b. Defisit volume cairan isoosmolar yaitu ketika cairan yang hilang sama
dengan jumlah elektrolit yang hilang.
Dari ketiga tipe dehidrasi, jenis dehidrasi yang lebih sering terjadi
adalah hiperosmolar.
SYOK
. Dehidrasi yang terjadi dalam waktu lama dan derajat berat juga
dapat menyebabkan syok. Syok adalah kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat pada organ-organ vital (Black dan
Hawks, 2009). Shok dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu syok
hipovolemik, kardiogenik, dan distributive. Syok yang disebabkan oleh
dehidrasi adalah syok hipovolemik.
c. Tahap ireversibel, yaitu muncul setelh tubuh mengalami jejas sel dan
jaringan berat sehingga walaupun ganguan hemodinamikanya telah diperbaiki, tidak
mungkin bertahan hidup lagi.
Ketiga tahap syok diatas lebih jelas dikenali dalam syok hipovolemik akan
tetapi tidak menutup kemungkinan dialami pada bentuk syok lainnya.
a. Anamnesis.
b. Pengkajian fisik.
c. Pemeriksaan laboratorium.
Kadar hematokrit.
3) Serum natrium.
5) Osmolalitas urin.
Pada klien dehidrasi osmolalitas urin melebihi 250 mOsm/ kg
(Black dan Hawks, 2009).
6) Urinalisis
a. Farmakologi
a. Acetaminophen.
b. Ibuprofen.
b. Non farmakologi
a. Farmakologi.
1) Terapi Medikasi
b. Non farmakologi
Intervensi
No Diagnosa
Pada pasien Keluarga Kolaborasi
1. Defisiensi volume 1. Monitor pengeluaran urin. 1. Anjurkan pasien 1. Berikan
cairan 2. Monitor tanda-tanda vilat untuk ketentuan
pasien menginformasikan penggunaan dan
3. Mengatur dan mencegah perawat bila haus. penggantian
komplikasi akibat 2. Ajarkan pemberian nasogastrik.
perubahan cairan dan asuhan keluarga 2. Berikan terapi
elektrolit. tentang cara intravena sesuai
4. Memberikan dan memantau asupan program.
memantau cairan dan obat dan luaran. 3. Atur kesediaan
intravena. 3. Ajarkan pemberian produk darah
5. Membantu dan asuhan mengenai untuk transfuse
menyesuaikan asupan tanda komplikasi bila perlu.
makanan dan cairan dalam kekurangan volume
diet seimbang. cairan.
6. Meningkatkan
keseimbangan asam basa
dan mencegah komplikasi
akibat ketidakseimbangan
asam-basa.
2. Risiko disfungsi 1. Meningkatkan sirkulasi 1. Ajarkan pasien dan 1. Kolaborasi
neurovascular: vena dan arteri. keluargan mengenali dengan ahli
perifer. 2. Pengaturan posisi tubuh. tanda cedera terapi fisioterapi.
3. Elevasi bagian jaringan perifer. 2. Menjaga
ekstremitas. 2. Anjurkan pada pergantian
4. Kaji warja, sensai, keluarga untuk cairan.
perpindahan, kapileri refill, membantu
dan denyut nadi perifer melakukan RPS
pada ektremitas. kepada pasien.
Wilkinson. J. M & Ahern, N. R. (2011).
Daftar Pustaka
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing; Clinical management for positive outcomes. Singapura: Elsevier Pte
Ltd
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., dan Murr, A. C. (2010). Nursing care plan: Guidekines for individualizing
client care across the life span, 8th edition. Philadelphia: F.A. Davis Company
Kozier, B., Berman, A., Snyder, S. J., dan Erb, G. (2008). Fundamental of nursing: Concepts, process, and
practice, 8th edition. USA: Pearson Education, Inc.
McCance. K. L dan Huether, S. E. (2010). Pathophysiology: The biologic basis for disease in adults and children. USA: Elsevier
Mosby
Prince, S. A dan Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta:
EGC
Wilkinson. J. M & Ahern, N. R. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan, Ed 9. (E. Wahyuningsih. Trans).
Prentice hall nursing diagnosis handbook, 9th edition. (2009). Jakarta: EGC