Anda di halaman 1dari 56

PERCOBAAN I

SATUAN DAN PENGUKURAN

Materi Pokok : Besaran dan satuan

Kompetensi Dasar :

Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan mengolah data hasil dengan
menggunakan aturan angka penting

Indikator :

Melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang,


massa, waktu dengan mempertimbangkan aspek ketepatan(akurasi) dan ketelitian
Mengolah data hasil pengukuran dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik
dengan menggunakan penulisan angka penting dan mampu menarik kesimpulan
tentang besaran fisis yang diukur berdasarkan hasil yang telah disajikan dalam bentuk
grafik
Menunjukkan kecakapan individu dan kerjasama dalam kelompok

I. TUJUAN
1. Mengenal alat-alat ukur dan penggunaannya
2. Menggunakan hasil pengukuran dalam perhitungan dan menuliskanny sesuai
aturan penulisan angka penting.

II. RINGKASAN MATERI

A. Besaran dan Satuan


Hasil pengukuran selalu mengandung dua hal, yakni: kuantitas atau nilai dan satuan.
Sesuatu yang memiliki kuantitas dan satuan tersebut dinamakan besaran. Berbagai besaran
yang kuantitasnya dapat diukur, baik secara langsung maupun tak langsung, disebut besaran
fisis, misalnya panjang dan waktu. Tetapi banyak juga besaran-besaran yang dikategorikan
non-fisis, karena kuantitasnya belum dapat diukur, misalnya cinta, bau, dan rasa. Diskusikan
dengan teman-temanmu, mungkinkah suatu besaran nonfisis suatu saat akan menjadi besaran
fisis? Berilah penjelasan!

Dahulu orang sering menggunakan anggota tubuh sebagai satuan pengukuran,


misalnya jari, hasta, kaki, jengkal, dan depa.Namun satuan-satuan tersebut menyulitkan
dalam omunikasi, karena nilainya berbeda-beda untuk setiap orang. Satuan semacam ini
disebut satuan tak baku. Untuk kebutuhan komunikasi, apalagi untuk kepentingan ilmiah,
pengukuran harus menggunakan satuan baku, yaitu satuan pengukuran yang nilainya tetap
dan disepakati secara internasional, misalnya meter, liter, dan kilogram.

1. Besaran Pokok : Besaran yang satuannya ditetapkan secara International (SI)

Satuan SI untuk besaran-besaran pokok ditunjukkan tabel di bawah.

NO Besaran Pokok Satuan dasar SI Simbol satuan Dimensi

1 Panjang meter M [L]

2 Massa kilogram Kg [M]

3 Waktu sekon S [T]

4 Kuat arus listrik ampere A [Q]

5 Temperatur kelvin K [I]

6 Jumlah zat mol Mol [N]

7 Intensitas cahaya candela Cd [J]

2. Besaran Turunan : Besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok.

NO Besaran Turunan Satuan turunan Nama Satuan Simbol Dimensi


1 Kecepatan m.s-1 - - LT-1

2 Percepatan m.s-2 - - LT-2

3 Massa jenis Kg.m-1 - - ML-3

4 Gaya Kg.m.s-2 Newton N MLT-2

5 Energi N.m-2 Joule J M-1LT-2

6 Tekanan N.m2 Pascal Pa M3LT-2

7 Daya J.s-1 Watt W ML2T-3

8 Induksi magnet Wb.m-2 Tesla T -

3. Konversi Satuan SI

NO Awalan simbol Faktor NO Awalan simbol Faktor

1 atto- a 10-18 8 deci- d 10-1

2 femto- f 10-15 9 tera- T 1012

3 pico- P 10-12 10 giga- G 109

4 nano- N 10-9 11 mega- M 106

5 mikro- 10-6 12 kilo- K 103

6 mili- m 10-3 13 hekto- H 102

7 centi- c 10-2 14 deka- Da 101

B. Alat Ukur

1. Alat untuk Mengukur Panjang

a. Mistar
Ada beberapa jenis mistar/penggaris sesuai dengan skalanya, misalnya mistar yang berskala
mm dengan ketelitian 1 mm. Ketika mengukur, posisi mata tegak lurus mistar supaya tidak
terjadi kesalahan pengukuran (kesalahan paralaks).

Gambar 1 Berbagai posisi mata dalam membaca hasil pengukuran

Posisi A dan C menimbulkan kesalahan paralaks. Posisi B yang benar.

b. Jangka sorong

Gambar 2 Jangka sorong, sebagai alat pengukur besaran panjang

Alat untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan jangka sorong yang
terdiri dari pasangan rahang pertama (untuk mengukur diameter dalam) dan pasangan rahang
kedua untuk mengukur diameter luar. Dari pasangan ini terdapat rahang tetap dan rahang
geser dan dilengkapi skala utama dan skala nonius.
c. Mikrometer sekrup

Untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan mikrometer sekrup yang
bagian utamanya adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar dan pada
ujung silinder pemutar terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama.

Gambar 3 Mikrometer sekrup

3. Alat untuk Mengukur Massa

Setiap benda tersusun dari materi. Jumlah materi yang terkandung dalam masing-masing
benda disebut massa benda. Massa diukur dengan neraca lengan, dan berat diukur dengan
neraca pegas. Neraca lengan dan neraca pegas termasuk jenis neraca mekanik. Sekarang,
sudah banyak digunakan jenis neraca lain yang lebih teliti, yaitu neraca elektronik.

Gambar 4 Alat untuk mengukur massa(a. Neraca Timbang, b. Neraca pegas)


4. Alat untuk Mengukur waktu

Waktu adalah selang antara dua kejadian atau dua peristiwa. Misalnya, waktu siang
adalah sejak matahari terbit hingga matahari tenggelam, waktu hidup adalah sejak dilahirkan
hingga meninggal.

Untuk peristiwa-peristiwa yang selang terjadinya cukup lama, waktu dinyatakan dalam
satuan-satuan yang lebih besar, misalnya: menit, jam, hari, bulan, tahun, abad dan lain-lain.
Sedangkan, untuk kejadian-kejadian yang cepat sekali bisa digunakan satuan milisekon (ms)
dan mikrosekon (s). Untuk keperluan sehari-hari, telah dibuat alat-alat pengukur waktu,
misalnya stopwatch dan jam tangan.

Gambar 5 stopwatch dan jam tangan

III. ALAT DAN BAHAN

Jangka sorong
Mikrometer sekrup
Neraca Timbang
Bola kecil (Kelereng)
Silinder berongga (pipa kecil)
Silinder pejal (tabung)

IV. PROSEDUR
1. Siapkan alat ukur dan benda yang akan diukur
2. Kenali nst (nilai skala kecil) atau ketelitian masing-masing alat
ukur.
3. Ukur benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
ketelitiannya. Misalkan diameter kelereng menggunakan
mikrometer sekrup, tinggi silinder menggunakan jangka
sorong.
4. Catat hasil pengukuran.
5. Timbang masing-masing benda dan catat massanya.
6. Hitung volume dan massa jenis masing-masing benda dan tulis
laporan nilainya berdasarkan aturan angka penting.

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

1. Tabel pengamatan

Bola Silinder Berongga Kubus Silinder pejal

Jari-jari Diameter luar Diameter dalam


No Tinggi (T) Sisi (s) Diameter Tinggi
(R) (Dl) (Dd)
cm cm cm cm
cm cm cm

2. Pengolahan data

a. Bola

1. Menghitung Volume bola

2. Menghitung massa jenis bola


b. Silinder berongga

1. Menghitung Volume Silinder berongga

2. Menghitung massa jenis Silinder berongga

c. Kubus

1. Menghitung Volume kubus

2. Menghitung massa jenis kubus

d. Silinder pejal

1. Menghitung Volume Silinder pejal

2. Menghitung massa jenis Silinder pejal

VI. PERTANYAAN/TUGAS
1. Sebutkan jenis alat ukur panjang dan massa?
2. Berapakah nst alat ukur yang anda gunakan pada percobaan
ini>
3. Jelaskan langkah-langkah untuk mendapatkan hasilpengukuran
yang tepat!
4. Tulislah hasil dan data yang anda peroleh dalam Satuan
Internasional (SI)
5. Bandingkan hasil pengukuran yang anda peroleh dengan hasil
pengukuran yang diperoleh teman anda! Jika berbeda,
mengapa?
6. Kesimpulan apa yang kamu peroleh dari percobaan ini?
PERCOBAAN II

KETIDAKPASTIAN PADA HASIL PENGUKURAN

Materi Pokok : Besaran dan satuan

Kompetensi Dasar :

Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan mengolah data hasil dengan
menggunakan aturan angka penting

Indikator :

Melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang,


massa, waktu dengan mempertimbangkan aspek ketepatan (akurasi) dan ketelitian
Mengolah data hasil pengukuran dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik
dengan menggunakan penulisan angka penting dan mampu menarik kesimpulan
tentang besaran fisis yang diukur berdasarkan hasil yang telah disajikan dalam bentuk
grafik
Menunjukkan kecakapan individu dan kerjasama dalam kelompok

I. TUJUAN

Mengetahui dan memahami kesalahan paralaks sebagai salah satu penyebab


ketidakpastian pada hasil pengukuran.

II. RINGKASAN MATERI

Pengukuran

Pengukuran merupakan kegiatan sederhana, tetapi sangat penting dalam kehidupan kita.
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis
yang dipergunakan sebagai satuannya. Misalnya, Anda mengukur panjang buku dengan
mistar, artinya Anda membandingkan panjang buku tersebut dengan satuan-satuan panjang
yang ada di mistar, yaitu milimeter atau centimeter, sehingga diperoleh hasil pengukuran,
panjang buku adalah 210 mm atau 21 cm.

Fisika merupakan ilmu yang memahami segala sesuatu tentang gejala alam melalui
pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenarannya secara empiris melalui panca
indera. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
membangun konsep-konsep fisika.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama masalah ketelitian
(presisi) dan kedua masalah ketepatan (akurasi).

Presisi menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi


menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya.
Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Umumnya,
semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin presisi hasil pengukuran alat tersebut.
Mistar umumnya memiliki skala terkecil 1 mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1 mm
atau 0,05 mm, maka pengukuran menggunakan jangka sorong akan memberikan hasil yang
lebih presisi dibandingkan menggunakan mistar.

Meskipun memungkinkan untuk mengupayakan kepresisian pengukuran dengan memilih alat


ukur tertentu, tetapi tidak mungkin menghasilkan pengukuran yang tepat (akurasi) secara
mutlak. Keakurasian pengukuran harus dicek dengan cara membandingkan terhadap nilai
standar yang ditetapkan. Keakurasian alat ukur juga harus dicek secara periodik dengan
metode the two-point calibration. Pertama, apakah alat ukur sudah menunjuk nol sebelum
digunakan? Kedua, apakah alat ukur memberikan pembacaan ukuran yang benar ketika
digunakan untuk mengukur sesuatu yang standar?

1. Sumber-sumber ketidakpastian dalam pengukuran

Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:

a. Ketidakpastian Sistematik

Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang
menyertai saat pengukuran. Bila sumber ketidakpastian adalah alat ukur, maka setiap alat
ukur tersebut digunakan akan memproduksi ketidakpastian yang sama. Yang termasuk
ketidakpastian sistematik antara lain:

Ketidakpastian Alat

Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat tidak tepat,
sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, kuat arus
listrik yang melewati suatu beban sebenarnya 1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan suatu
Ampermeter tertentu selalu terbaca 1,2 A. Untuk mengatasi ketidakpastian alat, harus
dilakukan kalibrasi setiap alat tersebut dipergunakan.

Kesalahan Nol

Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian sistematik.
Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Pada sebagian besar alat umumnya sudah
dilengkapi dengan skrup pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat
pada skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut
setiap kali melakukan pembacaan skala.

Waktu Respon Yang Tidak Tepat

Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data)
tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang
diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu
beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang
kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch
saat kejadian berlangsung.

Kondisi Yang Tidak Sesuai

Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian
yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat dilakukan penyolderan, atau
mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang
diperoleh tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang
diukur maupun alat pengukurnya.

b. Ketidakpastian Random

Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan
secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut umumnya merupakan
perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan atau pengontrolannya di luar
kemampuan kita. Misalnya:

Fluktuasi pada besaran listrik. Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan
terus menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga
berfluktuasi. Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik,
Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan
ketidakpastian karena gangguan getaran landasannya,
Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil
pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown),
sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer
dan melahirkan ketidakpastian pengukuran.

c. Ketidakpastian Pengamatan

Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari


kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya: metode
pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks), salah dalam membaca skala, dan pengaturan
atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat.

III. ALAT DAN BAHAN


o Gelas ukur
o Air
Gambar 6. posisi mata saat membaca volume air

IV. PROSEDUR
1. Siapkan gelas ukur di atas meja.
2. Isi gelas ukur dengan air pada volume tertentu.
3. Baca volumenya dengan posisi mata anda tepat pada permukaan air, di
atas permukaan air, dan di bawah permukaan air (gambar 6)
4. Catat hasil yang diperoleh.

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

No Posisi mata Volume (mL)

1 Di atas permukaan ...........

2 Tepat pada permukaan ...........

3 Di bawah permukaan ...........

VI. PERTANYAAN/TUGAS
1. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada
pengukuran!
2. Jelaskan yang dimaksud kesalahan paralaks!
3. Bandingkan ketiga hasil pengukuran yang tekah anda lakukan!

PERCOBAAN III

GAYA DAN INTERAKSINYA


Materi Pokok : Dinamika pertikel

Kompetensi Dasar :

Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

Indikator :

Membedakan koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis Menganalisis


gerak benda pada bidang miring dibawah pengaruh gaya gesekan
Menyatakan Hukum Newton tentang gravitasi, sebagai gaya medan yang
berhubungan dengan gaya antara dua benda bermassa dan penerapannya
Menerapkan hukum hukum Newton tentang gerak dan gravitasi pada gerak
planet
Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas bahan
Menganalisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas

I. TUJUAN

Mampu menjelaskan gaya aksi reaksi sebagai prinsip hukum Newton III

II. RINGKASAN MATERI

Konsep gaya memberikan deskripsi kuantitatif tentang interaksi antara dua benda atau antara
benda dan lingkungannya. Gaya yang melakukan kontak langsung dengan benda disebut gaya
sentuh, seperti tarikan, dorongan, gesekan ban mobil dengan jalan. Gaya merupakan besaran
vektor, sehingga memiliki besar dan arah. Dalam sistem SI, satuan gaya adalah Newton (N),
dan alat untuk mengukur gaya adalah neraca pegas atau dinamometer.

Pengukuran Massa dan berat.


Berat merupakan besarnya gaya tarik bumi terhadap benda tersebut. Karena dipengaruhi oleh
gaya tarik bumi, maka nilainya dapat berubah-ubah tergantung posisi benda tersebut terhadap
bumi. Benda yang berada jauh dari bumi tidak memiliki beras meski massanya tetap ada.
Itulah sebabnya penimbangan massa berbeda dengan menimbang berat. Secara matematis,
persamaan berat benda ditulis :

W = m . g W = Berat (N)

m = massa (kg)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

dua benda yang mempunyai berat sama pada lokasi yang sama akan mempunyai massa yang
sama. Oleh karena itu, cara yang paling mudah untuk mengukur massa benda adalah dengan
membandingkan berat benda yang tidak diketahui dengan berat standar.

Hukum Newton III.

Hukum Newton III menyatakan bahwa jika suatu benda dikenakan suatu gaya, maka pada
benda tersebut akan bekerja gaya yang sama besarnya dengan arah yang berbeda yang
disebut gaya reaksi.

Faksi = - F reaksi

III. ALAT DAN BAHAN

Neraca pegas, 3 buah


Tali/benang
Papan/statif

IV. PROSEDUR
F1

F3

F2

Gambar 7 Susunan neraca pegas.

1. Susun Alat seperti gambar 7 di atas!


2. Tarik Gaya F1 dan F2 bersamaan dengan gaya yang sama!
3. Baca dan catat besar gaya pada neraca pegas F1, F2, dan F3!
4. Ulangi percobaan no.3 dengan gaya tarik yang berbeda besarnya!

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Besarnya gaya (N)


No
F1 F2 F3

1 ........... ........... ...........

2 ........... ........... ...........

3 ........... ........... ...........

VI. PERTANYAAN/TUGAS
1. Gambarkan ketiga gaya tersebut pada kertas laporan anda! Sesuaikan panjang anak
panah dengan besar dan arah dari ketiga gaya tersebut!
2. Bandingkan besar gaya masing-masing! Apakah ? Jelaskan!
3. Buatlah kesimpulan dari perpaduan dua gaya tersebut!
PERCOBAAN IV

GAYA GESEKAN

Materi Pokok : Dinamika

Kompetensi Dasar :

Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

Indikator :

Membedakan koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis


Menganalisis gerak benda pada bidang miring dibawah
pengaruh gaya gesekan Menyatakan Hukum Newton tentang
gravitasi, sebagai gaya medan yang berhubungan dengan gaya
antara dua benda bermassa dan penerapannya
Menerapkan hukum hukum Newton tentang gerak dan gravitasi
pada gerak planet
Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas
bahan
Menganalisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas

I. TUJUAN
Mampu menjelaskan pengertian gaya berat dan gaya gesekan, serta aplikasina dalam
kehidupan sehari-hari.

II. RINGKASAN MATERI

Gaya gesekan memegang peranan yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, minyak pwlumas pada mesin dapat mengurangi gesekan antara bagian-bagian
yangh dapat bergerak sehingga menyebabkan mesin tidak aus.

1. Gaya gesekan statis.

Gaya gesekan statis gaya gesekan yang timbul antara dua permukaan benda yang diam
atau tidak ada gerak relatif satu terhadap yang lain. Gaya gesekan statis (Fs) maksimal
sebanding dengan gaya normal. Nilai perbandingannya disebut koefisien gesekan statis
dengan simbol s. Jadi gaya gesek statis memiliki harga nol sampai maksimal yang diberikan
oleh s.N

Jadi rumus untuk mencari gaya gesek statis adalah :

2. Gaya gesekan kinetis

Gaya gesekan kinetis adalah Gaya gesekan yang timbul ketika benda sedang bergerak,
dan diberi simbol Fk. Makin besar gaya normal suatu benda maka makin besar pula gaya
gesekan kinetisnya. Fk dapat dituliskan secara matematis seperti berikut :

III. ALAT DAN BAHAN


o Neraca pegas
o Balok
o Meja yang permukaannya kasar dan licin
IV. PROSEDUR

ditarik

Gambar 8 susunan balok dan neraca

1. Letakkan Balok di atas meja yang permukaannya kasar . Kemudian


tarik balok tersebut dengan neraca pegas secara perlahan-lahan
(Gambar 8). Perhatikan angka yang ditunjukkan oleh neraca pegas.
Pada gaya tarik berapakah balok tepat mulai bergerak?

Besarnya gaya tarik pada saat balok tepat mulai bergerak sama dengan gaya gesekan

2. Catat gaya tarik yang anda peroleh! Kemudian ulangi pada meja yang
permukaannya licin dan pada lantai/tanah!

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

No Bidang permukaan Gaya gesekan (N)

1 Meja kasar .........

2 Meja licin .........


3 Lantai/tanah .........

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Apakah besar gaya gesekan dari balok yang ditarik pada permukaan bidang kasar dan
licin sama?
2. Pada permukaan yang bagaimanakah terjadi gesekan terkecil?
3. Sebutkan keuntungan adanya gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari!
PERCOBAAN V

GAYA PEMULIH PADA GERAK HARMONIK SEDERHANA

Materi Pokok : Dinamika

Kompetensi Dasar :

Menginterpretasikan hukum-hukum Newton dan penerapannya pada gerak benda

Indikator :

Membedakan koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis


Menganalisis gerak benda pada bidang miring dibawah
pengaruh gaya gesekan Menyatakan Hukum Newton tentang
gravitasi, sebagai gaya medan yang berhubungan dengan gaya
antara dua benda bermassa dan penerapannya
Menerapkan hukum hukum Newton tentang gerak dan gravitasi
pada gerak planet
Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas
bahan
Menganalisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas
I. TUJUAN

1. Mengamati gerak harmonik pada getaran pegas dan ayunan tunggal


2. menentukan hubungan frekuensi dan periode berdasarkan percobaan.

II. RINGKASAN MATERI

1. Pegas

Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena pengaruh gaya dari luar dan dapat
kembali ke keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan,maka keadaan
tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis (misalnya pegas).

Selama batas elastisitasnya belum terlampaui maka pepanjangan pegas sebanding dengan
gaya yang digunakan untuk memperpanjangkannnya, yang menurut Hukum Hooke sebagai
berikut :

Dimana : k = konstanta gaya pegas

ab

Gambar 9a. Pembebanan pegas ; b. Osilasi Pegas

Disamping cara pembebanan konstanta pegas k dapat dicari dengan cara getaran, benda yang mempunyai berat
W digantung pada pegas mengalami osilasi maka periode getarannya adalah :

3. Bandul
Bandul matematis adalah sebuah benda ideal yang terbuat dari sebuah massa titik

yang diikat dengan seutas tali dan digantungkan. Jika diberi simpangan bandul ini akan

berosilasi atau bergetar dengan ragam getaran selaras. Periode getarannya adalah :

T = Periode osilasi (sekon)

l = Panjang tali (m)

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Gambar 10. Bandul matematis

III. ALAT DAN BAHAN

o Pegas
o Bandul
o Beban, 3 buah dengan massa berbeda
o Stopwatch
o Meteran/mistar
o Kertas grafik
IV. PROSEDUR

1. Pegas

1. Letakkan pegas pada statip. Kemudian ukur panjang pegas tanpa beban (x 0)
2. Ukur panjang pegas setelah diberi beban(x)
3. Beri simpangan pada sistem pegas dan lepaskan hingga bergetar harmonis.
4. Catat waktu hingga n = 15 getaran /ayunan.
5. Ulangi prosedur di atas sebanyak tiga kali untuk beban yang berbeda.

2. Bandul

1. Atur bandul matematis dengan panjang tali 50 cm. kemudian usahakan bandul berada
dalam keadaan setimbang.
2. Beri simpangan kecil pada bandul kemudian lepaskan. Usahakan agar ayunan
mempunyai lintasan dalam bidang tidak berputar.
3. Catat waktu yang dibutuhkan untuk n = 15 getaran.
4. Ulangi dengan panjang tali 40 cm dan 30 cm.

5. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Pegas Bandul
No
Massa (gr) (cm) (cm) (cm) t (s) Panjang tali (cm) t (s)

Pengolahan data

1. Menghitung konstanta pegas


2. Menghitung periode getaran pada pegas

3. Menghitung periode getaran bandul

6. PERTANYAAN/TUGAS

1. Apa yang dimaksud satu getaran?


2. Jelaskan hubungan frekuensi dan periode!
3. Gambarkan grafik antara T2 dan massa beban!
4. Tentukan tetapan pegas dari grafik!
PERCOBAAN VI

MOMEN INERSIA

Materi Pokok : Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Kompetensi Dasar :

Menemukan hubungan antara konsep torsi dan momentum sudut, berdasarkan hukum II
Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar

Indikator :

Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak
rotasi benda tersebut
Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak rotasi
Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar
Memformulasikan hukum kekekalan momentum sudut pada gerak rotasi
Menganalisis masalah dinamika rotasi benda tegar untuk berbagai keadaan
Menganalisis gerak menggelinding tanpa slip
Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari-hari

I. TUJUAN

Memahami dan menentukan momen inersia yang dimiliki oleh setiap benda yang
menggelinding pada bidang miring
II. RINGKASAN MATERI

Definisi momen kelembaman untuk sebuah titik:


Momen kelembaman (momen inersia) sebuah titik terhadap suatu poros tertentu adalah hasil kali masa titik itu
dengan pangkat dua dari jarak titik ke poros, seperti pada gambar berikut :

Gambar 11. Momen inersia suatu tititk

Dengan Rumus: Dimana ; I = Momen Kelembaman m terhadap poros I

Setiap benda memiliki momem inersia bergantung pada bentuk bendanya.

1. Batang homogen

Jika diputar di salah satu ujungnya :

dengan = panjang batang (m)

Jika diputar ditengah-tengah :

2. Bola

Berongga :

Pejal :

3. Silinder

Silinder berongga :
Silinder berongga dengan 2 jari-jari dalam dan luar :

dimana R : jari-jari luar

r : jari-jari dalam

Silinder pejal :

4. cincin

Momen Inersia terhadap poros melalui titik berat dan sejajar poros silinder :

III. ALAT DAN BAHAN

o Stopwatch
o Mikrometer sekrup
o Papan luncur
o Balok pengatur kemiringan
o Meteran/mistar
o Neraca timbang
o Bola kecil (kelereng)
o Silinder berongga

IV. PROSEDUR
1. Ukur diameter bola dan silinder
2. Timbang bola dan silinder untuk menentukan massa
3. Atur posisi balok untuk tinggi (h) yang telah ditentukan
4. Letakkan bola pada ujung atas bidang miring lalu tahan.
5. Lepaskan kelereng sehingga menggelinding dan ukur waktunya sampai
ke bawah.
6. Lakukan hal yang sama untuk silinder
7. Ubah ketinggian dan ulangi percoban 5-6
V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Waktu tempuh t (s)


h
No Bola Silinder berongga
(cm)
1 2 3 1 2 3

1 5

2 10

3 15

Pengolahan data

5. Menghitung momen inersia bola

6. Menghitung momen inersia silinder berongga

V. PERTANYAAN/TUGAS

1. Bandingkan waktu tempuh bola pada h = 5 cm, 10 cm, dan 15 cm.


2. Bandingkan waktu tempuh silinder berongga pada h = 5 cm, 10 cm, dan 15 cm.

PERCOBAAN VII

ARUS SEARAH (DC)


Materi Pokok : Listrik Dinamis

Kompetensi Dasar :

Merangkai alat ukur listrik, menggunakannya secara baik dan benar dalam rangkaian
listrik
Memformulasikan besaran-besaran listrik ke dalam bentuk persamaan
Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari

Indikator :

Membedakan jenis dan fungsi alat ukur listrik


Menjelaskan cara membaca dan memasang alat ukur kuat arus dan alat ukur tegangan
Menggunakan amper meter dan voltmeter dalam rangkaian.
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar
Menjelaskan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana (satu loop)
Menjelaskan tegangan yang tertera pada alat listrik dan mampu menghitung energi
dan daya yang terpakai pada alat listrik
Menentukan kuat arus pada rangkaian majemuk dua loop *)
Menentukan kuat arus pada rangkaian majemuk lebih dari dua loop *)
Membedakan tegangan DC dan tegangan AC dalam bentuk grafik misalnya yang
dihasilkan osiloskop
Menjelaskan bentuk rangkaian AC yang digunakan dalam rumah-rumah.
Menunjukkan penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari.

I. TUJUAN

1. Mampu menggunakan alat-alat ukur listrik pada arus searah (DC)


2. Memahami rangkaian paralel yang digunakan pada voltmeter untuk mengukur
tegangan.
3. Memahami rangkaian seri yang digunakan pada amperemeter untuk mengukur
tegangan.
II. RINGKASAN MATERI
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu beda potensial. Adalah George Simon
Ohm (1787 1854) yang pertama kali secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam
(I) sebanding dengan beda potensiall atau tegangan (V) yang diberikan pada kedua ujungnya.

I sebanding V

Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya bergantung pada
tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh kawat terhadap aliran elektron.
Mengambil analogi dengan aliran air, dinding pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya
memberikan hambatan terhadap aliran air. Hal yang serupa, elektron diperlambat oleh
interaksi dengan atom dalam kawat. Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik
untuk suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu besaran
yang berbanding terbalik dengan arus.

Di mana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V adalah beda
potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir melalui komponen
tersebut. Persamaan (2) dapat ditulis sebagai berikut :

V = IR

Persamaan ini dikenal sebagai Hukum Ohm.

Banyak Fisikawan mengatakan bahwa persamaan ini bukanlah suatu hukum melainkan hanya definisi untuk
hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, cukup dengan mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor
logam sebanding dengan tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari suatu bahan atau komponen
adalah konstan, tidak tergantung pada tegangan. Tetapi persamaan tersebut tidak berlaku umum untuk bahan
dan komponen lain seperti diode, tabung vakum, transistor, dan lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah
hukum fundamental, tetapi merupakan deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).

III. ALAT DAN BAHAN

Amperemeter DC
Voltmeter DC
Sumber tegangan DC (0 15 V, 3A)
Kabel-kabel penghubung (dengan jepit buaya)
Resistor tambahan

IV. PROSEDUR
1. Baca nila R yang digunakan lalu catat
2. Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada gambar berikut

Power

supply

Gambar 12.a Rangkaian seri Amperemeter untuk mengukur kuat arus


3. Catat pengukuran kuat arus pada amperemeter (I)
4. Ulangi untuk tiga tegangan yang berbeda
5. Untuk Voltmeter, susun rangkaian seperti berikut :

Power

supply

Gambar 12.b Rangkaian paralel Voltmeter untuk mengukur tegangan

6. Catat pengukutan tegangan pada voltmeter (V)


7. Ulangi untuk tiga tegangan berbeda

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan
Hasil pengukuran
Tegangan R
No
input (V) (Ohm) Kuat Arus (Ampere) Tegangan (V)

1 5 .... ....

2 10 .... ....

3 15 .... ....

Pengolahan data

1. Menghitung Tegangan (V)

2. Menghitung kuat arus (I)

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Bandingkan kuat arus yang diperoleh dari tiga tegangan input yang berbeda.
2. Bandingkan tegangan yang diperoleh dari tiga tegangan input yang berbeda. Samakah
tegangan input dan out putnya? Mengapa demikian?
PERCOBAAN VIII

PENERAPAN HUKUM COULOMB

Materi Pokok : Medan Listrik

Kompetensi Dasar :

Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan
produk teknologi

Indikator :

Mendeskripsikan gaya elektrostatik (hukum Coulomb) pada muatan titik


Mengaplikasikan hukum Coulomb dan Gauss untk mencari medan listrik bagi
distribusi muatan kontinu
Memformulasikan energi potensial listrik dan kaitannya dengan gaya/medan listrik
dan potensial listrik
Memformulasikan prinsip kerja kapasitor keping sejajar

I. TUJUAN

Menerapkan Hukum Coulomb dengan mengamati gejala interaksi muatan listrik pada
elektrostatika (listrik statis)
II. RINGKASAN MATERI

Hukum Coulomb

Interaksi antara dua buah muatan listrik dapat berupa gaya tarik menarik/gaya tolak menolak.
Dua benda yang bermuatan sejenis bila didekatkan akan tolak menolak, sedangkan dua
muatan yang tidak sejenis akan tarik menarik.

Muatan Sejenis tolak menolak

Muatan tidak sejenis tarik menarik

Gambar 13. gaya tarik menarik/gaya tolak antara dua muatan

Harip eksperimen coulumb selanjutnya disebut hukum Coulomb: gaya interaksi antara dua
buah benda titik bermuatan listrik berbanding lurus dengan besar muatan masing-masing dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan tersebut.

Hukum coulomb ditulis :

F = besar gaya coulomb (N)

q1:q2=besar masing-masing muatan (C)

r = jarak kedua muatan (m)

k = 9 x 109 N.m2C2
III. ALAT DAN BAHAN

o Mistar plastik
o Potongan-potongan kertas kecil.
o Kain wol
o balon
o Lembar plastik

IV. PROSEDUR

1. Siapkan potongan-potongan kertas kecil dan mistar


2. Gosokkan mistar pada rambut kemudian dekatkan pada kertas kecil,
amati apa yang terjadi.
3. Gosokkan balon pada kain wol kemudian dekatkan ke kulit badan
anda, amati apa yang terjadi.
4. Dekatkan lembar plastik pada rambut, amati apa yang terjadi.

V. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan

No Jenis benda yang didekatkan Gaya yang ditimbulkan

1 Mistar dan kertas kecil ...

2 Balon dan kulit ...

3 Lembar plastik dan rambut ...

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Apa yang terjadi pada kertas-kertas kecil, balon, dan rambut? Mengapa demikian?
2. Tuliskan bunyi hukum Coulomb dan bunyinya.
PERCOBAAN IX

PERCOBAAN MELDE

Materi Pokok : Gejala gelombang

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum

Indikator :

Mengidentifikasi karakteristik gelombang transfersal dan longitudinal


Mengidentifikasi karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik
Menyelidiki sifat-sifat gelombang (pemantulan/pembiasan, superposisi, interferensi,
dispersi, difraksi, danpolarisasi) serta penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari
Mengidentifikasi persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner
I. TUJUAN
1. Menunjukkan gelombang transversal stasioner
2. Menentukan cepat rambat gelombang transversal

II. RINGKASAN MATERI

Bila seutas tali dengan tegangan tertentu digetarkan secara terus menerus maka akan terlihat
suatu bentuk gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambat gelombang,
gelombang ini dinamakan gelombang transversal.

Jika kedua ujungnya tertutup, gelombang pada tali itu akan terpantul-pantul dan dapat
menghasilkan gelombang stasioner yang tampak berupa simpul dan perut gelombang asalkan
dipenuhi :

L = n. 1

2 , n = 1, 2, 3, ... (pers.1)

yakni panjang tali (L) merupakan kelipatan bilangan bulat dari setengah panjang
gelombangnya.

Laju rambat gelombang dalam tali :

v =F( pers 2)

dimana : v = laju perambatan gelombang tali [m/det]

F = tegangan tali [N]


= rapat massa linier tali [kg/m]

Bila gelombang pada tali itu mempunyai panjang gelombang maka frekuensi vibrator yang

menimbulkannya :

f = v/( pers. 3)

Kombinasi antara persamaan (2) dan (3) disebut persamaan Melde.

III. ALAT DAN BAHAN

Vibrator
Sumber tegangan
Meja
Katrol perjepit
Seutas tali
Batang penggaris
Beban (25 gram, 50 gram)

IV. PROSEDUR

1. Rangkai alat seperti gambar :


2. Gantungkan beban 25 gram
3. Nyalakan vibrator dan atur letaknya sehingga terbentuk
gelombang stasioner
4. Ukur jarak 2 simpul (S S0), jarak yang diperoleh adalah
panjang gelombang.
Dimana . Catat panjang gelombang yang anda peroleh.

5. Ulangi untuk beban 50 kg

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

Tegangan tali = berat beban


Cepat rambat V2
No Massa beban(gr) Panjang gelombang (cm)
(m/s) (m2/s2)
F = m.g (N)

1 25

2 50

Catatan :

Jika sumber daya listrik yang digunakan dari PLN, maka dianggap frekuensi sumber getaran
50 Hz.

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Jelaskan yang dimaksud gelombang tranversal.


2. Gelombang yang diperoleh pada percobaan adalah gelombang ...
3. Buat grafik antara V2 dan F
PERCOBAAN X

LENSA CEMBUNG

Materi Pokok : Optika geometri

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum

Indikator :

Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang cahaya


I. TUJUAN

Mengetahui sifat lensa dan penggunaannya

II. RINGKASAN MATERI

Cahaya (sebagai gelombang) dapat mengalami peristiwa pemantulan dan pembiasan,


interferensi, dan polarisasi.

Pemantulan cahaya terbagi menjadi dua bagian, yaitu : pemantulan pada permukaan datar
(cermin datar) dan pemantulan pada permukaaan lengkung (cermin cembung dan cermin
cekung).

Pada pemantulan dan pembiasan berlaku hukum Snellus.

1. Hukum Snellus pada pemantulan

i = sudut datang

r = sudut pantul

N = garis normal

Pada pemantulan berlaku :

- sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang

- sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r)


2. Hukum Snellus pada pembiasan

Pada pembiasaan berlaku :

o Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
o Jika sinar datang dari medium kurang (indeks bias N1) ke medium lebih rapat
(indeks bias N2)), dengan N1 <>2, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis
normal.
o Indeks bias relatif (nr); perbandingan sudut datang (i) dan sudut bias (r); .
o Bila sinar datang tegak lurus bidang, (i = r = 00), maka sinar akan diteruskan.

3. Pembiasan pada lensa

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau suatu
permukaan lengkung dan satu permukaan datar.

Ada 2 lensa yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Lensa cembung memiliki sifat
mengumpulkan cahaya (konvergen).. Lensa cekung memiliki sifat menyebarkan
cahaya.(divergen).

III. ALAT DAN BAHAN


Benda + lampu (senter + tutup kertas hitam)
Lensa cembung
Layar (kertas grafik)
Bangku optik

IV. PROSEDUR

1. Rangkai alat seperti gambar :


Lensa

Layar

Benda + lampu

Bangku

Optik

2. Geser layar sehingga tampak bayangan yang jelas pada layar

3. Ukur jarak benda (s), jarak bayangan (s), dan tinggi bayangan (h)

4. Ulangi percobaan dengan s yang berbeda.

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

No S (cm) S (cm) h (cm) h (cm)

1 10

2 15

3 20

4 25
Pengolahan data

1. Mencari jarak fokus lensa

2. Mencari jari-jari kelengkungan lensa

R = 2f

3. Menghitung perbesaran dengan menggunakan rumus


4. Menghitung perbesaran dengan menggunakan rumus

VI. PERTANYAAN/TUGAS
1. Bandingkan hasil perbesaran bayangan yang diperoleh dengan
dan
2. Lukis bayangan yang dibentuk dengan menggunakan sinar
istimewa!

PERCOBAAN XI

HUKUM ARCHIMEDES

Materi Pokok : Fluida

Kompetensi Dasar :
Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan menerapkan
konsep tersebut alam kehidupan sehari-hari

Indikator :

Memformulasikan hukum dasar fluida statik


Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari
Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik
Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari

I. TUJUAN

1. Menerapkan hukum Archimedes dalam percobaan sederhana


2. Memahami gaya ke atas yang dialami oleh benda yang berada
dalam zar cair

II. RINGKASAN MATERI

Hukum Archimedes berbunyi : apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair (sebagian
atau seluruhnya), akan mendapat gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan benda
tersebut.

Besarnya gaya ke atas tersebut dinamakan gaya Archimedes.

Dimana FA = gaya Archimedes (N)

VC = volume zat cair yang dipindahkan (m3)


= massa jenis zat cair

Vb = volume benda yang tercelup (m3)

= massa jenis benda

Beberapa kondisi benda dalam zat cair :

Bila < benda mengapung

Bila = benda melayang

Bila > benda tenggelam

III. ALAT DAN BAHAN

o Neraca pegas, 1 buah


o Beban (yang belum diketahui massanya), 3 buah
o Gelas ukur
o Air

IV. PROSEDUR
Gambar 14 Mengukur berat benda dengan 2 kondisi

1. Isi gelas ukur dengan air dan catat volume mula-mula.


2. Timbang benda dalam air dengan menggunakan neraca pegas dan catat
beratnya
3. Timbang benda yang sama di luar air (di udara/vakum) dan catat
beratnya.
4. lakukan hal yang sama pada dua benda lainnya, catat berat yang
diperoleh.
5. Catat volume air sebelum dan sesudah dimasukkan beban.

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel pengamatan

V0 = ... mL
No Jenis benda Berat benda Berat benda Volume zat cair yang
dipindahkan (mL)
di udara (N) di air (N)
1 Benda berat

2 Benda sedang

3 Benda ringan

Pengolahan data

1. Menghitung gaya Archimedes secara teori

2. Menghitung gaya Archimedes secara praktek

F = Berat Benda saat di udara berat benda di dalam air

VI. PERTANYAAN/TUGAS

1. Bagaimanakah berat benda di udara jika dibandingkan dengan


berat benda saat di air?
2. Bagaimanakah volume zat cair yangdipindahkan oleh benda
ringan, sedang, dan berat?
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN


FISIKA, FT-Universitas Surabaya,---, Praktikum Fisika, Universitas Surabaya.

Djoko Priyanto, TEORI KESALAHAN HASIL PENGUKURAN DALAM PENYUSUNAN


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA, Jardiknas ICT Guru Guru SMA / SMK.

Laboratorium Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh,--, PENUNTUN


PRAKTIKUM FISIKA DASAR, Universitas Malikussaleh.

Suparmo, --, MATERI DAN SOAL-SOAL FISIKA, Mediatama.

Tim Belia, ---BELIA, BELAJAR LATIHAN INTERAKTIF, Ika Jaya Mukti, Surakarta.

TPB UNHAS, 2000, PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I, Makassar, Universitas


Hasanuddin.
Wasis dan Retno Hasanah, 2004, SISTEM SATUAN DAN PENGUKURAN, Bagian proyek
pengembangan kurikulum Departemen pendidikan nasional.

Widodo Suryadiningrat, 2006, BANK SOAL FISIKA UNTUK SMA, Bandung, Penerbit
M25 Bandung

Anda mungkin juga menyukai