Ca Buli 1
Ca Buli 1
Nama Kelompok :
Adi S Dwi may A
Anik mafiroh Dyah yohana
Ayu dyanita Etik wahyudiana
Deby A Fitria siti
Devy N Renggayana R
Izdihar Nico A
Yudho W
Tingkat : IIA
Karsinoma buli-buli
1.1 Pengertian
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang kemudian
menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah secara terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com)
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih
(Ilmu bedah, 2008)
Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non
invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada
buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.
1.2 Klasifikasi
Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi :
T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum
dan biopsy atau transurethral reseksi.
NO KODE KET
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak
bebeas dapat diraba di buli-buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
NO KODE KET
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas
antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis,
thorax foto, dan test biokimia
NO KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
Penentuan derajat invasi tumor (stadium) dilakukan berdasarkan sistem TNM atau
penentuan stadium dari Marshall
NO TNM Marshall Uraian
1.3 Etiologi
Menurut Nursalam, 2009
Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada
kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa air
aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine
3. Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang menghasilkan nitrosamine
sebagai zat karsinogen
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat,
serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan
antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama
2. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa filling
defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter atau pielum, dan
adanya hidroureter atau muara ureter.
3. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
4. USG
5. Sistoskopi dan Biopsi
6. Radiology
7. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
8. Systologi
1.7 Penatalaksanaan
1. Chemoterapi
2 Obat-obat anti kanker :
A. 1.Citral, 5 fluoro urasil
B. 2.Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering
dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien
dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan
obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
2. Radioterapy/terapi sinar
a. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV
dan stage B2-C.
b. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP,
kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan
2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
1.8 Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
1.9 Pencegahan
1) Menurut National Academy of Sciences Amerika Serikat
1. Kurangi kandungan lemak yang dikonsumsi
2. Lebih baik mengkonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur, buah-buahan ,
dan nasi
3. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kaya akan beta karoten seperti
wortel, bayam, dan buah-buahan yang berwarna jingga
4. Kurangi kebiasaan merokok dan makanan yang diawetkan, diasin atau diasap baik
daging maupun ikan
5. Hindari sinar matahari dengan menggunakan topi dan lotion pelindung matahari
6. Hindari berganti-ganti pasangan seksual
7. Hindari minum-minuman alkohol dan obat-obatan (narkoba)
8. Deteksi dini kanker dengan beberapa pemeriksaan
9. Hati-hati terhadap zat kimia yang ada di lingkungan anda
10. Minum air secukupnya agar zat racun dapat terbuang bersamaan dengan urine
1.10 Prognosis
Prognosis bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis. Secara
klinis dapat ditemukan dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang
bertumbuh invasif dari permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat
timbul kembali atau muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi
berkala diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara
transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan
ganas. Sistektomi dan radioterapi harus dipertimbangkan kemudian. Secara umum,
prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi. Pada tumor Grade
1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat
untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat
operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20%
neoplasma selama 5 tahun. Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada
kantung kemih. Mereka memilki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka
melewati proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna
dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah
terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Sebuah prognosis yang bagus
dapat diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasilewat
pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA BULI-BULI
Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang
intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing
terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang
konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan
nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
3. Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi
atau memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit batu buli buli sebelumnya dan
penyakit yang pernah diderita pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit batu buli buli
atau tidak, ada penyakit menurun atau menular.
6. Pemeriksaan Fisik
1. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot
otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau
wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada
murmur.
3. (B3) Brain
a. Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b. Kepala, leher.
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan
b. Mata.
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan.
c. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli buli tidak mengalami gangguan.
d. Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f. Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi penurunan tajam penglihatan
4. (B4) Bladder
Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang kadang
hematuri dan nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan miksi
spontan karena terpasang Dower Kateter.
5. (B5) Bowel
Biasanya tidak mengalami gangguan buang air besar.
6. (B6) Bone
Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami
gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
7. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya
stelah dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta
semangat dan keyakinan pasien untuk sembuh.
8 . Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor
sudah besar.
Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada
dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak
mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan
3. Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter, kandung kemih, obstruksi
mekanik dan peradangan ditandai dengan retensi urine
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal (vomiting, diare)
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
efek samping agen kemoterapi
6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi,
pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan
intake tidak adekuat
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik)
10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik
11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh 36,5 - 37,5 C
2. Wajah tidak tampak kemerahan
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut
INTERVENSI RASIONAL
e. Pantau suhu pasien misalnya setiap 2 Suhu 38,9o 41.1oC menunjukkan proses
jam ( derajat dan pola); perhatikan penyakit infeksius akut.
mengigil/ diaforesis
f. Pantau suhu lingkungan, batasi/ Suhu ruangan /jumlah selimut harus diubah
tambahkan klien tempat tidur, sesuai untuk mempertahankan suhu mendekati
indikasi. normal
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat skala nyeri dan tanda-tanda
Untuk mengetahui tingkat skala nyeri
vital dan kondisi klien
Berikan pengalihan seperti reposisi
Untuk meningkatkan kenyamanan
dan aktivitas menyenangkan seperti dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa
mendengarkan musik atau nonton TV nyeri.
Anjurkan tehnik penanganan stress
(tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping
sentuhan therapeutik
dengan menurunkan stress dan ansietas.
.
Berikan analgetik sesuai indikasi Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali
normal
Kriteria Hasil :
1. Berkemih dengan jumlah normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml/hari
(anak) dan pola biasanya
2. Tidak mengalami tanda obstruksi (penyumbatan)
3. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Awasi asupan dan Memberikan informasi tentang fungsi
haluaran,
karakteristik urine, ginjal dan adanya komplikasi.
INTERVENSI RASIONAL
Awasi asupan dan haluaran urine Mengevaluasi adanya stasis
urine/kerusakan ginjal.
Anjurkan intake cairan 7-8 gelas
Memenuhi kebutuhan cairan yang
per hari sesuai kebutuhan individu. kurang.
Timbang berat badan setiap hari
Berikan cairan IV bila diperlukan. Untuk mengetahu berat badan klien
Berikan therapy antiemetik. Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
Monitor hasil laboratorium : Hb,
Mencegah/menghilangkan mual muntah.
elektrolit, albumin Mengetahui perubahan yang terjadi.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria Hasil :
1. Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan
ulcerasi
2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan
rongga mulut.
INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan klien tentang Mencari alternatif
metode lain mengenai
pemeliharan oral hygine. pemeliharaan mulut dan gigi.
Intruksikan perubahan pola diet
Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi
misalnya hindari makanan panas, pedas, lanjut pada membran mukosa.
asam, hindarkan makanan yang keras.
Amati dan jelaskan pada klien
Agar klien mengetahui dan segera
tentang tanda superinfeksi oral.
memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
Meningkatkan kebersihan dan kesehatan
Konsultasi dengan dokter gigi
gigi dan gusi.
sebelum kemotherapi.
Tindakan/terapi yang dapat
Berikan obat sesuai indikasi, menghilangkan nyeri, menangani infeksi
analgetik, topikal lidocaine, dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
Untuk mengetahui jenis kuman sehingga
antimikrobial mouthwash
dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.
Kultur lesi oral.
Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
2. Klien mengerti terhadap perlunya intake yang adekuat
3. Klien berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
Pantau persentase jumlah makanan
Mengidentifikasi kemajuan atau
yang dikonsumsi setiap kali makan, penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
timbang BB tiap hari, catat hasil
pemerikasaan protein total, albumin,
osmolalitas.
Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
Amati studi laboraturium seperti perjalanan penyakit, pengobatan dan
total limposit, serum transferin dan perawatan terhadap klien.
Membantu menghilangkan gejala
albumin
penyakit, efek samping dan meningkatkan
status kesehatan klien.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kulit dengan sering terhadap
Efek kemerahan dan/atau kulit samak
efek samping terapi kanker; perhatikan (reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area
kerusakan / perlambatan penyembuhan radiasi. Ulserasi, heilangan rambut,
luka. kehilangan dermis, ada reaksi alergi dapat
terjadi pada beberapa agen kemoterapi.
INTERVENSI RASIONAL
Cuci tangan sebelum melakukan
Mencegah terjadinya infeksi
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama
INTERVENSI RASIONAL
Rencanakan perawatan Periode istirahat sering diperlukan untuk
untuk
memungkinkan periode istirahat. memperbaiki/menghemat energi.
Libatkan orang terdekat dalam jadwal
perencanaan
Dorong pasien untuk melakukan
Meningkatkan kekuatan/stamina dan
apa saja yang mungkin misalnya mandi
kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa
duduk, bangun dari kursi, berjalan.
kelelahan yang berarti
Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan
Pantau respon fisiologis terhadap
aktivitas misalnya perubahan pada TD
Toleransi sangat bervariasi tergantung
atau frekuensi jantung/pernapasan
pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap
aturan terapeutik
10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat
mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses
penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi tentang prognosis
Pemberian informasi dapat membantu
secara akurat. klien dalam memahami proses penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
ting-katan siap.
2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-
batan.
4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
Beri informasi yang akurat dan
Membantu klien dalam memahami
faktual. Jawab pertanyaan secara proses penyakit.
spesifik, hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.
Membantu klien dan keluarga dalam
Berikan bimbingan kepada
membuat keputusan pengobatan.
klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
DAFTAR PUSTAKA