Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk meningkatkan kinerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

telah ditetapkan Visi dan Misi Rencana Strategis Depkes Tahun 2010. Visi

Rencana Strategis yang ingin dicapai Depkes adalah Masyarakat yang

mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut dituangkan dalam empat Misi yaitu,

pertama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan

masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. Kedua melindungi

kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang

paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. Ketiga menjamin ketersediaan

dan pemerataan sumberdaya kesehatan. Keempat menciptakan tata kelola

kepemerintahan yang baik (Hambuako, 2009, dalam

http://dinkesbanggai.wordpress.com).

Menjadi tua adalah suatu proses yang merupakan bagian dari kehidupan

seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan yang

berlangsung terus sepanjang kehidupan. Usia lanjut mengandung pengertian

adanya perubahan yang progresif pada organisme yang telah mencapai

kemasakan, perubahan ini bersifat umum dan irreversible (tidak dapat

kembali) (Sofia, 2001).

1
2

Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung

terus menerus sepanjang hidupnya. Proses penuaan pada wanita berlangsung

lebih cepat daripada proses penuaan yang dialami oleh pria dikarenakan

adanya beban proses reproduksi dalam kehidupannya. Salah satu proses

penuaan yang dialami wanita adalah menopause (Depkes, 1993).

Wanita dalam perkembangannya yang berkaitan dengan hal reproduksi,

akan melalui beberapa tahapan. Saat bayi, wanita telah dibekali dengan

beberapa ratus ribu oosit. Sebagian oosit tersebut hilang sebelum masa

pubertas, ketika masa reproduksi, dan sebagian besar lagi hilang seiring

dengan bertambahnya usia. Pada akhirnya, wanita tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya untuk bereproduksi, di masa pubertas hormon-

hormon reproduksi berkembang baik dan berpengaruh pada penampilan fisik

wanita yang menarik. Akan tetapi, semua itu tidak abadi. Memasuki usia 40-

an hormon-hormon tersebut berkurang. Folikel-folikel indung telur juga

mengalami kerusakan lebih cepat yang pada akhirnya akan habis. Inilah yang

disebut masa menopause, masa berhentinya menstruasi yang sering

diidentikkan dengan penuaan, (Smart, 2010: 13).

Tidak hanya itu, perubahan ini seringkali memengaruhi keadaan psikis

seorang wanita. Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi

oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik

maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan wanita yang

bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Selain itu, bisa memengaruhi

kualitas hidupnya. Dalam menyingkapi dirinya yang akan memasuki masa


3

menopause, beberapa wanita menyambutnya dengan biasa. Mereka

menganggap kondisi ini sebagai bagian dari siklus hidupnya. Banyak wanita

yang mengeluh bahwa dengan datangnya menopause mereka akan menjadi

pencemas. Kecemasan yang muncul pada wanita menopause sering

dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi

yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Wanita seperti ini sangat sensitif

terhadap pengaruh emosional dari fluktuasi hormon. Umumnya mereka tidak

mendapat informasi yang benar sehingga dibayangkannya adalah efek negatif

yang akan dialami setelah memasuki masa menopause. Mereka cemas dengan

berakhirnya era reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik.

Apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan

memudar. Seiring dengan hal itu, validitas dan fungsi organ tubuhnya akan

menurun. Hal ini akan menghilangkan kebanggaannya sebagai wanita.

Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan

suami maupun lingkungan sosialnya. Selain itu, usia ini sering dikaitkan

dengan timbulnya penyakit kanker atau penyakit lain yang sering muncul pada

saat wanita memasuki usia tua (Rostiana, 2010 dalam

http://www.google.co.id).

Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada

tahun 2010 akan mencapai 231 juta orang, atau naik 29 juta orang

dibandingkan dengan hasil pendataan sensus penduduk tahun 2000 lalu, yang

tercatat sebanyak 202 juta orang . Sekitar 121 juta/60.1 % tinggal dipulau jawa

dengan tigkat kepadatan 103 jiwa/km, dan pada tahun 2025 diperkirakan akan
4

lebih dari 263 juta orang dan diperkirakan 25% adalah wanita pramenopause

(http://kepri-dev.bps.go.id). Jumlah penduduk Propinsi Lampung sekitar

7.611.372 jiwa dengan kepadatan mencapai 85 jiwa/km yang berdasarkan

hasil sensus tahun 2009 dan diperkirakan 15,4% adalah wanita pramenopause

(http://lowongan.t35.com). Jumlah penduduk kabupaten Tanggamus pada

tahun 2008 sebanyak 838.348 jiwa dan di perkirakan 13,2% adalah lansia

(http://tanggamus.go.id). Dan jumlah wanita pramenopause yang ada di

kecamatan Semaka dari 18 Desa berjumlah 980 orang.

Berdasarkan data yang diambil di desa Srikuncoro Kecamatan Semaka

Kabupaten Tanggamus diperoleh data lansia yang ada keseluruhan berjumlah

146 orang yang berusia antara 40 sampai 45 tahun. Masing-masing terdiri dari

72 (49%) laki-laki dan 74 (51%) adalah perempuan yang diantaranya telah

mengalami gejala menopause seperti berkeringat di malam hari, pandangan

kabur, warna rambut memutih, sering kencing pada malam hari, susah tidur

malas berhubungan badan dengan suami karena vagina terasa kering dan

tentunya masih banyak lagi keluhan gejala menopause yang menimbulkan

berbagai rasa kecemasan pada wanita yang mengalaminya. Dari studi

pendahuluan yang didapatkan penulis melihat upaya yang dilakukan dalam

upaya pemberdayaan wanita menopause di Desa Srikuncoro ini masih sangat

minim, padahal jika dilihat dari berbagai keluhan yang dialami wanita

menopause di sini banyak yang mengalami kecemasan.

Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan di Desa Srikuncoro

Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun 2010, dengan memberikan


5

kuesioner kepada 10 orang ibu yang berusia 40-45 tahun di dapatkan 6 orang

(60%) berpengetahuan tidak baik, dan 7 orang (70%) mengalami kecemasan

di Desa Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun 2010.

Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa

Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus, dengan judul

Hubungan Pengetahuan Ibu Premenopause tentang Menopause dengan

Kecemasan Ibu Menghadapi Menopause. Karena dari 18 desa yang ada di

Kecamatan Semaka Desa Srikuncoro yang paling rendah pengetahuan dan

paling tinggi tingkat kecemasannya.

B. Rumusan Masalah

Gejala-gejala yang dialami pada wanita pramenopause seperti susah tidur,

sering berkeringat di malam hari, rasa panas di pipi, atau malas berhubungan

seksual dengan suami akan menimbulkan berbagai dampak kecemasan pada

wanita yang telah memasuki masa menopause. Berdasarkan masalah tersebut

maka peneliti merumuskan masalah penelitian: Apakah ada hubungan antara

pengetahuan ibu pramenopause tentang menopause dengan kecemasan ibu

menghadapi menopause di Desa Srikuncoro Keca. Semaka Kab.Tanggamus?.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu pramenopause tentang

menopause dengan kecemasan ibu menghadapi menopause di Desa

Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.


6

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kecemasan ibu pramenopause di Desa

Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.

b. Diketahuinya pengetahuan ibu pramenopause tentang menopause.

c. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu pramenopause tentang

menopause dengan kecemasan ibu menghadapi menopause.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan pengembangan bahan ajar

tentang menopause.

2. Bagi Desa Srikaton Kec. Semaka Kab. Tanggamus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membari dukungan dan motifasi bagi

ibu pramenopause di Desa Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus agar dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi

menopause.

3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan

dan pembanding bagi peneliti selanjutnya


7

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini untuk mencari hubungan pengetahuan ibu pramenopause

tentang menopause dengan kecemasan ibu menghadapi menopause di Desa

Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus pada tahun 2010.

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu premenopause yang berusia 40-45

tahun di Desa Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus. Objek dalam

penelitian ini adalah pengetahuan ibu premenopause tentang menopause

dengan kecemasan ibu menghadapi menopause. Penelitian ini adalah

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu atau pemahaman yang terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yang terdiri dari indera

pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba (Notoatmodjo,

2003: 127).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003: 128) pengetahuan yang dicakup di

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, merupakan tingkat pengetahuan yang

paling telah dipelajari sebelumnya, merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang diprlajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

1
2

2)Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar, misalnya:

dapat menjelaskan mangapa semua wanita mengalami masa

menopause.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan suatu kemampuan menggunakan yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya), misalnya

dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

dari dalam memecahkan masalah kesehatan dari kasus yang

diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.
3

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu materi atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian, terhadap suatu materi atau obyek.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Sukamto,

2001 (http://www.blogger.com)

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan berarti

perubahan perilaku positif yamg meningkat.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan sesuai dengan sikap dan kepercayaan.


4

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal.

5) Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

d. Cara memperoleh pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo, (2005: 11) dalam memperoleh

pengetahuan dibagi 2 kelompok :

1) Tradisional atau non alamiah.

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sebelum ditemukan metode ilmiah atau penemuan secara sistematis

dan logis, cara-cara penemuan pada periode ini antara lain meliput:

(a) Coba salah (Trial and error)

(b) Cara berkuasa atau otoriter.

(c) Berdasarkan pengalaman pribadi.

(d) Melalui jalan pikiran.

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah atau sering di sebut metodologi

penelitian.
5

e. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan.

(Notoatmodjo, 2003. http://www.bloger.com)

f. Hasil Pengukuran Pengetahuan

Cara mengukur tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang

dibagi menjadi dua, yaitu:

1). Pengetahuan baik: 56 % - 100 %

2). Pengetahuan tidak baik: < 40%-50%

(Arikunto, 2006 http://www.bloger.com)

2. Menopause

a. Pengertian Pramenopause

Menurut Prawiroharjo (2003: 128) merupakan suatu masa

peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan

beberapa tahun sesudah menopause. Klimakterium/pramenopause

mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira 6-7

tahun setelah menopause. Pada saat ini kadar estrogen telah mencapai

nilai yang rendah yang sesuai dengan keadaan senium. Pada wanita

dalam klimakterium terjadi perubahan-perubahan tertentu,yang dapat

menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau kadang-kadang berat.


6

b. Pengertian Menopause

Menurut Prawiroharjdo (2003: 2) menopause adalah berakhirnya

masa reproduksi yang terjadi mulai umur 40 sampai 55 tahun yang

ditandai dengan berhentinya haid secara total dan bertahap.

Berhentinya haid didahului oleh siklus haid yang lebih panjang dengan

perdarahan yang berkurang. Umur waktu menopause dipengaruhi oleh

keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan.

Menurut Smart (2010: 19) menopause merupakan suatu periode

ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan

produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini

juga dapat diartikan sebagai berhentinya masa kesuburan.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada

umur yang lebih tua, misalnya pada tahun 1915 menopause

dinyatakan sekitar umur 44 tahun, sedangkan pada tahun 1950 pada

umur yang mendekati 50 tahun. Menopause rupanya ada hubungannya

dengan menarche. Makin dini menarche terjadi maka semakin lambat

menopause akan timbul. Sebaliknya, makin lambat menarche akan

semakin cepat menopause timbul. Menopause karena operasi

umumnya akan menimbulkan keluhan yang lebih banyak

dibandingkan dengan menopause alamiah (Prawirohardjo, 2007: 130) .

Menurut Smart (2010: 20) ada tiga periode menopause, yaitu:

1) Klimakterium, yaitu merupakan masa peralihaan antara

masa reproduksi dan masa senium. Biasanya periode ini disebut


7

juga dengan pramenopause.

2) Menopause, adalah saat haid terakhir, dan bila sesudah

manopause disebut pasca menopause.

3) Senium, adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu

ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya,

sehingga tidak mengalami gangguan fisik.

Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan

mendapatkan haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir secara

alami dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut turut. Umumnya

menopause mulai terjadi pada perempuan berusia sekitar 4555 tahun

(DepKes RI, 2005). Samil dan Affandi (2001) mengatakan bahwa usia

wanita memasuki menopause tergantung pada banyak faktor yaitu

kesehatan pada umumnya, status gizi dan faktor social ekonmi.

Menurut Yatim, (2002) factor yang mempengaruhi wanita memasuki

menopause adalah: 1. Umur waktu mendapatkan haid pertama,

semakin dini haid pertama terjadi semakin lambat pula menopause

akan terjadi; 2. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan; 3. Penggunaan obat

keluarga berencana akan menekan hormon di indung telur sehingga

wanita yang menggunakan pil keluarga berencana dalam jangka waktu

yang lama akan lambat mendapatkan menopause; 4. Wanita yang

merokok akan mengganggu produksi tulang, karena rokok bekerja

dengan mengurangi hormone esterogen; 5. Asupan gizi, wanita yang


8

cukup kalori protein dan mineral serta kalsium akan memperlambat

memasuki menopause.

(http://ajangberkarya.wordpress.com)

c. Gejala Menopause

Ada beberapa gejala menopause menurut Smart (2010: 21), yaitu:

1) Perdarahan

Perdarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti

menstruasi. Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak

teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama di awal menopause.

Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang

kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala

peralihan.

2) Arus panas (hot flush)

Ini adalah gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita

ketika mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat

memasuki masa menopause wanita akan mengalami rasa panas

yang menyebar dari wajah ke seluruh tubuh. Rasa panas ini

terutama terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini

sering diikuti dengan timbulnya warna kemerahan pada kulit dan

berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan

beberapa menit.keluhan ini berasal dari hipotalamus dan terkait

dengan pelepasan LH. Penurunan estrogen akan mengenai sistem


9

alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat

thermoregulasi dan neuron pelepas LH.

3) Vagina menjadi kering dan kurang elastis

Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada

lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis.

Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu,

juga muncul rasa gatal pada vagina, dan rasa sakit pasa saat

berhubungan seksual.

4) Saluran ureter menjadi kering

Pada saat menopause saluran uretra juga akan mongering, menipis,

dan berkurang keelastisannya sehingga rentan terkena infeksi.

5) Kenaikan berat badan

Selain itu, pada wanita menopause juga terjadi perubahan distribusi

lemak tubuh. Lemak tubuh akan menumpuk pada bagian panggul

dan perut. Tidak hanya itu, tekstur kulit pun mengalami perubahan.

Kulit menjadi berkerut dan terkadang disertai dengan jerawat.

6) Insomnia

Mengalami insomnia merupakan hal yang wajar pada saat

menopause. Hal ini disebabkan karena rasa tegang yang dialami

wanita akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah

memerah, dan perubahan lainnya.


10

7) Osteoporosis dan sakit punggung

Keadaan seperti ini diakibatkan pada saat menopause jumlah

esterogen dan progesteron menurun yang mengakibatkan

punurunan pula aktivitas osteoblas sebagai pembentuk tulang.

8) Linu dan nyeri

Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan

kurangnya penyerapan kalsium.

9) Perubahan pada indra perasa

10) Muncul gangguan vasomotoris yang berupa penyempitan

atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.

11) Pusing dan skit kepala.

12) Gangguan sembelit

13) Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit saraf.

14) Payudara kehilangan bentuknya dan mulai kendur. Ini

merupakan akibat dari kadar estrogen yang menurun.

3. Kecemasan

a. Pengertian

Menurut Atkinson, dkk (2001) dalam Rostiana, 2010

http://www,google.co.id mendefinisikan kecemasan sebagai emosi

yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan rasa khawatir,

keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang dalam, dan dalam

tingkatan yang berbeda. Sementara itu Ayub Sani Ibrahim (2007: 235)

berpendapat kecemasan merupakan pengalaman emosional yang


11

berlangsung singkat dan merupakan respon yang wajar, pada saat

individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengancam

kehidupannya.

Caplin (2001) dalam Rostiana, 2010 http://www.google.co.id

mengatakan kecemasan dalam berbagai arti, yang pertama adalah

perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai

masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.

Kedua, rasa takut atau khawatir kronis pada tingkat yang ringan.

Ketiga, kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap. Keempat,

adalah dorongan sekunder mencangkup suatu reaksi penginderaan

yang dipelajari.

b. Gejala Kecemasan

Menurut Sue dkk (2004) dalam Rostiana, 2010

http://www.google.co.id ada empat cara untuk mengetahui ada

tidaknya kecemasan, yaitu secara kognitif, motorik, somatik, dan

afektif. Kecemasan dimanifestasikan ke dalam pikiran individu. Gejala

yang tampak dalam diri individu menjadi cemas, sulit untuk

berkonsentrasi, sulit untuk tidur, sulit untuk membuat keputusan, dan

terlalu terpaku pada bahaya yang tidak jelas asalnya.

Secara motorik, kecemasan dimanifestasikan ke dalam perilaku

motorik seperti gerakan tidak beraturan, gerakan yang tidak terarah,

yang bermula dari gemetaran secara halus kemudian meningkat

intensitasnya. Secara somatik, kecemasan dimanifestasikan kedalam


12

reaksi fisik dan biologis. Perubahan somatik dapat dilihat dari

pernafasan tidak teratur, dahi berkerut, muka pucat, berdebar-debar,

tangan dan kaki dingin, mulut kering, sesak nafas, gangguan

pencernaan dan sebagainya. Secara afeksi kecemasan dimanifestasikan

pada perasaan emosi individu seperti adanya bahaya yang mengancam

dan menimpa dirinya sehingga individu merasa tidak nyaman dan

sangat khawatir dan gelisah yang berlebihan (Noor, 2001, dalam

http://.www.menopause.id.com).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Iskandar (2003) dalam Rostiana 2010

http://www.google.co.id, faktor yang mempengaruhi kecemasan dibagi

menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari

kecemasan berangkat dari pandangan psikoanalisis yang berpendapat

bahwa sumber dari kecemasan itu bersifat internal dan tidak disadari.

Menurut Freud (2003), kecemasan merupakan akibat dari konflik yang

tidak disadari antara implus dengan kendala yang ditetapkan oleh ego

dan superego. Kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari

pada faktor internal. Seorang yang mengalami kecemasan merasa

bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan

bermacam-macam sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.

Penyebab kecemasan menurut Hardjana (2004) dalam Rostiana

2010 http://www.google.co.id adalah keluarga, lingkungan sosial,

pengetahuan, bertambah dan berkurangnya anggota keluarga, dan


13

perubahan kebiasaan atau perilaku sehari-hari. Ada beberapa faktor

potensial yang dapat membuat individu secara potensial mengalami

kecenderungan untuk cemas secara umum, yaitu pewaris genetik,

trauma mental, pikiran, dan kurang efektifnya mekanisme penyesuaian

diri. Di samping faktor predisposisi, terdapat pula faktor terendap yang

dapat menimbulkan kecemasan pada individu. Faktor tersebut adalah

fisik, penyebab eksternal, dan kepekaan emosional.

d. Macam-macam Kecemasan

Seorang ahli dari golongan psikonalisa yang terkenal paling

banyak mengupas tentang kecemasan adalah Freud. Menurutnya

kecemasan merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh individu.

Perasaan itu tidak menentu dan umumnya tidak menyenangkan.

Perasaan yang tidak menyenangkan ini disebabkan karena tidak

adanya obyek yang jelas atau tertentu yang menyebabkan munculnya

perasaan cemas, sehingga menimbulkan rasa tak berdaya pada individu

(Rostiana, 2010 http://www.goole.co.id).

Freud (dalam Rostiana, 2010 http://www.google.co.id)

membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Kecemasan Realistis

Merupakan kecemasan pokok yang diartikan takut akan bahaya

dari luar.
14

2) Kecemasan Neurotis

Kecemasan ini bersumber pada EQ, apabila sesorang tidak biasa

mengandalikan nafsunya maka ia akan berbuat sesuatu menurut

kehendaknya sendiri. Namun subyek takut akan hukuman

masyarakat disekitarnya sehingga ia mampu mengendalikan

nafsunya.

3) Kecemasan Moral

Merupakan kecemasan yang bersumber dari kata hati. Orang takut

melakukan sesuatu yang tidak baik karena kata hatinya

mengingatkan bahwa itu tidak baik. Pada tahap ini sebelumnya

individu telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma

yang ada, maka individu merasa tidak enak, mengalami ketegangan

dan menimbulkan rasa takut.

e. Kecemasan wanita dalam menopause

Pada wanita yang menghadapi periode menopause, akan muncul

simtom-simtom psikologis yang sangat dipengaruhi oleh adanya

perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai akibat dari berkurang

dan berhentinya produksi hormon estrogen. Menopause seperti halnya

menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya hormom estrogen),

remaja ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa. Pada

perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan

antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung,

suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna - tidak berharga, stres


15

dan bahkan ada yang mengalami depresi (Noor, 2001 dalam

http://www.menopause.id.com).

Penampilan bagi seorang wanita menempati posisi yang utama.

Perubahan fisik yang terjadi sejalan dengan masa menopause sudah

tentu menimbulkan kesan yang lebih mendalam bagi kehidupan

wanita. Timbulnya perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan

semacamnya memunculkan kekhawatiran tersendiri. Mereka khawatir

akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya akan

berpaling dan meninggalkannya. Perasaan inilah yang dirasakan oleh

sebagian besar wanita menopause. Dengan demikian, kecemasan

menghadapi menopause adalah perasaan gelisah dan khawatir dari

adanya perubahan fisik, sosial, maupun seksual (Smart, 2010:59).

Banyak wanita tidak banyak yang tahu mengapa mereka

mendadak terbangun dini hari dengan perasaan takut atau sedih tanpa

suatu alasan yang masuk akal. Seandainya mereka tahu bahwa semua

itu hanya gejala menopause, maka kecemasan pun tak akan timbul.

Umumnya mereka tidak mendapatkan informasi dengan benar

sehingga yang dibayangkan hanya efek negatif yang akan dialami

setelah memasuki masa menopause. Mereka cemas dengan

berakhirnya era reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan

fisik. Apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti

kecantikannya akan memudar (Noor, 2001 dalam

http://www.menopause.id.com)
16

Hal ini akan menghilangkan kebanggaannya sebagai wanita. Keadaan

ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami

maupun lingkungan sosialnya. Selain itu, usia ini sering dikaitkan

dengan timbulnya penyakit kanker atau penyakit lain yang sering

muncul pada saat wanita memasuki usia tua (Kartono, 2007 dalam

Rostiana, 2010 http://www.goolge.co.id)

Wanita biasanya mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia

merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering

dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi

yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Kecemasan pada ibu-ibu

lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada

orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapatkan

dukungan dari orang-orang sekitar, namun tidak banyak yang masih

merasa cemas meskipun telah mendapatkan dukungan dari orang

sekitar (Noor, 2001 dalam http://www.menopause.id.com).

Selain berbagai faktor di atas, seperti yang dikemukakan oleh

Departemen Kesehatan RI (2003) bahwa faktor yang mempengaruhi

timbulnya kecemasan pada masa menopause adalah penurunan fungsi

indung telur yang berkaitan dengan perunahan keseimbangan

hormonal, pengaruh sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dapat

mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan yang

mempengaruhi pengetahuan, serta faktor psikologik termasuk


17

hubungan interpersonal dengan suami, anggota keluarga dan

masyarakat sekitarnya.

f. Cara Mengatasi Rasa Kecemasan dalam menopause

Beberapa cara mengatasi kecemasan dalam mengahadapi

menopause menurut Noor, 2001 dalam http://www.menopause.id.com)

adalah:

1) Beberapa keluhan fisik pada wanita yang mengalami

menopause, dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat

hormon esterogen.

2) Olah raga yang sesuai dengan usia tengah baya, dengan

olah raga produksi endrokin dalam otak meningkat, kondisi ini

dapat memelihara keceriaan dan kegembiraan, pengiriman oksigen

ke otak pun meningkat, sehingga ketegangan otot dan berbagai

gangguan fisik pun sirna.

3) Makanan yang baik dengan gizi yang seimbang

4) Melakukan hobi, dengan kegiatan ini biasanya wanita akan

melupakan perasaan yang menjadi beban pikiran, misalnya dengan

melukis atau belanja, dengan adanya kegiatan tersebut maka

pikiran pun akan terfokus pada kegiatan yang akan dilakukan.

5) Berfikir positif, apapun peristiwa yang dialami, termasuk

menopause bila dilihat dengan kaca mata positif maka tidak akan

berdampak negatif bagi kehidupan.


18

6) Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial

dengan apa yang dimiliki baik itu pengetahuan atau keterampilan

pada orang lain akan dapat mengurangi perasaan-perasaan negatif

yang akan muncul.

7) Bertemu dengan teman yang mungkin mempunyai masalah

yang sama juga dapat berfungsi sebagai obat.

8) Komunikasikan masalah dengan suami, berbagi perubahan

maupun gangguan fisik-psikis-sosial yang dirasakan perlu

diketahui suami.

9) Beberapa kegiatan yang telah disebutkan yang paling

penting adalah peningkatan keagamaan yang akan memperkaya

kehidupan rohani dan menyadari sepenuhnya bila tujuan hidup ini

untuk mengabdi pada Tuhan YME.

g. Cara mengukur kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak

pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang

diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai

dengan 4 (severe).
19

Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang

dikutip Nursalam (2003) dalam http://www.alexa.com penilaian

kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

3) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, suara tidak stabil

dan kedutan otot.

8) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.


20

9) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pemapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, perasaan panas di perut.

12) Gejala urogenital: sering keneing, tidak dapat menahan kencing,

amenorhea, ereksi lemah atau impotensi.

13) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat dan napas pendek dan cepat.


21

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari gejala yang ada

4 = Sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan

item 1-14 dengan hasil:

1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 714 = kecemasan ringan.

3. Skor 1527 = kecemasan sedang.

4. Skor >27= kecemasan berat

(Hamilton Rating Scale for Anxiety dalam http://www.alexa.com)


22

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Hardjana (2004,

dalam Rostiana 2010 http://www.google.co.id) adalah keluarga, lingkungan

sosial, pengetahuan, jumlah anggota keluarga dan kebiasaan perilaku. Pada

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Kerangka Teori Penelitian

(Hardjana 2004 dalam Rostiana 2010)


23

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep yang ingin diamati untuk diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005: 68). Dalam penelitian ini variabel

yang ingin diteliti adalah pengetahuan ibu tentang menopause dan kecemasan

ibu menghadapi menopause.

Variabel bebas Variabel terikat

Kecemasan ibu
Pengetahuan ibu menghadapi
tentang menopause menopause

Gambar 2

Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

D. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
24

penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka

hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau di tolak.

(Notoatmodjo, 2005: 72).

Dalam penelitian ini terdapat 2 hipotesis yaitu:

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu pramenopause tentang

menopause dengan kecemasan ibu dalam mengahadapi menopause

di Desa Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.


Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu pramenopause tentang menopause

dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Srikuncoro

Kecamatan Semaka Kabupaten TanggamusBAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional,

yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan pengetahuan

ibu pramenopause tentang menopause dengan kecemasan ibu menghadapi

menopause di Desa Srikuncoro Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus,

dimana pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan atau

sekaligus.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-4 Juni 2010 di Desa Srikuncoro

Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pramenopause yang

berusia 40-45 dan bertempat tinggal di Desa Srikuncoro Kecamatan

Semaka Kabupaten Tanggamus sebanyak 74 orang.

2. Sampel

25
26

Pada penelitian ini jumlah sampel adalah keseluruhan jumlah populasi

yaitu sebanyak 74 ibu-ibu pramenopause. Cara pengambilan sempel yaitu

dengan melihat data dikelurahan tentang ibu-ibu yang berusia 40-45 tahun.

D. Variabel Dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel di bedakan menjadi dua yaitu variabel bebas atau variabel

indipenden dan variabel tergantung atau variabel dependen. (Notoatmodjo, 2005:

70)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu

pramenopause tentang menopause dan yang menjadi variabel tergantung pada

penelitian ini adalah tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause.

2. Definisi Operasional

Tabel 1.

Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


o Ukur Ukur Ukur
1 Bebas: Kemampuan Instrument Mengisi 0=Pengetahuan Ordinal
Pengetahuan responden untuk test instrument baik : 56-100%
menjawab test 1=Pengetahuan tidak
dengan benar baik : < 40-50 %
atas pertanyaan-
pertanyaan yang (Arikunto, 2006
tertuang dalam dalam
kuisioner http://www.blogger.
mengenai com)
menopause yang
selanjutnya akan
dikategorikan
menjadi baik
dan tidak baik.
2 Terikat: Perasaan tidak Kuesioner Wawancara 0=tidak cemas jika Ordinal
Kecemasan nyaman yang terpimpin <6
dialami pada 1= kecemasan
27

wanita ringan jika 7-14


pramenopause, 2=kecemasan
yang sedang jika 15-26
diklasifikasikan 3=kecemasan berat
atas tidak sekali jika >27
cemas, cemas
ringan, cemas (HRS-A)
sedang dan
cemas berat.

E. Jenis Data dan Tekhnik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil jawaban kuisioner

yang diberikan kepada responden.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pengisian

kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang akan diisi oleh

responden.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden hanya memberikan

jawaban dengan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005: 124). Kuisioner

yang dipakai adalah kuisioner pengetahuan C1 (tahu) ibu tentang menopause.

Jenis kuisioner adalah kuisioner tertutup, dimana responden memilih dua

alternatife jawaban dengan ketentuan untuk jawaban benar diberi nilai 0 dan
28

untuk jawaban yang salah diberi nilai 1. Demikian pula untuk kecemasan juga

menggunakan kuesioner tertutup dimana responden memilih lima alternatif

jawaban dengan ketentuan untuk kecemasan berat diberi nilai 3, sedang 2,

ringan 1 dan tidak cemas 0. Kemudian kuesioner dibagikan dan diisi oleh

responden. Jika ada pertanyaan yang tidak jelas bagi responden, maka peneliti

memberikan penjelasan seperlunya.

G. Analisis Data

1. Proses pengolahan data yang dilakukan peneliti adalah:

a. Editing

Mengumpulkan dan memeriksa data pada lembar kuesioner yang

didapat dari responden. Jawaban dari responden diperiksa lagi adalah

kelengkapannya, kejelasannya, relevansi dan kekonsistenannya.

b. Coding

Setelah pemberikan skor pada item-item pertanyaan terhadap

subyek penelitian yang dinilai (kriteria skoring terlampir), tahap

selanjutnya Memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan

data. Peneliti memberikan kode pada setiap variabel, kemudian

mencoba menentukan tempatnya. Dalam penelitian ini pemberian kode

dilakukan pada item yang diberikan skor.

c. Processing

Setelah semua kuisioner diisi oleh responden, serta telah melewati

pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar

data yang sudah di-entry dapat dianalisis, pemrosesan data dilakukan


29

dengan cara meng-entry data dari kuisioner ke paket program

komputer.

d. Cleaning

Cleaning (membersihkan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sedah di-entry apakah ada kesalahannya atau tidak.

(Hastono, 2007: 1)

2. Teknik analisis data

a. Analisis Univariat

Pada penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menggambarkan

distribusi frekuensi dari variabel pengetahuan terhadap kecemasan

digunakan rumus sebagai berikut :

P=
f x 100
n

Keterangan :

P : Prosentase
30

f : Jumlah frekuensi

n : Jumlah sampel

100% : Konstanta

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen pengetahuan ibu pra menopause dengan variabel dependen

kecemasan ibu menghadapi menopause. Data yang sudah dikumpulkan

melalui observasi kemudian dianalisa berapa jumlah yang mengalami

kecemasan berat, sedang, ringan dan tidak cemas berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini analisa yang

digunakan adalah uji Chi-square (2), dengan menggunakan derajat

kesalahan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

2 =
2
(0E ) E

Keterangan :

2 = Statistik Chi-square

= Penjumlahan

0 = Frekuensi yang diamati

E = Frekuensi yang diharapkan (Hastono, 2007)


31

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat kemaknaan antara

dua variabel yaitu: jika probabilitas p value 0,05 maka bermakna

/signifikan, berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel

dependen dan variabel independen (Ha diterima dan Ho gagal

diterima), jika probabilitas p value >0,05 maka tidak bermakna

/signifikan, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

dependen dan variabel independent (Ho diterima dan Ha gagal

diterima).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Srikuncoro merupakan salah satu Desa di Kecamatan Semaka

Kabupaten Tanggamus. Desa Srikuncoro dibuka tahun 1938, sebelum

adanya pemekaran Desa Srikuncoro masih gabung dengan Desa tetangga

yaitu Desa Srikaton. Pada tahun 1996 diadakan pemekaran kampung,

sejak tahun 1996 Desa Srikuncoro berdiri sendiri dengan luas wilayah

113,5 Ha dan dikepalai oleh bapak Aman Efendi sampai dengan sekarang.

Desa Srikuncoro terbagi menjadi 5 RT. Jumlah penduduk yang terdapat

di desa Srikuncoro adalah 2.236 jiwa dengan 1.144 laki-laki dan 1.092

perempuan, kepala keluarga 538.


32

Batas-batas wilayah Desa Srikuncoro adalah:

1. Sebelah utara : Raja Basa

2. Sebelah Selatan : Srikaton

3. Sebelah Barat : Karang Agung

4. Sebelah Timur : Sripurnomo

Orbitasi

1. Jarak dari pusat

pemerintahan kecamatan : 4 km

2. Jarak dari ibu kota

kabupaten : 20 km

3. Jarak dari ibu kota provinsi

: 120 km

Kondisi Geografis:

1. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 175 M

2. Banyaknya curah hujan : 1.200 mm/th

3. Tafagrafi (Daratan rendah, tinggi, dll) : dataran rendah

4. Suhu Udara rata-rata : 28-300C


33

2. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di Desa Srikuncoro Kec. Semaka Kab.

Tanggamus. Responden dalam penelitian ini adalah wanita pramenopause

yang berusia 40-45 tahun yang berjumlah 74 responden. Karakteristik

responden dalam penelitian ini meliputi pendidikan dan pekerjaan.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Dari kuisioner yang diberikan peneliti kepada ibu pramenopause di

Desa Srikaton Kec. Semaka Kab. Tanggamus didapatkan data sebagai

berikut:

Tabel 2. Distribusi Pendidikan Ibu Pramenopause Di Desa


Srikuncoro Kec. Semaka Kab. TanggamusTahun 2010

Frekuens
No Pendidikan i Persentase

1 SD 37 50,0

2 SMP 21 28,4

3 SMA 16 21,6

TOTAL 74 100,0

(Sumber: Hasil penelitian, 2010)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan ibu

pramenopause adalah SD atau sederajat sebanyak 38 responden (51,4%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


34

Dari kuisioner yang diberikan peneliti kepada ibu pramenopause di

Desa Srikaton Kec. Semaka Kab. Tanggamus didapatkan data sebagai

berikut:

Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Ibu Pramenopause di Desa


Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus Tahun 2010

Pekerjaan Frekuensi Persentase

IRT 25 33,8

Tani 33 44,6

Wiraswasta 11 14,6

PNS 5 6,8

TOTAL 74 100,0

(Sumber: Hasil penelitian, 2010)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan

ibu pramenopause adalah Tani sebanyak 33 responden (44,6%).

B. Hasil Pembahasan

1. Analisis univariat

a. Pengetahuan tentang Menopause

Pengetauan tentang menopause diukur dengan skor berdasarkan

jawaban responden dalam kuisioner. Rata-rata pengetahuan responden

berdasarkan pertanyaan pada kuisioner tegolong tidak baik yaitu

sebanyak 44 orang (59,5%), sedangkan responden yang

berpengetahuan baik yaitu 30 orang(40%).


35

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Pramenopause


di Desa Sikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus Tahun 2010

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase


Baik 30 40,5
Tidak Baik 44 59,5
Total 74 100,0
Sumber : Data Primer 2009

b. Kecemasan Ibu Menghadapi Menopause

Kecemasan ibu dalam menghadapi menopause diukur dengan skor

berdasarkan jawaban responden dalam kuisioner dengan jumlah 14

item soal. Rata-rata kecemasan responden dalam penelitian ini

berdasarkan kuisioner adalah dapat dikatgorikan memiliki kecemasan

berat, yaitu sebanyak 27 orang (36,5%). Sedangkan yang

dikategorikan tidak ada kecemasan adalah sebanyak 14 orang (18,9%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Pramenopause


di Desa Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus Tahun 2010

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentasi


Tidak ada Kecemasan 14 36,5
Kecemasan Ringan 17 21,6
Kecemasan Sedang 16 23,0
Kecemasan Berat 27 18,9
Total 74 100,0

Sumber : Data Primer 2009

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Menopause Dengan

Kecemasan Ibu Menghadapi Menopause

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Ibu Pramenopause dengan Kecemasan


Ibu Menghadapi Menopause
36

Pengetahuan Kecemasan p
Tidak Ringan Sedang Berat Total valu
Ada e
F % F % F % F % F %
Baik 8 26,7 9 30,0 7 23,3 6 20,0 30 100,0
0,089
Tidak Baik 6 13,6 8 18,2 9 20,5 21 47,7 44 100,0
Total 14 18,4 17,0 23,0 16 21,6 27 36,5 74 100,0

Sumber: Data Primer 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 74 ibu

pramenopause, ibu yang memiliki pengetahuan tidak baik serta mengalami

kecemasan berat sebanyak 21 orang (47,7%), sedangkan ibu yang memiliki

pengetahuan baik serta mengalami kecemasan berat sebanyak 6 orang

(20,0%).

Analisis bivariat yang dilakukan dengan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% dan =0,05 diperoleh nilai p value=0,089. Berarti Ho

gagal ditolak yang secara statistik dapat diartikan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang menopause dengan

kecemasan ibu mengahadapi menopause, artinya bahwa pengetahuan yang

dimiliki ibu menopause tidak mempengaruhi kecemasan ibu dalam

mengahadapi menopause.

C. Pembahasan

1. Univariat
37

a. Pengetahuan Ibu tentang Menopause di Desa Srikuncoro Kec.

Semaka Kab. Tanggamus Tahun 2010

Dalam penelitian ini dapat diketahui dari 74 responden yang

dijadikan sampel, bahwa pengetahuan responden di Desa Srikuncoro

Kec. Semaka Kab. Tanggamus berdasarkan pertanyaan dalam

kuesioner rata-rata tergolong tidak baik yaitu sebanyak 44 responden

(59,5%), sedangkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 30

responden (40,0%). Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena

pendidikan para ibu-ibu yang masih tergolong berpendidikan rendah

yaitu SD atau sederajat. Selain dari faktor pendidikan faktor pekerjaan

juga sangat mempengaruhi pengetahuan ibu pramenopause, kesibukan

mereka yang sebagian besar adalah petani menyebabkan para ibu-ibu

tidak terlalu memikirkan tentang pengetahuannya, mereka lebih

mementingkan pekerjaan dari pada mencari informasi untuk

memperluas pengetahuannya.

Pengetahuan akan membentuk kepercayaan dan akan memerikan

dasar pengembangan selanjutnya dan menentukan sikap terhadap objek

tertentu. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang

dimiliki seseorang. Informasi yang banyak dimiliki seseorang maka

pengetahuannyapun akan semakin baik, begitu juga sebaliknya.

b. Kecemasan Ibu dalam Menghadapi Menopause di Desa

Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus Tahun 2010


38

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa

responden yang mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 27

responden (36,5%), kecemasan sedang sebanyak 16 responden

(21,6%), kecemasan ringan sebanyak 17 responden (23,0%),

sedangkan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 14 responden

(18,9%). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya

pengetahuan ibu yang tergolong tidak baik, pekerjaan, lingkungan

tempat tinggal yang jauh dari kota sehingga menyebabkan informasi

tentang menopause sulit didapat.seperti yang telah di ungkapkan oleh

Hardjana (2004) dalam Rostiana 2010 http://www.google.co.id

penyebab kecemasan adalah bukan hanya pengetahuan, tapi juga

keluarga, lingkungan sosial, bertambah dan berkurangnya anggota

keluarga, dan perubahan kebiasaan atau perilaku sehari-hari.

Caplin (2001) dalam Rostiana, 2010 http://www.google.co.id

mengatakan kecemasan dalam berbagai arti, yang pertama adalah

perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai

masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.

Kedua, rasa takut atau khawatir kronis pada tingkat yang ringan.

Ketiga, kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap. Keempat,

adalah dorongan sekunder mencangkup suatu reaksi penginderaan

yang dipelajari.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hernawily dan

Amperaningsih (2009), yang meneliti tentang kecemasan wanita


39

pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Kemiling

Permai Kecamatan Sumberrejo Kota Bandar Lampung Tahun 2009,

dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki kecemasan dalam tingkat berat yaitu sebanyak 225

orang (82,4%)

2. Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Ibu Pramenopause dengan Kecemasan

Ibu Menghadapi Menopause di Desa Srikuncoro Kec. Semaka

Kab. Tanggamus Tahun 2010

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah

dilakukan dapat diketahui bahwa dari 74 responden yang dijadikan

sampel, ibu yang memiliki pengetahuan baik serta tidak mengalami

kecemasan sebanyak 8 responden (26,7%), ibu yang memiliki

pengetahuan baik serta mengalami kecemasan ringan sebanyak 9

(30,0%), ibu yang memiliki pengetahuan baik serta mengalami

kecemasan sedeng sebanyak 7 (23,3%), ibu yang memiliki

pengetahuan baik serta mengalami kecemasan berat sebanyak 6

(20,0%), ibu yang memiliki pengetahuan tidak baik serta tidak

mengalami kecemasan sebanyak 6 (13,6%), ibu yang memiliki

pengetahuan tidak baik serta mengalami kecemasan ringan sebanyak 8

(18,9%), ibu yang memiliki pengetahuan tidak baik serta mengalami

kecemasan sedang sebanyak 9 (20,5%),sedangkan ibu yang memiliki

pengetahuan tidak baik serta mengalami kecemasan berat sebanyak 21


40

(47,7%). Dapat dikatakan bahwa rata-rata ibu-ibu pramenopause di

desa Srikunncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus pengetahuannya

tentang menopause tidak baik dan mengalami kecemasan dalam

menghadapi menopause.

Berdasarkan uji chi square yang telah dilakukan dengan tingkat

kepercayaan 95% dan =0,05 diperoleh nilai p value=0,089. Berarti

Ho gagal ditolak yang secara statistik dapat diartikan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang

menopause dengan kecemasan ibu mengahadapi menopause, artinya

bahwa pengetahuan yang dimiliki ibu menopause tidak mempengaruhi

kecemasan ibu dalam mengahadapi menopause. Hal ini terjadi karena

kecemasan yang dialami oleh ibu pramenopause bukan hanya

disebabkan karena pengetahuan ibu yang rendah tentang menopause

tetapi karena faktor-faktor lain, seperti pekerjaan, lingkungan,

hormonal, dan pola hidup. Seperti yang dikemukakan oleh Departemen

Kesehatan RI (2003) bahwa faktor yang mempengaruhi timbulnya

kecemasan pada masa menopause adalah penurunan fungsi indung

telur yang berkaitan dengan penurunan keseimbangan hormonal,

pengaruh sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dapat

mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan.

Menurut Iskandar (2003) dalam Rostiana 2010

http://www.google.co.id, faktor yang mempengaruhi kecemasan dibagi

menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari
41

kecemasan berangkat dari pandangan psikoanalisis yang berpendapat

bahwa sumber dari kecemasan itu bersifat internal dan tidak disadari.

Menurut Hardjana (2004) dalam Rostiana 2010

http://www.google.co.id penyebab kecemasan adalah keluarga,

lingkungan sosial, pengetahuan, bertambah dan berkurangnya anggota

keluarga, dan perubahan kebiasaan atau perilaku sehari-hari.

Cara mengatasi kecemasan seperti beberapa keluhan fisik pada

wanita yang mengalami menopause, dapat diatasi dengan pemberian

obat yang bersifat hormon esterogen, olah raga yang sesuai dengan

usia tengah baya, makanan yang baik dengan gizi yang seimbang,

melakukan hobi, berfikir positif, terlibat dalam aktivitas-aktivitas

keagamaan dan sosial, bertemu dengan teman yang mungkin

mempunyai masalah yang sama (memberi motifasi) juga dapat

berfungsi sebagai obat, komunikasikan masalah dengan suami,

beberapa kegiatan yang telah disebutkan yang paling penting adalah

peningkatan keagamaan yang akan memperkaya kehidupan rohani dan

menyadari sepenuhnya bila tujuan hidup ini untuk mengabdi pada

Tuhan YME.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) yang meneliti

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang menopause dengan

kecemasan ibu menghadapi menopause di wilayah POSYANDU

Lansia Dusun Caturtunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman,


42

Yogyakarta, dan mengambil sampel pada ibu menopause yang berusia

45-55 tahun yang berada di POSYANDU Dusun Catur Tunggal

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hasil bahwa ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

menopause dengan kecemasan ibu mengahadapi menopause, artinya

bahwa pengetahuan yang dimiliki ibu menopause mempengaruhi

kecemasan ibu dalam mengahadapi menopause. Penelitian ini

menandakan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang menopause akan

mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi menopause. Hal ini

bisa saja terjadi karena tempat penelitian yang berbeda, jumlah sampel,

dan waktu penelitian.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan tentang menopause

dengan kecemasan ibu menghadapi menopause di Desa Srikuncoro

Kec. Semaka Kab. Tanggamus Tahun 2010, disebabkan oleh beberapa

factor:1) Ekonomi keterbatasan ekonomi menyebabkan para wanita

harus bekerja, dengan pekerjaan ini ibu pramenopause akan semakin

terbebani, yang kemudian akan menimbulkan kecemasan; 2)

Lingkungan tempat tinggal, karena tempat tinggal para ibu di daerah

persawahan dan ladang hal ini menuntut ibu untuk bekerja sebagai

seorang petani pekerjaan yang melelahkan sebagai seorang petani bisa

menyebabkan keadaan hormonal tidak stabil, keadaan hormon yang

tidak stabil dapat menimbulkan kecemasan; 3) Kesehatan, keadaan


43

tubuh yang kurang sehat dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan;

4) Keluarga.

3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dengan

desain Cross sectional. Dalam studi Cross sectional, pengukuran terhadap

variabel independen (pengetahuan) dilakukan bersama-sama dengan

variabel dependennya (kecemasan ibu menghadapi menopause), sehingga

hasil yang ada bukan merupakan sebab akibat. Sampel dalam penelitian ini

hanya ibu-ibu yang berusia 40-45. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini hanya analisis univariat dan bivariat saja.

Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Chi square. Uji

Chi square ini hanya menyimpulkan ada atau tidaknya hubungan antar

variabel, dengan kata lain tidak menyimpulkan adanya pengaruh satu

variabel terhadap variabel lainya.

Kuisioner yang digunakan dalam pengumpulan data untuk

pengetahuan, disusun oleh peneliti berdasarkan teori-teori dalam

kepustakaan. Hal ini dikarenakan belum adanya kuisioner khusus atau

baku untuk mengetahui pengetahuan responden. Kuesioner yang

digunakan untuk mengukur pengetahuan juga tidak diuji cobakan dahulu.

BAB V
44

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dirumuskan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ibu pramenopause yang mengalami kecemasan berat di Desa

Srikaton Kec. Semaka Kab. Tanggaamus yaitu 27 responden (36,5%)

2. Ibu pramenopause yang memiliki pengetahuan tidak baik di Desa

Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus yaitu 44 responden (59,5%)

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

pramenopause tentang menopause dengan kecemasan ibu menghadapi

menopause di Desa Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus dengan p

value 0,89.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti

mencoba memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Di Desa Srikuncoro Kec. Semaka Kab. Tanggamus

Dapat memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu-ibu pramenopause

agar dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi menopause, dengan

cara bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk memberikan

penyuluhan tentang menopause. Penyuluhan ini dapat dilakukan pada saat


45

pengajian ibu-ibu agar dapat mempermudah penyampaian informasi dan

sasaran penyuluhan akan lebih tepat yaitu pada ibu-ibu. Membagikan

leaflet tentang menopause kepada ibu-ibu pramenopause.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi informasi dan masukan

yang bermanfaat bagi para pembaca di perpustakaan Akbid Alifa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti kembali

hubungan pengetahuan ibu pramenopause tentang menopause dengan

kecemasan ibu menghadapi menopause, menggunakan kerangka teori

yang lain, dengan sampel yang lebih banyak dan dengan metode yang

berbeda.

Anda mungkin juga menyukai