Anda di halaman 1dari 14

A.

PENDEKTAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI

1. Pendektan Pajak
Pendektan yang disukai oleh banyak pendatang baru dalam bidang
akuntasi ini menanyakan apa yang akan dikatakan oleh Internal Revenue
Service (IRS) mengenai suatu masalah. Misalnya, kita dapat bertanya
apakah IRS akan mengizinkan ABC mengakui pendapatan pada titik ini ;
atau,apakah IRS akan melarang hal itu?
Dilema yang pertama dan yang paling jelas dalam pendekatan ini
adalah bahwa pendektan ini mempersoalkan bagaimana IRS sampai pada
kesimpulan-kesimpulannya. Bila kita mengkaji asal mula teoritis akuntansi
pajak,kita akan segera menemukan bahwa tujuan-tujuan akuntansi pajak
sangat berbeda dengan tujuan-tujuan pelaporan keuangan. IRS tidak begitu
tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan
dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatanya,
kesimpulan akuntansi pajak tidak relevan untuk keperluan kita.
Ini bukan berarti bahwa berbagai undang-undang pajak
penghasilan itu tidak mempunyai dampak yang besar pada praktik
akuntansi di banyak bidang. Undang-undang itu penting dalam
mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi praktik yang standar
yang dipakai perusahaan-perusahaan yang lebih baik pada saat itu. Hal ini
menciptakan suatu perbaikan dalam praktik akuntansi umum dan dalam
mempertahankan konsistensi. Selain itu,ketentuan mengenai penyusutan
yang dicakup dalam Excise Act 1909 dan dalam undang-undang
selanjutnya telah menyebabkan digunakannya metode penyusutan yang
sistematis, pencarian konsep-konsep penyusutan yang lebih baik, dan
penggunaan metode yang lebih tepat untuk menghitung biaya penyusutan.
Di samping itu, persyaratan dalam Act 1918, yang mewajibkan
persedian diperhitungkan dalam penentuan penghasilan, telah
menyebabkan meluasnya diskusi yang berkaitan dengan metode penilaiian
yang tepat. Diterimannya metode harga pokok atau harga pasar, mana
yang lebih rendah, dalam peraturan-peraturan sebelumnya untuk menilai

1
persedian telah menyebabkan prosudur ini dipakai secara luas dan
mendorong diadakannya diskusi-diskusi mengenai ketetapan konsep itu.
Akhirnya,seperti yang akan diperlihatkan oleh bagian berikut ,kasus-kasus
pengadilan yang berhubungan dengan undang-undang pajak telah banyak
mempengaruhi perkembangan konsep-konsep akuntansi.
Sayangnya, aturan-aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh
yang merugikan pada teori dan prinsip akuntansi dalam banyak bidang.
Kecendrungan untuk menerima ketentuan pajak penghasilan sebagai
prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum ini patut disayangkan.
Berikut ini adalah contoh-contohnya :

1. Setiap metode penyusutan yang dapat diterima untuk keperluan pajak


juga dapat diterima untuk keperluan akuntansi, tanpa memperhatikan
apakah metode itu mengikuti atau tidak mengikuti teori akuntansi yang
baik dalam situasi yang bersangkutan.
2. LIFO harus digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan jika
metode itu digunakan dalam laporan pajak
3. Pos-pos yang seharusnya dikapitalisasi dalam laporan keuangan
dibebankan pada beban sesuai dengan perlakuan dalam laporan pajak
karena perusahaan mencoba mendapatkan pengurangan pajak sedini
mungkin.
4. Karena undang-undang pajak tidak mengizinkan , biasanya tidak
dibuat penyisihan dalam laporan keuangan untuk mengakui beban-
beban perbaikan dan pemeliharaan kecuali yang dilakukan secara tidak
langsung dan secara tidak beraturan melalui penyusutan yang
dipercepat.

Singkatnya, pengaruh pemajakan penghasilan perusahaan pada


akuntansi di Amerika Serikat dan negara-negara lain memang besar,
tetapi sebagian besar bersifat tidak langsung. Undang-undang pajak
itu sendiri tidak menjadi perintis jalan dalam pemikiran akuntansi.
Walaupun undang-undang pendapatan memang mempercepat

2
dianutnya peraktik-peraktik akuntansi yang baik dan karenanya
menghasilkan analisis yang lebih kritis atas prosudur dan konsep
akuntansi yang sudah diterima, undang-undang itu juga menjadi
penghambat dalam percobaan dan penerimaan teori yang baik.

2. Pendekatan legal

Cara lain untuk menganalisis situasi seperti kasus ABC adalah dengan
menyarankan untuk memperoleh pendapat hukum (legal). Misalnya, akun
penjualan harus diakui bila hak milik legal tersebut berpindah. Akan
tetapi, cara inI bias dilakukan apabila didalam persidangan yang mengadili
suatu kasus memutuskan bahwa hak memang sudah berpindah. Contoh
kasusnya seperti ;

1. Pennzoil dan Texaco


Pennzoil mengklaim bahwa Texaco telah merampas getty oil
setelah penjualan legal yang dilakukan antara Pennzoil dan getty. Akan
tetapi, Texaco menanggapi bahwa satu jabatan tangan saja tidak
merupakan penjualan yang sah atau bukan merupakan perpindahan hak
milik legal. Akhirnya, Texaco menyelesaikan masalah ini diluar
pengadilan dengan membayar $3 miliyar.

2. Eisner v. Mascomber
Eisner v. Mascomber disidah di Mahkamah Agung A.S. tahun
1920 karena permasalahan apakah dividen termasuk kedalam
penghasilan atau tidak. Charles Evans Hughes menyatakan yang
intinya adalah penghasilan harus direalisasi bukan hanya sebagai
potensi saja, dalam hal investasi tidak ada penghasilan sampai ada
keuntungan yang terpisah dan terealisasi. Dan argumen Hughes
tersebut diterima oleh mayoritas Mahkamah.

3
3. James v. United States
Kasus ini mengenai penggelapan yang dilakukan seorang laki-laki
sebesar $738,000 dari majikannya pada tahun 1951-1954. IRS
mengajukannya ke pengadilan karena james lalai tidak membayar
pajak penghasilan atas keuntungan yang diperolehnya secara tidak
halal yaitu dengan cara penyelundupan narkotika. Akan tetapi hakim
Whittaker berpihak pada james dengan menyatakan james tidak
mempunyai penghasilan karena seseorang tersebut yang telah
melakukan penggelapan, menurut hakim tersebut itu lebih bersifat
sebagai pinjaman. Perusahaan yang terlibat didalam penyelundupan
narkotika tersebut tidak mendapatkan penghasilan karena tidak
memegang hak legal atas uang yang diperolehnya, serta pajak
penghasilannya itu sesuai dengan pemerintah yang mempunyai hak
untuk mengenakan pajak pada semua yang dipilihnya.

FASB dalam menetapkan suatu Kerangka Dasar Konseptual untuk


Akuntansi, menyelidiki penggunaan hukum untuk menetakan prinsip-
prinsip akuntansi. Mereka mencatat bahwa dalam banyak situasi selalu
ada masalah ekonomi selain masalah legal.

3. Pendekatan etika

Pendekatan etika terhadap teori akuntansi menekankan konsep-konsep


keadilan, kebenaran, dan kejawaran (justice, truth, fairness). Pertimbangan
seperti tidak adanya kesengajaan untuk memihak (bias) dan kejujuran
penyajian (representational faithfulness) dianggap sebagai karakteristik
yang perlu dalam system akuntansi yang andal. Netralisir adalah bahwa
informasi tidak boleh dipoles agar mempengaruhi perilaku kearah tertentu,
pertimbangan etika mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek
akuntansi.

Pada pendekatan ini kita dapat berpikir mengenai apakah manajemen


bersikap jujur kepada pemegang saham dengan mencatat transaksi-

4
transaksi tersebut pada titil. Kebenaran dalam akuntansi biasanya mengacu
pada fakta akuntansi sebagai data yang objektif dan dapat diuji
(verifiable)atau sebagai penilaian aktiva dan beban menurut ukuran
ekonomi saat ini. Contohnya, laporan keuangan menampilkan kebenaran
hanya bila laporan itu mengungkapkan nilai kini (curret value) aktiva
seerta keuntungan dan kerugian yang didapat dari perubahan nilai,
walaupun kenaikan nilai harus disebutkan sebagai kenaikan yang sudah
direalisasi atau belum direalisasi.

Kebenaran laporan-laporan keuangan tergantung pada keabsahan


fundamental aturan dan prinsip yang telah diterimma, yang menjadi dasar
laporan-laporan itu. Ini merupakan fondasi yang tidak memadai untuk
mengukur kebenaran.

4. Pendekatan ekonomi

Bagian-bagian yang membeberkan tiga jalur yang berlainan dalam


mengambil pendekatan ekonomi terhadap akuntansi yaitu ;
makroekonomi, mikroekonomi, dan social korporasi.

1. Makro Ekonomi
Pendekatan ini menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan
alternative pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada
tingkatan yang lebih luas daripada perusahaan, seperti industry atau
perekonomian nasional.
Salah satu dampak pendekatan ini adalah bahwa tujuan melaporkan
penghasilan yang stabil dari tahun ke tahun mengesahkan
digunakannya cadangan dan kebijakan penyusutan yang fleksibel.
Bagaimana cara ini dapat membantu manajemen ABC belum jelas.

2. Mikro Ekonomi
Pendekatan ini menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan
alternative pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada
tingkatan perusahaan. Teori akuntansi modern, yang didasarkan pada
pendekatan ini berfokus pada perusahaan sebagai satuan usaha

5
ekonomi yang kegiatan utamanya memepengaruhi perekonomian
melalui operasi dipasar. Pandangan inilah yang dianut FASB dalam
Kerangka Dasar Konseptualnya. Pendekatan ini mengambil sebagai
fundamentalnya dasar pemikiran (premis) bahwa informasi keuangan
memiliki konsekuensi ekonomi yang tidak dapat dielakan. Pada kasus
ABC ini masalah pengakuannya tidak tidak relevan dengan pasar,
karena faktanya sudah diungkapkan seluruhnya.

3. Akuntansi Sosial Korporasi


Biaya polusi lingkungan, pengangguran, kondisi kerja yang tidak
sehat, dan masalah-masalah sosial lainnya biasanya tidak dilaporkan
oleh perusahaan, kecuali sejauh biaya-biaya itu ditanggung langsung
oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi. Contohnya, pada
Corporate Report yaitu salah satu alasannya masalah ini adalah karena
diterbitkannya laporan nilai tambah (value-added statement) yang
mengalokasikan pendapatan, setelah dikurangi biaya bahan, kepada
para pegawai, kreditor, dan pemegang saham. FASB secara formal
mengakui dalam Kerangka Dasar Konseptualnya bahwa ada banyak
pihak selain para pemilik yang tertarik pada informasi keuangan.
Pihak-pihak itu mencakup para pelanggan, serikat buruh, serikat
dagang, guru, dan mahasiswa.

Pendekatan satuan usaha (entitiy) yang disukai oleh FASB


mengasumsikan bahwa perusahaan bukan hanya memang tetapi juga harus
dalam memaksimalkan laba. Para akuntan sosial menyatakan bahwa
barang publik mementahkan hasil dan mengharuskan agar dipakan
pendekatan etika yang lebih luas.

5. Pendekatan Perilaku

Focus pendekatan ini adalah pada relevansi informasi yang


dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai

6
individu atau kelompok sebagai akibat dari disajikannya informasi
akuntansi. Dalam kasus ABC masalahnya mungkin menyangkut apa
dampak pengakuan laba secara dini, serta pengungkapan kontoversi ini,
pada keputusan yang dibuat oleh pemegang saham. Pemakai terpenting
lapora akuntansi, yang di sajikan kepada mereka yang berada di luar
perusahaan, biasanya dianggap menyangkut para pemegang saham,
investor, kreditor, dan badan badan pemerintah ; akan tetapi teori-teori
perilaku juga memperhitungkan pengaruh laporan eksternal pada
keputusan manajemen dan efek umpan balik (feedback effect) dan
tindakan para akuntan dan auditor. Jadi teori perilaku mencoba mengukur
dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh ekonomi , psikologis dan sosiologis
yang ditimbulkan oleh prosedur-prosedur akuntansi alternative dan media
pelaporan.

6. Pendekatan Struktural

Pendekatan klasik dalam akuntansi untuk menyelesaikan masalah-


masalah seperti yang timbul oleh ABC dapat di sebut dengan pendekatan
yang structural karena pendekatan ini fokus pada struktur system
akuntansi itu sendiri. Dasar pemikiran pendekatan ini, khususnya pada
tingkatan lokal, dilakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba
memperlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa atau, lebih
formalnya mengupayaan adanya konsistensi dalam mencatat dan
melaporkan transaksi. Hanya bila mereka menghadapi transaksi yang tidak
sesuai dengan cetakan yang sudah ada saja mereka dipaksa untuk kembali
ke prinsip-prinsip yang lebih mendasar. Pertimbangan mengenai titik
mana yang paling tepat untuk mengakui peristiwa tertentu biasanya
didasarkan pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa-peristiwa lain.

Terlihat jelas dalam kasus ABC bahwa baik auditor maupun


manajemen mengambil pendekatan structural. Konsistensi menjadi tema
perdebatan yang pertama bagi peruahaan dan para pengkritiknya. Mereka
menggunakan pengiriman sebagai titik pengakuan penjualan dalam semua

7
transaksi sebelumnya. Mereka merencanakan untuk terus menggunakan
titik tersebut dengan keyakinan bahwa penjualan yang baru serupa dengan
penjualan yang lama. Argumentasi dari para auditor tampaknya adalah
bahwa transaksi ini cukup berbeda sehingga tidak dapat ditarik satu garis
sejajar . Prinsip konsistensi tidak di perselisihkan, hanya pnerapan dan
spesifikasinya saja.Demikian para akuntan harus menklasifikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi sampai pada laporan keuangan. Definisi
akuntansi yang lebih luas sekarang sedang digemari, tetapi
proses mencatat, mengklasifikasikan, dan mengiktisarkan masih tetap
menjadi inti akuntansi.

B. MENGKLASIFIKASIKAN TEORI-TEORI AKUNTANSI

1. Teori Sebagai Bahasa

Klasifikasi yang pertama bersandar pada ide bahwa akuntansi


adalah bahasa. Banyak yang menyebut akuntansi sebagai bahasa bisnis.
Para ahli teori menyatakan 3 pertanyaan mengenai sebuah bahasa serta
kata-kata dan frasa-frasa yang membentuk bahasa itu:

1. Apa pengaruh kata-kata itu bagi pendengar?


2. Apa arti, jika ada, yang dimiliki kata-kata itu?
3. Apakah kata-kata itu masuk akal?

Jawaban pertanyaan di atas membentuk bagian dalam ilmu bahasa.


Pragmatik adalah ilmu tentang pengaruh bahasa; semantic adalah ilmu
tentang makna bahasa; dan sintaksis adalah ilmu tentang logika atau tata
bahasa. Baik pendekatan perilaku maupun pendekatan ekonomi yang di
singgung diatas bergaya pragmatic, sedangkan pendekatan
structural bersifat sintaksis. Hampir semua riset akuntansi orientasinya
pragmatic, namun semantik dan sintaksis juga penting. Semantic penting
karena idealnya informasi keuangan memiliki kandungan ekonomi atau
fisik yang disepakati baik pembuat maupun pemakai informasi itu.
Sintaksis penting karena idealnya bagian informasi keuangan berhubungan

8
secara logis dengan bagian lainnya. Peran teori yang menekankan
semantic adalah mencari cara untuk memperbaiki penafsiran informasi
akuntansi dengan berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman manusia.
Sebuah tanda tangan pada kontrak merupakan peristiwa yang nyata,
pengiriman mesin penjual adalah peristiwa yang nyata, pembayaran pada
mesin itu juga peristiwa yang nyata, tetapi saat terjadinya penjualan
hanyalah saat ketika pemegang buku memutuskan untuk mencatat
transaksi itu, tidak lebih dan tidak kurang. Pengakuan penjualan, beban,
aktiva, dan kewajiban semuanya bersifat sintaksis pada awalnya. Tidak
ada pengembang semantic yang dapat kita tunjukkan.

2. Teori Sebagai Pemikiran

Cara kedua untuk mengklasifikasikan perdebatan teoritis adalah


dengan menayakan apakah argumentasi itu mengalir dari hal yang
generalisasi menuju hal yang spesifik (deduktif) atau dari hal yang spesifik
menuju generalisasi (induktif). Hasil generalisasi seringkali diberi istilah
prostulat. Dari prostulat ini para akuntan berharap dapat menyimpulkan
prinsip-prinsip akuntansi yang akan menjadi dasar penerapan yang konkrit
dan praktis.

Pemikiran Deduktif : Tujuan merupakan bagian yang paling


penting dalam proses deduktif karena tujuan yang berbeda memerlukan
struktur yang berbeda dan menghasilkan prinsip yang berbeda. Misalnya
tujuan dasar akuntansi pajak berbeda dengan tujuan dasar akuntansi
keuangan. Inilah salah satu alasan utama mengapa aturan untuk
menentukan laba kena pajak berbeda dengan menentukan laba keuangan.
Namun, kadang walaupun terdapat perbedaan dalam tujuan, pertimbangan
biaya-manfaat, menuntut diadakanya kompromi. Contohnya : individu
mempunyai tujuan yang berlainan dalam menggunakan data akuntansi,
tapi nampaknya tidak mungkin membuat seperangkat prinsip yang sama
sekali berbeda untuk setiap pemakai. Sebagai kompromi, dibuatlah suatu
laporan dengan tujuan umum. Metode untuk merumuskan logika dalam

9
pemikiran deduktif ditemukan dalam pendekatan aksiomatik atau
pendekatan matematis terhadap teori akuntansi. Kelemahan utama metode
deduktif adalah bahwa jika salah satu postulat atau premis ternyata salah,
kesimpulannya juga bisa salah. Teori tidak mesti seluruhnya praktis agar
teori itu berguna dalam menetapkan prosedur yang dapat dilaksanakan.
Pada kenyataannya, banyak dari prinsip dan prosedur yang sekarang
berlaku merupakan pedoman tindakan yang umum dan bukan aturan-
aturan spesifik yang dapat diikuti dengan setepat-tepatnya dalam setiap
kasus.

Pemikiran Induktif: Terdiri atas penarikan kesimpulan umum


dari hal-hal yang spesifik. Hal-hal yang spesifik itu didasarkan pada
pengalaman-pengalaman praktis seperti hasil-hasil eksperimen. Ilmu
pengetahuan yang mengandalkan pengalaman diberi istilah empiris.
Matematika secara inheren bersifat nonempiris. Teori akuntansi yang
mengumpulkan data keuangan untuk menarik kesimpulan dapat dianggap
empiris. Pendekatan structural, sebaliknya secara tipikal bersifat
nonempiris. Hampir semua teori mencakup beberapa unsur dari pemikiran
deduktif dan induktif. Keunggulan pendekatan induktif adalah bahwa
pendekatan ini tidak mesti terbatas pada model atau struktur yang telah
terbentuk sebelumnya. Kelemahan utama proses induktif adalah bahwa
para pengamat cenderung dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar
mengenai apa saja yang merupakan hubungan yang relevan itu.
Kelemahan lain dalam akuntansi adalah data mentah kemungkinan
berbeda untuk setiap perusahaan. Hubungan-hubungan juga mungkin
berbeda sehingga sukar untuk melakukan generalisasi.

3. Teori sebagai Panduan ( Script )

Teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif ( positif )


ataupun preskriptif ( normatif ). Teori deskriptif menjelaskan apa dan
bagaimana informasi keuangan disajikan dan dikomunikasikan kepada

10
para pemakai data akuntansi. Sedangkan teori normatif memntukan data
apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana data disajikan, teori
tersebut menjelaskan apa yang seharusnya bukan apa yang
sebenarnya.

Para ahli teori akuntansi tertarik pada jawaban untuk kedua


pertanyaan dalam kasus Alleghany Beverages. Pertanyaan normative yang
mencoba mengungkapkan cara terbaik untuk pertanggungjawaban suatu
transaksi, dan pertanyaan positif yang mencoba mengungkapkan
bagaimana manajemen dan pihak-pihak lainnya memutuskan cara mana
yang terbaik bagi ereka. Jawaban terhadap pertanyaan tersebu, serta upaya
mendapatkan jawaban tersebut merupakan subjek teori akuntansi.

4. Verifikasi Teori

Verifikasi dapat didefinisikan sebagai penetapan akseptabilitas,


atau kebenaran suatu teori. Sifat verifikasi akan bergantung pada sifat teori
yang diverifikasi.

Teori-teori normative, termasuk teori verifikasi itu sendiri, dinilai


dari kewajaran asumsinya. Idealnya asumsi yang menjadi dasar suatu teori
normative, dan dasar untuk menilai akseptabilitas asumsi itu, dinyatakan
dalam teori itu.

Teori deskriptif dievaluasi dengan dua cara yang berbeda,


tergantung apakah teori tersebut memiliki kandungan empiris atau tidak.
Teori sintaktis yakni teori deskriptif tanpa kandungan empiris,
dikonfirmasikan hanya dengan logika. Bukan karena pengamatan empiris,
melainkan karena adanya aturan akuntansi yang disepakati.

Sebaliknya teori semantis merupakan teori deskriptif yang


mempunyai kandungan empiris, karena dimaksudkan untuk menyatakan
sesuatu tentang dunia nyata, kebenarannya tergantung pengamatan.
Verifikasi dapat melalui riset yang menentukan apakah pemakai informasi

11
akuntansi memahami aiti yang ingin disampaikan oleh penghasil informasi
dalam konteks teori yang relevan.

Teori pragmatic juga teori deskriptif dengan kandungan empiris,


yang menekankan kegunaan akuntansi bagi para investor dan pihak
lainnya. Verifikasi teori ini tidak terlalu tergantung pada kebenarannya
melainkan pada nilai teori bagi pemakai.

Pengujian teori deskriptif seringkali dilakukan dalam bentuk


prediksi. Jika pengujian itu diulang untuk memuaskan pengamat, disebut
sebagai konfirmasi teori tersebut, begitupun sebaliknya.

Beberapa pengarang tidak setuju dengan deskripsi proses ilmiah


ini. Misalnya Thomas Kuhn yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
berjalan dengan menetapkan apa yang disebut paradigm, yang dapat
didefinisikan sebagai kerangka dasar untuk menghasilkan pertanyaan riset.
Para ilmuwan tidak begitu mempersoalkan harus mengkonfirmasi atau
menyangkal teori-teori, mereka lebih mempersoalkan apakah teori itu
lebih atau kurang bermanfaat.

Pengarang lainnya menolak pendekatan terhadap verifikasi yang


murni didasarkan pada ramalan dengan alasan bahwa ramalan seringkali
tidak dapat diandalkan karena adanya implikasi perilaku akibat ramalan
itu. Penggunaan ramalan sebagai kriteria utama untuk mengevaluasi teori
akuntansi juga diperumit oleh fakta bahwa teori akuntansi biasanya
merupakan campuran dari berbagai bentuk teorisasi. Oleh karena itu,
konfirmasi teori-teori akuntansi terjadi pada beberapa tingkatan:

1. Asumsi yang menyangkut dunia nyata harus diuji untuk menilai


kesesuaian antara pernyataan itu dan fenomena yang dapat diamati.
2. Saling berhubungan pernyataan dalam teori harus diuji untuk menilai
konsistensi logisnya
3. Jika ada premi yang didasarkan pada pertimbangan nilai, premis itu
harus diterima atau ditolak berdasar kesesuaiannyadengan
pertimbangan nilai orang itu sendiri

12
4. Jika ada verifikasi empiris yang tidak konklusif, kesimpulan teori atau
hipotesanya harus menjalani verifikasi empiris yang independen

C. Kesimpulan

Teori akuntansi berfokus pada perangkat prinsip-prinsip yang mendasari


dan mendukung praktik akuntasi. Prinsip-prinsip yang berlaku umum ( GAAP
) yang menajdi acuan pengujian para auditor tiap kali mereka menandatangani
pernyataan pendapat.walau demikian harus dikatakan bahwa prinsip akuntansi
hanyalah salah satu kekuatan yang membentuk praktik akuntansi disamping
politik, ekonomi, dan hokum. Teori akuntansi selain mengembangkan prinsip
juga berupaya memahami kekuatan yang mebentuk praktik akuntansi.

Jika dinyatakan kembali sesuai definisi teori yang tercantum dalam


kamus Webster, maka teori akuntansi maerupakan seperangkat koheren
prinsip-prinsip yang hipotesis, konseptual, dan pragmatis yang membentuk
suatu kerangka acuan umum untuk meyelidiki sifat akuntansi. Definisi ini
sengaja dibuat agar mencakup pandangan yang lebih tradisional mengenai teori
sebagai kerangka acuan umum untuk mengevaluasi dan mengembangkan
praktik-praktik akuntansi yang baik maupun pandangan ang lebih modern
mengenai teori sebagai kerangka acuan umum yang digunakan utnuk
menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi.

Keberatan terhadap definisi ini adalah bahwa, walaupun mungkin


diinginkan saja satu teori akuntansi yang bersifat umum, akuntansi sebagai
ilmu pengetahuan masih berada pada tahap primitive untuk perkembangan
semacam itu. Yang terbaik adalah seperangkat teori dan subteori yang mungkin
bersifat saling melengkapi atau saling bersaing.

Pertanyaan-pertanyaan sederhana, seperti kapan harus mengakui


penjualan, membentuk inti teori akuntansi. Teori akuntansi tidak menambah
pengetahuan baru sebanyak pengetahuan sistematis yang sudah dimiliki
pembaca.

13
14

Anda mungkin juga menyukai