AGUNG SUTANTO
Abstrak
Dewasa ini, diperkenalkan berbagai macam teori belajar dan pembelajaran.
Setidaknya ada dua teori yang dikenal, yakni konvensional dan
konstruktivistik. Artikel ini berusaha melihat model pembelajaran
konstruktivistik. Berbagai hal terkait model tersebut, seperti struktur
kognisi dan sistem penalaran serta operasionalnya, dikemukakan. Di akhir,
model tersebut berusaha didialogkan dengan konsep-konsep dalam fisika.
Kata Kunci: model pembelajaran, struktur kognitif, konsep fisika.
1
Romizowski, Designing Instructional System, (New York: Nicholas Publishing Co, 1981).
184 | Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
2
Reigeluth, Instructional Design: Thoeries and Models, (New Jersey: Lawrence Associate,
1983).
Agung Sutanto, Interaksi Model Pembelajaran, Struktur Kognitif... | 185
3
George. M. Bodner, Constructivism A Theory of Knowledge, Journal of Chemical
Education 10 (63) 1986, hlm. 5.
4
J. Piaget, The Childs Conception of Physical Causality, (New Jersey: Little Field, Adams
& Co, 1969), hlm. 60.
5
Ernst Von Clasersfeld, An Exposition of Constructivist Why Some Like it Radical,
Massachusetts: Scientific Reasoning Research Institute. University of Massachusetts,
1989), hlm. 4.
186 | Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
6
Bodner, Constructivism, hlm. 14; R.W. Dahar, Teori-teori Belajar, ( Jakarta: Erlangga,
1989), hlm. 192.
7
Reigeluth, Instructional Design.
188 | Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
8
Arends, Learning to teach, (McGraw Hill: Central Connecticut University, 2004).
Agung Sutanto, Interaksi Model Pembelajaran, Struktur Kognitif... | 189
9
Bruner, J., Constructivist Theory, (2001), hlm. 12.
190 | Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
10
Bodner, Constructivism, hlm. 15.
Agung Sutanto, Interaksi Model Pembelajaran, Struktur Kognitif... | 191
Penalaran Formal
Penalaran (reasoning) merupakan suatu konsep umum yang menunjuk
pada salah satu proses berpikir untuk sampai kepada suatu
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain
yang telah diketahui. Menurut Aristoteles prinsip penalaran memiliki
tiga prinsip utama yaitu prinsip identitas (law of identity), prinsip non
kontradiksi dan prinsip ekslusi tertii. (1) prinsip identitas (law of
identity) merupakan dasar dari semua penalaran sifatnya langsung,
analitis dan jelas dengan sendirinya tidak membutuhkan pembuktian.
192 | Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
Hal ini dapat diartikan bahwa sesuatu hal adalah sama dengan dirinya
sendiri, (2) prinsip non kontradiksi, dua sifat yang berlawanan penuh
secara mutlak tidak mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan
tempat yang sama dan (3) prinsip ekslusi tertii, merupakan prinsip
penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga.
Secara lugas diartikan bahwa dua sifat yang berlawanan tidak mungkin
kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda.11
Copi menyebutkan penalaran sebagai cara berpikir spesifik untuk
menarik kesimpulan dari premis-premis. Untuk menegakkan
kebenaran dari suatu proporsi, seseorang meramalkan premis-premis
yang dapat diterima, dengan proporsi dalam pertanyaan dapat
dianggap sebagai pemecahan. Erwin mendefinisikan penalaran formal
sebagai kemampuan berpikir benar dalam mencapai kebenaran, dapat
membedakan antara kenyataan yang diterima dan harapan yang
diinginkan. Mahasiswa yang sudah berusia 17 tahun ke atas telah
memiliki penalaran formal. Mahasiswa pada usia tersebut telah
mampu berpikir secara simbolik dan berpikir abstrak terhadap obyek
yang diamati, sistematis, terarah dan mempunyai tujuan yang akan
dicapai, disamping mampu berpikir induktif, deduktif dan empiris
rasional.
Aspek penalaran formal meliputi penalaran kombinatorial,
penalaran korelasional dan penalaran proporsional. Flavell
mengemukakan beberapa karakteristik dari berpikir operasional
formal. Pertama, berpikir hipotesis deduktif. Ia dapat merumuskan
banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mencek
data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak.
Tetapi ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima dan
menolak hipotesis. Kedua berpikir proporsional, seorang anak pada
tahap operasional formal dalam berpikir tidak dibatasi pada benda-
benda atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, ia dapat menangani
pernyataan atau proporsi yang memberikan data konkrit. Ia bahkan
11
N.M. Bakry, Logika Praktis, (Yogyakarta: Liberty, 1986), hlm. 44.
Agung Sutanto, Interaksi Model Pembelajaran, Struktur Kognitif... | 193
Operasional Formal
Periode ini dicirikan oleh dua sifat khas yaitu: (a) hipotesis deduktif
dan (b) kombinatoris.
Dalam aspek hipotesis deduktif, anak mampu melihat segala
kemungkinan penyelesaian suatu masalah dengan membentuk
sejumlah hipotesisi atau perkiraan yang secara deduktif disimpulkan
dapat memberikan penyelesaian terbaik. Anak tidak lagi berpikir dari
sudut realitas tetapi memperhatikan segala kemungkinan yang muncul
secara abstrak. Dalam pemikiran kombinatoris, anak dalam
mengerjakan sesuatu secara metodis-sistematis. Pada taraf ini mereka
sudah mampu melepaskan diri semaksimal mungkin dari realitas yang
12
Dahar, Teori-teori Belajar, hlm. 155-156.
194 | Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
13
Piaget, The Childs Conception of Physical Causality.
14
Piaget, The Childs Conception of Physical Causality.
Agung Sutanto, Interaksi Model Pembelajaran, Struktur Kognitif... | 195
15
Bodner, Constructivism, hlm. 14.
Agung Sutanto, Interaksi Model Pembelajaran, Struktur Kognitif... | 197
DAFTAR PUSTAKA
Press, 1977).
Guilford, J.P., Fundamental Statistic in Psychology and Education, (New
York: McGraw-Hill Book Company, 1973).
Joyce & Weil, Models of Teaching, (Boston: Allyn Bacon, 2000).
Piaget, J., The Childs Conception of Physical Causality, (New Jersey:
Little Field, Adams & Co, 1969).
, Genetic Epistemology, (New York: Columbia University
Press, 1970).
Reigeluth, Instructional Design: Thoeries and Models, (New Jersey:
Lawrence Associate, 1983).
Romizowski, Designing Instructional System, (New York: Nicholas
Publishing Co, 1981).
Slavin, Educational Psycology: Theories and Practices, ( John Hopkins
University, 1994).
Winkel, Psikologi Pengajaran, ( Jakarta: Gramedia, 1989).