BAB I Referat Kaki Diabetik
BAB I Referat Kaki Diabetik
PENDAHULUAN
Tjokroprawiro, 2007).
(Misnadiarly, 2006).
detik ada kasus amputasi karena diabetes di seluruh dunia. Dari semua
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus
2.2 Epidemiologi
2
Di RSUPN dr. Cipto Mangunkusuma, masalah kaki diabetes masih
angka amputasi masih tinggi, masing - masing sebesar 16% dan 25%
2006).
2.3 Etiologi
menurunkan sensasi nyeri kaki, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa terasa.
3
2.4 Klasifikasi Kaki Diabetes
4
Stage 3 : Ulcerated Foot
5
Stage 6 : Unsalvable Foot
3. Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer :
- Vascular
- Neuropati
- Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder :
Foot (2003).
6
Impaired Perfusion 1 = None
inflammatory response
hypotension, azotemia
2 = Present
7
2.5 Faktor Resiko
risiko yang tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah
1. Umur
8
gangguan neurophati perifer (Tambunan, 2006; Waspadji,
2006).
2. Obesitas.
9
ganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes (Tambunan, 2006;
Waspadji, 2006).
3. Hipertensi.
2006).
10
sedangkan konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai
. 6. Kebiasaan Merokok.
11
dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun
Waspadji, 2006).
12
membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat
gerak sendi.
Waspadji, 2006).
seperti ulkus diabetika. Sampai pada saat ini belum ada obat
13
yang cukup kuat untuk menganjurkan penggunaan secara
dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula, luka
14
dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau
2.6 Patofisiologi
yang kurang membuat luka sulit untuk sembuh dan jika terjadi ulkus,
infeksi akan mudah sekali terjadi dan meluas ke jaringan yang lebih dalam
1. Neuropati Diabetik
15
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering
a. Neuropati sensorik
pada otot. Secara klinis akan timbul gejala seperti kejang dan
analisis sensari nyeri dan suhu. Kerusakan pada saraf ini akan
mengukur getaran.
b. Neuropati motorik
16
Neuropati motorik terjadi karena demyelinisasi serabut saraf
kelainan anatomi kaki berupa claw toe, hammer toe, dan lesi
plantar kaki
c. Neuropati otonom
17
mudah dikenali dengan terlihatnya distensi vena-vena pada
2. Kelainan Vaskuler
terdiri dari deposit platelet, sel-sel otot polos, lemak, kolesterol dan
biasanya ada gejala, tetapi kadang juga tanpa gejala, sebagian lain
a. Intermitten Caudication
c. Nyeri
18
Terjadi karena iskemi dari serabut saraf, diperberat
19
j. Kuku menebal, rapuh, sering dengan
3. Infeksi
(Clayton, 2009).
20
pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
1) Lama diabetes
5) Alergi
6) Pola hidup
7) Medikasi terakhir
8) Kebiasaan merokok
9) Minum alkohol
b. Pemeriksaan fisik
21
kaki. Inspeksi pada otot seperti sikap dan postur dari tungkai
kekuatan kaki.
sensasi.
22
warna, atropi kulit dan kuku dan pengukuran ankle brachial
index.
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan penunjang
23
2.8 Manifestasi Klinis
poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit kering
(Misnadiarly, 2006).
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
e. Paralysis (lumpuh).
24
2.9 Manajemen
1. Debridemen
jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih
a. Debridemen mekanik
b. Debridemen enzimatik
c. Debridemen autolitik
25
proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan
nekrotik.
nekrotik.
d. Debridemen bedah
penyembuhan,
kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat
Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidak
26
Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat
rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker, total contact cast,
Total contact cast merupakan metode off loading yang paling efektif
agar tekanan plantar kaki terdistribusi secara merata. Telapak kaki bagian
dengan telapak kaki sisi depan dan belakang (tumit) (Amstrong, 2005).
3. Perawatan Luka
atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat
keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari
yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi
27
kulit sekitar dan biaya. Ada beberapa jenis dressing yang sering dipakai
4. Pengendalian Infeksi
segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi. Pada
28
Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih lama
(Lipsky, 2004).
5. Revaskular
yang dipilih adalah ATP. Namun lesi oklusi bersifat multipel dan
(Rina, 2015).
29
6. Tindakan Bedah
keadaan ini jaringan tulang mati dan jaringan granulasi yang terinfeksi
30
Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen
jaringan nekrotik.
dan 4).
c. Ulkus resisten
d. Osteomielitis
31
f. Bedah revaskularisasi yang tidak berhasil
2.11 Komplikasi
32
Gambar 2.13 Distribusi Komplikasi Kaki Diabetes Tipe 1
33
2.12 Prevensi
a. Pencegahan Primer
kembali mengenai cara pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik.
besarnya risiko tersebut. Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi
memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus
satu alasan paling umum untuk masuk rumah sakit terkait DM. Dalam
jangka panjang, biaya yang lebih tinggi sebagai tarif kekambuhan hingga
34
b. Pencegahan Sekunder
2.13 Prognosis
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong D.G and Lavery L.A. 2008. Diabetic Foot Ulcer : Prevention,
diagnosis and classification. Am Fam Physician. 31 : 1679-1685.
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC. Hal : 45-47
Boulton, A.J., Meneses, P., & Ennis, W.J., 1999. Diabetic Foot Ulcers: A
Framework for Prevention and Care. Wound Rep Reg 7: 716
Frykberg, R.G., Zgonis, T., Armstrong, D.G., et al., 2006. Diabetic Foot
Disorders: AD.G., et al., 2006. Diabetic Foot Disorders: A Clinical Practice
Guideline.
37
Ismiarto YD., 2011. Aspek Penanggulangan Luka Diabetes. Naskah
Lengkap Forum Diabetes V. Bandung:2011.
Mendes J.J. and Neves J., 2012, Diabetic Foot Infections: Current
Diagnosis and Treatment, The Journal of Diabetic Foot Complications, 4
(2), 2645.
Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
38
Waspadji, S. (2009) Metabolik endokrin: Komplikasi
Kronik Diabetes. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit
Dalam). Jakarta: Interna Publising 1922-1929.
39