Anda di halaman 1dari 25

Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Karsinoma Buli
Dosen : Bambang Hermanto S.Kep,Ns

Nama Kelompok :
Adi S Dwi may A
Anik mafiroh Dyah yohana
Ayu dyanita Etik wahyudiana
Deby A Fitria siti
Devy N Renggayana R
Izdihar Nico A
Yudho W

Tingkat : IIA

Akademi Keperawatan Pemkab. Ngawi


T.A 2015/2016

Karsinoma buli-buli
1.1 Pengertian

Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009).

Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang kemudian
menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).

Carsinoma sel skuamosa groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah secara terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com)

Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih
(Ilmu bedah, 2008)

Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non
invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada
buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.

1.2 Klasifikasi
Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi :
T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum
dan biopsy atau transurethral reseksi.

NO KODE KET
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak
bebeas dapat diraba di buli-buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen

N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis,


lympgraphy, urography, operative

NO KODE KET
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas
antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis,
thorax foto, dan test biokimia

NO KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Type dan lokasi

Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell, anaplastik,


invasi yang dalam dan cepat metastasenya
2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3 Rhabdomyo sarcoma Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi,
metastase cepat dan biasanya fatal
4 Primary Malignant Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan
lymphoma serangan hipertensi selama kencing
5 Ca dari pada kulit, Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-
melanoma, lambung, paru buli oleh endometriosis dapat terjadi
dan mammae

Penentuan derajat invasi tumor (stadium) dilakukan berdasarkan sistem TNM atau
penentuan stadium dari Marshall
NO TNM Marshall Uraian

1 Tis 0 Karsinoma in situ


2 Ta 0 Tumor papilari non-
invasif
3 T1 A Invasi submukosa
4 T2 B1 Invasi otot
superfisial
5 T3a B2 Invasi otot profunda
6 T3b C Invasi jaringan
lemak prevesika
7 T4 D1 Invasi ke organ
sekitar
8 N1-3 D1 Metastasis ke
limfonudi regional
9 M1 D2 Metastasis
hematogen

1.3 Etiologi
Menurut Nursalam, 2009
Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada
kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa air
aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine
3. Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang menghasilkan nitrosamine
sebagai zat karsinogen
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat,
serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan
antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama

1.4 Manifestasi Klinis


1. Kencing campur darah yang intermittent
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
1.5 Patofisiologi
Karsinoma kandung kemih yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen
menuju kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis ; sedangkan
penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru, dan tulang.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
b. Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine

2. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa filling
defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter atau pielum, dan
adanya hidroureter atau muara ureter.
3. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
4. USG
5. Sistoskopi dan Biopsi
6. Radiology
7. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
8. Systologi

1.7 Penatalaksanaan
1. Chemoterapi
2 Obat-obat anti kanker :
A. 1.Citral, 5 fluoro urasil
B. 2.Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering
dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien
dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan
obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
2. Radioterapy/terapi sinar
a. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV
dan stage B2-C.
b. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP,
kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan
2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
1.8 Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi

1.9 Pencegahan
1) Menurut National Academy of Sciences Amerika Serikat
1. Kurangi kandungan lemak yang dikonsumsi
2. Lebih baik mengkonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur, buah-buahan ,
dan nasi
3. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kaya akan beta karoten seperti
wortel, bayam, dan buah-buahan yang berwarna jingga
4. Kurangi kebiasaan merokok dan makanan yang diawetkan, diasin atau diasap baik
daging maupun ikan
5. Hindari sinar matahari dengan menggunakan topi dan lotion pelindung matahari
6. Hindari berganti-ganti pasangan seksual
7. Hindari minum-minuman alkohol dan obat-obatan (narkoba)
8. Deteksi dini kanker dengan beberapa pemeriksaan
9. Hati-hati terhadap zat kimia yang ada di lingkungan anda
10. Minum air secukupnya agar zat racun dapat terbuang bersamaan dengan urine

1.10 Prognosis
Prognosis bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis. Secara
klinis dapat ditemukan dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang
bertumbuh invasif dari permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat
timbul kembali atau muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi
berkala diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara
transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan
ganas. Sistektomi dan radioterapi harus dipertimbangkan kemudian. Secara umum,
prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi. Pada tumor Grade
1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat
untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat
operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20%
neoplasma selama 5 tahun. Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada
kantung kemih. Mereka memilki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka
melewati proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna
dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah
terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Sebuah prognosis yang bagus
dapat diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasilewat
pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA BULI-BULI

Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang
intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing
terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang
konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan
nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
3. Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi
atau memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit batu buli buli sebelumnya dan
penyakit yang pernah diderita pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit batu buli buli
atau tidak, ada penyakit menurun atau menular.
6. Pemeriksaan Fisik
1. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot
otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau
wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada
murmur.
3. (B3) Brain
a. Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b. Kepala, leher.
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan
b. Mata.
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan.
c. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan.
d. Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f. Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi penurunan tajam penglihatan
4. (B4) Bladder
Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang kadang
hematuri dan nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan miksi
spontan karena terpasang Dower Kateter.
5. (B5) Bowel
Biasanya tidak mengalami gangguan buang air besar.
6. (B6) Bone
Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami
gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
7. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya
stelah dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta
semangat dan keyakinan pasien untuk sembuh.
8 . Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor
sudah besar.
Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada
dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.

Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak
mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan
3. Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter, kandung kemih, obstruksi
mekanik dan peradangan ditandai dengan retensi urine
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal (vomiting, diare)
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
efek samping agen kemoterapi
6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi,
pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan
intake tidak adekuat
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik)
10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik
11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh 36,5 - 37,5 C
2. Wajah tidak tampak kemerahan
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut

INTERVENSI RASIONAL

a. Berikan kompres mandi hangat; hindari Dapat membantu mengurangi demam.


penggunaan alcohol Catatan : Penggunaan air es/alcohol
mungkin menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara aktual. Selain itu,
alcohol dapat mengeringkan kulit.
b. Anjurkan klien untuk menggunakan baju Pengeluaran panas secara evaporasi
yang tipis.
c. Anjurkan klien untuk minum yang Memperbaiki kehilangan cairan akibat
banyak febris dan meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien.

d. Berikan antiperitik, misalnya ASA Digunakan untuk mengurangi demam


(aspirin), asetaminofen (Tylenol). dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,

e. Pantau suhu pasien misalnya setiap 2 Suhu 38,9o 41.1oC menunjukkan proses
jam ( derajat dan pola); perhatikan penyakit infeksius akut.
mengigil/ diaforesis

f. Pantau suhu lingkungan, batasi/ Suhu ruangan /jumlah selimut harus diubah
tambahkan klien tempat tidur, sesuai untuk mempertahankan suhu mendekati
indikasi. normal

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan


jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak
mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
3. Klien dapat mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin.
4. Skala nyeri 3
5. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit,
N : 60-100 x/menit)
6. Wajah pasien tidak meringis atau rileks

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat skala nyeri dan tanda-tanda
Untuk mengetahui tingkat skala nyeri
vital dan kondisi klien
Berikan pengalihan seperti reposisi
Untuk meningkatkan kenyamanan
dan aktivitas menyenangkan seperti dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa
mendengarkan musik atau nonton TV nyeri.
Anjurkan tehnik penanganan stress

(tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping
sentuhan therapeutik
dengan menurunkan stress dan ansietas.
.
Berikan analgetik sesuai indikasi Untuk mengurangi rasa nyeri

e. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 atau 4Untuk mengetahui kondisi klien


jam

3. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali
normal

Kriteria Hasil :
1. Berkemih dengan jumlah normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml/hari
(anak) dan pola biasanya
2. Tidak mengalami tanda obstruksi (penyumbatan)
3. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL
Awasi asupan dan Memberikan informasi tentang fungsi
haluaran,
karakteristik urine, ginjal dan adanya komplikasi.

Peningkatan cairan dapat membilas


Dorong peningkatan asupan cairan.
bakteri, darah,
Observasi perubahan status mental,
Akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran.
ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada SSP.
Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
Peninggian BUN, kreatinin dan
elektrolit menunjukkan disfungsi ginjal
Pertahankan patensi kateter tak
menetap (uereteral, uretral atau
Mungkin diperlukan untuk membantu
nefrostomi).
kelancaran aliran urine.

Berikan obat sesuai indikasi:


Antibiotika
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Obat-obatan anti kanker
Pantau ulang input dan output klien
setiap 1 jam sekali
Untuk mengetahui perubahan yang
terjadi dari input dan output klien dan
mengetahui perkembangan kondisi klien
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam cairan klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda tanda vital
stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa
lembab, dan turgor kulit baik.
2. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
3. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit,
N : 60-100 x/menit)

INTERVENSI RASIONAL
Awasi asupan dan haluaran urine Mengevaluasi adanya stasis
urine/kerusakan ginjal.
Anjurkan intake cairan 7-8 gelas
Memenuhi kebutuhan cairan yang
per hari sesuai kebutuhan individu. kurang.
Timbang berat badan setiap hari
Berikan cairan IV bila diperlukan. Untuk mengetahu berat badan klien
Berikan therapy antiemetik. Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
Monitor hasil laboratorium : Hb,
Mencegah/menghilangkan mual muntah.
elektrolit, albumin Mengetahui perubahan yang terjadi.

Monitor vital signs. Evaluasi pulse


peripheral, capilarry refil.
Tanda-tanda hipovolemia segera
diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi
dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan
dengan dehidrasi.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria Hasil :
1. Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan
ulcerasi
2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan
rongga mulut.

INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan klien tentang Mencari alternatif
metode lain mengenai
pemeliharan oral hygine. pemeliharaan mulut dan gigi.
Intruksikan perubahan pola diet
Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi
misalnya hindari makanan panas, pedas, lanjut pada membran mukosa.
asam, hindarkan makanan yang keras.
Amati dan jelaskan pada klien
Agar klien mengetahui dan segera
tentang tanda superinfeksi oral.
memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
Meningkatkan kebersihan dan kesehatan
Konsultasi dengan dokter gigi
gigi dan gusi.
sebelum kemotherapi.
Tindakan/terapi yang dapat
Berikan obat sesuai indikasi, menghilangkan nyeri, menangani infeksi
analgetik, topikal lidocaine, dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
Untuk mengetahui jenis kuman sehingga
antimikrobial mouthwash
dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.
Kultur lesi oral.

6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi,
pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan
intake tidak adekuat
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi

Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
2. Klien mengerti terhadap perlunya intake yang adekuat
3. Klien berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya

INTERVENSI RASIONAL
Pantau persentase jumlah makanan
Mengidentifikasi kemajuan atau
yang dikonsumsi setiap kali makan, penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
timbang BB tiap hari, catat hasil
pemerikasaan protein total, albumin,
osmolalitas.

Anjurkan klien Kalori merupakan sumber energi.


untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat.
Anjurkan pula makanan kecil untuk
klien.
Mencegah mual muntah, distensi
Kontrol faktor lingkungan seperti berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
bau busuk atau bising. Hindarkan penurunan nafsu makan serta mengurangi
makanan yang terlalu manis, berlemak stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan
dan pedas. ansietas.
Agar klien merasa seperti berada
Ciptakan suasana makan yang dirumah sendiri.
menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.

Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
Amati studi laboraturium seperti perjalanan penyakit, pengobatan dan
total limposit, serum transferin dan perawatan terhadap klien.
Membantu menghilangkan gejala
albumin
penyakit, efek samping dan meningkatkan
status kesehatan klien.

Berikan pengobatan sesuai indikasi


Mempermudah intake makanan dan
seperti :
minuman dengan hasil yang maksimal dan
Phenotiazine, antidopaminergic,
tepat sesuai kebutuhan.
corticosteroids, vitamins khususnya
A,D,E dan B6, antacida
Memberikan informasi tentang status
Pasang pipa nasogastrik
untuk
gizi klien.
memberikan makanan secara enteral,
imbangi dengan infus.
Memberikan informasi tentang
penambahan dan penurunan berat badan
Monitor intake makanan setiap
klien.
hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
Timbang dan ukur berat badan,
serta amati penurunan berat badan.

7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan


dengan efek radiasi dan kemoterapi

Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik
Kriteria Hasil :

1. Keadaan luka membaik


2. Terjadi peningkatan penyembuhan luka yang cepat
3. Tidak ada tanda-tanda komplikasi lebih lanjut

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kulit dengan sering terhadap
Efek kemerahan dan/atau kulit samak
efek samping terapi kanker; perhatikan (reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area
kerusakan / perlambatan penyembuhan radiasi. Ulserasi, heilangan rambut,
luka. kehilangan dermis, ada reaksi alergi dapat
terjadi pada beberapa agen kemoterapi.

Meningkatkan sirkulasi dan


Ubah posisi dengan sering
mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang
tidak perlu

Anjurkan pasien untuk menghindari


Dapat meningkatkan iritasi/reaksi
krim kulit apapun, salep dan bedak
secara nyata
kecuali diizinkan oleh dokter.

Berikan salep topikal misalnya,


Mungkin digunakan untuk mencegah
sulfadiazin perak (Silvadene ) dengan
tepat infeksi/memudahkan penyembuhan bila
terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi)

8.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh


sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam meminimalkan terjadinya


proses penyebaran infeksi
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan
infeksi
2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung
normal
3. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24
x/menit, N : 60-100 x/menit)

INTERVENSI RASIONAL
Cuci tangan sebelum melakukan
Mencegah terjadinya infeksi
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama

Jaga personal hygine klien


Menurunkan/mengurangi adanya
dengan baik
organisme hidup

Monitor temperatur Peningkatan suhu merupakan tanda
Kaji semua sistem untuk melihat terjadinya infeksi
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko
tanda-tanda infeksi
Hindarkan/batasi prosedur invasif infeksi
Mencegah terjadinya infeksi
dan jaga aseptik prosedur
Monitor CBC, WBC, granulosit, Segera dapat diketahui apabila terjadi
platelets infeksi
Berikan antibiotik bila
Adanya indikasi yang jelas sehingga
diindikasikan antibiotik yang diberikan dapat mengatasi
organisme penyebab infeksi
Untuk mengetahui kondisi mengenai
Pantau ulang temperatur temperatur klien yang terbaru
Mengetahui sekaligus memantau kondisi
Pantau CBC, WBC, granulosit,
klien
platelets

9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan


kebutuhan energi (status hipermetabolik)
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien tidak mengalami keletihan
Kriteria Hasil :
1. Klien melaporkan adanya perbaikan rasa berenergi
2. Klien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan sesuai toleransi atau
kemampuan

INTERVENSI RASIONAL
Rencanakan perawatan Periode istirahat sering diperlukan untuk
untuk
memungkinkan periode istirahat. memperbaiki/menghemat energi.
Libatkan orang terdekat dalam jadwal
perencanaan
Dorong pasien untuk melakukan
Meningkatkan kekuatan/stamina dan
apa saja yang mungkin misalnya mandi
kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa
duduk, bangun dari kursi, berjalan.
kelelahan yang berarti
Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan
Pantau respon fisiologis terhadap
aktivitas misalnya perubahan pada TD
Toleransi sangat bervariasi tergantung
atau frekuensi jantung/pernapasan
pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap
aturan terapeutik

Dorong masukan nutrisi


Masukan/penggunaan nutrisi adekuat
perlu untuk memenuhi kebutuhan energi
untuk aktivitas
Kolaborasi dalam pemberian O2
suplemen sesuai indikasi
Adanya anemia/hipoksemia
menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan
selular dan memperberat keletihan
Rujuk pada terapi fisik/okupasi Latihan yang terprogram setiap hari dan
aktivitas membantu pasien
mempertahankan/meningkatkan kekuatan
dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.
Penggunaan alat adaptasi dapat membantu
menghemat energi.

10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat
mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses
penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi tentang prognosis
Pemberian informasi dapat membantu
secara akurat. klien dalam memahami proses penyakitnya.

Dapat menurunkan kecemasan klien.


Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek


Membantu klien dalam memahami
samping. Bantu klien mempersiapkan kebutuhan untuk pengobatan dan efek
diri dalam pengobatan. sampingnya.

Catat koping yang tidak efektif


Mengetahui dan menggali pola koping
seperti kurang interaksi sosial, ketidak klien serta mengatasinya/memberikan solusi
berdayaan dll. dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam
mengatasi kecemasan.
Anjurkan untuk mengembangkan Agar klien memperoleh dukungan
interaksi dengan support system. dari orang yang terdekat/keluarga.

Berikan lingkungan yang tenang dan


Memberikan kesempatan pada klien
nyaman. untuk berpikir/merenung/istirahat.

Pertahankan kontak dengan klien, bicara


Klien mendapatkan kepercayaan diri dan
dan sentuhlah dengan wajar. keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

Tentukan pengalaman klien sebelumnya


h. Data-data mengenai pengalaman klien
terhadap penyakit yang dideritanya. sebelumnya akan memberikan dasar untuk
penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi.

11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi,
tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien dan keluarga paham
tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
ting-katan siap.
2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-
batan.
4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
Beri informasi yang akurat dan
Membantu klien dalam memahami
faktual. Jawab pertanyaan secara proses penyakit.
spesifik, hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.
Membantu klien dan keluarga dalam
Berikan bimbingan kepada
membuat keputusan pengobatan.
klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.

Anjurkan klien untuk memberikan


Mengetahui sampai sejauh mana
umpan balik verbal dan mengkoreksi
pemahaman klien dan keluarga mengenai
tentang penyakitnya.
penyakit klien.
Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang optimal. Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya secara rutin,
Mengkaji perkembangan proses-proses
perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta
masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan
Anjurkan klien memelihara
minuman.
kebersihan kulit dan rambut.

Meningkatkan integritas kulit dan


kepala.

Review pengertian klien dan


keluarga tentang diagnosa, pengobatan
dan akibatnya.

Tentukan persepsi klien tentang Menghindari adanya duplikasi dan


kanker dan pengobatannya, ceritakan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
pada klien tentang pengalaman klien
lain yang menderita kanker.
Memungkinkan dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan
konsepsi serta kesalahan pengertian.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang : Sagung Seto


Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Hadijah. 2011. Vesika urinaria. http://hadijah arsyad.blogspot.com/2011/11/vesika-
urinaria.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015 pada pukul 17:45 WIB

Anda mungkin juga menyukai