John adalah seorang accountant PT. XYZ yang telah bekerja selama dua
tahun. Suatu hari setelah ia menjelaskan standar format laporan keuangan
yang berlaku di perusahaannya pada seorang karyawan baru, ia mengeluh pada
temannya: Duuhh orang kayak gini kok bisa sampe direkrut sih?? .
Lain halnya dengan Jane, seorang marketer yang telah bekerja di sebuah
perusahaan nasional terkemuka selama 6 tahun. Melihat banyaknya
perubahan yang terjadi di dalam struktur organisasi di department tempat ia
bekerja, ia lantas berpikir: Perasaan kerja gua OK banget deh, semua
kerjaan gua selesaiin hasilnya juga memuaskan kok Tapi kok ga di-promote
melulu yaa??. Kondisi Jane ini bisa saja menjadi lebih parah lagi, jika yang
mendapat promosi ternyata adalah rekan dengan kinerja di bawah kinerjanya.
Martha adalah seorang finance manager handal yang bekerja di sebuah bank
nasional terkemuka. Suatu saat ia berpikir bahwa ia memerlukan tempat yang
baru untuk mengembangkan karirnya, suatu perusahaan yang lebih besar dari
tempatnya sekarang. Maka ia mulai melirik iklan-iklan lowongan di surat
kabar. Setelah beberapa saat pencariannya, ia melihat salah satu iklan yang
tampaknya sesuai, namun berpikir: Nih perusahaan payah banget, syaratnya
pengalaman 5 tahun sebagai manager, tapi umurnya minimal harus 40 tahun
Harus laki-laki pula !! Padahal ia telah memiliki pengalaman 7 tahun sebagai
manajer, hanya sayangnya umurnya baru 35 tahun dan ia seorang wanita
Bukankah keadaan seperti ini dapat membuat John dan Jane menjadi curiga
dan frustasi terhadap perusahaannya sendiri?? Mereka mungkin akan merasa
bahwa ada anak emas yang masuk tanpa proses seleksi, tidak ada masa
depan bagi karirnya, dan lain-lain. Perusahaan dalam kasus Martha juga gagal
merekrut Martha yang notabene sebenarnya adalah kandidat yang potensial
untuk posisi kosong yang tersedia. Lalu siapa yang merugi jika keadaan ini
sudah terjadi??
Bertolak dari pengertian di atas, ada sesuatu yang perlu digarisbawahi di sini.
Dengan menggunakan kompetensi sebagai dasar pelaksanaan manajemen
sumberdaya manusia, perusahaan telah berada satu langkah lebih ke depan.
Perusahaan bukan hanya memikirkan kepentingan saat ini, tetapi juga telah
memperhitungkan faktor masa depan dalam mengelola sumberdaya manusia.
Akhir kata, Penulis sangat menyadari bahwa tidak mungkin bacaan ringan ini
dapat secara langsung memberikan gambaran yang menyeluruh bagi rekan-
rekan sekalian mengenai apa itu kompetensi. Akan tetapi semoga saja bacaan
ini cukup informatif bagi rekan-rekan sekalian.
SANTY SUTANTO
Career Development Officer
Recruitment and Assessment Department