RIZKY NUGRAHA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
RIZKY NUGRAHA
E14104055
RINGKASAN
RIZKY NUGRAHA. E14104055. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem
Informasi Geografis Dalam Pemetaan Lahan Kritis Das Ciliwung Hulu Bogor.
Dibimbing oleh : Dra. Nining Puspaningsih M.Si dan Dipo Yudhatama ST. M.Si.
sebesar 1983, 37. Nilai tersebut berarti bahwa pengkelasan pada klasifikasi dapat
dibedakan dengan baik antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya.
Terdapat 37 pasang kelas yang dikategorikan sangat baik (excellent), 26 pasang
kelas yang dikategorikan baik (good) dan 2 pasang yang dikategorikan cukup
(fair). Berdasarkan hasil dari uji akurasi didapatkan Overall accuracy sebasar 94,
55% yang berarti kelas penutupan lahan yang dibuat dapat digunakan karena
hasilnya lebih 85 %. Analisis tingkat kekritisan lahan dilakukan pada 3 kawasan
yaitu kawasan hutan lindung, kawasan budidaya pertanian dan kawasan lindung
diluar kawasan hutan. Luasan kelas kekritisan lahan pada kawasan hutan lindung
secara berturut-turut adalah potensial kritis sebesar 3787,73 ha (31,33%), tidak
kritis sebesar 1169,04 ha (9,67 %), agak kritis sebesar 443,15 ha (3,67 %), kritis
18,61 ha (0,15 %) dan sangat kritis 1,21 ha (0.01 %). Luas kekritisan lahan pada
kawasan budidaya pertanian adalah kritis sebesar 3783,89 ha (31,30%), potensial
kritis sebesar 1522,37 ha (12,59%), agak kritis sebesar 879,11 ha (7,27%), sangat
kritis 126,94 ha (1,05%) dan tidak kritis 96,68 ha (0,80 %). Luas kekritisan lahan
pada kawasan lindung non hutan (sempadan) adalah kritis 211,29 ha (1,75 %),
sangat kritis 27,97 ha (0,23%), potensial kritis 11, 81 ha (0,10%), dan agak kritis
8,76 ha (0,07%).
SUMMARY
RIZKY NUGRAHA. E14104055. Use of Remote Sensing and GIS for Critical Land
Mapping in Upper Course Ciliwung Bogor Watershed. Under the supervisions of:
Dra. Nining Puspaningsih M.Si and Dipo Yudhatama ST. M.Si.
During the last decade, land in upper course of Ciliwung Bogor Watershed
has experienced many conversions. There is an annual increase in number and
types of land conversion to tourism oriented settlements. Unfortunately, water and
soil conservations efforts were not taken under consideration. Thus, problems
occurred such as critical land, decrease soil fertility, lack of water resources in dry
season and flooding. Critical land mapping is necessary to determine the right
efforts in the management of upper course of Ciliwung Bogor Watershed until not
disturb ecosystem balanced. In order to perform critical land mapping, remote
sensing and Geographic Information System can be used for spatial information.
The first objective of research was to conduct land cover mapping using
SPOT 4 Image acquired in 2008 combined with Quickbird Image acquired in
2006 and the second objective was to determine critical land distributing map in
upper course of Ciliwung Bogor Watershed. The results of this research can be
use to determine the right efforts in the management of upper course of Ciliwung
Bogor Watershed.
This research was conducted from July to September 2008. Data
processing was carried out at Data Supplying Division of LAPAN and Remote
sensing Laboratory of Forest Management Department, Faculty of Forestry Bogor
Agricultural University. Some of the necessary data to use include 2008 satellite
imaging SPOT 4 Multispectral, 2006 Quickbird satellite imaging, and other
spatial data including upper course Ciliwung Bogor watershed administration
border, topographic map, erosion map, soil layer map, land management map, and
land purposive usage map. ArcView GIS 3.3, ER Mapper 7.0, Microsoft Office
(Microsoft word and Microsoft excel) software were used for data analysis. GPS,
digital camera, and writing tools were used for obtaining field data. This research
comprised of 2 steps which includes satellite image analysis and spatial analysis.
Satellite image analysis includes pre image processing, image interpretation,
ground check, classification, accuracy analysis and spatial analysis to determine
critical land mapping.
The results indicated 10 classes of land cover, which consisted of forest;
The classes were forest, shrubs, mixed plant garden, unirrigated agricultural field,
wet rice field, shelters, tea plantation, grassland, river and road. The biggest
percentage of land cover was forest with 36.69 %. Separated mean value of each
class was 1983.37 and categorized as fair. This number showed that class
classification between each class can be well differentiated. There are 37 classes
were classified as excellent, 26 class were classified as good and 2 classes were
classified as fair.
Result of accuracy test showed that overall accuracy was 97.55%,
suggesting that the land cover classification is suitable for this research. Critical
land analysis was conducted for three areas; conservation forest, agriculture and
non-forest conservation (riverside). Figure conservation forest area class showed
that potential critical area was 3787.73 ha (31.33%), non critical area was 1169.04
6
ha (9.67 %), closely critical area was 443.15 ha (3.67 %), critical area was 18.61
ha (0.15 %), and extremely critical area was 1,21 ha (0.01 %). Agricultural
cultivation area class shows that critical area was 3783.89 ha (31.30%), potential
critical area was 1522.37 ha (12.59%), closely critical area was 879.11 ha
(7.27%), extremely critical area was 96.68 ha (0.80 %), and critical area was
1169.04 ha (9.67 %). Non-forest conservation area (riverside) shows that critical
area was 211.29 ha (1.75 %), extremely critical area was 27.97 ha (0.23%),
potential critical area was 11.81 ha (0.10%), and closely critical area was 8.76 ha
(0.07%).
PERNYATAAN
Rizky Nugraha
NRP. E14104055
8
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus:
i
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini
dapat diselesaikan. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Dalam
Pemetaan Lahan Kritis DAS Ciliwung Hulu Bogor dibawah bimbingan Dra.
Nining Puspaningsih M.Si dan Dipo Yudhatama ST. M.Si.
Bagi penulis penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai wahana bagi
penulis untuk melatih keterampilan dan wawasan penulis dalam menyusun sebuah
Karya Ilmiah. Kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penyusun tulisan
ini sangat diharapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
perencanaan dan pembangunan hutan di Indonesia.
RIWAYAT HIDUP
Segala puji hanyalah milik Allah SWT karena hanya dengan kasih sayang-
Nya akhirnya skripsi berjudul Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis Dalam Pemetaan Lahan Kritis DAS Ciliwung Hulu
Bogor dapat diselesaikan.
Keberhasilan penulis dalam menyelaesaikan karya ini tentunya tidak
terlepas dari dukungan berbagai pihak yang telah banyak membantu. Pada
kesempatan ini penulis ingin menguncapkan terimakasih kepada :
1. Ayah, Ibu dan kakak kakak tercinta yang selalu menjadi inspirasi terbesar
dan memberikan semua hal yang terbaik, kasih sayang, cinta dan ketulusan
serta pengorbanan untuk menyekolahkan penulis sampai menyelaesaikan
program sarjana ini,
2. Ibu Dra. Nining Puspaningsih M.Si yang telah banyak memberi nasihat,
bimbingan, arahan, dan kepercayaan serta kesabaran dalam penyelesaian
skripsi ini,
3. Bapak Dipo Yudhatama ST. M.Si (LAPAN) yang telah banyak memberikan
bimbingan dan masukan dalan proses penyusunan Skripsi,
4. Noviyanti Nugraheni yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan yang
terbaik dalam kehidupan penulis,
5. Keluarga besar Lab. Remote Sensing yang selalu memberikan dukungan,
motivasi dan semangat,
6. Rekan rekan Manajemen Hutan : Amri, Eris, Hendro, Fatah, Nurlita, Ayu,
Vivi, Nanik dan semua yang tidak disebutkan, terimakasih atas dukungan dan
empati yang diberikan selama kuliah,
7. Keluarga Pondok Perjuangan : Bibi dan Mang Wata, Ata dudul, Cepi, Tri,
Tommy yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta penerimaan
terhadap kekurangan penulis,
8. BPDAS Citarum Ciliwung atas diskusi dan bantuannya selama penyelesaian
skipsi ini, dan
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
memberikan sumbangsihnya yang tidak ternilai.
iv
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 3
2.2 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 3
2.3 Metode Penelitian .......................................................................... 5
1. Pra Pengolahan Citra .................................................................. 7
2. Download Citra .......................................................................... 8
3.Pemotongan Citra atau Cropping ................................................ 8
4. Interpretasi Visual Citra Satelit .................................................. 10
5. Pengambilan Data Lapangan (Ground check) ............................ 10
6. Klasifikasi Citra .......................................................................... 10
7. Analisis Penilaian Akurasi ......................................................... 14
8. Analisis Data Spasial .................................................................. 15
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak dan Luas Geografis .............................................................. 19
3.2 Iklim .............................................................................................. 19
3.3 Tanah dan Geologi ........................................................................ 19
3.4 Geomorfologi ................................................................................ 20
3.5 Topografi dan Bentuk Wilayah ..................................................... 20
3.6 Kependudukan ............................................................................... 21
3.7 Pendidikan .................................................................................... 22
v
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
Tabel 1 Karakteristik SPOT 4 ............................................................................ 4
Tabel 2 Karakteristik QUICKBIRD .................................................................. 5
Tabel 3 Kriteria tingkat keterpisahan ................................................................. 14
Tabel 4 Matriks kesalahan (confusion matrix)................................................... 15
Tabel 5 Pengkelasan penutupan lahan hasil pengolahan citra ............................ 16
Tabel 6 Pengkelasan kemiringan lereng ............................................................. 16
Tabel 7 Deskripsi tingkat bahaya erosi ............................................................... 17
Tabel 8 Kelas tingkat bahaya erosi .................................................................... 17
Tabel 9 Deskripsi dan skor tingkat pengelolaan ................................................. 18
Tabel 10 Klasifikasi kekritisan lahan berdasarkan besaran nilai......................... 18
Tabel 11 Kelas dan jumlah piksel training area ................................................. 25
Tabel 12 Hasil separabilitas klasifikasi ............................................................... 27
Tabel 13 Matrik kontigensi hasil uji akurasi terhadap area contoh ..................... 28
Tabel 14 Jenis tutupan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor .................................. 26
Tabel 15 Kelas penutupan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor ............................. 30
Tabel 16 Pengkelasan kemiringan lereng ............................................................ 31
Tabel 17 Tingkat bahaya erosi DAS Ciliwung Hulu........................................... 32
Tabel 18 Pengelolaan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor .................................... 34
Tabel 19 Tingkat kekritisan lahan berdasarkan kawasan .................................... 36
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal
Gambar 1 Lokasi penelitian ................................................................................. 3
Gambar 2 Diagram alir penelitian ........................................................................ 6
Gambar 3 Croping citra SPOT 4 multispektral DAS Ciliwung Hulu .................. 9
Gambar 4 Croping citra QUICKBIRD multispektral DAS Ciliwung Hulu ........ 9
Gambar 5 Peta penutupan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor.............................. 26
Gambar 6 Peta kelas kemiringan lereng DAS Ciliwung Hulu Bogor.................. 32
Gambar 7 Peta tingkat bahaya erosi DAS Ciliwung Hulu Bogor ........................ 33
Gambar 8 Peta pengelolaan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor ........................... 34
Gambar 9 Kekritisan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor ..................................... 37
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Hal
Lampiran 1 Titik GCP ......................................................................................... 45
Lampiran 2 Gambar penutupan dan penggunaan lahan DAS Ciliwung Hulu ..... 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODE PENELITIAN
2. Data Spasial
Batas Administrasi DAS Ciliwung Hulu
Peta Topografi DAS Ciiwung Hulu
Peta Erosi DAS Ciliwung Hulu
Peta Solum Tanah DAS Ciliwung Hulu
Peta Pengelolaan Lahan DAS Ciliwung Hulu
Peta arahan fungsi kawasan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Seperangkat komputer dengan kelengkapan:
Software ER Mapper 7.0 sebagai pengolah data citra
Photoshop 9, Internet dan software Google Earth sebagai alat download
citra
ARCView GIS Ver.3.3
Microsoft Office (Microsoft word, Microsoft excel).
2. GPS (Global Positioning System) tipe Garmin 60
3. Kamera digital
4. Alat tulis
Pengumpulan Data
Peta Topografi
Peta Pengelolaan
Interpretasi Citra, deliniasi
Lahan 2007
dan klasifikasi
SKORING
Analisis SIG
Selesai
Evaluasi Registrasi
Proses evaluasi registrasi adalah proses untuk melihat apakah antara kedua
data (data citra hasil koreksi dengan data citra referensi) masih atau tidak
mengalami pergeseran. Evaluasi dilakukan dengan overlay kedua data
pada satu jendela algorithm. Jika masih mengalami pergeseran terutama
dengan citra referensi, maka pemilihan titik GCPnya diulang kembali
dengan menambah atau membenarkan letak titik GCPnya, sampai kira-
kira mendekati citra referensi.
6. Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra bertujuan untuk mengelompokkan atau melakukan
segmentasi terhadap kenampakkan yang homogen dengan menggunakan tehnik
kuantitatif yaitu memasukkan piksel-piksel ke dalam kelas-kelas atau kategori-
kategori yang telah ditentukan berdasarkan nilai kecerahan piksel yang
bersangkutan. Metode klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
11
10. Sungai
Badan air yang mengalir, pada citra berwarna biru kehitaman
11. Awan
Kenampakan awan yang menutupi suatu kawasan, berwarna putih sampai
putih keabuan
12. Bayangan Awan
Bagian dari permukaan bumi yang menjadi lebih gelap karena sinar matahari
yang menuju bumi terhalang oleh awan
peragam singular yang matriks kebalikannya tidak bisa dihitung. Pada prakteknya
jumlah piksel yang digunakan untuk setiap kelas adalah 10N bahkan 100N
dimana N adalah jumlah saluran yang digunakan.
Metode Kemungkinan Maksimum (Maksimum Likehood Method)
Pada penelitian ini metode klasifikasi yang digunakan metode
Kemungkinan Maksimum (Maksimum Likehood Method). Menurut Jaya (2006)
metode ini adalah metode klasifikasi yang paling banyak digunakan, dimana DN
pada k band untuk setiap kelas mewakili pengamatan yang bebas (indepndent),
dan populasi yang digambarkan mengikuti distribusi normal-peubah ganda
(multivariate-normal distribution).
Metode ini menghasilkan hasil klasifikasi yang lebih akurat pada
mekanisme evaluasi terhadap jarak dan variasi statistik untuk pemisahan setiap
kelasnya. Metode ini mengelompokan piksel yang belum diketahui identitasnya
berdasarkan vektor rata-rata dan matriks ragam peragam dari setiap pola spektral
kelas informasi. Piksel dimasukan menjadi salah satu kelas yang memiliki
probabilitas (peluang) yang tinggi.
Analisis Separabilitas
Analisis separabilitas adalah analisis kuantitatif yang memberikan
informasi mengenai evaluasi keterpisahan area contoh (traning area) dari setiap
kelas, apakah suatu kelas layak digabung atau tidak dan juga kombinasi band
terbaik untuk klasifikasi.
Pengujian terhadap traning area dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Transformasi Divergensi (TD). Metode ini digunakan
untuk mengukur tingkat keterpisahan antar kelas. Nilai TD antara kelas i dan j
dapat diketahui dengan rumus di bawah ini :
[ ( )] [( )
Dij = 0.5 Tr (Ci Cj ) Ci 1 Cj 1 + 0.5Tr Ci 1 + Cj 1 (i j )(i j )
T
]
Dij
TDij =20001 exp
8
Dengan :
i,j : dua kelas yang dibandingkan
Ci : matrik peragam kelas ke-i
Cj : matrik peragam kelas ke-j
Mi : vektor rata-rata kelas ke-i
14
Tr : teras matriks
-1, T : operasi invers dan transpose matrik
Dij : jarak antara kelas kei dan kelas ke j
TDij : separabilitas antar kelas i dengan kelas j
X kk
Pr oducer ' s accuracy = x 100%
Xk+
r
X kk
Overall accuracy = k
x 100 %
N
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.2 Iklim
DAS Ciliwung Hulu mempunyai curah hujan rata-rata sebesar 2929 - 4956
mm/ tahun. Perbedaan bulan basah dan kering sangat menyolok yaitu 10,9 Bulan
basah per tahun dan hanya 0,6 Bulan kering per tahun. Tipe iklim DAS Ciliwung
Hulu menurut sistem klasifikasi Smith dan Ferguson ( 1951) yang didasarkan
pada besarnya curah hujan, yaitu Bulan Basah (> 200 mm ) dan Bulan Kering (<
100 mm ) adalah termasuk kedalam Type A.
kimia tanah pada dasarnya tergolong baik dengan PH tanah agak netral serta
kandungan bahan organik biasanya rendah atau sedang.
DAS Ciliwung Hulu dibangun oleh formasi geologi vulkanik yaitu
komplek utama Gunung Salak dan komplek Gunung Pangrango. Deskripsi
Litologi Kawasan DAS Ciliwung Hulu adalah tufa glas lhitnik kristal, tufa
fumice dan batu pasiran tufa, sedangkan kondisi fisiografi daerah kawasan DAS
Ciliwung Hulu merupakan daerah pegunungan dan berbukit. Elevasi umumnya
diatas 150 m dpl dan terdiri atas daerah lungur volkan tua dan muda. Bahan induk
tanah yang terdapat di DAS Ciliwung Hulu adalah berupa tufa volkanik dan
derivatifnya merupakan bahan dasar pembentuk tanah jenis tanah Latosol Coklat
Kemerahan adalah jenis tanah yang dominan. Adanya pencampuran bahan
vulkanik tua dan yang lebih muda memungkinkan terbentuknya jenis-jenis tanah
lain yang berasosiasi dengan Latosol antara lain adalah tanah Andosol dan
Regosol.
3.4 Geomorfologi
Berdasarkan keadaan geomorfologinya, DAS Ciliwung Hulu didominasi
oleh dataran vulkanik tua dengan bentuk wilayah bergunung seluas 3767,76 Ha
dan sebagian kecil merupakan alluvial sungai seluas 255,33 Ha.
3.6 Kependudukan
Kependudukan di wilayah DAS Ciliwung Hulu meliputi beberapa aspek
penjabaran menyangkut jumlah, sex ratio, ukuran keluarga, kelas umur dan beban
tanggungan kerja produktif, mata pencaharian (BPDAS, 2006).
a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Secara keseluruhan jumlah penduduk di DAS Ciliwung Hulu adalah sebanyak
219.395 jiwa yang terdiri dari 110.688 jiwa laki-laki dan 108.702 jiwa
perempuan dengan jumlah keluarga sebanyak 48.159 Kepala Keluarga.
Berdasarkan kondisi jumlah laki-laki dan perempuan seperti itu, maka sex
ratio yang terjadi adalah 1,02.
Berdasarkan kelas umur penduduk, jumlah penduduk terdiri atas kelas umur 0
15 tahun sebanyak 78.571 jiwa, kelas umur 16 - 55 tahun sebanyak 118.431
jiwa dan kelas umur Lansia (>56 tahun) adalah sebanyak 22.388 jiwa.
Keadaan penduduk demikian menunjukkan bahwa jumlah penduduk tidak
produktif lebih kecil sebanyak 100.959 jiwa dari penduduk produktif 118.431.
Hal ini mengakibatkan beban tanggungan tenaga produktif yang cukup besar
yaitu sebesar 85 %.
b. Keadaan Tenaga Kerja, Tekanan Penduduk & Laju Pertumbuhan Penduduk
Tingkat tenaga kerja di wilayah DAS Ciliwung Hulu adalah 1.369,06
jiwa/km2 untuk kepadatan geografis dan 43,54 jiwa/km2 untuk kepadatan
agraris. Kepadatan tenaga kerja yang terbesar yaitu di Kota Bogor (Desa
Katulampa, Sindangrasa, Sindangsari dan Tajur) yaitu sebesar 4.242,06
jiwa/km2 untuk kepadatan geografis dan 129,30 jiwa/km2 untuk kepadatan
agraris. Luas kepemilikan lahan pertanian di wilayah DAS Ciliwung Hulu
adalah seluas 5.039,221 ha dengan jumlah penduduk sekitar 219.395 jiwa.
c. Mata Pencaharian
Dengan jumlah penduduk 219.395 jiwa di seluruh wilayah DAS Ciliwung
Hulu, berbagai macam mata pencaharian penduduk sangat beragam dan yang
paling besar adalah mata pencaharian sebagai petani sejumlah 15.321 jiwa ,
buruh tani sejumlah 12.107 jiwa dan pedagang sejumlah 11.766 jiwa dan yang
lainnya sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ABRI, Buruh Industri Kecil, sopir
angkutan, peternak dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa
22
3.7 Pendidikan
Pendidikan merupakan modal di dalam berkehidupan dan bermasyarakat,
dengan pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh anggota masyarakat suatu
daerah akan kelihatan tumbuh dan berkembang melalui pembangunan di berbagai
sektor. Pendidikan dan pengetahuan dapat dimiliki baik secara formal dan non
formal dan untuk itu diperlukan srana pendidikan.
Keadaan sarana pendidikan di wilayah DAS Ciliwung Hulu pada
umumnya terdiri dari pendidikan TK/RA 20 buah, SD 91 buah, SMP/MTS 15
buah. SMA/Aliyah 5 buah , Pesantren 93 Buah dan Madrasah 60 buah dan
Perguruan Tinggi 2 buah. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada , jumlah
penduduk dengan tingkat pendidikan formal 129.116 jiwa atau 58,85 % dari
jumlah seluruh penduduk sedangkan non formal sebanyak 17.609 jiwa atau
sebesar 8 %.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
28
28
29
Penggunaan lahan pada DAS Ciliwung Hulu secara umum terbagi menjadi
kawasan hutan lindung, kawasan pertanian baik lahan basah ataupun lahan kering,
kawasan perkebunan dan areal pemukiman. Pada DAS Ciliwung Hulu Bogor
hutan yang ada berfungsi sebagai kawasan hutan lindung dengan status hutan
Negara, terdapat pada Desa Cibeurem dan Desa Citeko, Kecamatan Cisarua dan
Desa Megamendung Kecamatan Megamendung. Kawasan hutan didominasi
vegetasi hasil suksesi alami dimana kerapatan pada hutan lindung semakin
berkurang dan 30% dari kawasan hutan DAS Ciliwung hulu merupakan hutan
produksi tanaman pinus (Candra 2003).
Kawasan pertanian pada DAS Ciliwung hulu didominasi oleh persawahan
dan tegalan/ladang. Berdasarkan peta penutupan lahan kawasan pertanian telah
banyak yang berubah menjadi areal pemukiman. Daerah pertanian ini banyak
terdapat pada Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung. Kawasan
perkebunan terdapat pada Kecamatan Cisarua. Jenis perkebunan adalah
perkebunan teh dimana selain berfungsi sebagai perkebunan teh juga sebagai
kawasan wisata.
Areal pemukiman pada daerah penelitian ini merupakan proporsi lahan
terbesar kedua setelah hutan. Pemukiman yang ada cenderung menyebar dan
berada disepanjang Jalan Raya Puncak. Masih terdapat pola pemukiman pedesaan
dan biasanya dekat dengan areal persawahan, tegalan/ladang dan kebun
campuran. Kebun campuran yang ada umumnya dalah tanaman palawija, kelapa,
dan karet.
Persentase penutupan lahan yang paling besar adalah hutan sebesar 36,96
% (5503,02 ha). Adapun urutan penutupan lahan dari yang terbesar hingga yang
terkecil adalah hutan, pemukiman, ladang/tegalan, sawah, perkebunan teh, semak
belukar, kebun campuran, padang rumput, sungai dan jalan.
Luasan setiap kelas penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 15 dan
sebaran spasialnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 15 Kelas penutupan lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor
Kelas Penutupan Lahan Luas (ha) Persentase
Sangat Rapat Hutan 5503,02 36,69
Rapat Semak/Belukar 945,06 6,30
Sedang Perkebunan teh 1311,01 8,74
Jarang Tegalan Ladang, Kebun campuran, Sawah 4173,82 27,83
Padang Rumput, Pemukiman,Jalan
Sangat jarang 3064 20,43
Sungai
Total 14997.29 100
31
4. Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan diartikan sebagai tindakan yang diberikan terhadap
pengunaan lahan yang diperlukan agar tanah tidak rusak dan tanah dapat
digunakan secara berkelanjutan. Dalam hal ini adalah pengelolaan tanaman dan
konservasi lahan. Pengelolaan merupakan salah satu parameter yang digunakan
untuk menilai kekritisan lahan. Penggunaan lahan akan berpengaruh terhadap
pengelolaan lahan. Untuk kawasan lindung, penilaian dilihat dari aspek
pengamanan dan ada tidaknya pengawasan. Untuk kawasan pertanian dilihat dari
adanya terasering atau penanaman searah kontur, adanya tanaman penutup tanah
yang cukup. Untuk kawasan perkebunan apakah adanya alur/parit sebagai
penahan erosi. Untuk areal pemukiman apakah pembangunannya menggunakan
34
tindakan konservasi seperti luas bangunan yang ada tidak melebihi luas tanah
yang ada, apakah faktor jarak diperhitungkan antara rumah yang satu dengan yang
lainnya. Tingkat pengelolaan akan sangat berpengaruh terhadap kerusakkan suatu
lahan. Pada Tabel 18 disajikan luasan tiap kelas pengelolaan lahan dan sebaran
spasialnya pada Gambar 8.
Tabel 18 Pengelolaan Lahan DAS Ciliwung Hulu Bogor
Kecamatan
Kelas Luas (ha) Persentase
Cisarua Ciawi Megamendung Sukaraja
Baik 5005.59 - 1808.48 - 6814.07 45.44
Buruk 605.36 109.64 378.07 0.20 1093.26 7.29
Sedang 3156.71 462.23 3312.57 158.56 7090.07 47.28
Total 14997,29 100
Tutupan lahan yang masuk kelas kelas ini adalah kawasan hutan dan
perkebunanan teh. Kawasan hutan pada DAS ini merupakan kawasan lindung
yang berstatus hutan negara sehingga tindakan pengelolaan cukup baik dari
segi pengamanan, tata batas, vegetasi yang rapat merupakan hasil dari suksesi
alami. Jika dilihat dari segi tata batas perkebunan teh memiliki batas yang
jelas, pengelolaannya sangat dijaga mengingkat kawasan perkebunan pada
daerah penelitian merupakan kawasan produksi teh. Konservasi lahan dilihat
dari parit, pembuatan teras-teras, dan pengelolaan tanah yang searah kontur
sebagai tindakan konservasi.
Sedang
Kawasan yang memiliki pengelolaan tanaman dan konservasi lahan yang
cukup baik dan pengamanannya kurang baik. Tutupan lahan yang masuk
dalam kelas ini adalah semak belukar, kawasan pertanian (sawah,
tegalan/ladang, dan kebun campuran), serta sebagian pemukiman. Bekas hutan
(semak belukar) yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan
pohon jarang atau vegetasi rendah serta tidak terawat baik dari segi
pengelolaan tanaman dan konservasi lahan. Kawasan pertanian baik
tegalan/ladang, kebun campuran, maupun sawah pada dasarnya memiliki
tindakan pengelolaan yang baik tapi tidak ada batasan area yang jelas. Untuk
pemukiman yang tidak rapat dengan adanya ruang terbuka hijau dan dibangun
pada areal datar sampai landai.
Buruk
Kawasan yang tidak memiliki tindakan konservasi lahan. Tutupan lahan yang
masuk dalam kelas ini adalah padang rumput, jalan, sungai, dan sebagian
pemukiman. Jalan yang dimaksud adalah jalan aspal yang telah mengalami
pengerasan akibat tujuan tertentu sehingga tidak mempunyai kemampuan
penyerapan air, pemukiman yang dibangun dengan rapat yang akan
berpengaruh terhadap penyerapan air. Sempadan sungai merupakan kawasan
lindung selain kawasan hutan lindung yang harus dijaga sehingga dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Namun jika dilihat dari keadaan lapangan
kanan kiri sungai telah banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman.
36
Jika dibandingkan hasil penilitian ini (Tabel 19) dalam jangka 5 antara
tahun 2003 dan tahun 2008, terlihat luasan kekritisan lahan pada DAS Ciliwung
Hulu Bogor mengalami banyak perubahan. Untuk kelas tidak kritis luasannya
berkurang dari 2631.96 Ha menjadi 1265.72 Ha, kelas potensial kritis luasannya
bertambah dari 3538.37 Ha menjadi 5321.90 Ha, kelas agak kritis luasannya
berkurang dari 3453.85 Ha menjadi 1331.20 Ha dan kelas kritis luasannya
bertambah dari 2438.18 Ha menjadi 4013.78 Ha.
Hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan secara tepat karena data dan
metoda yang digunakan ada yang berbeda tapi hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai gambaran bahwa tingkat kekritisan lahan semakin besar. Hal ini
disebabkan adanya perubahan penggunaan lahan dari tahun 2003 ke tahun 2008.
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber
daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
Pembangunan berkelanjutan (Keppres No. 32 tahun 1990).
38
Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan lindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah. Berdasarkan peta RTRW tahun 2003, Kawasan hutan dalam
daerah penelitian ini merupakan kawasan hutan lindung yang secara administrasi
terletak pada Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung. Luasan kelas
kekritisan lahan pada kawasan hutan lindung secara berturut-turut adalah
potensial kritis sebesar 3787,73 ha (31,33%), tidak kritis sebesar 1169,04 ha (9,67
%), agak kritis sebesar 443,15 ha (3,67 %), kritis 18,61 ha (0,15 %) dan sangat
kritis 1,21 ha (0.01 %) dari luas keseluruhan. Kelas tidak kritis dan potensial kritis
memiliki penutupan lahan yang sangat rapat berupa hutan dengan tingkat
kemiringan lereng landai hingga curam, tingkat bahaya erosi sangat berat dan
pengelolaan lahan baik. Kelas agak kritis pada umumnya berada pada tingkat
kemiringan sangat curam. Untuk kelas kritis dan sangat kritis pada hutan lindung
pada umumya penutupan lahan yang ada berupa hutan telah berubah menjadi
padang rumput. Kelas kritis dan sangat kritis terdapat pada Kecamatan Cisarua
Desa Cibereum. Pada dasarnya kawasan hutan lindung di DAS Ciliwung Hulu
masih memegang peranan sebagai pelindung bagi daerah sekitarnya. Berbagai
cara untuk menangani lahan kritis telah dilakukan untuk salah satunya melalui
program reboisasi. Reboisasi bertujuan untuk mempertahankan mutu hutan
lindung dan diharapkan dapat meningkatkan daya pulih fungsi ekosistem hutan.
Kawasan budidaya pertanian adalah kawasan yang diperuntukkan untuk
budidaya pertanian termasuk didalamnya pertanian lahan kering, lahan basah dan
perkebunan. Kawasan budidaya pertanian paling banyak terdapat pada Kecamatan
Megamendung kemudian Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cisarua, dan
Kecamatan Ciawi. Berdasarkan sebaran spasialnya kelas kekritisan lahan yang
mendominasi adalah lahan kritis dengan luas sebesar 3783,89 ha (31,30 %) dan
luasan terkecil adalah kelas tidak kritis sebesar 96,68 ha (0,80 %). Pada kawasan
bududaya pertanian kelas tidak kritis sampai agak kritis terdapat Kecamatan
Cisarua di Desa Tugu Selatan, Cibereum, Citeko dan pada Kecamatan
Megamendung di Desa Kuta, Megamendung, Cilember. Kondisi penutupan lahan
dari kelas rapat hingga sedang berupa semak belukar dan perkebunan teh, tingkat
39
kemiringan lereng datar hingga landai, tingkat bahaya erosi ringan serta tingkat
pengelolaan lahan baik hingga sedang. Untuk kelas kritis memiliki penutupan
lahan jarang, tingkat bahaya erosi sangat berat, pengelolaan sedang dan kelas
kemiringan lereng beragam, pada Kecamatan Megamendung, Sukaraja, Ciawi
datar hingga landai sedangkan Kecamatan Cisarua landai hingga curam. Untuk
tingkat sangat kritis terdapat pada kecamatan cisarua di desa tugu selatan,
sukawangi, dan cibereum. Memiliki kelas penutupan lahan sangat jarang,
kemiringan lereng datar hingga landai, tingkat bahaya erosi sangat berat dan
pengelolaan lahan yang buruk. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa
sebagian kawasan budidaya pertanian di DAS Ciliwung Hulu memiliki tingkat
kritis yaitu lahan yang telah mengalami kerusakan fisik tanah karena
berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala erosi berat. Salah satu upaya
untuk mengatasi lahan kritis pada daerah ini adalah penghijauan. Penghijauan
merupakan upaya untuk memulihkan atau memperbaiki kembali keadaan lahan
kritis di luar kawasan hutan agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan
pengatur tata air yang baik serta mempertahankan dan meningkatkan daya guna
lahan sesuai peruntukkannya. Salah satunya dengan agroforestry. Agroforestry
merupakan perpaduan tanaman pertanian dengan tanaman kehutanan. Tanaman
yang ditanam pada lahan tersebut dipilih tanaman potensial (adaptif pada kondisi
lahan kritis) yang berfungsi ekologis tapi juga berfungsi ekonomis. Seperti
tanaman dari family leguminosae (kaliandra, lamtoro gung, dan sengon) yang
dapat memperkuat teras dengan perakaran yang dalam, tahan terhadap musim
kering dan pertumbuhannya cepat. Pengelolaan dalam penggunaan lahan juga
diperlukan agar tanah tidak rusak dan tanah dapat digunakan secara
berkelanjutan.
Kawasan lindung selain hutan adalah kawasan yang termasuk
perlindungan setempat yaitu sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar
waduk/danau dan kawasan mata air (Keppres No. 32 tahun 1990). Berdasarkan
interpretasi citra pada DAS Ciliwung Hulu terdapat kawasan sempadan sungai
yaitu kawasan kanan kiri sungai Ciliwung Hulu dengan lebar 50 m karena pada
daerah penelitian sungai yang ada kurang dari 30 m. Tingkat kekritisan lahan
yang mendominasi adalah kritis seluas 211,29 ha (1,75 %) dan sangat kritis seluas
40
27,97 ha (0,23%). Sedangkan kelas agak kritis adalah kelas dengan luasan terkecil
sebesar 8,76 ha (0,07 %). Pada sempadan sungai tidak terdapat kelas tidak kritis.
Pada kawasan ini kelas kritis dan sangat kritis ditandai dengan penutupan lahan
jarang-sangat jarang berupa areal pertanian (sawah, tegalan/ladang, kebun
campuran) dan pemukiman, kelas kemiringan lereng datar hingga landai, tingkat
bahaya erosi sangat berat dan pengelolaan sedang sampai buruk, yang
membedakan dengan kelas agak berat hanya pada tingkat bahaya erosinya berat.
Untuk kelas potensial kritis ditandai dengan kelas penutupan lahan rapat berupa
semak belukar, kelas kemiringan lereng datar, tingkat bahaya erosi sangat berat
dan pengelolaan lahan sedang. Sempadan sungai secara administrasi terdapat di
Kecamatan Ciawi, Sukaraja, Megamendung dan Cisarua. Pada kawasan ini yang
perlu dilakukan adalah penghijauan disepanjang DAS secara berkelanjutan.
41
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan :
1. Dari interperetasi citra SPOT 4 kombinasi citra Quickbird, kelas
penutupan lahan yang terdapat di DAS Ciliwung Hulu Bogor adalah
hutan, semak belukar, kebun campuran , tegalan/ladang, sawah,
pemukiman, perkebunan teh, padang rumput, sungai dan jalan. Dengan
persentase terbesar adalah hutan sebesar 36,69 %.
2. Dari analisis data spasial didapatkan peta penyebaran lahan kritis pada
kawasan hutan lindung, kawasan budidaya pertanian, dan kawasan
lindung selain hutan (sempadan sungai). Persentase lahan kritis pada
kawasan hutan lindung sebesar 0,15%, kawasan budidaya pertanian
sebesar 31,30% dan kawsan hutan lindung selain hutan (sempadan sungai)
sebesar 1,75%.
3. Dengan penggunaan Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis
pemetaan lahan kritis dapat dilakukan dengan lebih efisien baik baik dari
segi waktu, biaya dan tenaga.
B. Saran
1. Perlu dilakukan upaya konservasi dalam pengelolaan lahan terutama pada
kelas lereng curam sampai sangat curam seperti pembuatan tanaman
penutup, pembuatan terassering searah kontur sehingga dapat mengurangi
laju erosi
42
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi tanah dan Air. Edisi kedua. IPB Press. Bogor
Candra, A. 2003. Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis di Daerah Aliran Sungai
Ciliwung Hulu Kabupaten/Kota Bogor Dengan Menggunakan
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Diterjemahkan oleh Dulbari et al. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Manan, S. 1992. Ekologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Kursus Peltihan
Pengelolaan Sungai Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Holistik. Bogor.
LAMPIRAN
45
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
48
(i) (j)
(k) (l)
Keterangan :
(a). Sawah; (b). Pemukiman; (c). Kebun campuran; (d). Semak belukar; (e).
Tegalan/Ladang; (f). Perkebunan teh; (g). Hutan dataran tinggi; (h). Hutan pinus;
(i). Jalan; (j). Padang Rumput; (k). Kebun Campuran; (i). Sungai.