Mata Kuliah
Studi Materi Pendidikan Agama Islam SMA/SMK
Dosen Pengampu :
Erwin Yudi Prahara, M.Ag.
Disusun Oleh :
Adhe Yoni Prabowo : 210315164
Kelas : TB.E
Puji syukur dengan hati dan pikiran yang tulus atas kehadirat Allah swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai ke hadapan para
peserta diskusi.
Solawat beriring salam senantiasa kita sanjungkan pada junjungan kita yaknihabibana
wanabiyana Muhammad SAW, yang memberi dampak perubahan pada kemaslahatan umat
Islam.
Makalah ini berada di hadapan para peserta diskusi yang saya hormati, disusun dalam
rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi materi PAI SMA/SMK di IAIN Ponorogo di
Prodi Tarbiyah Tahun 2017 dengan Dosen Pengampu Erwin Yudi Prahara, M. Ag. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang mendukung, mengarahkan,
dan memberi motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan tugas Strategi Dakwah dan
Perkembangan Islam di Indonesia
Demikian pengantar singkat penulis , semoga apa yang di sampaikan dalam makalah
ini bermanfaat bagi kita semua yang mempelajarinya. Amiin...
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN............................................................................................. 9
B. SARAN-SARAN.......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Islam datang keindonesia pada abad ke- 13 M dari Gujarat (bukan dari arab
langsung)dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama islam
pertama malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan smudraoleh, raja pertama
kerajaan Smudra pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.
2. Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8)
langsung dari arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
itetrnasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak
abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang menghubungkan Dnasti Tang di Cina
( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
3. Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan
kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah
datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8
Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah dipelabuhan-
pelabuhan. Barulah islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.1
1 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.9.
2 Uka Tjandrasasmita,(Ed.), Sejarah Nasional III, (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1976), hlm. 86.
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi
dan Sinkretisasi/lambang- lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngangsu ilmu/perigi/sumur), melalui
lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin,
dan santri sebagai murid.3
4. Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai
kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-
pusat pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas
penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama
Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi;
Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi
Sultan Banten pertama.
5. Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang,
datang pula para ulama, daI, dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat
menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Seperti di Aceh ada Syaikh
Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel.
Demikian pula kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasuhat yang mempunyai
gelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
6. Kesenian, saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di
Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, juga mempergunakan
banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian,
dan seni busana.
Penyebaran Islam secara kasar dapat dibgi dalam tiga tahap:Pertama, dimulai
dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosotan kemudian keruntuhan
Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.Kedua, sejak datang dan mapannya
kekuaaan colonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19.Ketiga, bermula pada
awal abad ke-20 dengan terjadinya liberalisasi kebijaksanaan pemerintah colonial
Belanda di Indonesia.4
5 Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia), (Jakarta:
Majelis ulama Indonesia, 1992), hal 55
kerajaan yang masih memeluk kepercayaan animisme dan dinamisme, kerajaan
yang paling besar adalah kerajaan Gowa Talo, Bone, dan Sopang.
4. Kalimantan
Kalimantan, yang letaknya lebih dekat dengan pulau Sumatra dan Jawa,
ternyata menerima kedatangan Islam lebih belakangan dibanding Sulawesi dan
Maluku sebelum Islam masuk ke Kalimantan terdapat kerajaan-kerajaan Hindu
yang berpusat di negara Dipa, Daha dan Kahuripan yang terletak disungai nagara
dan Amuntai Kimi.
5. Maluku dan sekitarnya
Antara tahun 1400 1500 M Islam telah masuk dan berkembang di
Maluku. Mereka yang sudah beragama Islam banyak yang pergi ke pesantren-
pesantren di Jawa Timur untuk mempelajari Islam.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam diantaranya:
a. Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum
b. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaludin
c. Raja Jailolo, yang berganti nama dengan sultan Hasanudin
d. Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 M dan bergelar Sultan
Zaenal Abidin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia),
(Jakarta: Majelis ulama Indonesia, 1992).