Anda di halaman 1dari 3

Kesimpulan.

Data yang didapatkan di olah dengan menggunakan SPSS program Deskriptif


untuk menganalisis Frekuensi dan Crosstab guna mendapatkan kesimpulan dari data-data
tersebut. Jumlah responden yang didapatkan pada survey ini sebanyak 96 orang.

Crosstab
Jenis Kelamin :
1. Jenis kelamin dengan sakit persendian.
Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami sakit persendian dari pada
perempuan.
Signifikan.

2. Jenis kelamin dengan penyakit jantung.


Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami penyakit jantung dari pada
perempuan.
Signifikan.

3. Jenis kelamin dengan keracunan.


Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami keracunan dari pada perempuan.
Tidak signifikan.

4. Jenis kelamin dengan KLL.


Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami KLL dari pada perempuan.
Signifikan.

5. Jenis kelamin dengan asma.


Jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami asma dari pada laki-laki.
Tidak signifikan.

6. Jenis kelamin dengan DM.


Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami DM dari pada perempuan.
Tidak signifikan.

7. Jenis kelamin dengan depresi.


Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami depresi dari pada perempuan.
Signifikan.

8. Jenis kelamin dengan bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan.


Dari penelitian didapatkan jenis kelamin laki-laki yang menilai pelaksanaan
pelayanan kesehatan sangat memuaskan dan memuaskan lebih banyak
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Jumlah jenis kelamin laki-laki
yang menilai pelaksanaan pelayanan kesehatan sangat memuaskan dan
memuaskan adalah sama.
Tidak signikan.
Analisa :
Data yang dianalisa hanya data yang signifikan. Dari data yang dapat dianalisa
adalah jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita sakit persendian, penyakit
jantung, KLL, dan depresi.

Umur.
1. Umur dengan sakit persendian.
Umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun yang mengalami sakit persendian lebih
banyak dibandingkan dengan umur 15-24 tahun, 45-54 tahun, dan 55-64 tahun.
Jumlah yang mengalami sakit persendian antara umur 25-34 tahun dan 35-44
tahun adalah sama.
Tidak signifikan.

2. Umur dengan penyakit jantung.


Umur 45-54 tahun yang menderita penyakit jantung lebih banyak dibandingkan
umur 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 55-64 tahun.
Signifikan.

3. Umur dengan keracunan, dll.


Umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun yang mengalami keracunan, dll lebih banyak
dibandingkan dengan umur 15-24 tahun, 45-54 tahun, dan 55-64 tahun. Jumlah
yang mengalami keracunan, dll antara umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun adalah
sama.
Tidak signifikan.

4. Umur dengan KLL.


Umur 35-44 tahun yang mengalami KLL lebih banyak dibandingkan umur 15-24
tahun, 25-34 tahun, 45-54 tahun, dan 55-64 tahun.
Signifikan.

5. Umur dengan asma.


Umur 15-24 tahun yang menderita asma lebih banyak dibandingkan umur 25-34
tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, dan 55-64 tahun.
Tidak signifikan.

6. Umur dengan DM.


Umur 45-54 tahun dan 55-64 tahun yang menderita DM lebih banyak
dibandingkan dengan umur 15-24 tahun, 25-34 tahun, dan 35-44 tahun. Jumlah
yang menderita DM antara umur 45-54 tahun dan 55-64 tahun adalah sama.
Signifikan.

7. Umur denan depresi.


Umur 25-34 tahun yang mengalami depresi lebih banyak dibandingkan umur 15-
24 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, dan 55-64 tahun.
Tidak signifikan.
8. Umur dengan bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Umur 15-24 tahun dan 55-64 tahun lebih banyak menilai pelaksanaan pelayanan
kesehatan bernilai sedang. Umur 25-34 tahun dan 45-54 tahun lebih banyak
menilai pelaksanaan pelayanan kesehatan sangat memuaskan. Umur 35-44 tahun
lebih banyak menilai pelaksanaan pelayanan kesehatan memuaskan.
Tidak signifikan.

Analisa :
Data yang dianalisa hanya data yang signifikan. Dari data yang dapat dianalisa
adalah umur 35-44 tahun lebih banyak mengalami KLL, umur 45-54 tahun lebih
banyak menderita penakit jantung dan DM, umur 55-64 tahun lebih banyak
menderita DM.

Anda mungkin juga menyukai