Topik: Morbili
Tanggal (kasus): 23 Maret 2017 Presenter : dr. Retno Nurul Mandasari
Tanggal (presentasi): - Pendamping : dr. Nila Mulyani, M.Si / dr. Husnaina Febrita
Tempat Presentasi : -
Obyektif Presentasi:
Tujuan:
- Mampu mendiagnosis Morbili
- Mampu memberikan penatalaksanaan pada pasien Morbili
- Mengetahui kapan pasien harus dirujuk
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam naik turun dan turun dengan pemberian obat penurun demam.
Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit sejak 2 hari yang lalu. Bintik kemerahan tanpa disertai rasa gatal.
Pasien juga mengeluh batuk berdahak dengan dahak berwarna bening dan pilek. Mual dijumpai. Muntah tidak dijumpai. BAB dan BAK
dalam batas normal.
7. Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Heart Rate : 108x/menit, reguler, cukup
4. Respiratory Rate : 24 x/menit
5. Temperatur : 39.3o C
6. Berat badan : 8 kg
STATUS GENERAL
KULIT
Warna : sawo matang
Turgor : kembali cepat
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Udema : (-)
KEPALA
Bentuk : Kesan Normocephali, UUB membuka
Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : Cekung (-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Hiperemis
(+/+), berair (+/+)
Telinga : Serumen (-)
Hidung : Sekret (+), NCH (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Lidah : Beslag (-), tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tonsil : Hiperemis (+)
Faring : Hiperemis (+)
LEHER
Bentuk : Kesan simetris, ruam (+)
Kelenjar Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
THORAK
Bentuk dan Gerak : Kesan simetris, iga gambang (+), ruam (+)
Tipe Pernafasan : Thorako Abdominal
Retraksi : (-)
PARU-PARU
DEPAN
KANAN KIRI
BELAKANG
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICR V medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICR III sinistra
Kiri : ICS V 4cm midclavicula sinistra
Kanan : linea parasternalis dekstra
Auskultasi : BJ I > BJ II, Reguler, bising (-)
ABDOMEN
Palpasi : distensi abdomen (-), nyeri tekan (-), lien dan hepar tidak teraba.
EKSTREMITAS : ruam (+/+), akral hangat (+/+), muscle wasting (+/+), baggy pants (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 11.1 gr/dl
Leukosit : 4600 /l
Eritrosit : 4,62 x1012
Trombosit : 182.000 / l
Hematokrit : 35,7 %
DIAGNOSA SEMENTARA
Morbili dengan komplikasi:
Hiperpireksia
Konjungtivitis
Bronkitis
Gizi buruk menurut antropometri
PENATALAKSANAAN
Umum : Bed rest
Khusus ;
1. Diet MB TKTP
2. IVFD RL selang seling KAEN 3B 25 gtt/i mikro
3. Injeksi ranitidin ampul/8 jam
4. Injeksi norages 100 mg/8 jam
5. Parasetamol drop 4-6 x 1 mL
6. Domperidon drop 3 x 1 mL
7. Kandistatin drop 3 x 1 mL
8. Oratified expectorant sirup 3 x cth
9. Gentamisin tetes mata 3 x 2 gtt ODS
10. Cetirizin sirup 2 x cth
11. Vitamin A 1 x 200.000 UI
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
Subjective Objective Assessment Planning
24/ 03/2017 Kes = Compos mentis Morbili dengan Diet MB TKTP
demam (+), ruam (+), batuk VT : N : 110 kali/menit komplikasi: IVFD RL selang seling KAEN
3B 25 gtt/i mikro
dan pilek (+) RR : 22 kali/menit Hiperpireksia
Injeksi ranitidin ampul/8 jam
T : 38.4 oC Konjungtivitis Injeksi norages 100 mg/8 jam
Mata : Hiperemis (+/+) Bronkitis Parasetamol drop 4-6 x 1 mL
THT : hidung: sekret (+) Domperidon drop 3 x 1 mL
Kandistatin drop 3 x 1 mL
Faring : hiperemis (+)
Pulmo :Simetris, Vesikuler, Gizi buruk Oratified expectorant sirup 3 x
Rh (-/-), wh (-/-) menurut cth
Gentamisin tetes mata 3 x 2 gtt
Cor : BJ I > BJ II, bising (-) antropometri
ODS
Abdomen : ruam (+), Soepel,
Peristaltik (+)
Extremitas inf. : ruam (+), muscle
wasting (+), baggy pants (+)
Daftar Pustaka:
1. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. 2014
2. Pudjiaji, A.H., Hegar, B., et al. Pedoman Pelayanan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan penerbit IDAI. Jakarta 2009
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Morbili
2. Penatalaksanaan Morbili
3. Komplikasi Morbili
Rangkuman
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam naik turun dan turun dengan pemberian obat penurun demam.
Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit sejak 2 hari yang lalu. Bintik kemerahan tanpa disertai rasa gatal.
Pasien juga mengeluh batuk berdahak dengan dahak berwarna bening dan pilek. Mual dijumpai. Riwayat imunisasi dasar tidak lengkap.
2. Objektif:
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung ke arah diagnosis morbili. Temuan pemeriksaan fisik dan tambahan yang
mendukung diagnosis, yaitu: demam yang dialami sejak 5 hari lalu munculnya ruam dimulai dari kepala lalu ke badan dan seluruh tubuh
tanpa disertai rasa gatal. Imunisasi dasar pasien yang juga tidak lengkap. Adanya gejala komplikasi dari morbili yaitu mata hiperemis,
keluhan batuk dan pilek dan gizi buruk.
3. Assesment (penalaran klinis):
Morbili, measles atau campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus morbili. Penyakit ini sangat infeksius dan
menular lewat udara melalui aktivitas bernafas, batuk atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan komplikasi yang fatal,
seperti pneumonia dan ensefalitis.
Pada anamnesis pasien dengan morbili didapati demam tinggi terus-menerus disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan
silau bila terkena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare serta belum pernah mendapat imunisasi morbili. Pada hari ke-4 dan ke-5
demam disertai ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang
demam. Saat ruam, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman
dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
- Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan,
stomatitis dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.
- Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas
rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.
- Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit
menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
Pemeriksaan penunjang pada umunya tidak diperlukan. Jika dilakukan pemeriksaan darah tepi didapati jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Pemerikssan
untuk komplikasi dapat berupa pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah pada ensefalopati, feses
lengkap pada enteritis dan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah pada bronkopneumonia.
Komplikasi lebih umum terjadi pada anak dengan gizi buruk, anak yang belum mendapat imunisasi, dan anak dengan
imunodefisiensi dan leukemia. Komplikasi berupa otitis media, pneumonia, ensefalitis, trombositopenia.
Untuk pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan apabila terjadi
infeksi sekunder, antikonvulsi apabila terjadi kejang dan pemberian vitamin A.
Jika pasien tersebut tanpa komplikasi, tirah baring di tempat tidur, pemberian vitamin A 200.000 IU/hari PO 2 dosis (apabila disertai
tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia dilanjutkan dosis ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu kemudian), dan diet
makanan cukup cairan, kalori yang cukup.
Pada pasien dengan komplikasi ensefalopati diberikan kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama
7-10 hari, kortikosteroid dapat nerupa deksametason 1 mg/kgbb/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0.5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off) serta kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan
serta koreksi terhadap gangguan elektrolit. Jika disertai beronkopneumonia diberikan kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100
mg/kgbb/hari selama 7-10 hari serta oksigen 2 liter/menit.
Adapun indikasi pasien dirawat (di ruang isolasi) bila terjadi hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit dan adanya
komplikasi.
Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan penyakit self-limiting disease.
4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien dapat didiagnosis dengan morbili.
Pengobatan:
Dalam pengelolaan pengobatan pasien diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum lalu pemberian penanganan yang bersifat suportif.
Pendidikan: edukasi keluarag dan pasien bahwa morbili merupakan penyakit yang menular namun sebgaian besar pasien dapat sembuh
sendiri sehingga pengobatan bersifat suportif. Untuk anggota keluarga/kontak yang rentan, dapat diberikan vaksin campak atau human
immunoglobulin untuk pencegahan. Vaksin efektif diberikan dalam 3 hari terpapar dengan penderita.
Konsultasi: konsultasi dengan dokter spesialis anak.
Pebimbing Pendamping