Anda di halaman 1dari 11

1.

Teori Abiogenesis

Menurut teori ini, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan kata lain makhluk
hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada dengan sendirinya maka teori ini
dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea. Aristoteles merupakan salah satu pelopor teori
ini, dengan percobaan yang dilakukannya pada tanah yang direndam air akan muncul cacing.

Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris. Nedham
melakukan penelitian dengan merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit kemudian
ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham
berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.

Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme


(animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah menguatkan teori
Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa mikroorganisme itu berasal
dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek menolak pernyataan itu dengan
mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari udara.

Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan sebenarnya terdapat
kelemahan, yaitu belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur
cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini karena pada zaman
Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan pada percobaan, tetapi cara
berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada
pola metode ilmiah.

2. Teori Biogenesis

Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh
pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori
Abiogenesis.

a) Percobaan Francesco Redi (1626-1697)


Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi
mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging
dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa
hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau
belatung lalat.
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau
belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung
yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang
membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut
hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang
tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada
dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.

Kesimpulan percobaan Redi:

Larva atau belatung yg terdapat dalam daging busuk II dan III bukan terbentuk dari
daging yg membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yg ditinggal pada daging ini ketika
lalat tsb hinggap disitu.
Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila mellihat keadaan pd stoples III yg tertutup kain kasa.
Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yg
membusuk belatung relatif sedikit.

b) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)


Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham
abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama
dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan
dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai
berikut:
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15C selama beberapa menit dan
dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan
antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada
tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu,
diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya
menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung
mikroba.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula,
baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka
lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh
serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang
ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari
kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba
darimudara ke dalam air kaldu tersebut.

Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro


Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air
kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.

Kesimpulan percobaan Spallanzani:


Mikroba yg ada di dalam kaldu tsb bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi
berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi
mikroba dari udara ke dalam air kaldu tsb.

c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)


Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan
percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya,
Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan
Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut:
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara
gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan
atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa
hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu
didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.

Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat


dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap
air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk
leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara
untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.

Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu.
Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.

Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu
dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya
pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham
Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
benda mati yang terjadi secara spontan.

Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang awal mulamakhluk hidup yang dikenal
dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan paham
Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum
berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.

Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang awal
mulakehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib)
pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari
mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan
hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
3. Teori Cosmozoic

Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup bumi
berasal dari spora kehidupan yang berasal dari luar angkasa. Keadaan planet di luar angkasa
diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta adanya radiasi yang mematikan
sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu
sampai ke bumi. Teori ini tidak dapat diterima oleh banyak ilmuwan.

4. Teori Penciptaan (Special Creation)

Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa adanya. Paham
ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya organisme tanpa
menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis makhluk hidup terjadi secara
terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai