Anda di halaman 1dari 30

Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 1

Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 2

OUTLINE MATA KULIAH


ILMU KOMUNIKASI
PENGEMBANGAN MASYARAKAT PESISIR &
BIMBINGAN KONSELING
Semester Ganjil 2016-2017

KONTRAK PERKULIAHAN

Dosen : Dr. Syarifudin, M. Sos.I


Address Office : Jl. Tarmizi Taher Batu Merah Atas, Ambon
Phone Office : 0911 344315 344816 Hp. 081343372180
Jumlah SKS : 2 SKS
Hari : Selasa
Matakuliah /Jurusan : Ilmu Komunikasi/BKI dan PMI
Jam Kuliah : 13.30 s/d 15:00
Email : syarifiainambon99@gmail.com
Perguruan Tinggi : Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAIN Ambon

1. ARTI PENTING MATA KULIAH

Arti penting ilmu komunikasi bagi masyarakat pesisir karena ia


memiliki kehidupan yang khas tidak sama dengan masyarakat kontinental,
sehingga perlu dipelajari kekhasan dan keunikan cara berkomunikasi dengan
masyarakat pesisir. Tipologi masyarakat dihadapkan langsung pada kondisi
ekosistem yang kerasnya ombak, dan sumber kehidupan yang bergantung
pada pemanfaatan biota laut dan sumberdaya pesisir serta laut (selanjutnya
disingkat SDP). Masyarakat pesisir terutama nelayan kecil, masih terbelit
oleh persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Terdapat persoalan tertentu
terkait dengan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga masyarakat
pesisir masih tertinggal (Hanson 1984). Rendahnya taraf hidup masyarakat
pesisir dan akses yang terbatas akan aset dan sumber-sumber pembiayaan
bagi nelayan kecil merupakan persoalan utama yang dijumpai di kawasan
pesisir. Nelayanpun sangat rentan terhadap tekanan pemilik modal.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 3

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:


EP.10/MEN/ 2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan
Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan
antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut
12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu
(kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas
administrasi kabupaten/kota. Keputusan ini membutuhkan peran
Mahasiswa S1 memahami karakterristik ilmu komunikasi masyarakat pesisir.
Mata kuliah Ilmu Komunikasi pengembangan masyarakat Pesisir dan
bimbingan konseling salah satu matakuliah yang mempelajari sistem
komunikasi efektif pada masyarakat pesisir dan Bimbingan konseling di
Maluku sebagai fokus mahasiswa melakukan interaksi sosial untuk
mewujudkan tradisi Islam Nusantara yang berkemajuan. Arti penting mata
kuliah Ilmu Komunikasi bagi Mahasiswa S1 jurusan Pengembangan
Masyarakat Pesisir dan Bimbingan Konseling mahasiswa mendapatkan
wawasan dan strategi komunikasi untuk melakukan public sphere (Konstruksi
sosial) demi percepatan pembangunan masyarakat pesisir. Dalam matakuliah
ini diajarkan ilmu komunikasi, unsur-unsur komunikasi, dan strategi
komunikasi efektif bagi pengembangan masyarakat pesisir melalui
bimbingan konseling sesuai visi dan misi Fakultas dan jurusan PMP dan BKI
IAIN Ambon.
Matakuliah ini akan menjelaskan pengertian Ilmu Komunikasi verbal,
non verbal, atau dalam komunikasi islam dikenal dengan dakwah billisan,
bilqalam, dan bilhal. Adapun media komunikasi yang diajarkan antara lain;
media sosial, media massa modern, yang meliputi surat kabar, majalah
masyarakat pesisir, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum,
dan film dokumenter yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat
pesisir dan bimbingan konseling sesuai prinsip Al-Quran, Sunnah, Qiyas dan
ijma para ulama Islam Nusantara.
Tokoh komunikasi Islam di antaranya Sayekh Ali Mahfuz, Hasan Al-
banna, Rasyid Ridha, Sayyid Husn Nasr dan tokoh Komunikasi Islam
Nusantara, Jalaluddin Rahmat, Said Agil Siraj, Hasyim Asyari, dan KH.
Ahmad Dahlan. Pemikiran Ilmu komunikasi para tokoh Barat juga di
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 4

kemukakan seperti Mc Quwail, Hovlan, Lazervel, Litte John yang


berkontribusi terhadap pengembangan Ilmu komunikasi.
Matakulia Ilmu Komunikasi memiliki peran strategis bagi mahasiswa
S1 karena peran ilmu komunikasi sebagai media untuk mengkomunikasikan
ekspresi kepentingan publik yang sangat kompleks dari aspek tujuan hidup,
keyakinan, cara beradabtasi dengan perubahan sosial, dan bahaya laten dari
idiologi yang sangat multikultural. Mahasiswa diajarkan bagaimana Seorang
komunikator yang menyampaikan pesan secara interpernal, kelompok, dan
kepada ribuan manusia melalui media massa yang berbeda-beda budaya,
agama, dan tradisi dengan tidak merusak sistem sosial. Ilmu komunikasi
yang diajarkan pendekatan dakwah, tablig dengan etika komunikasi qaulan
sadida, qaulan marufa, qaulan maisyura, qaulan baligha, qaulan layyinan. Harapan
matakuliah ini jika memahami ilmu komunikasi dapat menghasilkan Seorang
komunikator yang mahir dan mampu menemukan metode yang tepat untuk
menyiarkan pesannya guna membina empaty dengan jumlah terbanyak
diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan,
kontak yang fundamental adalah antara dua orang; benak komunikator
harus mengenai benak setiap komunikan. Ilmu Komunikasi yang berhasil
ialah kontak pribadi dengan pribadi yang di ulang ribuan kali secara
serentak.
Matakuliah Ilmu Komunikasi juga akan mempelajari dunia periklanan
dengan komponen software yang profesional dapat menghasilkan berita yang
bernilai seni yang dikemas dalam program komputer grafis berupa audio
visual (gambar dan publikasi). Kemajuan Teknologi informasi khususnya
media cetak maupun visul jika bisa manfaatkan dapat menjadi bekal siswa
untuk memiliki keterampilan menjadi user desain grafis di dunia percetakan
mapun pertelevisian.
Mata kuliah ini bertujuan agar bagaimana mahasiswa dituntut dapat
menggunakan teknologi komputer grafis kegrafikaan untuk mendesain
informasi-informasi di media massa agar memenuhi standar etika dan
estetika. Dalam proses pembelajaran program komputer grafis sebagai media
produksi, distribusi berita yang di konsumsi publik. Matakuliah Ilmu
Komunikasi berkaitan erat dengan dunia reklame seperti membuat border,
logo (simbol), manipulasi efek gambar agar tampak menjadi lebih menarik
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 5

dan interaktif sentuhan media eletronik bagi kebutuhan masyarakat pesisir di


Maluku yang dibingkai dengan pola komunikasi pada masyarakat
multikulutural.

2. STANDAR KOMPETENSI
Target pencapaian dalam mata Ilmu Komunikasi selama 16 kali
pertemuan diharapkan mahasiswa secara umum memiliki kompetensi
dengan memahami cara kerja Ilmu Komunikasi dalam publikasi informasi
media cetak dan elektronik serta di media sosial baik secara audio visual dan
non visual bagi kebutuhan masyarakat pesisir dan BKI. Adapun standar
kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa S1 sebagai berikut:
a. Mahasiswa mengetahui arti penting matakuliah ilmu komunikasi.
b. Mahasisiwa mengetahui ruanglingkup dan batasan ilmu komunikasi
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI pesisir.
c. Mahasiswa mengetahui mampu memanfaatkan komunikasi
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI sebagai kontrol sosial dan
penguatan civil society dan konstruksi sosial komunikasi
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.
d. Mahasiswa mengetahui, penyampaian informasi komunikasi visual
secara digital serta memahami unsur-unsur komunikasi
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.
e. Mahasiswa mempraktekkan proses kerja komunikasi massa di media
massa melalui fasilitas teknologi komunikasi moderen komunikasi
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.

3. KOMPETENSI DASAR:
a. Mahasiswa menghafal 5 teori komunikasi pengembangan masyarakat
pesisir dan BKI.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik fasilitas teknologi
komunikasi pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.
c. Mahasiswa mengetahui manfaat komunikasi pengembangan
masyarakat pesisir dan BKI sebagai konstruksi sosial.
d. Mahasiswa mengetahui, jenis teknologi yang digunakan dalam ilmu
komunikasi pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 6

e. Mahasiswa mampu menggunakan teknologi komunikasi audio visual,


media sosial secara digital sesuai unsur-unsur ilmu komunikasi
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.

4. MANFAAT MATAKULIA KOMUNIKASI MASSA


a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep kerja 10 teori komunikasi
massa
b. Mahasiswa mampu Menjalaskan pentingnya kemasan informasi dan
pencitraan di media massa
c. Mahasiswa mampu menjelaskan unsur-unsur komunikasi massa
moderen.
d. Mahasiswa mampu memahami analisis konten dan wacana
komunikasi pengembangan masyarakat pesisir dan BKI di media
elektronik dan cetak.
e. Adanya peningkata akademik ilmu komunikasi pengembangan
masyarakat pesisir dan BKI dan mampu berkontribusi terhadap
penguatan civil society melalui ilmu komunikasi massa untuk
peningkatan kualitas akademik.

5. MATERI POKOK MAHASISWA DAPAT


a. Sejarah komunikasi pengembangan masyarakat pesisir dan BKI di
dunia dan Indonesia dan Pengertian komunikasi Massa klasik dan
moderen.
b. Ruanglingkup kajian ilmu komunikasi pengembangan masyarakat
pesisir dan BKI dan pendalaman konsep dari teori oleh ilmuan
komunikasi massa.
c. Pengenalan dasar industri media massa dan fasilitas teknologi
komunikasi pengembangan masyarakat pesisir dan BKI di media
cetak dan elektronik.
d. Peran komunikasi pengembangan masyarakat pesisir dan BKI sebagai
konstruksi sosial, pencitraan, konstruksi sosial dan penguatan civil
society sebagai media edukasi.
e. Adanya pengetahuan tentang jenis teknologi yang digunakan dalam
media massa, dan memiliki daya kritis terhadap fenomena
perkembangan teknologi komunikasi di media massa untuk
pengembangan masyarakat pesisir dan BKI.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 7

6. STRATEGI PEMBELAJARAN MAHASISWA DAPAT


a. Ceramah.
b. Praktek dan pembuatan desain Publikasi di media massa.
c. Ceramah dan diskusi FGD (Fucus Group Dicussion).
d. Seminar makalah
e. Evaluasi (UTS dan UAS).

7. INTEGRASI INTERKONEKSI
1. Mata kuliah pendukung Integrasi dan interkoneksi
Desain grafis, Fotografi dan Ilmu komunikasi.
2. Level Integrasi Interkoneksi
a. Filosofis: Media komuniaksi dan ilmu Desain Grafis merupakan
salah satu dari beberapa wahana komunikasi, maka agar proses
komunikasi dapat terwujud dengan baik, desain tersebut harus
dibuat dengan mengindahkan konsep-konsep yang terkandung
dalam ilmu dakwah dan komunikasi.
b. Materi: Kedua mata kuliah ini sama-sama menempatkan image
sebagai media komunikasi visual pada pusat kajiannya, meskipun
masing-masing mempunyai titik tekan yang berbeda. Dengan
demikian, keduanya sama-sama menggunakan gambar sebagai
media penyampai pesan.
c. Mempelajari dan membuat sebuah desain grafis, harus ditekankan
bahwa desain grafis merupakan salah satu media komunikasi
sehingga unsur-unsur pokok dalam sebuah proses komunikasi
harus selalu diperhatikan. Selain itu harus pula ditekankan bahwa
untuk membuat sebuah image yang komunikatif harus
mempertimbangkan fenomena rill kehiudpan.

9. TUJUAN PEMBELAJARAN (LO)


Setelah selesai mempelajari mata kuliah desain grafis ini, mahasiswa
diharapkan:
a. Mahasiswa mampu mengemas Naskah komunikasi massa sesuai
teori yang diajarkan melalui Media Cetak seperti majalah, Koran,
poster, dan Broacasting (Penyiaran) TV Radio, yang didesain
dengan program komputer grafis.
b. Mahasiswa mampu medesain berita di media massa seperti media
cetak dan elektronik.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 8

c. Mahasiswa mampu membuat model-model pemberitaan di mediaa


massa komunikasi sesuai konteks budaya dan etnis yang berasis
pada multikultural.
d. Mahasiswa mampu menganalisis wacana sederhana tentang media
massa untuk memberikan pencerahan kepada publik.

10. Buku Rujukan


Ardianto, Elvinarno dan Lukiati Komala. Komunikasi Massa (suatu pengantar).
Cet. III; Simbiosa Rekatama Media. Bandung, 2015.
Denis Mcquail, Teori Komunikasi Massa Mcquail (Buku 2 dan Edisi 6)
Werner J. Severin & James W. Tankard,Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,
Dan Terapan Di Dalam Media Massa - Edisi Kelima 2013.
Syarifudin, Nuansa-Nuansa Advertising Universal. Cet. I; University Press UIN
Alauddin Makassar, 2015.
Syarifudin, Sistem Informasi Manajemen Komunikasi Massa. Cet. I; Makassar:
University Press UIN Alauddin Makassar, 2009.
Changara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikas. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
2008.
Deddy Mulayana, pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. II; Bandung: Rosdakarya,
2014
Depari, Eduad dan Colin MacAndrews. 1978. Peranan Komunikasi Massa
Dalam Pembangunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat. Cet. III; Remaja Rosdakarya.
Bandung: 2015.
Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Kebudayaan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. . 2013.
Kessing, Roger.M. Antropologi Budaya (Suatu Perspektif Kontemporer).
Erlangga. Jakarta. 1981.
Lee, Monle dan Johnson CarlaPrinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif
Global. Prenada Media. Jakarta. . 2014.
Mangkeso, La. Pengrajin Tradisional di Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara.
Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah
Sulawesi Tenggara. Kendari. 1995.
Maran, Rafael Raga. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspekif Ilmu Budaya
Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. 2000.
Severin, Werner J dan James W. Tankard. Teori Komunikasi. Kencana. Jakarta.
2005.
Kusnadi, Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 2006. Bandung: Humaniora
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 9

Syahrizal. Peranan Pariwisata dalam Meningkatkan Kesejahteraan Hidup


Masyarakat. 2002.
Waluya, Bagja, Sosiologi: Menyelami Sosial di Masyarakat. 2009. PT. Pribumi
Mekar.
H. Kusnadi,M.A., Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Persisir, 2015.
Syahrizal. Dalam skripsi "Peranan Pariwisata dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Hidup Masyarakat". Hal 60-80

11. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran dalam mata kuliah ini pada prinsipnya


menggunakan digunakan tiga: 1). Menyentuh sisi kognitif: Memeberikan
pertanyaan analisis. 2). Menyentuh sisi Apektifnya: menyentuh emosi
mahasiswa, 3). Menyentuh sisi psikomototirk: menyentuh sisi motion
mahasiswa. Untuk mencapai proses pembelajaran itu, semua program saling
sinerjik anatara satu dengan yang lain. Dari ketiga di atas maka metode
pembelajaran dalam perkuliahan ini menggukan KARTU SORTIR (Card
Short): Langkah-Langkahnya:
1. Penyiapan intrumen pembelajaran (Leptop/ Kabel/LCD dan Slide)
2. Berdoa bersama sebelum kuliah
3. Tentukan topic/tema
4. Buat kartu dari karton
5. Ditulis padanya topic-topik yang menjelaskan kategori (biasanya
serumpun)
6. Mahasiswa diminta membentuk kelompok untuk mencari
/menjodohkan topic-topik itu dan menjelaskan.
7. Dosen mengklarifikasi dan menutup kuliah dengan doa bersama.

12. Evaluasi Proses dan Produk Studi

No Unsur-Unsur Penilaian Nilai


1 Absensi/Kehadiran 10%
2 Keaktifan dalam kelas 20%
3 Ujian Pertengahan semester 30%
4 Tugas 20%
5 Ujian Akhir Semester 30%
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 10

Jumlah 100%

13. Deskripsi Tugas-tugas Matakuliah Komunikasi massa


a) Keaktifan kelas : anda diminta aktif terlibat memberikan kontribusi
pemikiran baik, berupa pertanyaan maupun komentar dalam suasana
bebas resiko (free risk environtment)
b) Kehadiran (Presensi) adalah dalam rangka lebih mengaktifkan anda
dalam
c) Ujian Pertengahan Semester adalah ujian pertengahan pertama untuk
materi yang hanya digunakan dari pertemuan awal sampai akhir
pertengahan semester.
d) Ujian Akhir Semester adalah ujian akhir untuk materi pertengahan
kedua untuk materi yang hanya digunakan dari materi perkuliahan
setelah pertengahan semester sampai dengan akhir semester.
e) Tugas : Anda membuat naskah dakwah dan komunikasi yang baik
mediua cetak maupun visual yang berbasis pada masyrakat
multikultural.

8. Desain Konten Matakuliah


Peta Konsep
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 11

VIII. Time Line


Rencana Perkuliahan
Pertemuan Materi Penanggung Jawab
I Kontrak Belajar Instruktur dan siswa
II Sejarah ilmu komunikasi Dosen dan
Pengembangan Masyarakat Pesisir Mahasiswa
dan BKI
III Tokoh-tokoh komunikasi ilmu Dosen dan
komunikasi Pengembangan Mahasiswa
Masyarakat Pesisir dan BKI.
IV Ruanglingkup kajian Pengenalan Dosen dan
komunikasi Massa Mahasiswa
V Karakteristik Isi Pesan ilmu Dosen dan
komunikasi Pengembangan Mahasiswa
Masyarakat Pesisir dan BKI
VI Pengertian dan Unsur-Unsur Dosen dan
komunikasi Pengembangan Mahasiswa
Masyarakat Pesisir dan BKI
VII Teori-teori komunikasi Dosen dan
Pengembangan Masyarakat Pesisir Mahasiswa
dan BKI
VIII Kemasan informasi dan pencitraan di Dosen dan
media massa Mahasiswa
Ujian Tengah Semester Mahasiswa
IX Metode analisis konten komunikasi Dosen dan
massa di media elektronik dan cetak. Mahasiswa
X Teknologi ilmu komunikasi Dosen dan
Pengembangan Masyarakat Pesisir Mahasiswa
dan BKI
XI Mahasiswa mampu Menjelaskan 5 Dosen dan
teori ilmu komunikasi Mahasiswa
Pengembangan Masyarakat Pesisir
dan BKI
XII Teori Agenda Seting dalam ilmu Dosen dan
komunikasi Pengembangan Mahasiswa
Masyarakat Pesisir dan BKI
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 12

XIII Seminar makalah Metode analisis Dosen dan


wacana di media massa Mahasiswa
XIV Seminar makalah Metode analisis Dosen dan
komunikasi Pengembangan Mahasiswa
Masyarakat Pesisir dan BKI
XV Seminar makalah Metode analisis Dosen dan
ilmu komunikasi Pengembangan Mahasiswa
Masyarakat Pesisir dan BKI di Pulau
Ambon
XVI UJIAN AKHIR SEMESTER Mahasiswa

IX. Tugas Makalah


1) Sistem Pemberitaan media massa di kota Ambon
2) Metode analisis wacana di media massa di kota Ambon
3) Peran media massa dalam membangun citra positif dan negatif di kota
Ambon

X. Soal UTS

1. Sebutkan 3 Teori Komunikasi yang efektif untuk melakukan konseling


pada pengembangan masyarakat Pesisir?
2. Bagaimana strategi komunikasi untuk mencegah KDRT pada
masyarakat pesisir di Negeri Mamala dan Morela?
3. Jelaskan Sistem kerja teori komunikasi yang efektif untuk melakukan
pembangunan di Desa?
4. Jelaskan sistem perencanaan komunikasi efektif untuk pengembangan
maindset masyarakat pesisir?
5. Jelaskan profil masyarakat pesisir dan strategi pemberdayaan
komunikasi efektif?
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 13

A. Materi Ilmu komunikasi masyarakat pesisir:


Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di
wilayah pesisiran. Wilayah ini adalah wilayah transisi yang menandai tempat
perpindahan antara wilayah daratan dan laut atau sebaliknya (Dahuri dkk.
2001: 5). Di wilayah ini, sebahagian besar masyarakatnya hidup dari
mengelola sumber daya pesisir dan laut, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh itu, dari perspektif matapencariannya, masyarakat pesisir
tersusun dari kelompok-kelompok masyarakat yang beragam seperti
nelayan, petambak, pedagang ikan, pemilik toko, serta pelaku industri kecil
dan menengah pengolahan hasil tangkap.
Di kawasan pesisiran yang sebahagian besar penduduknya bekerja
menangkap ikan, sekelompok masyarakat nelayan merupakan unsur
terpenting bagi eksistensi masyarakat pesisir. Mereka mempunyi peran yang
besar dalam mendorong kegiatan ekonomi wilayah dan pembentukan
struktur sosial budaya masyarakat pesisir. Sekalipun masyarakat nelayan
memiliki peran sosial yang penting, kelompok masyarakat yang lain juga
mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang
pekerjaannya adalah menangkap ikan. Sebahagian hasil tangkapan tersebut
dikonsumsi untuk keperluan rumah atau dijual seluruhnya. Biasanya isteri
nelayan akan mengambil peran dalam urusan jual beli ikan dan yang
bertanggung jawab mengurus domestic rumahtangga.
Kegiatan melaut dilakukan setiap hari, kecuali pada musim barat, masa
terang bulan, atau malam jumat (libur kerja). Kapan waktu keberangkatan
dan kepulangan melaut umumnya ditentukan oleh jenis dan kualitas alat
tangkap. Biasanya nelayan akan berangkat kelaut pada sore hari setelah
Ashar dan kembali mendarat pada pagi hari.
Tingkat produktivitas perikanan tidak hanya menentukan fluktuasi
kegiatan ekonomi perdagangan desa-desa pesisir, tetap juga mempengaruhi
pola-pola konsumsi penduduknya. Pada saat tingkat penghasilan besar, gaya
hidup nelayan cenderung boros dan sebaliknya ketika musim paceklik tiba
mereka akan mengencangkan ikat pinggang, bahkan tidak jarang barang-
barang yang dimilikinya akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 14

Dalam masyarakat nelayan, struktur yang terkonstruksi merupakan


aktualisasi dari organisasi kehidupan perahu. Sistem organisasi nelayan
memberi ruang yang luas bagi tumbuhnya penghargaan terhadap nilai-nilai
prestatif, kompetitif, beorentasi keahlian, tingkatan solidaritas sosial kerana
faktor nasib dan tantangan alam, serta loyalitas terhadap pemimpin yang
cerdas. Karena itu, posissi sosial seorang nelayan atau pedagang ikan yang
sukses secara ekonomis dan memiliki modal kultural, seperti suka menderma
dan sudah berhaji, sangat dihormati oleh masyarakat di lingkungannya dan
diikuti pendapatnya. Mereka ini merupakan modal sosial berharga yang bisa
didayagunakan untuk mencapai keberhasilan program pemberdayaan
masyarakat pesisir.[5]

a) Pola Pemukiman dan Kehidupan Sehari-hari


Kampung-kampung nelayan yang padat, tidak hanya membatasi
keleluasaan gerak penduduknya, tetapi juga menyumbang terhadap
pemeliharaan keamanan kampung dari gangguan pencuri. Di Pesisir, tindak
kriminal pencurian atau penjarahan harta benda penduduk hampir tidak
pernah terjadi. Siapapun orang luar yang masuk ke kampung-kampung
nelayan, baik siang hari ataupun malam hari akan mudah dikenali, dan jika
gerak-geriknya mencurigakan akan mudah diawasi. Kondisi demikian
ditunjang oleh hubungan kekerabatan antara penduduk kampung yang
sangat kental.[6]
Di samping itu, kepadatan kampung memudahkan penyebaran
informasi apapun di kalangan penduduk pesisir. Pertengkaran pada sebuah
keluarga (antara suami dan istri) akan mudah diketahui oleh orang lain. Di
pesisir sangat sulit menyimpan rahasia pribadi atau rumah tangga karena
yang ada hanyalah rahasia umum, begitu pun halnya dengan gossip.[7]
Rumah-rumah penduduk bersifat multifungsi, artinya tidak hanya
sebagai tempat hunian dan sosialisasi, tetapi juga difungsikan untuk
mengeringkan ikan dan krupuk (yakni bagian atap rumah). Ikan kering (ikan
asin) ada yang dijual ke pasar atau dikonsumsi sendiri. Bahan baku ikan
kering diperoleh dari hasil tangkapan suami atau dibeli dari nelayan lain.
Ikan kering yang dikonsumsi sendiri biasanya dimanfaatkan ketika masa
laep atau tidak ada hasil tangkapan dalam waktu yang relative lama. Ikan
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 15

dikeringkan agar kondisinya bertahan lama sehingga dapat dimanfaatkan


setiap saat.[8]

b) Masyarakat dan Kebudayaan


Masyarakat pesisir mengenal istilah taretan sema' (saudara dekat) dan
taretan jauh (saudara jauh). Batas untuk saudara dekat adalah tiga pupu, dan
batas untuk saudara jauh adalah empat pupu ke atas (bandingkan Sidiq,
1992:27). Saudara dekat sering dianggap sebagai oreng dhalem (orang
dalam), sedangkan saudara jauh dianggap sebagai oreng lowar (orang luar).
Hubungan-hubungan sosial antarkerabat dalam masyarakat pesisir masih
cukup kuat. Perbedaan status sosial-ekonomi yang mencolok antarkerabat
dapat menjadi penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab di antara
mereka. Banyak dari keluarga kurang mampu yang merasa malu mengakui
salah seorang kerabatnya yang dipandang kaya di pesisir. Hubungan sosial
tersebut biasanya akan tercipta dengan baik jika masing-masing kerabat
memiliki status sosial-ekonomi yang relatif sepadan.[9]

c) Desain Penelitian masyarakat pesisir;


A. Letak Geografis
Terbentuknya Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ditetapkan
oleh Undang-Undang No.34 tahun 1999. Dimana dalam undang-undang
tersebut Kepulauan Seribu ditingkatkan statusnya dari sebuah kecamatan
menjadi Kabupaten Administrasi, wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Pulau Untung Jawa dengan luas pulaunya 40,10 Ha yang pada saat ini
didiami oleh penduduknya berjumlah 1.477 jiwa dengan 238 Kepala
keluarga, yang sebagian besar bermata pencaharian nelayan tradisional,
sedangkan mengenai batas wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa menurut
data di Kelurahan adalah sebelah utara perbatasan dengan Kelurahan Pulau
Panggang, sebelah selatan berbatasan dengan Tanjung Pasir Provinsi Banten,
sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pulau Pari dan sebelah timur
berbatasan dengan Jakarta Utara.
Mengenai tinggi Pulau Untung Jawa dari permukaan air laut hanya dua
meter dengan keadaan suhu berkisar antara 24 derajat celcius sampai dengan
33 derajat celcius, sedangkan jarak dari Pulau Jawa yang menghubungkan
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 16

antara Tanjung Pasir Tanggerang Propinsi Banten hanya 3,5 mil sehingga
sangat mudah jarak tempuhnya.

2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Untung Jawa seluruhnya berjumlah
1.577 jiwa dengan 238 Kepala Keluarga.

3. Keagamaan
Dilihat dari kondisi masyarakat Kelurahan Pulau Untung Jawa dalam
hal keyakinan keagamaan berdasarkan sensus serta observasi, hasil
wawancara dengan H. Fathurahman tokoh ulama masyarakat dengan aparat
kelurahan menyatakan bahwa di Kelurahan Pulau Untung Jawa
penduduknya 100% beragama Islam.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, ketaatan masyarakat Keselurahan
Pulau Untung Jawa dalam melaksanakan ibadah cukup baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah misalnya, dapat dibuktikan ketika
bulan suci ramadhan semarak dengan kegiatan keagamaan masyarakat
Kelurahan Pulau Untung Jawa sangat meningkat, baik dalam bidang shalat
tarawih, puasa, zakat, pendidikan pesantren kilat, dan sebagainya.

4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan rata-rata penduduk Pulau Untung Jawa hanya mencapai
tamatan SLTA, meskipun ada juga yang sampai tamat pendidikan diploma
dan perguruan tinggi. Setelah dilakukan penelitian, ternyata dapat diketahui
masih sangat minimnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Pulau
Untung Jawa, Kepulauan Seribu Jakarta. Maka jika dikerucutkan seperti
piramida yaitu semakin tinggi puncak permukaan maka semakin sedikit
jumlah kaum yang terpelajarnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah
permukaannya semakin banyak kalangan masyarakat yang belum menikmati
tingkat atas. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa penduduk Pulau
Untung Jawa mempunyai latar belakang pendidikan kurang baik hanya
sebagian kecil saja yang tidak sampai menikmati pendidikan.

5. Mata Pencaharian
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 17

Mata pencaharian penduduk Kepulauan Seribu pada umumnya


mayoritas rata-rata nelayan tradisional, yaitu mereka menangkap ikan
dengan peralatan yang tergolong masih sangat sederhana misalnya seperti
pancing, jala, atau jaring dan bubu. Begitu pula halnya dengan masyarakat
Pulau Untung jawa, akan tetapi masyarakat Pulau Untung Jawa memiliki
penghasilan tambahan dengan adanya objek wisata di Pulau Untung Jawa,
banyak dari penduduk Pulau Untung Jawa yang memanfaatkan obyek
wisata yang ada di daerah Pulau Untung Jawa tersebut.

6. Kehidupan Sosial Kemasyarakatan


Kehidupan sosial kemasyarakatan di Pulau Untung Jawa Kepulauan
Seribu Jakarta, sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan sejumlah
warga masyarakat setempat diperoleh keterangan bahwa masyarakat Pulau
Untung Jawa dalam menghadapi kehidupan selalu bersifat optimis, terbukti
dengan usaha mereka bekerja keras dengan mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya tidak ada masyarakat yang secara total menganggur.
Selain itu, masyarakat Pulau Untung Jawa sebagai masyarakat
pinggiran yang masih diliputi oleh rasa kekeluargaan yang cukup tinggi,
terbukti dengan gotong- royong dan kebersamaan mereka dalam berbagai
kegiatan sosial dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial dan bekerja
sama dalam hal pencarian nafkah dalam bidang pelayanan penangkapan
ikan, rumput laut, dan perdagangan.
Selain itu pula sebagai masyarakat yang baik dalam menghadapi
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta sistem komunikasi yang
begitu cepat dengan dicampuri oleh budaya luar yang mungkin tidak bisa
dicegah masuk. Sebagai contoh, perkembangan dunia pertelevisian yang
selalu menyuguhkan acara-acara yang sedikit banyak mempengaruhi budaya
setempat, baik dalam berpakaian maupun dalam pergaulan. Namun
demikian, masyarakat Pulau Untung Jawa dapat memilih dan memfilter
budaya tersebut sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup mereka.

B. Tokoh-tokoh komunikasi

C. Harold Lasswell.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 18

Harold Dwight Lasswell dilahirkan di Donnellson,


Illinois, ia merupakan anak dari seorang pendeta
Presbiterian dan guru sekolah, yang terlahir pada 13
Februari 1902. Ia belajar di Universitas Chicago pada
umur 16 tahun dan lulus pada 1922. Ia menerima gelar
doktor dari institusi yang sama pada tahun 1926, disertasinya, Teknik
Propaganda dalam Perang Dunia (1927) diakui sebagai studi terkemuka pada
bidang teori komunikasi. Di Chicago, ia belajar di bawah Charles Merriam,
yang pertama kali mengemukakan pemahaman perilaku politik. Dia juga
belajar di Universitas London, Jenewa, Paris, dan Berlin. Di Berlin ia belajar
bersama Sigmund Freud, dengan pendekatan psikologis untuk ilmu politik.

D. Claude Shannon; Shannon lahir tahun 1916 di kota kecil Petosky,


Michigan. Sejak kecil Shannon telah dikenalkan ayahnya pada benda-
benda elekotronika, seperti radio. Shannon amat maju dalam memahami
ilmu pengetahuan dan matematika. Shannon mengambil dua bidang
pendidikan pada tingkat sarjana di Universitas Michigan; Jurusan Teknik
Elektronika dan Matematika. Pada usia 21 tahun tepatnya tahun 1936
Shannon mengambil Master di MIT dan telah menjadi asisten peneliti
Vannevar Bush. Shannon menyelesaikan program doktornya pada jurusan
Matematika di MIT tahun 1940. Teori Informasi Shannon pertama kali
dipublikasikan tahun 1948 melalui Bell System Technical Journal.
Sumbangsihnya terhadap komunikasi berupa teori informasi dengan
model matematika.

E. Warren Weaver; Weaver (1894-1978), adalah seorang ilmuwan Amerika,


lulusan. Univ. of Wisconsin. Ia mengajar matematika di Wisconsin (1920-
1932), Weaver adalah direktur divisi ilmu alam di Institut Rockefeller
(1932-1955), dan konsultan ilmu (1947-1951), wali amanat (1954), dan
wakil presiden (dari 1958 ) di Institut Sloan-Kettering untuk Riset Kanker.
Penelitian Weaver adalah tentang masalah komunikasi dalam ilmu
pengetahuan dan dalam teori matematika probabilitas. Dia adalah salah
satu pendiri teori informasi, atau teori komunikasi. Tulisan-tulisannya
meliputi kata pengantar untuk bekerja di lapangan bersama Claude E.
Shannons The Mathematical Theory of Communication (1949).

F. Wilbur Lang Schramm; Wilbur Lang Schramm (5 Agustus 1907 27


Desember 1987) kadang-kadang disebut sebagai bapak komunikasi, dan
memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan penelitian
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 19

komunikasi di Amerika Serikat, dan mendirikan departemen studi


komunikasi di US universitas. Schramm lahir di Marietta, Ohio. Setelah
bekerja untuk Associated Press, ia menerima gelar MA dalam peradaban
Amerika di Harvard University dan gelar Ph.D. dalam bahasa Inggris di
University of Iowa, di mana ia akhirnya mendirikan workshop penulisan
kreatif. Ia mendirikan Lembaga Penelitian Komunikasi di Universitas
Illinois di Urbana-Champaign dan program komunikasi di Stanford
University. Dia adalah mantan direktur Timur-Barat Komunikasi Institute
di East-West Center di Honolulu, Hawaii. Schramm terutama
berpengaruh bagi buku-nya tahun 1964 Mass Media and National
Development yang diterbitkan dalam kaitannya dengan UNESCO, yang
secara efektif memulai penelitian hubungan antara penyebaran teknologi
komunikasi dan pembangunan sosial-ekonomi.

G. Melvin Lawrence DeFleur; Ia lahir April 27, 1923 di Portland, Oregon, ia


adalah seorang profesor dan sarjana di bidang komunikasi. Bidang studi
awalnya adalah ilmu-ilmu sosial. DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam
psikologi sosial dari University of Washington pada tahun 1954. Tesisnya,
Eksperimental studi hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet,
mencakup sosiologi, psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari
bagaimana informasi disebarkan melalui | masyarakat Amerika. Dia telah
mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky (1963-
1967), Washington State University (1967-1976), University of New Mexico
(1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-
1994) dan University of Washington sebelum mengambil posisi saat ini
sebagai profesor komunikasi di Universitas Boston Departemen
Komunikasi Massa, Periklanan dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, ia
adalah seorang Profesor Fulbright ke Argentina dua kali: dan berafiliasi
dengan sosiologis Argentina dan Ibero-Interamerican Sociological Society,
dimana ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.

H. George Gerbner (8 Agustus 1919 24 Desember 2005); Gerbner adalah


seorang profesor Komunikasi dan pendiri teori kultivasi. Lahir di
Budapest, Hungaria, dia berimigrasi ke Amerika Serikat pada akhir tahun
1939. Gerbner meraih gelar sarjana dalam jurnalisme dari Universitas
California, Berkeley pada 1942. Ia bekerja sebentar untuk San Francisco
Chronicle sebagai penulis, kolumnis dan assisten editor keuangan. Ia
bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1943. Ia
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 20

bergabung dengan Office of Strategic Services sementara melayani dan


menerima Bintang Perunggu. Setelah perang ia bekerja sebagai penulis
lepas dan penerbit dan mengajar jurnalistik di El Camino College sambil
mendapatkan (1951) dan doktor master (1955) dalam komunikasi di
University of Southern California. disertasi-Nya, Toward a General
Theory of Communication, memenangkan penghargaan USC untuk
disertasi terbaik.
I. David K.Berlo; Berlo lahir tahun 1929. Ia merupakan salah satu
mahasiswa generasi pertama di Program Doktor Komunikasi di bawah
kepemimpinan Wilbur Schramm di Illinois. Berlo dikenal juga sebagai
penemu program komuniaksi di Universitas Michigan yang banyak
melahirkan doktor komunikasi. Berlo merupakan penulis buku teks
komunikasi yang terkenal, The Process of Communication (1960). Buku ini
mengajarkan model komunikasi SMCR; Source-Message-Channel-
Receiver. Berlo mendasarkan rumusannya pada model komuniaksi yang
dirumuskan Shannon, yaitu teori informasi dengan model
matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa program doktor yang dipimpin
Wilbur Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya Berlo adalah
mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak
menjadi pimpinan di fakultas komunikasi yang dibuka di Universitas
Michigan.

Teori-teori Komunikasi massa


1) Model jarum hipodermik (hypodermic needle model)
Secara harfiah hypodermic berarti dibawah kulit. Dalam
hubungannya dengan komunikasi massa istilah hypodermic needle
model mengandung anggapan dasar bahwa media massa menimbulkan
efek yang kuat, terarah, segera dan langsung itu adalah sejalan dengan
pengertian perangsang tanggapan (stimulus-response) yang mulai
dikenal sejak penelitian ilmujiwa pada tahun 1930-an. Media massa
dikabarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang mencotok massa
komunikan yang pasif Elihu katz mengatakan, bahwa model tersebut
terdiri dari ;
1. Media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan idea pada
benak yang tidak berdaya.
2. Massa komunikan yang terpecah-pecah, yang terhubungkan
dengan media massa, tetapi sebaiknya komunikan tidak
terhubungkan satu sama lain.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 21

2) Model Komunikasi satu tahap (One Step Flow Model)


Model komunikasi satu tahap ini menyatakan bahwa saluran media
massa berkomunikasi langsung dengan assa komunikan tanpa
berlalunya suatu pesan melalui orang lain, tetapi pesan tersebut tidak
mencapai semua komuikan dan tidak menimbulkan efek yang sama
pada setiap komunikan.
Model komunikasi satu tahap adalah model jarum hipodermik yang
dimurnikan, model mana letak kita bicarakan dimuka. Tetapi model
satu tahap mengakui bahwa :
1) Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat.
2) Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, dan penahanan
dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan.
3) untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.
4) Selanjutnya model satu tahap memberi keleluasaan kepada
saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek komunikasi
secara langsung.

3) Model Komunikasi dua Tahap (two step flow model)


Konsep komunikasi dua tahap ini berasal dari lazarsfeld, Berelson, dan
Gaudet (1948) yang berdasarkan penelitiannya manyatakan bahwa
idea-idea sering kali datang dari radio dan surat kabar yang ditangkap
oleh pemuka pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini berlaku
menuju penduduk yang kurang giat. Tahap pertama adalah dari
sumbernya, yakni komunikator dari pemuka pendapat kepada
pengikut-pengikutnya, yang juga menyangkut penyebaran pengaruh.
Model dua tahap ini menyebabkan kita menaruh perhatian kepada
peranan media massa dan komunikasi antarpribadi. Berlainan dengan
model jarum hipodermik yang beranggapan, bahwa massa merupakan
tubuh besar yang terdiri dari orang-orang yang tak berhubungan tetapi
berkaitan kepada media, maka model dua tahap meliat massa sebagai
perorangan yang berinteraksi. Ini menyebabkan penduduk terbawa
kembali ke komunikasi massa.
Penelitian terhadap model ini selain menimbulkan keuntungan, juga
telah menjumpai kekurangan. Pada dasarnya model ini tidak
memberikan penjelasan yang cukup. Apa yang diketahui tentang proses
komunikasi massa ternyata terlalu mendetail untuk diterangkan dengan
satu kalimat saja meskipu demikian, dari penelitian komunikasi timbul
dua keuntungan dari hipotesis dua tahap tersebut,
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 22

Suatu pemusatan kegiatan terhadap kepemimpinan opini


dalam komunikasi massa.
Beberapa perbaikan dari komunikasi dua tahap, seperti
komunikasi dua tahap dan komunikasi tahap ganda.

4) Model Komunikasi Tahap Ganda (Multi Step Flow Model)


Model ini menggabungkan semua model yang telah dibicarakan
terlebih dahulu. Model banyak tahap ini didasrkan pada fungsi
penyebaran yang berurutan yang terjadi pada kebanyakan situasi
komunikasi. Ini tidak mencakup jumlah tahap secara khusus, juga tidak
khusus bahwa suatu pesan harus berlangsung dari komunikator
melalui saluran media massa. Model ini menyatakan bahwa bagi
lajunya komunikasi dari komunikaator kepada komunikan terdapat
jumlah relay yang berganti-ganti. Beberapa komunikan menerima
pesan langsung melalui saluran dari komuikator yang lainnya
terpindahkan dari sumbernya beberapa kali. Jumlah tahap yang pasti
dalam proses ini bergantung pada maksud tujuan komunikator,
tersedianya media massa dengan kemampuannya untukk
menyebarkannya, sifat dari pesan, dan nilai pentingnya pesan bagi
komunikan.

5) Bullet theory/Hypodermic needles; Media massa dianggap memiliki


kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak mampu
membendung informasi yang dilancarkannya.
6) Teori efek terbatas media massa; Teori komunikasi massa yang
menekankan pada kekuatan media untuk mengubah perilaku ini pada
beberapa dekade berikutnya mulai mendapat beberapa kritikan.
7) Teori spiral kebisuan (spiral of silence); Teori ini berpendapat bahwa
media memiliki efek yang sangat kuat dalam membentuk opini publik.
8) Cultivation Theory; Gerbner sebagai teori kultivasi (cultivation),
dimana televisi mengajarkan pandangan dunia secara umum, peran-
peran umum dan nilai-nilai umum. Kesimpulan ini berdasarkan
penelitiannya bahwa Penelitian Gerbner menemukan bahwa rata-rata
penduduk Amerika Serikat menonton televisi kurang lebih 4-5 jam
sehari. Mereka yang menonton lebih dari waktu tersebut disebut
sebagai penonton berat atau heavy viewers. Sedangkan mereka yang
menonton kurang dari jam tersebut disebut dengan light viewers.
9) Agenda Setting; Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh
McComb dan Donald L. Shaw dalam Public Opinion Quarterly terbitan
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 23

tahun 1972 berjudul The Agenda Setting Function of Mass media. Hasil
penelitannya bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu
peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting. Teori ini dilandasi oleh hasil studi
mengenai pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 1968. Teori ini
memberikan wawasan bahwa agenda siaran publik perlu dikemas
dengan cara seting agenda untuk merubah wacana publik.
10) Uses and Gratification; teori ini menjelaskan bahwa tingkat kepuasa
publik terhadap media sesuai dengan kebutuhan publik. Pendekatan
usesand gratifications menekankan riset komunikasi massa
padakonsumen pesan atau komunikasi serta tidak begitu
memerhatikanmengenai pesannya. Adapun kajian yang dilakukan
dalam ranahuses and gratifications adalah mencoba untuk menjawab
pertanyan,Mengapa orang menggunakan media dan apa yang
merekagunakan untuk media? (McQuail, 2002).

11) Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition); Sekarang setelah riset di
tahun 1970-an dan 1980-an, banyakilmuwan komunikasi sudah kembali
ke powerful-effects model,dimana media dianggap memiliki pengaruh
yang kuat, terutamamedia televisi. Ahli komunikasi massa yang sangat
mendukungkeberadaan teori mengenai pengaruh kuat yang
ditimbulkan olehmedia massa adalah Noelle-Neumann melalui
pandangannyamengenai gelombang kebisuan

PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM


KONTEKS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR

Pendahuluan
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat
bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya
maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian
yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya
Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun
sangatlah ironis sejak 32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan perikanan tidak
pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan pembangunan perikanan
tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana perikanan di wilayah pesisir,
terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai, pengrusakan ekosistim laut dan terumbuh
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 24

karang, serta belum teroptimalkannya pemanfaatan sumber daya perikanan dan


kelautan.

Persoalan Pembangunan Perikanan


Implikasi langsung terhadap peningkatan pertumbuhan penduduk adalah
makin meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup, sementara potensi sumber daya alam
di darat yang kita miliki sangatlah terbatas. Hal tersebut mendorong kita untuk
mengalihkan alternatif potensi sumber daya alam lain yang kita miliki yaitu potensi
kelautan. Ada lima potensi kelautan yang dapat kita andalkan, yaitu: potensi
perikanan, potensi wilayah pesisir, potensi sumber daya mineral, minyak dan gas
bumi bawah laut, potensi pariwisata, dan potensi transportasi laut.
Kebijakan pembangunan kelautan, selama ini, cendrung lebih mengarah
kepada kebijakan produktivitas dengan memaksimalkan hasil eksploitasi sumber
daya laut tanpa ada kebijakan memadai yang mengendalikannya. Akibat dari
kebijakan tersebut telah mengakibatkan beberapa kecendrungan yang tidak
menguntungkan dalam aspek kehidupan, seperti:
a) Aspek Ekologi, overfishing penggunaan sarana dan prasarana penangkapan ikan
telah cendrung merusak ekologi laut dan pantai (trawl, bom, potas, pukat
harimau, dll) akibatnya menyempitnya wilayah dan sumber daya tangkapan,
sehingga sering menimbulkan konflik secara terbuka baik bersifat vertikal dan
horisontal (antara sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat sekitar dan antara
nelayan dengan pemerintah).
b) Aspek Sosial Ekonomi, akibat kesenjangan penggunaan teknologi antara
pengusaha besar dan nelayan tradisional telah menimbulkan kesenjangan dan
kemiskinan bagi nelayan tradisional. Akibat dari kesenjangan tersebut
menyebabkan sebagian besar nelayan tradisional mengubah profesinya menjadi
buruh nelayan pada pengusaha perikanan besar.
c) Aspek Sosio Kultural, dengan adanya kesenjangan dan kemiskinan tersebut
menyebabkan ketergantungan antara masyarakat nelayan kecil/ tradisional
terhadap pemodal besar/modern, antara nelayan dan pedagang, antara pherphery
terdapat center, antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini menimbulkan
penguatan terhadap adanya komunitas juragan dan buruh nelayan
Arah modernisasi di sektor perikanan yang dilakukan selama ini, hanya
memberi keuntungan kepada sekelompok kecil yang punya kemampuan ekonomi dan
politis, sehingga diperlukan alternatif paradigma dan strategis pembangunan yang
holistik dan terintegrasi serta dapat menjaga keseimbangan antara kegiatan produksi,
pengelolahan dan distribusi.
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 25

Konsep Pembangunan Alternatif


Paradigma pembangunan holistik, yaitu pembangunan yang dilakukan secara
menyeluruh dan terintegrasi yang sangat memperhatikan aspek spasial, yaitu
pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan berbasis komunitas,
pembangunan berpusat pada rakyat, pembangunan berkelanjutan dan pembangunan
berbasis kelembagaan.
Untuk mewujudkan pembangunan yang holistik tersebut diperlukan alternatif
srategi, yaitu strategi yang berorientasi pada sumber daya atau Resource Base
Strategy (RBS), yang meliputi ketersedian sumber daya, faktor keberhasilan serta
proses belajar.
Pendekatan dalam RBS adalah strategi pengelolaan sumber daya lokal/pesisir
dan kelautan yang berorientasi pada: kualitas, proses, kinerja, pengembangan,
budaya, lingkungan (management by process) yang berdasarkan pada pembelajaran,
kompetensi, keunggulan, berpikir sistematik, dan pengetahuan (knowledge based
management).
Memberdayakan Masyarakat Pesisir
Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang
berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya
masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga
tidak aneh banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa
dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.
Pertanyaan kemudian muncul apakah konsep pemberdayaan yang salah atau
pemberdayaan dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari segolongan orang?
Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi
masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan
melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri.
Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan
kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat pesisir terdapat
banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
a) Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata
pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi
dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap
tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan
yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang
bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan
mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 26

sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya
atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini
adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
c) Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling
banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat
terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka
tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif.
Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-
kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok
masyarakat nelayan buruh.
Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan
perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka.
Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana
penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat
tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga
untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang
berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan
diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.
Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah
dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu
kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir
lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open
menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung
menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Persoalan yang mungkin harus dijawab
adalah: Bagaimana memberdayakannya?
Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah
satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya
program ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
(a) Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat,
mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh,
sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara
baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate)
antara pemerintah dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat
menjadi suatu forum untuk menjamin terjadinya perguliran dana
produktif diantara kelompok lainnya.
(b) Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat
dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan. Masyarakat belum
dapat berjalan sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 27

penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin masih kuatnya


tingkat ketergantungan mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri
mereka akibat paradigma-paradigma pembangunan masa lalu. Terlepas
dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama mendapingi
masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari
pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok
yang tepat pula.
(c) Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan
dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan
dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut
berhasil, mereka harus menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan
kepada kelompok masyarakat lain yang membutuhkannya. Pengaturan
pergulirannya akan disepakati di dalam forum atau lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan fasilitasi pemerintah setempat
dan tenaga pendamping

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan Pilot


Project Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 1999.
Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 2000.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir. 2001
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 28

XI. Soal UAS

SOAL
UJIAN AKHIR SEMESTER
Jurusan : Bimbingan Konseling Islam (BKI/B)
Matakuliah : Ilmu Komunikasi
Semester : III/B - SKS : 2 (Dua)
Dosen : Dr. Syarifudin, M.Sos.I
SOAL : Ilmu Komunikasi
1. Sebutkan 5 Teori Komunikasi yang efektif untuk melakukan konseling
pada pengembangan masyarakat Pesisir?
2. Jelaskan strategi komunikasi untuk mencegah KDRT pada masyarakat
pesisir yang anda temukan dilapangan?
3. Sebutkan dan Jelaskan Sistem kerja teori komunikasi Hovlan yang
efektif untuk melakukan Konseling?
4. Jelaskan sistem perencanaan komunikasi efektif untuk mencegah
kerusakan berpikir untuk pengembangan maindset masyarakat pesisir?
5. Jelaskan profil masyarakat pesisir dan strategi pemberdayaan sakinah
yang komunikasi efektif?

SOAL
UJIAN AKHIR SEMESTER

Jurusan : Pengembangan Masyarakat Pesisir (PMP/A)


Matakuliah : Ilmu Komunikasi
Semester : III/A - SKS : 2 (Dua)
Dosen : Dr. Syarifudin, M.Sos.I
SOAL : Ilmu Komunikasi
1. Sebutkan 5 Teori Komunikasi yang efektif untuk melakukan konseling
pada pengembangan masyarakat Pesisir?
2. Jelaskan strategi komunikasi untuk mencegah KDRT pada masyarakat
pesisir yang anda temukan dilapangan?
3. Sebutkan dan Jelaskan Sistem kerja teori komunikasi Hovlan yang
efektif untuk melakukan Konseling?
4. Jelaskan sistem perencanaan komunikasi efektif untuk mencegah
kerusakan berpikir untuk pengembangan maindset masyarakat pesisir?
5. Jelaskan profil masyarakat pesisir dan strategi pemberdayaan sakinah
yang komunikasi efektif?
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 29
Syarifudin, Mata Kuliah Ilmu Komunikasi Massa, 2016 30

Anda mungkin juga menyukai