PENGANTAR
Study excursie adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Universitas Airlangga
dengan maksud mencapai pengalaman belajar di luar kelas bagi peserta pembelajaran
baik mahasiswa maupun dosen. Berbagai pengalaman telah saya dapatkan dari
kegiatan ini. Atas dasar tersebut saya mencoba menyusun kembali pengalaman saya
beserta segala informasi yang saya peroleh untuk dapat dibagikan kepada pembaca.
Ada tiga lokasi stadium generale yang dikunjungi untuk kita lakukan dialog
dan pengamatan. Tempat pertama adalah Kantor Bupati Lamongan, tepatnya di ruang
Sabha Dhaksa Adiyaksa. Bapak Fadeli, SH. selaku Bupati Lamongan serta
narasumber memberikan sambutannya kepada para peserta study excursie mengenai
keunggulan dan potensi Kabupaten Lamongan. Tempat kedua yang saya kunjungi
adalah Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, berbagai ilmu tentang
toleransi telah saya dapatkan disini, meskipun terdiri dari 3 macam agama tetapi
persaudaraan, etnisitas, kebhinekaan terjaga dengan baik sehingga desa ini pantas
disebut sebagai desa pancasila. Ada tiga narasumber dilokasi ini diantaranya Bapak
Suwito dan Bapak Sumitro sebagai perwakilan tokoh agama islam, Bapak Drs. Adi
Wijono sebagai perwakilan tokoh agama hindu dan yang terakhir adalah Bapak
Sutrisno sebagai perwakilan tokoh agama Kristen. Kemudian tempat terakhir yang
saya kunjungi adalah Aula pondok pesantren sunan drajat Lamongan, diaula ini kita
membicarakan tentang agama dan kebangsaan disamping itu juga diceritakan sedikit
tentang serba serbi pondok pesantren sunan drajat. Narasumber dari dialog ini
adalah anak dari KH. Abdul Ghofur.
III. PEMBAHASAN
1. Mengembangkan sifat toleransi dalam kehidupan multicultural
Konsep ini muncul dari refleksi saya ketika menelisik Desa Balun Kecamatan
Turi Kabupaten Lamongan. Desa ini disebut sebagai desa pancasila karena ada
penanaman toleransi yang cukup baik ditengah multicultural yang ada didalamnya.
Desa ini juga disebut sebagai desa percontohan. Diupayakan desa ini menjadi desa
tauladan bagi desa - desa yang lain di Indonesia khususnya di Jawa timur. Perbedaan
agama di desa ini pun sangat mencolok, ada tiga agama yang berkembang di Desa
Balun yaitu islam, kristen dan hindu. Meskipun secara jumlah agama mayoritas tetap
Islam yaitu 75% 3498 orang dari 4644 jumlah total penduduk, dan agama yang paling
sedikit adalah Hindu yaitu 7 % (289 orang) serta sisanya agama Kristen 18% (857
orang), tekanan ataupun perlakuan sewenang-wenang tentang agama tidak pernah ada.
Masing-masing dari mereka saling menjaga. Begitu pula tidak ada pengelompokan
tempat tinggal berdasarkan agama, mereka campur dan menyebar rata. Lokasi tempat
ibadahnya pun tidak terlalu jauh, didepan masjid terdapat tempat peribadatan umat
Kristen yaitu gereja, disamping masjid ada pura (tempat peribadatan umat hindu).
Solidaritas tinggi membuat perbedaan ini menjadi sebuah keberagaman yang indah.
Seperti yang diutarakan oleh Bapak Sumitro,beliau mengatakan bahwa
keberagaman agama ini sudah ada sejak tahun 1965, sudah 47 tahun Desa Balun hidup
dalam kondisi seperti itu, namun tidak ada badai konflik yang menyerang system dan
lingkungan didalamnya.
Adanya sifat saling menghargai satu dengan yang lain menjadi salah satu cara
bagi mereka untuk menjaga keutuhan tersebut, sebagai contoh ketika hari raya
qurban jatuh pada hari minggu dan umat kristen juga harus menjalankan ibadah,
maka umat Kristen akan mempersilahkan umat muslim untuk melaksanakan ibadah
sholat idul adha terlebih dahulu, baru setelah mereka sudah selasai giliran umat
kristen yang menjalankan ibadah, begitu seterusnya.
Bapak Adi Wijono menambahkan bahwa toleransi ini bukan merupakan sifat
yang sedang dibuat buat atau disutradarai melainkan tumbuh dengan sendirinya
didalam hati terdalam. Begitu pula dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Bapak
Sutrisno, beliau menjelaskan bahwa kerukunan ini tidak lepas dari pemerintahan
desa baik bersumber pada kesadaran tiap individu atau dengan aturan yang ada
dalam Desa Balun. Budaya ngaturi merupakan salah satu bentuk budaya yang
mempersatukan perbedaan diantara mereka. Prinsip perbedaan itu indah membawa
mereka pada satu kwsatuan, kebhinekaan dan kebhinekaan n solidaritas yang
terbuka. Bagi mereka pula merdeka adalah menjunjung tinggi kebhinekaan.
Dari hasil studi lapangan di desa balun,saya merasa tersanjung dan bangga
atas pencapaian dan implementasi pancasila yang oleh masyarakat desa balun.