Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
2.4.1 Tujuan
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang adekuat
sampai keadaan henti jantung teratasi atau sampai pasien dinyatakan
meninggal.2
2.4.2 Henti nafas dan henti jantung
Henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan disebabkan
karena gangguan jalan nafas baik persial maupun tital atau karena
gangguan dipusat pernafasan.Henti jantung adaalah berhentinya
sirkulasi peredaran darah karena kegagalan jantung untuk melakukan
kontraksi secara efektif, keadaan tetrsebut bisa disebabkan oleh
penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non jantung.
Henti nafas dan henti jantung merupakan dua keadaan yang sering
berkaitan sehingga penatalaksanaannya tidak bisa dipisahkan.2
1. Penyebab henti nafas
a. Sumbatan jalan nafas
Jalan nafas dapat mengalami sumbatan total ataupun
parsiall. Sumbatan jalan nafas total dapat menimbulkan henti
jantung secara mendadak karena berhentinya suplai oksigen baik
ke otak maupun miokard. Sumbatan jalan nafas parsial umumnya
lebih lambat menimbulkan keadaan henti jantung namun usaha
yang dilakukan tubuh untuk bernafas dapat menyebabkan
kelelahan.2
Kondisi-kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan nafas :2
1. Benda asing (termasuk darah)
2. Muntahan
3. Edema laring atau bronkus akibat trauma langsung pada
wajah atau tenggorokkan
4. Spasme laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma
5. Tumor
b. Gangguan paru
Kondisi-kondisi paru yang menyebabkan gangguan
oksigenasi dan ventilasi antara lain :2
1. Infeksi
2. Aspirasi
3. Edema paru
4. Kontusio parukeadaan tertentu yang menyebabkan rongga
paru tertekan oleh benda asing seperti pneumotoraks,
hematotoraks, efusi pleura.
c. Gangguan neuromuscular
Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan
otot-otot utama pernafasan (otot dinding dada, diafragma dan
otot inteercostal) untuk mengembangkempiskan paru antara
lain :2
Miastenia gravis
Sindroma guillan barre
Multiple sklerosis
Poliomyelitis
Kiposkoliosis
Muscular distrofi
Penyakit motor neuron
2. Penyebab henti jantung
Henti jantung dapat disebabkan karena primer atau sekunder
jantung:2
Kondisi primer penyebab henti jantung
a. Gagal jantung
b. Tamponade jantung
c. Miokarditis
d. Kardiomiopati hipertrofi
e. Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard,
infark miokard, tersengat listrik, gangguan elektrolit atau karena
konsumsi obat-obatan.
3. Indikasi bantuan hidup dasar
a. Henti jantung
b. Henti nafas
c. Tidak sadarkan diri
2.4.3 Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Urutan sekuens pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar
akan memperbaiki tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan bantuan
hidup dasar terbaru yang dikeluarkan oleh American Heart Association
dan European Society Resuscitation, pelaksanaan bantuan hidup dasar
dimulai dari penilaian kesadaran penderita, aktivasi layanan gawat
darurat dan diteruskan dengan tindakan pertolongan yang diawali
dengan CABD (Circulation-Airway-Breathing-Defibrillator).1
2.4.4 Penilaian Respon
Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa
dirinya sudah aman untuk melakukan petolongan. Penilaian respon
dilakukan dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyang-goyangkan
penderita sambil berteriak memanggil penderita.2 Hal-hal yang perlu
diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita :2
1. Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respon yang
diberikan, maka usahakan tetap mempertahankan posisi pasien seperti
pada saat ditemukan atau usahakan pasien diposisikan kedalam posisi
mantap, sambil terus melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda
vital penderita tersebut secara terus menerus sampai bantuan datang.
2. Bila penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas tidak
normal maka penderita dianggap mengalami kejadian henti jantung,
maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan aktivasi
sistem layanan gawat darurat.
2.4.5 Pengaktifan Sistem Layanan Gawat Darurat
Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak
didapatkan respon dari penderita, sambil melanjutkan bantuan
hendaknya penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelpon
system layanan gawat darurat. Bila tidak ada orang lain didekat
penolong untuk membantu, maka sebaliknya penolong menelepon
sistem layanan gawat darurat. Saat melaksanakan percakapan dengan
petugas layanan gawat darurat, hendaknya dijelaskan lokasi pasien,
kondisi pasien serta bantuan yang sudah diberikan kepada pasien.2
2.4.6 Kompresi Jantung
Kompresi jantung merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menciptakan aliran darah melalui peningkatan tekanan intracranial
untuk menekan jantung secara tidak langsung. Dilakukan dengan
menekan secara kuat dan berirama dibagian setengah bawah sternum.
Tekanan tersebut diharapkan menciptakan aliran darah serta
menghantarkan oksigen terutama untuk otot miokardium serta otot.2
Sebelum melakukan kompresi pada penderita, penolong harus
melakukan pemeriksaan awal untuk memastikan bahwa penderita
dalam keadaan nadi saat akan dilakukan pertolongan. Pemeriksaan
dilakukan dengan melakukan perabaan denyutan arteri karotis dalam
waktu maksimal 10 detik. Melakukan pemerksaan denyut nadi bukan
hal yang mudah untuk dilakukan bahkan tenaga kesehatan yang
menolong mungkin memerlukan waktu yang agak panjang untuk
memeriksa denyut nadi, sehingga :2
Tindakan pemeriksaan denyut nadi bisa tidak dilakukan oleh
penolong awam dan langsung mengasumsikan tejadi henti jantung jika
seorang dewasa mendadak tidak sadarkan diri atau penderita tanpa
respon yang bernafas tidsak normal.
Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher
pasien dan mencari trakea dengan 2-3 jari. Selanjutnya dilakukan
perabaan bergeser ke lateral sampai menmukan batas trakea dengan
otot samping leher.
Pelaksanaan Kompresi Dada
Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan
berirama pada setengah bawah sternum. Penekanan ini menciptakan
aliran darah yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta
penekanan langsung pada dinding jantung .komponen yang perlu
diperhatikan saat melakukan kompresi dada.2
Penderita dibaringkan ditempat yang datar dan keras.
Tentukan lokasi kompresi didada dengan cara meletakkan telapak
tangan yang telah saling berkaitan dibagian bawah sternum, 2 jari
diatas processus xypoideus.
Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi.
Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2
inci (5cm), tetapi tidak lebih dari 2.4 inci (6 cm).
Penolong awam lakukan kompresi 100-120x/menit tanpa intrupsi.
Penolong terlatih tanpa alat bantu nafas lanjutan lakukan kompresi
dan ventilasi dengan perbandingan 30:2.
Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan denyut arteri
karotis setelah 5 siklus kompresi.
Dalam keadaan berlutut, harus diperhatikan posisi setengah berlutut
penolong agar dapat memberikan kekuatan kompresi yang memadai.
3.1.Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar paramedis
Puskesmas Kampung Bugis. Penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik
distribusi yang menggambarkan persentase jawaban paramedis mengenai
persoalan Bantuan Hidup Dasar .
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat
Puskesmas Kampung Bugis
3.2.2. Waktu
Juli -September 2016
3.3.Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, responden akan mendapatkan kuisioner
uji pengetahuan dasar terkait pengetahuan bantuan hidup dasar secara tertutup.
3.4.Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan anggota paramedis di Puskesmas
KampungBugis selama Periode Juli -September 2016 yang berjumlah
70 orang.
3.4.2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, apabila
subjek yang akan diteliti kurang dari 100 maka lebih baik diambil
semua hingga sampel penelitian menggunakan seluruh populasi.
Sampel yang diambil di penelitian ini adalah 55 orang.
3.5.Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuisioner yang telah disiapkan
oleh peneliti dengan menggunakan tehnik pembagian kuisioner.
3.5.2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuisioner yang berisi soal pilihan
ganda tentang pengetahuan bantuan hidup dasar.
3.6.Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuisioner sudah cukup
baik sehingga dapat diproses lebih lanjut.Editing dapat dilakukan
ditempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan maka
upaya perbaikan dapat segera dilakukan.
b. Pengkodean (coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada
menurutmacamnya, menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan
menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (entry)
Memasukkan data ke dalam perangkat komputer sesuai
dengan kriteria
d. Pembersihan Data
Data yang telah dimasukkan kedalam komputer diperiksa
kembali untuk mengkoreksi kemungkinan kesalahan.
3.6.2. Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan mengklasifikasikan sebaran skor
kuisioner yang menggambarkan tingkat pengetahuan paramedis dan
Staf puskesmas Kampung Bugis.Kemudian persentase tingkat
pengetahuan bantuan hidup dasar mencerminkan jenis pelatihan
bantuan hidup dasar yang harus diberikan.
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
9, 16%
15, 27%
Pengetahuan Rendah
Pengetahuan Sedang
Pengetahuan Tinggi
31, 57%
Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
Jenis Kelamin
25
21
20
15
10
10
5
5 4 4
1.8
0
Pengetahuan Rendah Pengetahuan Sedang Pengetahuan Tinggi
Pria Wanita
14
12
10
10
8
8
6 5
4
4 3 3
2
2 1 1 1 1
0
Pengetahuan Rendah Pengetahuan Sedang Pengetahuan Tinggi
5.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari total 55 orang
sampelsebanyak9 (16%) orang peserta penelitian memiliki pengetahuan yang
rendah, 31 (57%) orang peserta memiliki pengetahuan yang sedang, dan 15
(27%) orang peserta memiliki pengetahuan yang tinggi. Hal inimenunjukkan
bahwa pengetahuan yang dimiliki tenaga paramedis & staf di Puskesmas
Kampung Bugis tentang bantuan hidup dasar masih perlu ditingkatkan.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:
1. Kurangnya Tenaga medis & Staf yang belum ikut pelatihan bantuan hidup
dasar.
2. Kurangnya pasien gawat darurat yang ditangani di Puskesmas Kampung
Bugis.
3. Kurangnya informasi terbaru mengenai bantuan hidup dasar.
5.2.Saran
Saran untuk tenaga medis dan staf puskesmas kampung bugis untuk
mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar dan mengupdate ilmu ataupun
informasi terbaru dari bantuan hidup dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Pembimbing :
Dr. Hj. Widya Narulita
Segala puji syukur kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan mini projectdengan judul Gambaran Pengetahuan
Tenaga Medis dan Staf Puskesmas Kampung Bugis mengenai Bantuan Hidup
Dasar. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr.Hj.Widya Narulitaselaku pembimbing yang telah membantu
dalam pembahasan dan diskusi mini project ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-temandan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan mini project ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan mini project ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
5.1.Kesimpulan ............................................................................................... 42
5.2.Saran ......................................................................................................... 42
LAMPIRAN ......................................................................................................... v