FRANSCY
franscy91@gmail.com
ABSTRACT
The article titled "Effectiveness Design in Teaching and Learning Language", the background of the
title selection based on the phenomena problems in the process of teaching and learning include in
teaching and learning language, is not effective so the expected purpose from the process of teaching
and learning is still very difficult to achieve. There are four important factors in education process that
have an influence on the process of teaching and learning, these factors include curriculum factor,
institution factor, teacher factor, teaching factor and students factor. From understanding and analysis
the theory indicated that in the process of teaching and learning language as effectively category, not
only focus on teacher and students factors, but also other factors have relevance and influence with
each other, to achieve the learning purpose. Therefore, understanding the role and function of four
factors are very important in the effectiveness design of language teaching and learning process. An
understanding the creation from the design of effective teaching in teaching and learning language
process is required in order to obtain synergie and perfect preparation of all the important factors
above. So, the process of teaching and learning in the educational aspect we will achieve the expected
goals together.
Keywords: effectiveness design, curriculum factor, institution factor, teacher factor and
students factor.
2
FRANSCY
STKIP PANCA SAKTI BEKASI
franscy91@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini berjudul Rancangan Efektivitas dalam Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, latar
belakang pemilihan judul ini karena di dasari adanya fenomena permasalahan dalam proses belajar
dan mengajar termasuk di dalamnya proses belajar dan mengajar bahasa, yang dianggap tidak efektif
sehingga tujuan yang diharapkan dari proses pengajaran dan pembelajaran masih sangat sulit untuk
dicapai. Ada empat faktor penting dalam pendidikan yang memiliki pengaruh dalam proses
pengajaran dan pembelajaran, faktor-faktor tersebut meliputi faktor kurikulum, faktor lembaga /
institusi, faktor pengajar, faktor pengajaran dan faktor siswa. Dari pemahanan dan pengkajian teori
menunjukkan bahwa dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa yang dikategorikan efektif,
tidak hanya selalu berfokus kepada faktor pengajar dan siswa saja, namun faktor-faktor lain juga
memiliki keterkaitan dan berpengaruh antara satu dengan yang lain, untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu pemahaman akan peran dan fungsi dari empat faktor tersebut sangatlah
penting dalam rancangan efektivitas proses pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pemahaman akan
penciptaan rancangan pengajaran yang efektif dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa
diperlukan guna memperoleh kesamaan sinergi dan persiapan yang mantang dari semua faktor
penting di atas. Sehingga, proses pengajaran dan pembelajaran di lingkup pendidikan kita akan
mencapai tujuan yang diharapkan bersama.
Kata kunci: rancangan efektivitas, faktor kurikulum, faktor lembaga, faktor pengajar dan
faktor siswa.
3
A. PENDAHULUAN
Salah satu ujung tombak dalam pembelajaran adalah guru atau pendidik. Dalam
kegiatan ini tentu saja proses pembelajaran tidak dilakukan dengan sembarangan, akan tetapi
diperlukan rancangan yang matang agar pembelajaran dapat memberikan perubahan tingkah
laku dan pengalaman siswa. Hal ini amat penting karena belajar adalah proses mental yang
terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari
(Sanjaya, 2009:112).
Dalam proses pembelajaran bahasa seorang guru dalam menyampaikan dan
menjelaskan pembelajaran tidaklah dilakukan secara spontan, akan tetapi perlu adanya
rancangan yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Sehingga guru harus mengetahui dan paham apa itu rancangan pembelajaran, dan faktor-
faktor pengajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Rancangan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari kurikulum,
sedangkan aplikasi dari rancangan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran. Rancangan
pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama
sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi
rancangan pembelajaran sebagai pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang
akan dicapai, sebagai alat control dan evaluasi. Bentuk rancangan pembelajaran adalah
silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rancangan pembelajaran dapat diartikan sebagai persiapan pembelajaran itu sendiri.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang
baik maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk
melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Pada dasarnya, rancangan
pembelajaran menetapkan tujuan yang ingin dihasilkan guru selama pembelajaran dan
bagaimana guru mencapai tujuan tersebut. Biasanya, rancangan pembelajaran dibuat dalam
bentuk tertulis, namun hal ini bukanlah suatu keharusan. Guru-guru baru atau yang kurang
berpengalaman mungkin perlu membuat rencana pembelajaran yang sangat terperinci
menunjukan dengan jelas apa yang akan terjadi pada setiap tahap-tahap pembelajaran.
Namun pada kenyataannya, membuat rencana pembelajaran harian secara detail
seperti ini dianggap kurang praktis. Walaupun bagi para guru yang sudah memiliki
banyaknya pengalaman dan kepercayaan diri, tetap menganggap bahwa rancangan
pembelajaran itu penting. Namun karena kemampuan para guru untuk membuat rancangan
semakin berkembang, maka guru-guru yang sangat berpengalaman bisa saja masuk ke kelas
4
dengan hanya membawa sebuah catatan kecil atau bahkan dengan rencana pembelajaran di
kepala mereka.
Salah satu alasan utama mengapa membuat rancangan dianggap penting adalah
karena guru perlu mengindentifikasi tujuan dari pembelajaran yang mereka sampaikan. Guru
perlu mengetahui apa yang mereka harapkan bisa dilakukan oleh para siswa pada akhir
pembelajaran, yang sebelumnya tidak bisa siswa lakukan. Bruce Weil dalam Sanjaya
mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran (2009:216):
Oleh sebab itu, rancangan mengandung rangkaian putusan yang luas dan penjelasan
dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode dan prosedur
tertentu serta penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehar-hari. Masih terkait dengan
rancangan (design) pembelajaran, tugas utama guru dalam konteks ini adalah: mendesain
sistem pembelajaran, mendesain pesan, mendesain strategi pembelajaran serta mendesain
karakteristik pembelajar (Seels and Richey, 1994:33).
5
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro
dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai
sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Perancangan yang komprehensif akan memberi kesan yang positif dalam proses
pembelajaran bahasa siswa. Melalui perancangan pengajaran guru dapat menentukan waktu,
urutan dan penekanan kepada isi setiap pelajaran. Melalui perancangan pengajaran, guru
juga dapat menyiapkan sumber-sumber pengajaran yang sesuai dengan isi pelajaran dan
minat siswa. Namun tetap memperhatikan dan menyesuaikan dengan yang telah ditetapkan
oleh Kemendikbud.
Selain itu guru harus mengetahui sasaran yang ingin dicapai dalam setiap materi
yang akan diajarkan. Dalam hal ini rancangan merupakan awal dari semua proses suatu
pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional. Rancangan menurut Sanjaya (2008: 77), harus
memiliki empat unsur, yang meliputi:
Namun menurut Rohani (1995:43) bahwa acuan dan pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran harus tersusun atas dasar dari fungsi rancangan pembelajaran yang
efektif dengan melibatkan delapan fungsi yang meliputi:
1. Fungsi Kreatif, dengan rancangan yang matang dapat memberikan umpan balik yang
dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melaluiumpan balik, guru
dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan
memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru.
2. Fungsi inovatif, suatu inovasi akan muncul jika memahami adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Kesenjangandapat ditangkap jika memahami proses yang
dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran sistematis inilah yang
direncanakan dan terprogram secara utuh.
3. Fungsi selektif, dengan proses rancangan kita dapat menyeleksi strategi mana yang
dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini berkaitan
dengan pemilihan materi pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
4. Fungsi komunikatif, rancangan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap
orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak
eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen rancangan harus dapat
mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil yang ingin
dicapai.
5. Fungsi prediktif, rancangan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan
terjadi serta dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6. Fungsi akurasi, dengan rancangan guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan
untuk menyampaikan bahan pelajaran, guru dapat menentukan jam pelajaran efektif.
7. Fungsi pencapaian tujuan, pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya,
yakni sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui rancangan itulah kedua sisi
pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.
8. Fungsi kontrol, dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap
oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh siswa.
7
C. PEMBAHASAN
1. Faktor Kurikulum
Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi
dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya, fasilitas sekolah, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar
mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai. Hal yang harus ada dalam
rancangan kurikulum, antara lain: a) adanya tujuan yang harus dicapai, b) adanya strategi
untuk mencapai tujuan, c) sumber daya yang dapat mendukung, dan d) implementasi setiap
keputusan.
Kurikulum juga merupakan sebuah dokumen yang berisi tentang rancangan
pembelajaran yang disusun sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Suatu rancangan harus direalisasikan untuk melihat apakah rancangan tersebut berhasil
mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Adapun implementasi dari
kurikulum adalah proses pembelajaran. Jadi, kurikulum dan proses pembelajaran tidak dapat
dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Pembelajaran tanpa
kurikulum tidak akan efektif dan kurikulum tanpa proses pembelajaran hanyalah sebuah
dokumen yang tidak bermakna.
Selain dari segi pengembangan profesionalitas seorang guru, masih ada satu faktor
terakhir yang memberikan efek penting keberhasilan pengajaran dalam sebuah lembaga /
institusi sekolah yaitu tentang konteks pengajaran yang baik, yang terdiri dari beberapa aspek
seperti:
1) Size and Staff Structure
Ukuran dan struktur staff sangat berpengaruh dalam proses pengajaran guru, dimana
ketika jumlah dan struktur staff yang banyak akan menimbulakan ketidak
maksimalan dalam proses berinteraksi. Sehingga perlu peran lembaga untuk
memfasilitasi guru untuk mengenal satu sama lain dan untuk mengembangkan rasa
kolegialitas.
11
2) Equipment
Dalam proses pengajaran perlu dibutuhakan beberapa peralatan yang dapat
menunjang proses pembelajaran secara maksimal seperti komputer, pemutar kaset
dan CD, perekam vidieo dll. Dimana peralatan tersebut disiapkan oleh lembaga /
institusi pendidikan.
3) Support Staff
Staff pendukung yang memadai akan memfasilitasi kerja seorang guru, seperti staff
sekertaris yang membatu mengetik, menduplikasi file, dll.
4) Teacher Work Space
Penempatan ruang kerja juga dapat berpengaruh karena diruangan inilah guru dapat
berinteraksi dengan guru lain, menyipakan bahan ajar dan pembuatan tugas.
5) Teacher Resource Room
Seorang guru membutuhakan ruang ini karena melalui ruangan ini guru bisa
memperbarui pengetahuan dan ide-ide baru dalam pengajaran.
6) Teaching Facilities
Selain fasilitas ruangan kelas, dalam proses pembelajaran juga dibutuhkan fasilitas-
fasilitas pendukung lain berupa lab. mulimedia atau komputer, lab. Bahasa, pusat
pengembangan diri dan ruang membaca siswa.
7) Class Size
Penempatan jumlah siswa dalam suatu ruangan juga memiliki pengaruh dalam
penyampaian atau proses pembelajaran karena jika jumlah peserta didik yang
banyak dalam satu ruangangan maka penyamapian metarinya tidak akan bisa
diterima secara maksimal berbeda bila siswa dalam satu ruangan berjumlah sedikit.
3. Faktor Pengajar
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar tidak terlepas juga dalam pengajaran
bahasa. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar
mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya
kepada tujuan yang hendak dicapai.
2) Metode, pendekatan, atau gaya mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa.
3) Mampu menjalin hubungan baik antar individu, baik dengan siswa maupun antar
sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat disekitarnya.
b. Komponen Inti yang Harus Dimiliki Seorang Guru dalam Proses Pembelajaran
1) Practical knowledge (Pengetahuan praktis): teknik guru dalam kelas dan strateginya
2) Content knowledge (Pengetahuan isi): pemahaman guru terhadap subjek materi yang
akan diajarkan.
3) Contextual knowledge (Pengetahuan kontekstual): memahami atau dekat dengan
lembaga / institusi, norma sekolah dan pengetahuan peserta didik.
4) Pedagogical knowledge (Pengetahuan pedagogis): kemampuan untuk
merestrukturisasi isi pengetahuan untuk tujuan pengajaran.
5) Personal knowledge (Pengetahuan pribadi): prinsip-prinsip dan pendekatan individual
untuk mengajar.
6) Reflective Knowledge (Pengetahuan reflektif): kapasitas guru untuk merefleksikan dan
menilai sendiri (Richards, 2001: 209).
4. Faktor Pengajaran
13
b. Dukungan Guru
Peran dukungan guru dalam kurikulum memerlukan proses kerja yang nyata, karena
ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Bentuk dukungan
guru tersebut meliputi:
1) Analisis Kebutuhan
2) Menerima Masukan Siswa
3) Motivator
4) Organisator dan Pengontor Tingkah Laku Siswa
5) Demonstrator untuk menunjukkan ketepatan penggunaan bahasa
6) Pengembang Material
7) Memonitor Pembelajaran Siswa
8) Konselor dan Teman
c. Memonitor Guru
14
Monitoring yang dijadwalkan secara rutin, sebagai bagian dari kurikulum dapat
membantu guru sebagai individu untuk berpikir tentang apa yang baik dalam mengajar untuk
meningkatkan kinerja. Kegiatan-kegiatan dalam memonitor guru berupa:
1. Observasi kelas dimana guru diobservasi selama proses kegiatan belajar berlangsung.
2. Observasi Administrasi, merupakan obseravasi administrasi guru seperti dokumentasi
pengajaran (Silabus, RPP), hasil nilai siswa (Raport, Ulangan, Tugas), buku panduan
siswa mengukur tingkat kemajuan siswa (Komunikasi antar Guru dan Orangtua
Siswa).
3. Observasi dengan Teman Sekerja, merupakn sumber daya lain yang efektif untuk
membantu memantau guru dengan cara yang memberikan kontribusi untuk
pengembangan profesional dari kedua guru sebagai pengamat.
4. Observasi Diri Guru Sendiri, Alternatif lain yang efektif untuk praktik observasi kelas
diri sendiri adalah melakukan pengamatan melalui kamera video.
d. Revitalisasi Guru
Guru juga merupakan makhluk hidup yang bernapas dan perlu ruang kreatifitas. Guru
juga manusia yang sering mengalami masalah hingga dapat mengganggu pekerjaan mereka.
Maka dalam hal ini perlu dibuat ketentuan agar guru jika mengalami stress terus tetap merasa
optimis dan positif dalam kegiatan belajar dan mengajar. Permasalahan ini tidak bisa
disepelekan ini, maka seseorang guru harus meningkatkan kapasitas profesionalitasnya secara
holistik dalam menjalankan setiap komponen-komponen kurikulum, oleh karena itu seorang
guru harus terus mengalami peningkatan dan terus berkembang.
5. Faktor Siswa
a. Pengalaman Belajar Bahasa
Faktor pengalaman belajar siswa juga mempengaruhi tingkat daya pemahaman
koginitif siswa berdasarkan pengalaman belajar siswa sebelumnya. Biasanya siswa
menguasai pelajaran bahasa dengan cepat dikarenakan telah belajar unsur-unsur belajar
bahasa sebelumnya. Seperti mengikuti kursus atau pelajaran tambahan. Sehingga siswa dapat
memahami pemahaman berbahasa secara komprehensif.
b. Motivasi
15
Siswa yang termotivasi kuat pasti berhasil karena siswa mempunyai dorongan yang
lebih untuk tidak hanya sekedar lulus ujian tetapi juga untuk pengembangan dirinya di masa
depan. Beberapa hal dapat diusahakan untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak:
pemilihan bahan pengajaran yang berarti pada anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat
membangkitkan dorongan untuk menemukan (discovery), menerjemahkan apa yang akan
diajarkan dalam bentuk yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
dan persiapan yang mantang dari beberapa faktor di atas. Sehingga, proses pengajaran dan
pembelajaran dilingkup pendidikan kita akan mencapai tujuan yang diharapkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, James Dean. 1995. The Elements of Language Curriculum. Boston: Heinle & Heinle.
Richard, Jack C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press.
Rohani, Ahmad. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Seels, Barbara B. and Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Terjemahan. Jakarta: IPTPI Miarso.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Depdikbud.
Wina Sanjaya. 2008. Rancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.