Anda di halaman 1dari 10

BAB 6.

PEKERJAAN TIANG BOR

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan seluruh sumber daya terkait dengan mobilisasi dan
demobilisasi, transportasi, tenaga kerja, material, peralatan dan suku cadangnya, yang
kesemuanya diperlukan untuk melaksanakan pondasi bangunan, khususnya pekerjaan tiang
bor, termasuk pengadaan gudang tertutup tempat penyimpanan material dan peralatan, alat
bantu dan kelengkapan lainnya yang diperlukan seperti terpal, serta perlengkapan kesehatan
dan keselamatan kerja untuk melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan yang ditunjukkan di
dalam Gambar Rencana.

2. JENIS PONDASI

Sesuai dengan kondisi tanah di lokasi pekerjaan, tiang bor akan dipakai sebagai komponen
utama pondasi. Untuk itu telah dipilih penggunaan tiang bor dengan ukuran yang seperti
ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

3. PEKERJAAN TIANG BOR

(a). Lingkup Pekerjaan

1. Lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Kontraktor adalah menyediakan semua
material, tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan kerja, serta melaksanakan
pekerjaan tiang bor.

2. Pelaksanaan pekerjaan tiang bor beton bertulang memerlukan ketepatan, ketelitian


dan pengetahuan pelaksanaan yang cukup tinggi, serta pengujian yang akurat. Oleh
sebab itu, Kontraktor harus mampu menyediakan material yang memenuhi syarat
spesifikasi dan peralatan yang sehat (tidak sering rusak), berkinerja baik dan lengkap
serta pekerja-pekerja / pengawas-pengawas ahli yang terampil dan berpengalaman.

3. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknik ini tidak akan diterima oleh
Direksi Pekerjaan, dan dengan demikian harus diulang dengan biaya sepenuhnya dari
Kontraktor.

4. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan


minimal satu minggu sebelumnya, untuk mendapat persetujuan.

(b). Jenis Tiang Bor

Tiang bor yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah berbentuk bundar dengan
diameter luar 600 mm yang dicor beton bertulang sesuai Gambar Rencana.

Material yang digunakan untuk membuat tiang bor harus memenuhi persyaratan
spesifikasi ini.

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 1


(c). Panjang Tiang

Perkiraan panjang tiang diberikan di dalam Gambar Rencana.

(d). Mutu bahan

Dibawah ini adalah spesifikasi tiang bor :

Diameter : 600 mm

Mutu beton : Minimal dengan kuat tekan silinder fc = 30 MPa, artinya mempunyai
kuat tekan hancur karakteristik sebesar 30 MPa pada benda uji
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, saat umur
beton 28 hari. Kuat tekan tersebut di atas adalah lebih kurang
setara dengan mutu beton K-350 pada NI-2, yaitu kuat tekan hancur
karakteristik sebesar 350 kg/cm2 pada benda uji kubus dengan sisi
150 mm, saat umur beton 28 hari.

Kuat tekan karakteristik adalah kuat tekan beton yang sudah


memperhitungkan adanya deviasi secara statistik pada sejumlah
benda uji beton, baik itu silinder maupun kubus.

Faktor Air Semen : Maksimum 0,45.

Kelecakan beton : 16 + 2 cm (nilai slump).

Baja tulangan
memanjang : BJTD-40 (ulir) dengan tegangan leleh 400 kg/cm2.

Tulangan spiral : BJTP-24 (polos) dengan tegangan leleh 240 kg/cm2, atau BJTD-40
(ulir) dengan tegangan leleh 400 kg/cm2, yang mana yang
ditunjukkan oleh Gambar Rencana.

(e). Pelaksanaan tiang bor

1. Pengeboran harus dilakukan dengan memakai alat bor yang mempunyai kondisi
prima dan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan diameter seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

2. Data-data karakteristik dari alat bor yang akan dipakai berikut proposal prosedur
pelaksanaan dan pengujian integritas beton serta percobaan pembebanan lengkap
dengan cara interpretasi hasilnya, harus diberikan kepada Direksi Pekerjaan
minimal dua minggu sebelum memulai pekerjaan tiang bor. Pengeboran hanya
dapat dimulai setelah memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan.

3. Pengeboran harus dilaksanakan dengan penuh hati-hati, agar tidak terlampau


merusak dinding lubang pengeboran. Tanah harus dibor dengan diameter yang
sesuai secara kontinyu, tanpa berhenti sampai mencapai lapisan tanah yang
diperlukan.

Bila karena kondisi tanah sehingga terjadi banyak kelongsoran di dalam lubang
selama pengeboran, maka harus digunakan casing untuk menjaga stabilitas bagian
dinding pengeboran yang lunak/lepas/mudah longsor. Oleh sebab itu sekali lagi
Kontraktor diminta untuk mempelajari secara cermat laporan hasil penyelidikan
tanah sebelum mengajukan penawaran.

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 2


4. Pengeboran harus dilaksanakan sampai dengan kedalaman seperti yang
disyaratkan dalam gambar. Walaupun demikian harus selalu diperiksa, berdasarkan
tingkat kesulitan pengeboran maupun berdasarkan contoh tanah yang diambil dari
dalam lubang bor, apakah pengeboran memang sudah mencapai tanah keras
seperti yang disyaratkan, yang mungkin saja berbeda kondisinya dari satu lokasi ke
lokasi yang lain.

5. Bila pada kedalaman yang telah ditetapkan ternyata belum dijumpai tanah keras
seperti yang disyaratkan, maka perlu segera dikonsultasikan kepada Direksi
Pekerjaan mengenai kemungkinan dilanjutkannya pengeboran sampai dengan
kedalaman yang lebih dalam.

6. Setelah selesainya pengeboran sampai dengan kedalaman yang disyaratkan, maka


perlu dilakukan pembersihan/pengurasan dasar lubang bor dari kotoran dan/atau
tanah/lumpur yang tersisa, agar pengecoran beton akan bisa dilandasi langsung
dengan tanah keras yang sudah bersih permukaannya.

7. Tulangan baja dirakit dan disetel berdasarkan ukuran, bentuk dan elevasi yang
sesuai dengan Gambar Rencana, dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi
deformasinya. Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran seperti lemak, karet
lepas, tanah, serta bahan-bahan atau kotoran yang bisa mengurangi daya lekatnya.

Pembengkokan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, sesuai
dengan aturan dalam SNI. Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga
yang terampil dan ahli, dengan menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan cacat, patah dan retak-retak pada batang baja.

Bila perakitan tulangan telah diselesaikan sebelum selesainya pekerjaan


pengeboran dengan jangka waktu yang melebihi 24 jam, maka kurungan baja perlu
disimpan pada tempat yang terlindung, atau pada tempat terbuka dengan dilindungi
memakai plastik penutup, untuk melindungi tulangan baja tersebut dari terjadinya
karat yang cepat.

8. Penurunan kurungan tulangan baja ke dalam lubang bor harus dilaksanakan


dengan penuh hati-hati, agar tidak merusak dinding lubang tanah maupun
mengotori dasar lubang yang sudah dibersihkan. Namun bila dianggap perlu,
pembersihan/pengurasan alas lubang bor bisa dilakukan sekali lagi dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.

9. Bila ada air tanah dalam lubang bor, maka perlu dilakukan pemompaan air tanah
tersebut untuk dikeluarkan sebelum melaksanakan pengecoran beton.

10. Adukan beton harus berupa ready mixed concrete dan memenuhi syarat-syarat
SNI. Kontraktor harus mengadakan/membuat adukan beton menurut komposisi
adukan dan proporsi campuran yang benar, dan bertanggung jawab penuh atas
kekuatan beton yang disyaratkan. Penggunaan air harus memenuhi persyaratan
spesifikasi ini dan harus sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan beton
dengan kinerja yang baik.

Sebelum produksi beton, Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial


mixes) untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan beton dengan
mutu dan kinerja seperti yang disyaratkan, untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam hal ini adukan percobaan perlu dibuat dalam beberapa proporsi campuran
yang berbeda (utama dan pendamping) untuk mendapatkan campuran yang
optimal.

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 3


Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian agar beton
yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat kelecakan (workability)
serta konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan dan
pemadatan) secara mudah ke dalam lubang dan ke sekitar tulangan, tanpa
menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara
berlebihan.

11. Bila tempat pengadukan beton (batching plant) tidak berada di lokasi pekerjaan,
maka adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran, untuk
menghindarkan sudah terjadinya setting awal atau degradasi mutu beton akibat
waktu transportasi yang lama. Dalam hal ini penggunaan alat transportasi
pengangkut adukan beton haruslah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
Semua alat pengangkut yang digunakan harus selalu dibersihkan dari sisa-sisa
adukan beton yang mengeras dari adukan sebelumnya.

12. Pengecoran beton dilaksanakan dengan menggunakan pipa tremi, dengan


pengaturan sedemikian rupa sehingga ujung bawah pipa tremi harus selalu berada
di dalam beton yang dicor untuk menghindari terjadinya pengendapan lumpur atau
agregat atau segregasi, yang dengan demikian akan menurunkan mutu dan kinerja
beton.

13. Agar supaya kualitas beton yang digunakan dapat dikontrol dengan baik sesuai
spesifikasi dan standar yang ada, maka selama proses pengecoran, perlu dilakukan
uji slump dan pengambilan contoh benda uji, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan.

Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh benda uji dan contoh
cetakannya harus sesuai dengan SNI dan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal jumlah benda uji yang diambil
harus tidak kurang dari sepasang (dua buah) benda uji setiap pengecoran beton
untuk satu tiang bor, dalam bentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
dan selanjutnya 7 (tujuh) buah benda uji silinder setiap 10 m3 beton.

14. Setelah selesainya pengecoran, beton harus dilindungi dan dirawat (concrete
curing) selama berlangsungnya proses pengerasan, terutama terhadap udara
panas, cuaca dan juga pengeringan sebelum waktunya.

Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi, maka semua permukaan beton yang terbuka
harus dijaga tetap basah selama minimal 7 (tujuh) hari, dengan cara
menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut,
atau dengan cara lain yang diusulkan Kontraktor. Metode curing harus terlebih dulu
diusulkan dan memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum proses
pengecoran beton.

15. Pelaksanaan tiang-tiang bor tidak boleh menyimpang lebih dari jarak yang dibatasi
oleh daftar berikut ini :

Toleransi sendiri Toleransi satu tiang terhadap


tiang di dekatnya

75 mm 100 mm

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 4


Paling lambat 24 jam setelah selesainya pelaksanaan pengeboran, Kontraktor harus
mengirimkan data letak tiang bor terhadap as struktur yang seperti ditunjukkan
dalam gambar.

16. Bila ada batuan atau gangguan-gangguan lainnya di dalam tanah yang menyulitkan
pengeboran, Kontraktor harus mengusahakan berbagai cara dengan persetujuan
Direksi untuk mengatasinya dengan tanpa tambahan biaya.

17. Untuk mengetahui kualitas mutu beton yang sudah dilaksanakan, maka contoh
benda uji beton harus diperiksa dengan uji tekan hancur pada umur 3 (tiga) hari, 7
(tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari. Proporsi jumlah uji tekan (pada umur
beton yang berbeda) harus memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan. Hasil uji
tekan harus segera disampaikan kepada Direksi untuk dievaluasi.

18. Setelah selesai pelaksanaan tiang bor, Kontraktor harus secepatnya melaksanakan
pengujian integritas beton dengan cara PIT (Pile Integrity Test) atau SST (Seismic
Shock Test) pada setiap tiang bor, untuk memastikan integritas beton di dalam
lubang bor.

Bila diketahui bahwa pengecoran beton telah terjadi penyempitan atau rongga
lainnya, maka harus dilakukan grouting dengan bahan non-shrink grout pada
rongga yang terjadi.

Oleh sebab itu perlu selalu dihindari kejadian rongga dalam pengecoran dengan
selalu menyediakan beton yang workable sesuai dengan persyaratan kelecakan di
dalam spesifikasi ini.

19. Suatu tiang bor yang karena satu dan lain hal dianggap gagal dalam
pelaksanaannya, harus diganti dengan tiang bor tambahan yang sudah memperoleh
persetujuan Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan kepada Kontraktor.

20. Untuk keperluan penyatuan tiang di dalam pile cap, terutama untuk menahan gaya
geser dasar bangunan bila terjadi gempa, maka tulangan memanjang tiang perlu
disisakan keluar dari permukaan tiang bor dengan panjang yang diperlukan, untuk
selanjutnya diteruskan masuk dan diikatkan ke tulangan pile cap sesuai cara SNI
dan dilaksanakan sesuai gambar.

21. Jika untuk keperluan pengeboran dianggap perlu oleh Kontraktor untuk adanya
tambahan penyelidikan tanah, terutama untuk menambah data-data mengenai
stratifikasi lapisan tanah, maka biayanya ditanggung Kontraktor.

(f). Pencatatan pelaksanaan tiang bor

Sepanjang pelaksanaan pekerjaan tiang bor, Kontraktor harus menyajikan catatan yang
lengkap dalam format yang disetujui Direksi Pekerjaan, untuk setiap tiang bor yang
dilaksanakan.

Setiap catatan pelaksanaan harus segera diserahkan kepada Direksi Pekerjaan, setelah
selesainya pengecoran.

Catatan/laporan tersebut harus meliputi antara lain:

1. Nomor urut tiang bor.


2. Diameter tiang bor dan kedalamannya.
3. Koordinat tiang bor dan penyimpangan dari rencana.

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 5


4. Tanggal pengeboran dan personil operatornya.
5. Tanggal dan jam pemasangan tulangan.
6. Tanggal pengecoran beton, jam dan personil operatornya.
7. Kelecakan (nilai slump) beton yang dicor.
8. Lama waktu pengecoran beton.
9. Volume pengecoran beton.
10. Segala sesuatu kejadian di luar kebiasaan yang mungkin timbul selama proses
pelaksanaan tiang bor.
11. Lain-lain hal yang dianggap perlu.

4. PENGUJIAN PEMBEBANAN TIANG BOR

(a). Cara Pengujian

1. Pengujian pembebanan vertikal tekan harus dilaksanakan oleh Kontraktor setelah


menyelesaikan pelaksanaan tiang bor pada lokasi yang seperti ditunjukkan dalam
Gambar. Jumlah dan posisi tiang yang diuji akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan /
Pengawas berdasarkan hasil pelaksanaan tiang bor.

2. Bila tidak diinstruksikan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka pengujian pembebanan
dilakukan dengan cara PDA (Pile Driving Analyzer), yang harus mengikuti prosedur
ASTM D4945. Usulan cara pengujian beserta semua prosedur lengkapnya harus
sudah disampaikan kepada Direksi Pekerjaan minimal dua minggu sebelum pengujian
pembebanan akan dilaksanakan. Lokasi pengujian akan ditentukan kemudian
berdasarkan hasil pelaksanaan tiang.

3. Namun demikian, bila diinstruksikan oleh Direksi Pekerjaan, pengujian pembebanan


statik dapat pula diminta untuk dilakukan di dalam proyek ini. Dalam hal ini, pengujian
pembebanan harus mengikuti prosedur ASTM D1143. Sebelum pengujian
pembebanan dilaksanakan, Kontraktor harus menyerahkan usulan teknis secara rinci
yang meliputi prosedur pengujian pembebanan, letak dan dimensi balok penahan
beban, cara pemasangan alat pengukur penurunan dan sebagainya, untuk
memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan. Dalam hal pengujian akan mengunakan
sistem angkur pada tiang pancang sebagai penahan beban, maka working pile tidak
boleh dipergunakan sebagai anchor pile. Usulan ini harus sudah diserahkan minimal
dua minggu sebelum pengujian pembebanan dilaksanakan.

Besarnya beban pengujian akan diambil sampai dengan sebesar 150% beban rencana
(Design Load) untuk pengujian yang dilakukan pada tiang yang dipakai (used pile),
dan 200% beban rencana untuk pengujian yang dilakukan pada tiang yang tidak
dipakai (tiang yang diuji atau test pile).

Dalam hal digunakan sistem tiang angkur, maka jumlah tiang angkur harus mencukupi
untuk mencegah terjadinya pergerakan yang berlebihan pada tiang angkur. Semua
peralatan pengukuran harus dilindungi dari panas matahari. Jarak antara penyangga
alat pengukur penurunan dengan tiang angkur ataupun tiang yang diuji harus diambil
minimum sebesar 2,50 meter.

4. Dalam hal hasil pengujian beban tidak memenuhi kriteria keamanan yang ditentukan
untuk daya dukung tiang, Kontraktor berkewajiban untuk mengulangi pengujian beban
pada tiang yang dicurigai yang lain atas biaya sendiri. Di samping itu, Kontraktor
berkewajiban menambah tiang pada kelompok tiang di mana terjadi kegagalan kriteria
daya dukung pada pengujian pembebanan.

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 6


5. Kontraktor diwajibkan mencatat semua kejadian pada saat dilakukan pengujian.

6. Sehubungan pengujian pembebanan hanya dilaksanakan pada beberapa tiang,


Kontraktor harus tetap bertanggung jawab dan menjamin semua tiang memenuhi
syarat daya dukung yang ditentukan. Dapat dipenuhinya beberapa tiang tidak
melepaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas keseluruhan pekerjaan tiang bor.

(b). Prosedur dan Peralatan Pengujian dengan Cara PDA

1. Uraian umum

Pengujian tiang dengan cara dinamik yang menggunakan PDA (Pile Driving Analyzer)
didasarkan pada analisis data hasil rekaman getaran gelombang yang terjadi pada
waktu tiang dipukul ulang dengan hammer pancang.

Prosedur pengujian dan peralatan yang digunakan untuk pengujian pembebanan


mengikuti prosedur ASTM D4945. Pengujian dilakukan dengan pemukulan alat
pancang pada kepala tiang dengan menggunakan hammer K-45 atau yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan.

2. Peralatan pengujian

Tiang dipukul dengan hammer pancang menggunakan diesel hammer K-45. Rekaman
getaran gelombang yang terjadi pada waktu pemukulan direkam dan kemudian
dilakukan analisis.

Regangan pada tiang dan percepatan gelombang yang terjadi akibat impact dari
hammer pancang diukur dengan menggunakan strain transducer dan accelerometer.
Dua buah strain transducer dan dua buah accelerometer dipasang pada bagian atas
tiang.

Tujuan pemasangan dua buah instrumen untuk masing-masing pengukuran adalah


untuk memperoleh data yang lebih akurat (rata-rata) dan mengetahui ketepatan
pemukulan di pusat tiang (dengan membandingkan hasil rekaman regangan pada
kedua strain transducer yang harus menunjukkan besaran regangan yang hampir
sama), di samping sebagai faktor keamanan apabila salah satu instrumen tidak
bekerja dengan baik.

Hasil pengukuran direkam dengan alat Pile Driving Analyzer (PDA), dan dianalisis
dengan cara case method, berdasarkan teori gelombang satu dimensi (one
dimensional wave theory).

3. Pemasangan instrumen pengukuran

Karena pengujian dengan cara dinamik dilakukan untuk memperkirakan daya dukung
aksial tiang bor, maka pemasangan instrumen harus dilakukan sedemikian rupa untuk
sedapat mungkin menghindari pengaruh lentur yang dapat terjadi selama
pemancangan untuk pengujian.

Karena bentuk tiang yang bundar, maka strain transducer dan accelerometer harus
dipasang pada garis diametral tiang.

4. Persiapan pengujian

Pada tahap persiapan pengujian, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 7


a). Pengeboran lubang untuk memasang strain transducer dan accelerometer pada
tiang. Pemasangan instrumen tersebut harus dilakukan dengan hati-hati dan
secermat mungkin oleh teknisi yang berpengalaman karena akan mempengaruhi
keberhasilan dan ketepatan hasil pengujian.
b). Pengumpulan informasi mengenai:
Tanggal pelaksanaan tiang bor.
Panjang tiang dan ukuran penampang.

5. Pelaksanaan pengujian

Prosedur pembebanan mengikuti standar dari ASTM D4945.

Karena tiang yang diuji sudah berada di dalam tanah, maka untuk pengujian tiang
dilakukan pemukulan kepala tiang. Pemukulan dilakukan sebanyak 20-40 kali (blows).
Pemukulan dihentikan setelah diperoleh kualitas rekaman yang cukup baik dan energi
pukulan yang relatif cukup tinggi.

Jumlah pukulan yang diperlukan ditentukan oleh fluktuasi besarnya energi yang
sesungguhnya diterima oleh tiang. Hal ini sepenuhnya tergantung dari efisiensi alat
pancang dan sistem pemancangan yang ada di Lapangan.

6. Hasil analisis dan perkiraan daya dukung tiang

Hasil rekaman PDA selanjutnya harus dianalisis dengan program analisis daya dukung
untuk memperoleh perkiraan daya dukung tiang, distribusi kekuatan lapisan tanah dan
simulasi pembebanan statik.

(c). Prosedur dan Peralatan Pengujian dengan Cara Statik

1. Uraian umum

Bila diinstruksikan oleh Direksi Pekerjaan, maka pengujian tiang dengan cara statik
dapat diterapkan pada tiang tunggal vertikal untuk menentukan hubungan antara
beban vertikal dengan penurunan tiang (diukur dari kepala tiang).

Prosedur pengujian dan peralatan yang digunakan untuk pengujian pembebanan


mengikuti prosedur ASTM D1143 dengan cara pembebanan Standard Loading
Procedure.

2. Peralatan pengujian

Peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian ini adalah:

a) Hydraulic Jack
b) Balok penahan dan sistem penyangga alat pengukur penurunan.
c) Dial gauge yang sudah dikalibrasi dan dibuktikan dengan sertifikat, dengan tingkat
ketelitian pengukuran 0,01 mm (1/100 mm).
d) Alat waterpas untuk mengontrol kemungkinan tercabutnya tiang angkur.
e) Peralatan lain yang terkait dan diperlukan untuk mendukung pengujian.

3. Cara pembebanan

Cara yang digunakan untuk melimpahkan beban vertikal pada tiang dilakukan dengan
menggunakan hydraulic jack yang ditahan oleh system balok baja di atasnya, di mana

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 8


balok baja tersebut dihubungkan pada sistem tiang angkur untuk menahan gaya tarik
sebagai kontra reaksi.

Penggunaan hydraulic jack harus ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari, untuk menghindari oli dari jack tersebut memuai yang dapat mengakibatkan
tidak konstannya nilai pembebanan.

Kalibrasi jack dan manometer yang dipakai harus baru (artinya sesudah dikalibrasi
tidak boleh pernah dipakai di proyek lain).

Bila ternyata sulit dipakai sistem tiang angkur karena kapasitas tarik tiang yang tidak
mencukupi, maka dapat diberikan kontra beban berupa blok-blok beton di atas sistem
balok baja, yang harus mempunyai berat total yang secara aman bisa menahan beban
pengujian.

4. Dial gauge

Dial gauge dipasang pada tiang yang diuji melalui sistem penyangga bebas. Sistem ini
disebut penyangga bebas karena harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pada
saat berlangsung pengujian, pembacaan dial gauge harus bebas dari pengaruh (tidak
boleh dipengaruhi) penurunan tiang yang dibebani maupun gerakan tiang angkur.

Dial gauge untuk mengukur pergerakan tiang harus mempunyai ketelitian pembacaan
setidaknya 1/100 atau 0,01 mm.

Jika dalam proses pembebanan diketahui terjadi pergerakan pada balok penyangga,
maka hal ini bisa mempengaruhi posisi dial gauge sehingga pembacaan penurunan
tiang harus diadakan koreksi.

5. Prosedur pembebanan

Prosedur pembebanan mengikuti Standar Loading Procedure dari ASTM D1143.

Beban pengujian harus diambil sampai satu setengah kali beban rencana untuk tiang
yang akan digunakan sebagai pondasi bangunan (used pile), dan minimum sampai
dua kali beban rencana pada unused pile atau tiang yang tidak digunakan (tiang
pengujian).

6. Hasil pengujian dan pelaporan

Pelaporan dari pengujian pembebanan harus mencantumkan informasi-informasi


sebagai berikut :

a) Kondisi permukaan tanah pada lokasi pengujian pembebanan.


b) Data-data pelaksanaan tiang bor.
c) Hasil pembacaan penurunan tiang dengan interval waktu tertentu setiap
penambahan dan pengurangan beban.
d) Grafik yang menggambarkan hasil pengujian pembebanan dalam siklus lengkap,
dalam bentuk kurva beban waktu penurunan tiang.
e) Catatan mengenai hal-hal yang tidak umum yang terjadi selama proses pengujian.

7. Analisis daya dukung tiang

Setelah selesai pengujian pembebanan, Kontraktor harus melakukan analisis untuk


menghitung daya dukung tiang, dengan menggunakan cara-cara atau teori analisis

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 9


yang umum digunakan dalam menghitung daya dukung tiang akibat pengujian
pembebanan. Cara statistik dapat digunakan dalam melakukan ekstrapolasi
perhitungan daya dukung tiang untuk semua tiang yang sudah dilaksanakan.

Hasil analisis daya dukung tiang harus secepatnya disampaikan kepada Direksi
Pekerjaan untuk dievaluasi dan disahkan.

5. PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN

(a). Setiap pengendalian mutu yang dilakukan oleh Kontraktor akan diperiksa oleh Direksi
Pekerjaan. Pengujian dan pengukuran mutu tersebut termasuk perekaman hasil PIT (Pile
Integrity Test) yang harus dilaksanakan pada setiap tiang bor.

(b). Seluruh rekaman inspeksi, pengendalian mutu, dan pengujian yang dilakukan oleh
Kontraktor harus diserahkan buktinya dalam bentuk laporan harian tertulis kepada Direksi
Pekerjaan.

(c). Direksi Pekerjaan dapat sewaktu-waktu melakukan pengujian tidak merusak (non-
destructive test) ataupun merusak (destructive test) untuk memastikan kecukupan dan
kesesuaian mutu yang diharapkan sesuai persyaratan dokumen spesifikasi ini.

(d). Permukaan yang dirusak oleh pengujian tersebut harus diperbaiki oleh Kontraktor dengan
biaya Kontraktor.

6. REKAMAN DAN PELAPORAN

(a). Kontraktor harus menyiapkan dan mendokumentasikan laporan harian (daily record)
semua kegiatan pekerjaan. Laporan harian minimal harus berisi:
Volume pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari tersebut.
Jam kerja yang digunakan per kegiatan pekerjaan.
Jumlah material dan bahan terpakai (consumables) yang telah digunakan.

(b). Rekaman harus termasuk catatan inspeksi harian pengendalian mutu.

(c). Kontraktor harus menyiapkan laporan mingguan (weekly record) kegiatan pekerjaan, yang
berisi akumulasi total volume pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai hari pelaporan
bersangkutan, dan semua hasil pengujian beserta interpretasinya dan usaha perbaikan
bila diperlukan.

Partono Fondas Engineering Consultant II.6 - 10

Anda mungkin juga menyukai