Anda di halaman 1dari 16

1

EFFECTIVENESS DESIGN IN TEACHING

AND LEARNING LANGUAGE

FRANSCY
franscy91@gmail.com

ABSTRACT

The article titled "Effectiveness Design in Teaching and Learning Language", the background of the
title selection based on the phenomena problems in the process of teaching and learning include in
teaching and learning language, is not effective so the expected purpose from the process of teaching
and learning is still very difficult to achieve. There are four important factors in education process that
have an influence on the process of teaching and learning, these factors include curriculum factor,
institution factor, teacher factor, teaching factor and students factor. From understanding and analysis
the theory indicated that in the process of teaching and learning language as effectively category, not
only focus on teacher and students factors, but also other factors have relevance and influence with
each other, to achieve the learning purpose. Therefore, understanding the role and function of four
factors are very important in the effectiveness design of language teaching and learning process. An
understanding the creation from the design of effective teaching in teaching and learning language
process is required in order to obtain synergie and perfect preparation of all the important factors
above. So, the process of teaching and learning in the educational aspect we will achieve the expected
goals together.

Keywords: effectiveness design, curriculum factor, institution factor, teacher factor and
students factor.
2

RANCANGAN EFEKTIVITAS DALAM PENGAJARAN

DAN PEMBELAJARAN BAHASA

FRANSCY
STKIP PANCA SAKTI BEKASI
franscy91@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini berjudul Rancangan Efektivitas dalam Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, latar
belakang pemilihan judul ini karena di dasari adanya fenomena permasalahan dalam proses belajar
dan mengajar termasuk di dalamnya proses belajar dan mengajar bahasa, yang dianggap tidak efektif
sehingga tujuan yang diharapkan dari proses pengajaran dan pembelajaran masih sangat sulit untuk
dicapai. Ada empat faktor penting dalam pendidikan yang memiliki pengaruh dalam proses
pengajaran dan pembelajaran, faktor-faktor tersebut meliputi faktor kurikulum, faktor lembaga /
institusi, faktor pengajar, faktor pengajaran dan faktor siswa. Dari pemahanan dan pengkajian teori
menunjukkan bahwa dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa yang dikategorikan efektif,
tidak hanya selalu berfokus kepada faktor pengajar dan siswa saja, namun faktor-faktor lain juga
memiliki keterkaitan dan berpengaruh antara satu dengan yang lain, untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu pemahaman akan peran dan fungsi dari empat faktor tersebut sangatlah
penting dalam rancangan efektivitas proses pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pemahaman akan
penciptaan rancangan pengajaran yang efektif dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa
diperlukan guna memperoleh kesamaan sinergi dan persiapan yang mantang dari semua faktor
penting di atas. Sehingga, proses pengajaran dan pembelajaran di lingkup pendidikan kita akan
mencapai tujuan yang diharapkan bersama.

Kata kunci: rancangan efektivitas, faktor kurikulum, faktor lembaga, faktor pengajar dan
faktor siswa.
3

A. PENDAHULUAN
Salah satu ujung tombak dalam pembelajaran adalah guru atau pendidik. Dalam
kegiatan ini tentu saja proses pembelajaran tidak dilakukan dengan sembarangan, akan tetapi
diperlukan rancangan yang matang agar pembelajaran dapat memberikan perubahan tingkah
laku dan pengalaman siswa. Hal ini amat penting karena belajar adalah proses mental yang
terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari
(Sanjaya, 2009:112).
Dalam proses pembelajaran bahasa seorang guru dalam menyampaikan dan
menjelaskan pembelajaran tidaklah dilakukan secara spontan, akan tetapi perlu adanya
rancangan yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Sehingga guru harus mengetahui dan paham apa itu rancangan pembelajaran, dan faktor-
faktor pengajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Rancangan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari kurikulum,
sedangkan aplikasi dari rancangan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran. Rancangan
pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama
sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi
rancangan pembelajaran sebagai pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang
akan dicapai, sebagai alat control dan evaluasi. Bentuk rancangan pembelajaran adalah
silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rancangan pembelajaran dapat diartikan sebagai persiapan pembelajaran itu sendiri.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang
baik maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk
melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Pada dasarnya, rancangan
pembelajaran menetapkan tujuan yang ingin dihasilkan guru selama pembelajaran dan
bagaimana guru mencapai tujuan tersebut. Biasanya, rancangan pembelajaran dibuat dalam
bentuk tertulis, namun hal ini bukanlah suatu keharusan. Guru-guru baru atau yang kurang
berpengalaman mungkin perlu membuat rencana pembelajaran yang sangat terperinci
menunjukan dengan jelas apa yang akan terjadi pada setiap tahap-tahap pembelajaran.
Namun pada kenyataannya, membuat rencana pembelajaran harian secara detail
seperti ini dianggap kurang praktis. Walaupun bagi para guru yang sudah memiliki
banyaknya pengalaman dan kepercayaan diri, tetap menganggap bahwa rancangan
pembelajaran itu penting. Namun karena kemampuan para guru untuk membuat rancangan
semakin berkembang, maka guru-guru yang sangat berpengalaman bisa saja masuk ke kelas
4

dengan hanya membawa sebuah catatan kecil atau bahkan dengan rencana pembelajaran di
kepala mereka.
Salah satu alasan utama mengapa membuat rancangan dianggap penting adalah
karena guru perlu mengindentifikasi tujuan dari pembelajaran yang mereka sampaikan. Guru
perlu mengetahui apa yang mereka harapkan bisa dilakukan oleh para siswa pada akhir
pembelajaran, yang sebelumnya tidak bisa siswa lakukan. Bruce Weil dalam Sanjaya
mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran (2009:216):

1. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk


atau mengubah struktur kognitif siswa. Struktur kognitif akan tumbuh mana kala
siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut
aktivitas siswa secara penuh.
2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Pengetahuan yang
pertama adalah pengetahuan fisis yang merupakan pengetahuan akan sifat-sifat fisis
dari suatu objek atau kejadian, kedua pengetahuan sosial berhubungan dengan
perilaku individu dalam suatu system sosial atau hubungan antara manusia yang dapat
mempengaruhi interaksi sosial dan ketiga pengetahuan logika (berfikir matematis)
yang merupakan pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu
objek dan kejadian tertentu.
3. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Melalui
pergaulan dan hubungan sosial anak akan lebih belajar efektif dibandingkan dengan
belajar yang menjauhkan diri dari hubungan sosial.

Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan kemampuan


merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,
memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa,
mengamati kelas dan mengevaluasi hasil belajar.

Oleh sebab itu, rancangan mengandung rangkaian putusan yang luas dan penjelasan
dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode dan prosedur
tertentu serta penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehar-hari. Masih terkait dengan
rancangan (design) pembelajaran, tugas utama guru dalam konteks ini adalah: mendesain
sistem pembelajaran, mendesain pesan, mendesain strategi pembelajaran serta mendesain
karakteristik pembelajar (Seels and Richey, 1994:33).
5

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro
dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai
sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.

Perancangan yang komprehensif akan memberi kesan yang positif dalam proses
pembelajaran bahasa siswa. Melalui perancangan pengajaran guru dapat menentukan waktu,
urutan dan penekanan kepada isi setiap pelajaran. Melalui perancangan pengajaran, guru
juga dapat menyiapkan sumber-sumber pengajaran yang sesuai dengan isi pelajaran dan
minat siswa. Namun tetap memperhatikan dan menyesuaikan dengan yang telah ditetapkan
oleh Kemendikbud.

Selain itu guru harus mengetahui sasaran yang ingin dicapai dalam setiap materi
yang akan diajarkan. Dalam hal ini rancangan merupakan awal dari semua proses suatu
pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional. Rancangan menurut Sanjaya (2008: 77), harus
memiliki empat unsur, yang meliputi:

1. Adanya tujuan yang harus di capai


2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan.

Rancangan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara


rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir dari proses
pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal - hal di
atas, sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajan. Karakteristik Rancangan Pembelajaran (Sanjaya,
2008:102):
6

1. Merupakan hasil dari proses berpikir.


2. Disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

Namun menurut Rohani (1995:43) bahwa acuan dan pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran harus tersusun atas dasar dari fungsi rancangan pembelajaran yang
efektif dengan melibatkan delapan fungsi yang meliputi:
1. Fungsi Kreatif, dengan rancangan yang matang dapat memberikan umpan balik yang
dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melaluiumpan balik, guru
dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan
memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru.
2. Fungsi inovatif, suatu inovasi akan muncul jika memahami adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Kesenjangandapat ditangkap jika memahami proses yang
dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran sistematis inilah yang
direncanakan dan terprogram secara utuh.
3. Fungsi selektif, dengan proses rancangan kita dapat menyeleksi strategi mana yang
dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini berkaitan
dengan pemilihan materi pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
4. Fungsi komunikatif, rancangan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap
orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak
eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen rancangan harus dapat
mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil yang ingin
dicapai.
5. Fungsi prediktif, rancangan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan
terjadi serta dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6. Fungsi akurasi, dengan rancangan guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan
untuk menyampaikan bahan pelajaran, guru dapat menentukan jam pelajaran efektif.
7. Fungsi pencapaian tujuan, pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya,
yakni sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui rancangan itulah kedua sisi
pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.
8. Fungsi kontrol, dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap
oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh siswa.
7

Rancangansebagai kontrol dapat memberikan balikan kepada guru untuk


mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.

C. PEMBAHASAN

Pembelajaran khususnya bahasa merupakan proses yang kompleks dan tidak


sederhana. Proses pembelajaran bahasa memerlukan pemikiran yang matang yang tidak
hanya berfokus pada pendidik saja, namun faktor-faktor lain seperti kurikulum dan lembaga
juga memiliki pengaruh penting dalam suatu rancangan pembelajaran, agar dapat berfungsi
sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

1. Faktor Kurikulum
Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi
dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya, fasilitas sekolah, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar
mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai. Hal yang harus ada dalam
rancangan kurikulum, antara lain: a) adanya tujuan yang harus dicapai, b) adanya strategi
untuk mencapai tujuan, c) sumber daya yang dapat mendukung, dan d) implementasi setiap
keputusan.
Kurikulum juga merupakan sebuah dokumen yang berisi tentang rancangan
pembelajaran yang disusun sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Suatu rancangan harus direalisasikan untuk melihat apakah rancangan tersebut berhasil
mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Adapun implementasi dari
kurikulum adalah proses pembelajaran. Jadi, kurikulum dan proses pembelajaran tidak dapat
dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Pembelajaran tanpa
kurikulum tidak akan efektif dan kurikulum tanpa proses pembelajaran hanyalah sebuah
dokumen yang tidak bermakna.

a. Desain yang berpusat pada pembelajar


1) Desain berdasarkan kegiatan/pengalaman (activity/experience design).
Ciri yang pertama dari desain ini adalah adanya transaksi antara pengajar dan
pembelajar dalam memetakan minat dan kebutuhan pembelajar terkhusus dalam
pembelajaran bahasa. Peran pengajar dalam kaitan ini adalah mengembangkan
8

kemampuan yang sejalan dengan minat dan kebutuhan pembelajar dan


mengembangkan dalam bentuk kurikulum. Sehingga kurikulum ini didesain sesuai
dengan kegiatan atau pengalamannya.

2) Desain humanistik (humanistic design).


Desain ini hampir sama dengan desain berdasarkan pengalaman yakni
menekankan pada kebutuhan individu pembelajar bahasa dalam lingkungan yang
lebih kondusif dan mendukung. Desain humanistik bertujuan membekali pembelajar
dengan pengalaman-pengalaman yang secara intrinsik bermanfaat bagi
pengembangan diri pembelajar, antara lain, memperkuat konsep-diri melalui
penciptaan pengalaman belajar yang mendukung.

b. Desain yang Berpusat Pada Masalah (Problem-Centered Designs)


1) Desain Tematik
Pikiran yang melandasi desain ini adalah kurikulum harus memberikan
pengalaman belajar yang mencerminkan kehidupan nyata yang bermakna dan
berguna bagi pembelajar. Untuk itu berbagai tema yang dihadapi dalam kebidupan
individu pembelajar dan masyarakat baik dalam konteks lokal, regional dan global
harus tercakup dalam kurikulum. Karenanya, tema-tema dapat diambil dari
lingkungan terdekat dengan pembelajar dan berbagai bidang studi yang memiliki
keterkaitan dengan kenyataan yang dihadapi pembelajar. Bila tema diambil dari
bidang studi lazimnya bersifat terpadu.

2) Desain berdasarkan Masalah


Desain ini beranjak dari pandangan bahwa pembelajar harus dihadapkan pada
masalah-masalah kehidupan nyata agar dapat memahami dunianya. Sebagaimana
desain tematik, desain ini menonjolkan kebermaknaan sebagai basis bagi desain
kurikulum agar apa yang tercakup dalam kurikulum dipandang relevan. Perbedaan
yang ada dengan desain tematik terletak pada pengidentifikasian, penanganan, dan
pemecahan berbagai masalah. Melalui proses ini, pembelajar akan beroleh
pengalaman belajar bermakna dan dapat lebih berperan dalam masyarakat. Karena itu,
desain ini menekankan pada pemecahan masalah yang relevan bagi kehidupan nyata
yang dihadapi pembelajar dan masyarakatnya.
9

2. Faktor Lembaga / Institusi


Ada beberapa faktor yang ikut berperan penting untuk meningkatkan mutu sebuah
lembaga pendidikan, secara garis besar meliputi tiga faktor yang meliputi manajemen struktur
organisasi, strategi rancangan program lembaga / institusi, dan program pengembangan bagi
pengajar serta konteks pengajaran.

a. Manajemen Struktur Organisasi


Manajemen strukur organisasi dalam suatu lembaga / institusi seperti sekolah
memiliki peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif, karena dengan
adanya menajemen strukur organisasi yang baik maka sekolah tersebut akan berhasil
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Ada dua jenis disain sturuktur organisasi yang biasa
ditemukan dalam lembaga-lembaga pendidikan, yaitu model mekanistik dan model organik.
Model mekanistik adalah sebuah pendekatan birokrasi mekanistik untuk mengorganisir
kegiatan kolektif yang menekankan perlunya otoritas, hirarki kontrol, dan rantai komando
eksplisit. Sedangkan model organik adalah salah satu yang memaksimalkan fleksibilitas dan
kemampuan beradaptasi, mendorong keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan,
dan menyalurkan berbagai motivasi dari manusia untuk mencapai tujuan (Davidson dan Tesh
dalam Richards, 2001:198). Melalui dua model tersebut sekolah dapat menerapkan disain
struktur organisasi yang sesuia untuk diterapkan,aspek penting lain yang turut berperan dalam
struktur organisasi adalah kepemimpinan lembaga / institusi.

b. Strategi Rancangan Program Lembaga / Institusi


Lembaga / institusi pendidikan di dalam memberikan layanan pendidikan kepada
peserta didik juga harus memiliki sebuah rencana strategis yang bisa digunakan sebagai
pedoman untuk menjalankan program-program pendidikan yang sudah tersusun sehingga
dapat berjalan dengan baik. Rencana strategi diartikan sebagai sebuah pendeskripsian dari
visi jangka panjang dan tujuan lembaga, dan sebuh sarana yang bertanggung jawab untuk
memenuhi program-program yang ada dalam bagian rencana tersebut (Richards, 2001:199).
Klinghammer dalam Richards (2001:203) memberikan gambaran dari sebuah prencanaan
strategis yang baik untuk sebuah lembaga atau institusi yang terdiri dari enam unsur meliputi:
1) Vision (visi): peryataan yang memberikan gambaran program dalam jangka panjang
dan harapan apa yang bisa dicapai.
2) Values (nilai-nilai): prinsip-prinsip yang akan memandu pelaksanaan program, dalam
hal tanggung jawab kepada siswa, guru, dan lainnya.
10

3) Purpose (tujuan): alasan dasar untuk eksistensi lembaga.


4) Mission (misi): deskripsi visi lembaga dalam hal tujuan tertentu yang berusaha untuk
dicapai, biasanya dalam jangka waktu tertentu. Ini diekspresikan dalam bentuk
pernyataan misi.
5) Goals (tujuan): langkah-langkah spesifik yang berhubungan dengan setiap aspek dari
misi, seperti meningkatkan pendaftaran mahasiswa, pengembangan bahan ajar, atau
menyediakan suatu lingkungan di mana guru dapat melakukan penelitian kelas.
6) Strategies (strategi): metode-metode dan kegiatan yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan.

c. Program Pengembangan bagi Pengajar dan Konteks Pengajaran.


Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus disertai dengan upaya-
upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dan memperbaiki kualitas kepribadian
gurunya. Di antaranya dengan memberikan kesempatan sebanyak mungkin bagi guru untuk
mengikuti program-program yang terkait dengan meningkatkan kemampuannya dalam
bidang bahasa, seperti:
1) Conference participation
2) Workshops and in-service seminars
3) Reading groups
4) Peer observation
5) Writing about teaching
6) Project work
7) Action research (Richards, 2001:206)

Selain dari segi pengembangan profesionalitas seorang guru, masih ada satu faktor
terakhir yang memberikan efek penting keberhasilan pengajaran dalam sebuah lembaga /
institusi sekolah yaitu tentang konteks pengajaran yang baik, yang terdiri dari beberapa aspek
seperti:
1) Size and Staff Structure
Ukuran dan struktur staff sangat berpengaruh dalam proses pengajaran guru, dimana
ketika jumlah dan struktur staff yang banyak akan menimbulakan ketidak
maksimalan dalam proses berinteraksi. Sehingga perlu peran lembaga untuk
memfasilitasi guru untuk mengenal satu sama lain dan untuk mengembangkan rasa
kolegialitas.
11

2) Equipment
Dalam proses pengajaran perlu dibutuhakan beberapa peralatan yang dapat
menunjang proses pembelajaran secara maksimal seperti komputer, pemutar kaset
dan CD, perekam vidieo dll. Dimana peralatan tersebut disiapkan oleh lembaga /
institusi pendidikan.
3) Support Staff
Staff pendukung yang memadai akan memfasilitasi kerja seorang guru, seperti staff
sekertaris yang membatu mengetik, menduplikasi file, dll.
4) Teacher Work Space
Penempatan ruang kerja juga dapat berpengaruh karena diruangan inilah guru dapat
berinteraksi dengan guru lain, menyipakan bahan ajar dan pembuatan tugas.
5) Teacher Resource Room
Seorang guru membutuhakan ruang ini karena melalui ruangan ini guru bisa
memperbarui pengetahuan dan ide-ide baru dalam pengajaran.
6) Teaching Facilities
Selain fasilitas ruangan kelas, dalam proses pembelajaran juga dibutuhkan fasilitas-
fasilitas pendukung lain berupa lab. mulimedia atau komputer, lab. Bahasa, pusat
pengembangan diri dan ruang membaca siswa.
7) Class Size
Penempatan jumlah siswa dalam suatu ruangan juga memiliki pengaruh dalam
penyampaian atau proses pembelajaran karena jika jumlah peserta didik yang
banyak dalam satu ruangangan maka penyamapian metarinya tidak akan bisa
diterima secara maksimal berbeda bila siswa dalam satu ruangan berjumlah sedikit.

3. Faktor Pengajar
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar tidak terlepas juga dalam pengajaran
bahasa. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar
mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya
kepada tujuan yang hendak dicapai.

a. Kemampuan atau Skill yang dapat Membentuk Kewibawaan Guru adalah:


1) Tingkat penguasaan materi kebahasaan serta konsep-konsep keilmuan yang diajarkan.
12

2) Metode, pendekatan, atau gaya mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa.
3) Mampu menjalin hubungan baik antar individu, baik dengan siswa maupun antar
sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat disekitarnya.

b. Komponen Inti yang Harus Dimiliki Seorang Guru dalam Proses Pembelajaran
1) Practical knowledge (Pengetahuan praktis): teknik guru dalam kelas dan strateginya
2) Content knowledge (Pengetahuan isi): pemahaman guru terhadap subjek materi yang
akan diajarkan.
3) Contextual knowledge (Pengetahuan kontekstual): memahami atau dekat dengan
lembaga / institusi, norma sekolah dan pengetahuan peserta didik.
4) Pedagogical knowledge (Pengetahuan pedagogis): kemampuan untuk
merestrukturisasi isi pengetahuan untuk tujuan pengajaran.
5) Personal knowledge (Pengetahuan pribadi): prinsip-prinsip dan pendekatan individual
untuk mengajar.
6) Reflective Knowledge (Pengetahuan reflektif): kapasitas guru untuk merefleksikan dan
menilai sendiri (Richards, 2001: 209).

c. Keterampilan Guru dalam Menerapkan Proses Pembelajaran Efektif


1) Melakukan pengamatan kepada guru yang sudah berpengalaman.
2) Melakukan pengamatan melalui video latihan.
3) Mengikuti kursus teori singkat.
4) Melakukan latihan dibawah pengawasan guru berpengalaman.
5) Berkerja sama dengan guru mentor (Richards, 2001: 211).

Dengan demikian, maka dalam menciptakan proses pendidikan yang efektif,


keterlibatan guru mulai dari rancangan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan inovasi pendidikan yang
lebih baik.

4. Faktor Pengajaran
13

Faktor pengajaran menurut Brown (1995:179) merupakan bagian dari rancangan


pengajaran yang efektif dengan beberapa faktor terkait seperti perlu melibatkan guru dalam
kurikulum, dukungan guru, penyediaan seperangkat dukungan, memonitor guru, dan
revitalisasi guru.

a. Melibatkan Guru dalam Kurikulum


Keterlibatan guru sangat diperlukan untuk memberikan sumbangsih dalam
pengembangan kurikulum, agar pengembangannya sangat menyeluruh berdasarkan
pengalaman-pengalaman guru selama mengajar , termasuk dalam memberikan masukan
dalam pengajaran bahasa yang memang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda di
setiap tempatnya. Guru melakukan tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum,
yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa serta minat siswa. Semua kebutuhan siswa sudah
pasti sangat diketahui oleh guru sebagai pembimbing pengajaran dikelas pendekatan terhadap
siswa. Dalam pengembangan kurikulumnya Caswell (dalam Sukmadinata, 1988:31)
menekankan pada partisipasi guru-guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum,
menentukan struktur organisasi dari penyusunan kurikulum, merumuskan tujuan dan menilai
hasil.

b. Dukungan Guru
Peran dukungan guru dalam kurikulum memerlukan proses kerja yang nyata, karena
ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Bentuk dukungan
guru tersebut meliputi:
1) Analisis Kebutuhan
2) Menerima Masukan Siswa
3) Motivator
4) Organisator dan Pengontor Tingkah Laku Siswa
5) Demonstrator untuk menunjukkan ketepatan penggunaan bahasa
6) Pengembang Material
7) Memonitor Pembelajaran Siswa
8) Konselor dan Teman

c. Memonitor Guru
14

Monitoring yang dijadwalkan secara rutin, sebagai bagian dari kurikulum dapat
membantu guru sebagai individu untuk berpikir tentang apa yang baik dalam mengajar untuk
meningkatkan kinerja. Kegiatan-kegiatan dalam memonitor guru berupa:
1. Observasi kelas dimana guru diobservasi selama proses kegiatan belajar berlangsung.
2. Observasi Administrasi, merupakan obseravasi administrasi guru seperti dokumentasi
pengajaran (Silabus, RPP), hasil nilai siswa (Raport, Ulangan, Tugas), buku panduan
siswa mengukur tingkat kemajuan siswa (Komunikasi antar Guru dan Orangtua
Siswa).
3. Observasi dengan Teman Sekerja, merupakn sumber daya lain yang efektif untuk
membantu memantau guru dengan cara yang memberikan kontribusi untuk
pengembangan profesional dari kedua guru sebagai pengamat.
4. Observasi Diri Guru Sendiri, Alternatif lain yang efektif untuk praktik observasi kelas
diri sendiri adalah melakukan pengamatan melalui kamera video.

d. Revitalisasi Guru
Guru juga merupakan makhluk hidup yang bernapas dan perlu ruang kreatifitas. Guru
juga manusia yang sering mengalami masalah hingga dapat mengganggu pekerjaan mereka.
Maka dalam hal ini perlu dibuat ketentuan agar guru jika mengalami stress terus tetap merasa
optimis dan positif dalam kegiatan belajar dan mengajar. Permasalahan ini tidak bisa
disepelekan ini, maka seseorang guru harus meningkatkan kapasitas profesionalitasnya secara
holistik dalam menjalankan setiap komponen-komponen kurikulum, oleh karena itu seorang
guru harus terus mengalami peningkatan dan terus berkembang.

5. Faktor Siswa
a. Pengalaman Belajar Bahasa
Faktor pengalaman belajar siswa juga mempengaruhi tingkat daya pemahaman
koginitif siswa berdasarkan pengalaman belajar siswa sebelumnya. Biasanya siswa
menguasai pelajaran bahasa dengan cepat dikarenakan telah belajar unsur-unsur belajar
bahasa sebelumnya. Seperti mengikuti kursus atau pelajaran tambahan. Sehingga siswa dapat
memahami pemahaman berbahasa secara komprehensif.

b. Motivasi
15

Siswa yang termotivasi kuat pasti berhasil karena siswa mempunyai dorongan yang
lebih untuk tidak hanya sekedar lulus ujian tetapi juga untuk pengembangan dirinya di masa
depan. Beberapa hal dapat diusahakan untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak:
pemilihan bahan pengajaran yang berarti pada anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat
membangkitkan dorongan untuk menemukan (discovery), menerjemahkan apa yang akan
diajarkan dalam bentuk yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

c. Tingkat Keragaman Siswa dalam Kelas


Faktor keragaman siswa dikelas juga sangat mempengaruhi pengajaran. Jika
kemampuan berbahasanya terlalu beragam, guru akan mengalami kesulitan untuk
melanjutkan ketahapan pengajaran selanjutnya. Oleh karena itu solusinya adalah dengan
melakukan tes penempatan (Placement Test) dan Tes Bakat (Aptitude Test) agar kemampuan
siswa terkondisikan sama rata sehingga pengajaran bisa maksimal.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Rancangan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari kurikulum, sedangkan


aplikasi dari rancangan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi rancangan atau
rancangan pembelajaran adalah sebagai pedoman atau panduan kegiatan yang
menggambarkan hasil yang akan dicapai, dapat diartikan juga sebagai alat control dan
evaluasi. Bentuk rancangan efektivitas pengajaran dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya meliputi; 1) faktor kurikulum dan komponennya, 2) faktor
lembaga / institusi, 3) faktor pengajar, 4) faktor pengajaran, dan 5) faktor siswa.
Kurikulum tidak hanya berupa mata pelajaran dan kegiatan belajar siswa saja, tetapi
juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk
memperoleh mutu pendidikan yang baik, selain para peserta didik harus memiliki potensi
yang memadai untuk menyelesaikan program belajar yang dituntut oleh kurikulum, pihak
lembaga / institusi seperti sekolah harus memberikan layanan program yang baik bagi peserta
didik. Selain itu, guru sebagai pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar,
kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar
di kelas maupun efeknya di luar kelas. Pemahaman akan penciptaan rancangan pengajaran
yang efektif dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa diperlukan kesamaan sinergi
16

dan persiapan yang mantang dari beberapa faktor di atas. Sehingga, proses pengajaran dan
pembelajaran dilingkup pendidikan kita akan mencapai tujuan yang diharapkan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, James Dean. 1995. The Elements of Language Curriculum. Boston: Heinle & Heinle.
Richard, Jack C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press.
Rohani, Ahmad. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Seels, Barbara B. and Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Terjemahan. Jakarta: IPTPI Miarso.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Depdikbud.
Wina Sanjaya. 2008. Rancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Anda mungkin juga menyukai