PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Pada saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan
negara lain. Semua negara di dunia senantiasa berhubungan dengan negara lain
dalam berbagai bentuk. Hubungan itu tidak terbatas berupa hubungan yang
yang melibatkan para pihak lebih dari satu negara disebut perdagangan
(international business).
melalui perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan
sebutan perjanjian ekspor/impor. Dalam jual beli semacam ini kegiatan jual
disebut ekspor dan kegiatan beli disebut impor. Pihak penjual disebut eksportir
dan pihak pembeli disebut importir. Secara ringkas kegiatan ini disebut ekspor
impor.
14
Universitas Sumatera Utara
15
17
Pabean. Yang dimaksud dengan daerah Pabean adalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta
pengertian impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar
Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan ekspor impor yang diatur dalam
Menurut Pasal 1 butir 13 Undang Undang No. 17 Tahun 2006, definisi dari
originated.
Dari definisi Blacks Law Dictionary diatas terhadap ekspor itu sendiri dapat
digaris bawahi sebagai catatan ialah bahwasannya ekspor dan impor itu hanya
17
Departemen Jenderal Perdagangan Internasional, Kebijaksanaan Umum Perdagangan
Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan hal. 54.
18
Ibid.
terkait dengan barang atau komoditi, dan tidak termasuk di dalamnya jasa serta
mengambil atau membawa barang dalam rangka perdagangan, itu berarti jika
barang dari dan ke negara lain itu tidaklah dapat dikatakan sebagai kegiatan
ekspor impor sesuai dengan definisi di atas. Sedangkan cakupan definisi terhadap
impor masihlah cukup sempit, terkait dengan asal produknya. Sebab sekarang ini
yang mana kegiatan ekspor impor sangatlah kompleks, maka suatu badan usaha,
individu, atau negara tidak harus mengimpor langsung produk yang dibutuhkan
dari negara sumber atau asal produk itu pertama kalinya. Bisa saja produk itu di
produksi di Jerman dan dibeli atau diimpor oleh perusahaan yang berada di India,
tanpa dilakukan pengolahan lagi produk tersebut diimpor lagi oleh perusahaan
yang berada di Republik Rakyat Tiongkok, dengan kondisi fisik produk yang
Indonesia, sedangkan impor dilakukan oleh penjual di luar negeri. Jadi, ekspor
impor adalah perbuatan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini merupakan
unsur pertama dari suatu pelaksanaan perjanjian jual beli perusahaan. Sedangkan
unsur kedua adalah pembayaran. Unsur kedua ini pada umumnya dilakukan
berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak yang terlibat. Eksportir
eksportir dan berhak menerima barang dari eksportir. Persoalan dapat muncul
Perjanjian ekspor impor pada hakikatnya tidak berbeda dengan perjanjian jual
beli pada umumnya yang diselenggarakan dalam suatu negara tetapi mempunyai
antara lain: Pembeli dan penjual dipisahkan dengan batas-batas negara, barang
yang diperjualbelikan dari satu negara ke negara lain terkena berbagai peraturan
yang terkait terdapat berbagai perbedaan seperti bahasa, mata uang, kebiasaan
(International Trade)yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual
lintas negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli yang melintasi
batas kenegaraan. 19
19
Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis
Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional, Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.4, Bandung, 2008,
hal.24.
yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional. Transaksi ini juga
melibatkan lebih dari satu pihak yang tunduk pada hukum negara yang berbeda. 20
Mengenai transaksi ekspor impor ini tidak diatur secara khusus dalam KUH
Perdata maupun dalam KUH Dagang, akan tetapi secara umum ketentuan dalam
KUH Perdata dalam Buku III dan Bab V Dan ketentuan dalam KUH Dagang tetap
Perjanjian jual beli yang dimuat dalam salescontract merupakan salah satu
bentuk perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, maka perjanjian jual
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
20
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit.,hal.5.
21
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2001, Pasal 1313.
22
Ibid.,Pasal 1320.
Suatu perjanjian timbal balik antara penjual dengan pembeli, dengan mana
pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda,
sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda
sebagai yang telah diperjanjikan. 24
beda. Karena itu mereka yang terlibat dalam transaksi ekspor-impor, misalnya
para pengusaha atau para petugas bank, sangat perlu mengikuti perkembangan
pelaksanaan ekspor-impor dan lalu lintas devisa yang berlaku dewasa ini di
23
Ibid., Pasal 1338.
24
Ibid.,Pasal 1457.
dan Lalu Lintas Devisa, telah berlaku beberapa Peraturan Pemerintah yang
kebutuhan.
produsen lainnya.
memperluas cara pembayaran dari yang telah ada sebelumnya hingga cara
internasional.
yang lunak. 25
b. Devisa yang diperoleh atau yang dimiliki tidak diwajibkan untuk dijual
diperlukan.
c. Jika devisa tersebut akan dijual kepada Bank Indonesia ataupun Bank
Devisa, maka bank tersebut wajib membeli dengan harga kurs yang terjadi
25
Daud S.T. Kobi., Buku Pintar Transaksi Ekspor-Impor, Andi, Yogyakarta, 2011, hal.32
dalam bursa valuta asing, disamping itu devisa tersebut dapat dijual beas
dari Bank Indonesia, Bank Devisa ataupun pihak lain yang menjualnya.
Undang-Undang No. 32 tahun 1964 tentang devisa. Secara garis besar, devisa
a. Devisa umum
Yaitu devisa yang berasal dari hasil ekspor, atau dari hasil penjualan jasa,
b. Devisa Kredit
Yaitu devisa yang berasal dari bantuan luar negeri, baik yang berupa
pinjaman maupun donor dari luar negeri yang oleh Bank Indonesia
26
Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964 tentang Devisa
e. Konsinyasi
f. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai
eksportir dan importir dalam memilih cara pembayaran. Dengan demikian para
eksportir dan importir tidak hanya harus mempergunakan L/C saja di dalam
asuransi ekspor, diatur dalam Pasal 4 PP No.1 tahun 1982, dimana untuk
peningkatan ekspor dibidang selain minyak dan gas bumi disediakan persyaratan
yang lunak. Sedangkan fasilitas kredit ekspor dan asurasi disediakan oleh
yang disebut dengan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 5 PP No. 1 tahun 1982. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 7 PP No.
tertentu yang dilarang untuk diimpor, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
Ekspor impor sebagai suatu rangkaian perbuatan perusahaan dalam jual beli
merupakan hasil dari kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh eksportir dan
tercantum segala sesuatu yang diperjanjikan dan dibuat secara rinci dan tertulis
barang serta cara pembayaran dan halhal penting lainnya. Sales contract atau
perjanjian jual beli harus mencantumkan cara pembayaran yang dilakukan apakah
secara tunai atau kredit, bilamana pembayaran dilakukan dengan cara kredit
biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah serta syarat-
secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting
c. Post Kontraktual
Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia yang dapat memenuhi
kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil ataupun
pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka
dari itu antara negara-negara yang terdapat di dunia perlu terjalin suatu hubungan
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor
impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari
dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai
kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda. Pengaruh keseluruhan dari
27
Etty Susilowati Suhardo, Op.Cit.,hal.12.
perdagangan ekspor impor ini adalah untuk memberikan keuntungan bagi negara-
kegiatan ekonomi yang paling penting. Dalam situasi perekonomian dunia yang
masih belum terlalu menggembirakan saat ini, berbagai usaha telah dilakukan
devisa lain dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan menarik
devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah hal-hal yang tidak
yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan sebaik-baiknya, dan para
Dalam PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu Lintas
Devisa, telah diatur secara garis besar tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu
merasa perlu untuk menetapkan ketentuan hukum lain yaitu Peraturan Menteri
yang berarti penataan peraturan, dimana peraturan yang dianggap tidak perlu akan
dicabut untuk diperbaiki dengan peraturan yang baru. Demikian pula mengenai
a. Syarat-syarat Eksportir
halnya bank devisa, maka pengusaha yang berupa badan usaha, dapat
28
Alfred Hutauruk, Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1983, hal. 68.
Eksportir (APE), atau Angka Pengenal Eksportir Sementara (APES), atau Angka
kebijakan ini adalah untuk menarik minat para pengusaha untuk melaksanakan
diperoleh dari kegiatan ekspor. Maka dari itu, kegiatan ekspor tidak hanya dapat
dilakukan oleh pengusaha yang telah memiliki APE, APES, atau, APET, tetapi
(SIUP)
Berdasarkan hal tersebut, maka pada dasarnya ada dua jenis eksportir, yaitu :
Perdagangan (SIUP)
2) Eksportir terdaftar
saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1) Pembayaran di muka
4) Perhitungan kemudian
5) Konsinyasi
importir.
c. Devisa
Devisa yang diperoleh eksportir dari ekspor barang atau jasa tidak
dari hasil ekspor kepada Bank Devisa, serta penjualan lebih lanjut
d. Dokumen Ekspor
untuk diekspor
4) Harga FOB barang yang akan diekspor yang tercantum dalam PEB
menyelesaikan pembayaran.
e. Barang Ekspor
barang ekspor non minyak dan gas bumi yang memiliki pasaran baik
penggolongan yaitu :
berikut:
0%
maka akan dapat ditentukan pula berapa besar pajak ekspor untuk barang-
barang tertentu.
29
Ibid., hal.104
impor dan lalu lintas devisa, pemerintah memandang perlu untuk menetapkan
ekonomi negara. Impor terutama dilakukan untuk jenis-jenis barang yang amat
sulit diperoleh atau diproduksi di dalam negeri. Impor atas barang-barang yang
dalam negeri.
a. Syarat-Syarat Importir
Bank Devisa, importir yang berupa badan usaha juga harus memiliki izin
dari instansi yang berwenang. Izin ini dapat diperoleh dari kantor
impor.
1) Impor Umum,
(API/APIS) umum.
2) Importir Terdaftar
3) Importir Produsen
produksinya.
4) Produsen Importir
1) Pembayaran di muka
4) Perhitungan kemudian
5) Konsinyasi
c. Devisa
Apabila importir ingin membeli sebagian atau seluruh devisa untuk impor
kurs yang berlaku di bursa valuta asing. Di samping itu, importir dapat
membeli devisa yang diperlukan dari Bank Devisa, eksportir, atau pihak
d. Dokumen Impor
pengangkutan barang.
e. Barang Impor
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ekspor impor, untuk
peraturan yang baik tidak akan ada artinya bila tidak dijalankan dengan
sempurna.
prestasi terpenting yang harus dilaksanakan oleh salah satu pihak. Di pihak lain
30
Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Erlangga, Jakarta, 1997, hal. 118.
jelasnya tata cara pembayaran atau tidak terjaminnya keamanan mengenai tata
cara pembayaran dapat muncul menjadi resiko usaha dan sumber perselisihan
mengenai tata cara pembayaran menjadi lebih penting mengingat para pihak yang
terlibat dalam kontrak dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh dan tidak jarang
para pihak tidak saling mengenal satu sama lain atau tidak pernah bertemu
dikirimkan oleh penjual (eksportir). Oleh karena itu, sebelum merumuskan klausul
mengenai tata cara pembayaran, sebaiknya para pihak terlebih dahulu mengenali
transaksi internasional.
(eksportir) dan pembeli (importir) akan timbul hak dan kewajiban bagi masing-
masing pihak. Eksportir wajib melakukan penyerahan barang dan berhak untuk
melunasi harga barang dan berhak untuk menuntut penyerahan barang yang
dibelinya. Karena eksportir dan importir terpisah secara geopolitik dan geografis,
mata uang pada umumnya mata uang yang digunakan berbeda dan mereka terikat
Adanya jarak dan tidak saling mengenal secara pribadi tentu akan
Eksportir takut barang yang dikirimnya tidak dibayar oleh importir. Sebaliknya
importir juga takut kalau barang yang dipesannya tidak sampai diterima atau tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan. Karena ada kendala diatas maka dalam
payment) atau pembayaran di muka (advance payment) karena beresiko besar bagi
importir. 32
kredit ekspor dan asuransi ekspor, serta kebijaksanaan lain yang sangat penting
yaitu pengaturan sistem pembiayaan ekspor impor yang dapat dilakukan dengan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 dalam Pasal 3 ayat (1)
disebutkan bahwa cara pembayaran ekspor impor adalah dengan tunai atau
dengan kredit. Pasal 3 ayat (1) tersebut menjelaskan cara pembayaran ekspor
33
impor dapat dilakukan dengan :
31
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.cit., hal.23
32
Ibid.,hal.24.
33
Etty Susilowati, Op.Cit.,hal.16.
yang dikenal dalam berbagai kontrak bisnis, termasuk kontrak bisnis yang
sesuai dengan jumlah harga yang terlebih dahulu dibayarkan oleh pembeli
termasuk ongkos angkut, asuransi dan semua biaya yang disepakati dalam kontrak
seluruh kewajibannya sepanjang mengenai pembayaran, jadi tidak ada lagi biaya
tambahan yang harus dibayar oleh pembeli (importir). Cara ini dikenal dengan
Variasi lain adalah partial payment with order. Sesuai dengan namanya,
dalam sistem pembayaran ini pembeli hanya membayar sebagian harga terlebih
dahulu, misalnya hanya membayar harga barang saja. Biaya-biaya lain sesuai
yang diperjanjikan (misalnya ongkos angkut, asuransi, dan biaya lainnya) akan
wanprestasi dari penjual yang berakibat fatal bagi pembeli, misalnya penjual tidak
barang yang kualifikasi dan mutunya tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Oleh
karena itu, kontrak bisnis yang mendasari transaksi seperti ini harus diperkuat
pihak dalam kontrak bisnis apabila diantara para pihak terdapat hubungan bisnis
yang sudah berjalan dengan baik. Dengan kata lain, kontrak bisnis yang pada
umumnya bukan hubungan bisnis yang pertama bagi para pihak. Cara ini baru
bermanfaat apabila para pihak sudah saling mengenal satu sama lain dan sudah
sering melakukan transaksi, atau bila pembeli telah mengenal reputasi penjual.
Dalam sistem pembelian ini importir menanggung segala resiko, baik tentang
sampai weselnya (draft) dibayar importir. Eksportir atau penarik wesel (drawer)
weselnya
34
Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Cet.3, Erlangga, Jakarta, 1990, hal.10.
Pembayaran dengan cara open account ini, barang yang telah dikirimkan
importir. Dalam hal ini, resiko sebagian besar ditanggung eksportir, misalnya :
tanggungannya.
dokumen ekspor sudah atas nama pembeli (importir). Dokumen yang diserahkan
oleh eksportir kepada importir dapat melalui bank. Namun demikian, penyerahan
melalui sistem ini pembeli terlebih dahulu melihat barang yang dikirimkan oleh
penjual. Pembeli dapat melihat dan memeriksa terlebih dahulu spesifikasi barang
untuk menyatakan penolakan atas barang yang telah dikirimkan oleh penjual.
Keuntungan lain adalah pembeli memiliki waktu yang cukup longgar untuk
Di sisi lain, resiko dapat muncul di pihak penjual, misalnya barang telah
akan rugi karena telah menanamkan modal atas harga barang dan biaya-biaya lain
open account jarang digunakan oleh pihak-pihak yang belum saling mengenal
dengan baik reputasi mitra kontraknya. Oleh karena cara ini sangat
Dalam hal ini yang menganggung resiko adalah eksportir, sedangkan yang
apa oleh importir kepada eksportir sebelum barang-barang dikapalakan atau tiba
diterima importir atau sebelum waktu tertentu yang disepakati. Eksportir telah
tidak akan dikirimkan wesel atau instrumen lain oleh eksportir kepada importir.
Dalam invoice tersebut eksportir akan mencantumkan tanggal dan waktu tertentu,
pembayaran yang dilakukan sebelum jatuh tempo. Jadi, transaksi ini merupakan
penangguhan pembayaran.
waktu sesuai dengan kontrak yang dibuat dan barang yang dipesan.
membayar.
b. Karena tidak ada bukti importir tidak mau membayar, eksportir sulit
importir.
4. Konsinyasi (Consignment)
dikirim oleh ekpsortir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harga
barang tersebut tidak terjual, akan dikembalikan kepada eksportir. Dalam sistem
konsinyasi ini eksportir tetap memegang hak milik atas barang, sedangkan
importir hanya merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual. Dengan
demikian, eksportirlah yang menanggung resiko yang mungkin terjadi. Resiko ini
antara lain :
barang telah terjual pada saat harga belum naik, padahal pada saat itu
35
Ibid.
d. Bila importir tidak membayar, tidak ada bukti yang diperoleh eksportir
Selain itu, dalam hal ini importir tidak berfungsi sebagai pembeli dalam
mentransfer valuta hasil penjualan kepada supplier melalui bank atau pos dan
mengirimkan harga pembelian setelah barang dikirimkan atau pada waktu tertentu
Cara pembayaran seperti ini cenderung mengandung resiko yang sangat besar
c. Apabila pembeli telah menjual barang tersebut kepada pihak ketiga pada
kepada penjual bahwa barang tersebut dijual kepada pihak ketiga pada
konsinyasi seperti ini dilengkapi dengan klausula yang tegas tentang ganti rugi
atau sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi. Pengenalan yang baik tentang
berbagai bentuk kalusula ganti rugi akan sangat membantu menghindari kerugian.
Selain itu, sangat penting diatur tentang mekanisme pengawasan dalam kontrak-
kontrak konsinyasi.
jarang digunakan. Kecuali oleh pihak-pihak yang telah lama saling mengenal
baik, mengetahui reputasi masing-masing dan yang terpenting para pihak telah
cara ini banyak diminati oleh importir. Sementara itu bagi importir, sangat
khususya transaksi jual beli barang (sales of good). Cara pembayaran dengan
kepada bank devisa di negaranya (opening bank) untuk manfaat penjual. Opening
bank selanjutnya akan mengirim surat L/C kepada beneficiary melalui bank
Dokumen yang telah diterima dan telah diterima oleh advising bank kemudian
dikirim kepada opening bank/issuing bank. Setelah itu issuing bank melakukan
bank setelah dinotifikasi bahwa semua dokumen telah datang. Issuing bank akan
mengirimkan dokumen asli kepada pembuka kredit, sebagai dasar untuk meminta
kepada bank yang terkait. Selain itu, bagi eksportir L/C juga dapat dijadikan
irrevocable and confirmed L/C akan sangat menguntungkan eksportir dari segi
keamanan, karena L/C seperti ini tidak dapat dibatalkan atau diubah secara
sepihak selama jangka waktu berlakunya, kecuali ada persetujuan semua pihak.
Jenis sight L/C dan red clause L/C juga sangat menguntungkan dan aman bagi
Sight L/C yaitu L/C yang jika semua persyaratan telah terpenuhi, maka
negotiating bank wajib membayar nominal L/C kepada eksportir paling lama
dalam 7 hari kerja. Red Clause L/C yaitu pembayaran dilakukan oleh negotiating
syarat dokumen.
digunakan.
bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank tersebut, untuk
pihak ketiga (eksportir). Pembukaan L/C oleh importir dilakukan melalui bank
penjualan barang jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling
internasional. Namun, L/C bukan merupakan garansi atau surat berharga yang
dapat dipindahtangankan. 36
sebagai berikut :
sebagai kontrak.
kontrak keagenan.
36
Adrian Sutedi, Hukum Ekspor Impor, Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), Jakarta,
2014, hal. 5.
bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir, asalkan
disyaratkan dalam L/C. dengan penerbitan L/C ini sebuah bank bertindak sebagai
kepada penjual bahwa pembayaran akan dilakukan oleh bank tersebut sesuai
melibatkan lebih dari satu sistem hukum. Dalam transaksi, umumnya para pihak
telah merumuskan UCP sebagai acuan yang sama bagi para pihak yang
melakukan transaksi dengan L/C. UCP ini berasal dari kebiasaan dalam transaksi-
UCP telah mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir dilakukan pada
tahun 2007 dengan dihasilkan UCP dengan terbitan nomor 600 atau yang biasa
dikenal dengan UCP 600. UCP 600 inilah yang kini menjadi acuan dalam
transaksi bisnis yang menggunakan L/C, UCP memiliki beberapa karakter hukum,
sebagai berikut :
Dengan prinsip ini berarti perjanjian tata cara pembayaran dengan L/C
merupakan kontrak yang terpisah dengan sales contract atau kontrak lainnya,
L/C. Bank yang terlibat dalam pembayaran transaksi yang menggunakan L/C
tidak bisa dilibatkan dalam kontrak bisnis para pihak. Artinya jika terjadi
kontrak bisnis para pihak, maka pihak bank tidak bisa ditarik sebagai satu pihak
bersangkutan.
ini didasarkan pada prinsip lex specialis derogat lex generalis yang dianut dalam
Pasal 1 UCP 600. Dengan prinsip ini berarti UCP 600 hanya akan digunakan
sebagai hukum yang mengatur hubungan para pihak sepanjang mereka secara
tegas mencantumkan UCP 600 dalam kontrak sebagai hukum yang mengatur
hubungan mereka. UCP 600 dapat dikesampingkan para pihak jika mereka
mengatur UCP ini akan berubah menjadi memaksa apabila para pihak secara tegas
dalam klausula L/C memilih untuk menerapkan UCP 600. Dengan demikian jika
terjadi perselisihan mengenai L/C sebagai cara pembayaran, maka terlebih dahulu
dilihat dalam perjanjian L/C yang bersangkutan apakah diatur mekanisme sendiri
Cara ini yang paling umum dipakai. Commercial Bills of Exchange sering
disebut Draft atatu Trade Bills, adalah surat yang ditulis oleh penjual yang berisi
perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu, pada waktu
tertentu, pada masa yang akan datang. Surat perintah semacam ini sering disebut
wesel. Apabila si pembeli menyetujui, dia membutuhkan tanda tangan pada Draft
Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesusai
1. Barter
balik antara dua negara yang biasa disebut counter purchase atau counter
trade dimana antara dua negara saling membeli dan menjual barang/komoditi
tertentu.
diekspor nilainya sama. Sistem barter ini merupakan bentuk paling sederhana dari
counter trade yang merupakan pertukaran barang dengan barang secara langsung
tanpa adanya pembayaran dalam bentuk uang. Sistem ini banyak ditempuh
pada kepercayaan tanpa adanya jaminan pembayaran dari bank, baik dalam
bentuk garansi maupun L/C. Barter biasanya dilakukan pada saat bersamaan
barang yang menjadi pembayaran dari negara B. Dapat juga barang-barang yang
dipertukarkan masih dalam proses produksi, dalam hal ini barang penukar yang
2. Barter Konsinyasi
Hampir sama dengan barter di atas, kecuali nilai barang ekspor mungkin
lebih tinggi dari barang impor sehingga selisih harga harus dibayar oleh importir
Seperti barter biasa, hanya saja apabila harga barang ekspor lebih tinggi
dari barang impor, maka selisih harga harus dibayar oleh importir luar negeri
3. Counter Purchase
Indonesia tahun 1982 dan dikaitkan dengan usaha pemerintah untuk menggalakan
ekspor nonmigas. Counter purchase diikat oleh dua kontrak yakni kontrak jual
beli yang secara teknis tergantung satu sama lain yakni dengan syarat untuk setuju
saling membeli barang antara kedua belah pihak. Dengan demikian, bila suatu
negara membeli suatu produk dari negara lain, maka negara lain tersebut
melainkan 0,25 sampain 95% dari harga barang ekspor. Sisanya ditagih dengan
collection.
37
Roselyn Hutabarat, Op.Cit.