, thermal fault,
dan stray gassing. Dari pengujian sampel ke-1 sampai
sampel ke-5, koordinat pentagon yang didapat dari
persentase gas Metana (CH4), Etilen (C2H4), Etana
(C2H6), Hidrogen (H2), dan Asetilen (C2H2) menunjukan
koordinat pada wilayah T1. Berdasarkan Standar IEC
60599, wilayah T1 menunjukan indikasi adanya
Gambar 5. Hasil Koordinat Segitiga Trafo Unit 3.1 Thermal fault, T < 3000 C.
Priok, berikut ini adalah kesimpulan yang
didapatkan:
Parameter gas yang dapat mengindikasikan
kegagalan transformator yaitu gas Hidrogen (H2),
gas Karbondioksida (CO2), gas Karbonmonoksida
(CO), gas Metana (CH4), gas Etana (C2H6), gas
Etilen (C2H4),dan gas Asetilen (C2H2).
Berdasarkan dari hasil Interpretasi Data DGA
(Dissolved Gas Analysis) dengan metode
TDCG berada pada kondisi 1 yaitu kondisi
normal. Tetapi pada parameter kandungan gas
terlarut gas Etana (C2H6) yang paling dominan
pada minyak transformator berada pada kondisi 3.
Berdasarkan dari hasil Interpretasi Data DGA
(Dissolved Gas Analysis) yang mengacu pada
Gambar 7. Hasil Koordinat Pentagon Trafo Unit 3.1
Standar IEEE C.57-104.2008 dari 2 Metode
Interpretasi Data yaitu Metode Keys Gas dan
Rogers Ratio didapatkan 2 hasil indikasi
kegagalan yang berbeda. Pada metode Keys
Gas mengindikasikan kegagalan yaitu
Overheated Cellulose dan pada metode Keys
Gas didapatkan hasil bahwa indikasi kegagalan
yaitu Thermal Fault pada suhu 1500C-3000C.
Berdasarkan dari hasil Interpretasi Data DGA
(Dissolved Gas Analysis) yang mengacu pada
Standar IEC 60599 dengan metode Duval
Triangle dan Duval Pentagon didapatkan hasil
bahwa indikasi kegagalan yaitu Thermal Fault
pada suhu <3000C. Indikasi Thermal Fault
pada suhu <3000C untuk lebih meyakinkan dari
hasil indikasi dengan metode Rogers Ratio.
Gambar 8. Hasil Koordinat Pentagon Trafo Unit 3.2 Dari 5 metode interpretasi data disimpulkan
terjadinya kandungan gas Etana (C2H6) yang
Berdasarkan Standar IEC 60599, indikasi tinggi karena adanya Thermal Fault pada suhu
kegagalan Thermal fault terjadi akibat pembebanan <3000C. Berdasarkan IEC 60599, Thermal
yang berlebih (overloading) pada transformator yang
Fault pada suhu <3000C terjadi akibat
mengakibatkan suhu pada transformator menjadi pembebanan yang berlebih (overloading) pada
naik. Selain itu, Thermal fault terjadi akibat adanya transformator yang mengakibatkan suhu pada
benda asing atau adanya endapan yang transformator menjadi naik dan adanya benda
mengakibatkan terhalangnya aliran sirkulasi pada asing yang mengakibatkan terhalangnya aliran
minyak transformator di belitan yang menyebabkan
sirkulasi pada minyak transformator di belitan
adanya hotspot. Adanya fluks bocor antara hubungan yang menyebabkan adanya hotspot.
transformator dapat menyebabkan terjadinya
Thermal Fault.
5.2 Saran
5. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
transformator daya unit 3.1 dan transformator daya
5.1. Kesimpulan
unit 3.2 PT Indonesia Power UPJP Priok disarankan:
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Pada Transformator Daya Unit 3.1 dan
pada Transformator Daya Unit 3.1 dan Transformator Transformator Daya Unit 3.2 ini perlu diadakan
Daya Unit 3.2 pada PLTGU Indonesia Power UPJP pengujian transformator lebih lanjut, baik itu
pengujian In service measurement atau Departemen Teknik Elektro, Universitas
Shutdown Measurement. Indonesia.
Dilakukan pengecekan secara berkala pada IEEE Std. C57-194.2008, IEEE Standard
Transformator Daya Unit 3.1 dan Transformator Interpretation of Gases Generated in Oil-
Daya Unit 3.2, untuk melihat kenaikan Immersed Transformers. New York: Institute of
kandungan gas terlarut secara signifikan. Electrical and Electronics Engineers, Inc.,
Disarankan Transformator Daya Unit 3.1 dan 2008.
Transformator Daya Unit 3.2 yang terdeteksi IEEE Std. C57-12.00.2015, IEEE Standard
gangguan Thermal Fault hendaknya dilakukan General Requirements for Liquid-Immersed
tindakan berupa purifikasi pada minyak Distribution, Power, and Regulating
transformator. Transformers. New York: Institute of
Electrical and Electronics Engineers, Inc.,
6. Daftar Pustaka 2015.
IEC Std. 60599, Mineral oil-impregnated electrical
Arismunandar, Artono. (1997). Teknik Tegangan equipment in service. Switzerland: Commission
Tinggi. PT Pradnya Pramita: Jakarta. Electrotechnique Internationale., 2007.
Chumaidy, Adib. (2011). Analisis Kegagalan Kadir, Abdul. (2010). Transformator. Penerbit
Minyak Isolasi Pada Transformator Daya Universitas Indonesia: Jakarta
Berbasis Kandungan Gas Terlarut. Jurnal FTI- PT. PLN (Persero), Buku Pedoman Pemeliharaan
ISTN, 41-54. Transformator Tenaga, PT. PLN, 2014.
library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/Artikel_jurnal_F SPLN 49-1. (1982). Minyak Isolasi Pedoman
T/Bina_teknika/BT.../41-54.pdf. Diakses pada Penerapan Spesifikasi dan Pemeliharaan
10 Mei 2017 Minyak Isolasi. Departemen Pertambangan dan
Ditjen, Marsuadi. (2011). Pembangkit Energi Listrik. Energi, Perusahaan Umum Listrik Negara.
Erlangga: Jakarta.
Efendi,Budi Lukman. 2011. Analisis Gas Mudah
Bakar Terlarut Pada Minyak Transformator
Berdasarkan Faktor Pembebanan Dan Beban
Harmonik Dengan Metode Rogers Ratio
[skripsi]. Depok: Departemen Teknik Elektro,
Universitas Indonesia.
Faishal, Muhammad. (2011). Analisis Indikasi
Kegagalan Transformator Dengan Metode
Dissolved Gas Analysis. Jurnal Transmisi,
13(3), 2011, 95-102.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/transmisi.
Diakses pada 12 Mei 2017
FIST 3-30, Facilities Instructions Standrads, And
Techniques Transformer Maintenance.
Colorado: United States Department of the
Interior Bureau of Reclamation., 2000.
FIST 3-31, Facilities Instructions Standrads, And
Techniques Transformer Maintenance.
Colorado: United States Department of the
Interior Bureau of Reclamation., 2000.
G.N.Mathur. (2006). Manual On
Transformers.Cental Board of Irrigation and
Power: New Delhi.
Hardityo, Rahmat. 2008. Deteksi dan Analisis
Indikasi Kegagalan Transformator dengan
Metode Analisis Gas Terlarut [skripsi]. Depok:

Anda mungkin juga menyukai