Didukung
DAFTAR ISI
IV. PEMODAL 5X
Tim Studi yang dibentuk oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atau
Bapepam-LK (sekarang telah menjadi Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut
OJK) pada tahun 2007 telah melakukan kajian mengenai Pembentukan Dana Proteksi
Pemodal di Pasar Modal Indonesia. Tim Studi tersebut merekomendasikan untuk dapat
mempertimbangkan pembentukan Dana Proteksi Pemodal dalam industri Pasar Modal
Indonesia dengan membangun infrastruktur secara memadai yang antara lain meliputi
peraturan dan kesiapan para pelaku Pasar Modal.
Dalam kurun waktu sejak 2010 hingga 2012, telah dilakukan kelanjutan riset untuk
mempersiapkan Pembentukan Dana Perlindungan Pemodal oleh Tim PT Bursa Efek
Indonesia mengenai Kelayakan Pembentukan Dana Perlindungan Pemodal. Selanjutnya
pada 23 September 2012, Technical Assistant dari Asian Development Bank (ADB) No.
7466 (INO) merekomendasikan pendirian Perusahaan atau Institusi baru sebagai wadah
Dana Perlindungan Pemodal.
[Peraturan VI.A.4] serta Peraturan Nomor VI.A.5 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK
Nomor Kep-716/BL/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penyelenggara
Dengan mengacu pada Peraturan VI.A.4 dan Peraturan VI.A.5 tersebut serta dengan
diterbitkannya Izin Usaha sebagai PDPP dari OJK melalui Surat Keputusan Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor Kep -43/D.04/2013 tanggal 11 September
2013 tentang Pemberian Izin Usaha Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal kepada
P3IEI atau yang dikenal juga dengan Indonesia Securities Investor Protection Fund
(Indonesia SIPF) secara resmi menjadi perusahaan yang memiliki kewenangan sebagai
Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal (PDPP). Peresmian Indonesia SIPF
dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2013 oleh Ibu Nurhaida selaku Kepala Eksekutif
Pengawas Pasar Modal OJK dan mulai beroperasi secara penuh pada tanggal 1 Januari
2014.
Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016
1
Modul WPPE | MPE
Dalam menjalankan tugasnya sebagai PDPP, P3IEI wajib paling sedikit memiliki 3 (tiga)
fungsi utama yaitu:
Fungsi Investasi
Mengawasi perkembangan investasi atas jumlah yang tidak akan digunakan segera dari
DPP;
Membuat dan menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan atas seluruh transaksi dan
kegiatan sehubungan dengan DPP dan terpisah dari pencatatan dan pembukuan PDPP;
Memastikan bahwa pencatatan dan pembukuan tersebut terselenggara dan tersimpan
dengan baik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
Menyusun laporan keuangan PDPP sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum;
Melakukan kegiatan perbendaharaan, antara lain menerima dana dan memungut iuran
DPP dan mengeluarkan biaya yang terkait dengan DPP;
Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) dengan berpedoman pada
prinsip efisiensi pasar modal; dan
Apabila terdapat keragu-raguan atau perbedaan dalam pencatatan yang dilakukan oleh
PDPP dengan pihak lain, PDPP wajib mengadakan rekonsiliasi dengan pihak terkait
tersebut untuk memastikan akurasi pembukuan.
Memproses setiap pengaduan Pemodal dan masyarakat yang terkait dengan pelaksanaan
tanggung jawab PDPP; dan
Melakukan investasi atas DPP sesuai dengan Peraturan VI.A.4 tentang DPP, dengan
tujuan meningkatkan nilai DPP secara optimal dengan mempertimbangkan hasil dan
risiko investasi;
Memungut iuran dari Anggota DPP sebagaimana diatur dalam Peraturan VI.A.4 tentang
DPP;
Mewakili DPP untuk melaksanakan upaya pengembalian atau penggantian dana dari DPP
yang telah dibayarkan kepada Pemodal, dari Kustodian yang menyebabkan Aset Pemodal
dimaksud hilang;
Dana yang diperoleh DPP dari Kustodian sebagai pengganti dari Pemodal sebagai
pelaksanaan hak subrogasi;
Dana dan/atau aset dari sumber lain yang ditetapkan oleh OJK;
Membayar biaya-biaya sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan DPP;
Mengusulkan kepada OJK jumlah maksimal klaim untuk setiap Pemodal dan/atau
keseluruhan Pemodal dalam 1 (satu) Kustodian dengan mempertimbangkan
rekomendasi komite klaim;
Menunjuk pihak ketiga untuk membantu proses pemeriksaan dan verifikasi klaim
Pemodal;
Meminta Kustodian dan Pemodal untuk memberikan kuasa dalam rangka mendapatkan
informasi dan dokumen yang diperlukan dalam rangka verifikasi klaim Pemodal, dengan
tetap memperhatikan ketentuan kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
Melakukan pembayaran dan tindakan lainnya sehubungan dengan klaim Pemodal yang
telah dinyatakan sah untuk dibayarkan; dan
menempatkan uang tunai dari Dana Perlindungan Pemodal pada rekening bank dan/atau
tempat penyimpanan yang terpisah dari rekening operasional dan/atau
membuat dan menyampaikan laporan yang mencakup kegiatan dan posisi keuangan
bulanan, laporan keuangan tengah tahunan dan laporan keuangan tahunan Dana
Perlindungan Pemodal kepada Bapepam dan LK; dan
menyediakan tempat penyimpanan yang aman atas harta kekayaan Dana Perlindungan
Pemodal.
P3IEI merupakan anak usaha dari Self Regulatory Organizations yaitu BEI, KPEI, dan KSEI.
Masing-masing SRO secara proportional memiliki 33,33% bagian saham P3IEI. Sebagai
bagian dari upaya mengembangkan Pasar Modal Indonesia, P3IEI tidak sendirian melainkan
terdapat dua perusahaan yang juga merupakan anak perusahaan SRO yaitu Indonesia Bond
Pricing Agency (IBPA) dan The Indonesia Capital Market Institute (TICMI). IBPA merupakan
perusahaan yang memiliki wewenang untuk menetapkan harga wajar atas efek di Pasar Modal
Indonesia, sedangkan TICMI merupakan perusahaan yang menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan profesi Pasar Modal Indonesia.
I SECURE
INTEGRITY
SERVICE EXCELLENCE
Integritas
Pelayanan Terbaik
yang berlaku.
CUSTOMER FOCUS
RELIABLE
IV. PEMODAL
Definisi Pemodal yang mendapatkan perlindungan dari P3IEI merupakan nasabah yang
menitipkan asetnya di Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan rekening
Efek nasabah dan Bank Kustodian.
Aset Pemodal adalah efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek, dan/atau dana
milik Pemodal yang dititipkan pada Kustodian.
Aset Pemodal berupa Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek yang mendapat
perlindungan DPP adalah Efek dalam Penitipan Kolektif pada Kustodian yang dicatat dalam
Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI).
Aset Pemodal berupa dana yang mendapat perlindungan DPP adalah dana yang
dititipkan pada Kustodian yang dibukakan Rekening Dana Nasabah pada bank atas nama
masing-masing Pemodal.
Memiliki sub rekening efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI).
Memiliki nomor tunggal identitas pemodal (SID).
Namun demikian, terdapat hal yang dapat menyebabkan pemodal dikecualikan dalam
pemberian ganti rugi, yaitu bilamana memenuhi salah satu kriteria berikut:
Pemodal yang terlibat atau menyebabkan aset pemodal di suatu Kustodian menjadi
hilang
Pemodal adalah pemegang saham pengendali, direktur, komisaris, atau pejabat satu
tingkat di bawah direktur dari Kustodian yang mengalami kehilangan aset
DPP adalah kumpulan dana yang dibentuk untuk melindungi Pemodal dari hilangnya Aset
Pemodal di Pasar Modal Indonesia. DPP bukan merupakan milik Pihak tertentu dan tidak
dipergunakan untuk keperluan apapun selain digunakan untuk memberikan ganti rugi
kepada Pemodal atas hilangnya Aset Pemodal, sebagaimana di atur dalam Peraturan
VI.A.4. Dana yang digunakan untuk membentuk DPP berasal dari:
kontribusi dana awal dari Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian;
iuran keanggotaan yang nilainya ditetapkan oleh Bapepam dan LK, yang terdiri dari iuran
keanggotaan awal dan iuran keanggotaan tahunan;
dana yang diperoleh Dana Perlindungan Pemodal dari Kustodian sebagai pengganti dari
Pemodal sebagai pelaksanaan hak subrogasi;
dengan Kampanye yang terus digalakkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang
didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Gerakan Yuk Nabung Saham.
Perlindungan Pemodal terkait hilangnya aset pemodal dan keamanan berinvestasi di
Pasar Modal merupakan suatu hal strategis yang selalu difokuskan oleh Pihak Otoritas
maupun Penyelenggara Pasar Modal.
Kustodian tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan Aset Pemodal yang hilang;
dan
Bagi Kustodian berupa PPE yang mengadministrasikan Efek dinyatakan tidak dapat
melanjutkan kegiatan usahanya dan dipertimbangkan izin usahanya dicabut oleh OJK;
atau
Bagi Bank Kustodian dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya sebagai
Bank Kustodian dan dipertimbangkan persetujuan Bank Umum sebagai Kustodian
dicabut oleh OJK.
Setelah keluarnya pernyataan tertulis dari OJK tersebut di atas, maka dalam waktu paling
lambat 3 (tiga) hari kerja setelah menerima penetapan dari OJK, Direksi PDPP akan:
Mengusulkan pembentukan komite klaim kepada OJK; dan Membentuk tim verifikasi
klaim.
Paling sedikit 3 (tiga) orang perwakilan Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
Paling sedikit 1 (satu) orang profesional di bidang Pasar Modal dan/atau perwakilan
lembaga perlindungan konsumen.
Susunan anggota Komite Klaim wajib mendapat persetujuan terlebih dahulu dari OJK.
Tugas dan fungsi Komite Klaim adalah:
Mengawasi dan memberikan pedoman mengenai pemeriksaan dan proses verifikasi klaim
Pemodal yang dilakukan tim verifikasi (dibentuk oleh Direksi PDPP)
Memberikan usulan kepada Direksi PDPP atas proporsi jumlah maksimal klaim yang
disetujui untuk setiap Pemodal dan untuk setiap Kustodian dalam hal aset DPP tidak
mencukupi.
Ganti rugi sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk dana sebesar nilai Aset
Pemodal yang hilang dan/atau sesuai dengan batasan paling tinggi untuk setiap Pemodal
dan setiap Kustodian yang ditetapkan oleh OJK. Ganti rugi atas nilai Aset Pemodal yang
hilang tidak mencakup nilai kerugian atas perkiraan nilai investasi masa datang.
P3IEI sebagai PDPP wajib melakukan upaya pengembalian dana dari DPP yang telah
dibayarkan kepada Pemodal dalam rangka pembayaran ganti rugi. Pengembalian DPP
tersebut merupakan pelaksanaan Hak Subrogasi dari pemodal yang mendapatkan ganti
rugi kepada P3IEI. Pelaksanaan Hak Subrogasi dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah Surat Pemberitahuan dan Permintaan
Pengembalian DPP disampaikan, anggota DPP wajib mengembalikan seluruh dana ganti
rugi yang telah dibayarkan oleh DPP kepada Pemodal ditambah biaya yang telah
dikeluarkan PDPP;
Apabila dalam jangka waktu tersebut, anggota DPP tidak menanggapi dan/atau menolak
untuk mengembalikan DPP, P3IEI akan mengirimkan surat peringatan kepada anggota
DPP;
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Peringatan, Anggota DPP
tidak menanggapi dan/atau menolak untuk mengembalikan DPP, maka akan dilakukan
proses litigasi oleh P3IEI; dan
Apabila setelah dilaksanakan proses litigasi, dimana anggota DPP diwajibkan untuk
mengembalikan DPP berdasarkan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap, anggota DPP tetap tidak mengembalikan DPP, maka P3IEI akan mengajukan Surat
Usulan untuk memailitkan Anggota DPP kepada OJK.