S1 2016 335738 Introduction PDF
S1 2016 335738 Introduction PDF
S1 2016 335738 Introduction PDF
PENDAHULUAN
salah satu kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Tempat tinggal atau yang
sering disebut dengan rumah menurut UU No. 1 tahun 2011 memiliki pengertian
sebagai bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni,
sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset
perumahan untuk masyarakat. Permukiman atau perumahan adalah suatu hal yang
Menurut UU No. 1 tahun 2011 perumahan memiliki arti yaitu kumpulan rumah
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
1
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012,
<http://bappeda.slemankab.go.id/perda-rencana-tata-ruang-wilayah-kabupaten-sleman.slm>,
diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 10.45 WIB.
pemenuhan rumah yang layak huni. Pembangunan perumahan memiliki tujuan
agar setiap orang dapat menempati perumahan yang sehat, untuk mendukung
dan Bank Tabungan Negara yang dapat memberikan fasilitas Kredit Pemilikan
yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah.3 Sejak didirikan tahun 1974,
2
Cosmas Batubara, Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Pokok, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 7.
3
Sejarah Perumnas, diakses dari http://perumnas.co.id/perumahan-landed-house/, pada 1 Oktober
2015 pukul 13.39 WIB.
Sejak didirikan pada tahun 1974, Perumnas juga sebagai pengembang misi
pemukiman dengan berbagai tipe di seluruh Indonesia. Salah satu Provinsi yang
Yogyakarta. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menarik para pendatang
sejarah Indonesia dimana Yogyakarta pernah menjadi ibu kota negara Indonesia
pusat pendidikan dan berbagai prasarana serta fasilitas publik untuk masyarakat.
Tidak heran bahwa banyak pendatang yang datang untuk bertempat tinggal di
kebawah dapat memperoleh rumah yang sehat dalam suatu lingkungan perumahan
dapat hidup sejahtera dalam membina keluarga dengan adanya rumah yang
mereka tinggali. Salah satu daerah yang menjadi sasaran dari Perumnas dalam
daerah yang mempunyai tanah yang luas untuk didirikan suatu pembangunan
perumahan dan permukiman. Daerah yang didirikan bangunan perumahan ini
Perumahan yang didirikan oleh Perumnas ini merupakan perumahan yang pertama
merupakan perumahan yang dibangun pada tahun 1976 dan selesai pada tahun
1978. Perumahan yang telah rampung ini kemudian diberi nama Perumnas
Condongcatur.
menyadari sejak adanya Pelita II dan III bahwa perumahan ini merupakan upaya
Yogyakarta atau untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan I/II/III dan pegawai
ditata dengan perencanaan yang baik sesuai dengan tata ruang dan tata guna tanah
Orientation/HUO) menurut Yunus bahwa fungsi rumah terbagi menjadi tiga yaitu
nonkomersial kini lambat laun telah berubah menjadi komersial ataupun terjadi
berkaitan dengan sosial ekonomi pada para penghuni itu sendiri. Awal
sebagai awal berkembangnya suatu keluarga inti atau nonkomersial namun saat
yaitu adanya alih fungsi rumah hunian menjadi tempat usaha seperti, kos-kosan
toko klontong, warung makan, bengkel, tempat jual pulsa dan tempat fotokopi.
4
Cosmas Batubara, Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Pokok, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 7.
5
Ni Wayan Handayani, Perubahan Orientasi Fungsi Rumah di Kota Singaraja (Tinjauan
Geografi Permukiman),
<http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPG/article/download/1225/1089>, diakses 2 Oktober
2015 pukul 20.52 WIB.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Pasal 6 ayat 3 bahwa
Rumah tinggal yang berfungsi sebagai sarana pembinaan keluarga yang kemudian
mengalami alih fungsi harus mendapat ijin dari pemerintah daerah. Hal ini agar
dapat menarik seseorang untuk datang ke kota tersebut dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang mereka perlukan. Perkembangan kota yang semakin pesat juga
membuat banyak perubahan di semua bidang salah satunya terjadi pada wajah
masing individu yang tinggal pada kota tersebut dengan melakukan beberapa
aktivitas.
6
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan,
<http://www.perumnas.co.id/download/prodhukum/undang/UU-28-
2002%20BANGUNAN%20GEDUNG.pdf> diakses pada 1 Oktober 2015
1.2 Rumusan Masalah
mengenai adanya alih fungsi rumah sebagai sarana pembinaan dari keluarga inti
atau non komersial menjadi komersial serta perilaku masyarakat yang mengubah
fungsi rumah tinggal baik dengan memiliki izin ataupun tidak dengan izin dari
permasalahan seperti fungsi rumah tinggal layak huni serta sarana pengembangan
Condongcatur?
Tujuan dari rumusan masalah yang telah disebutkan diatas dapat diperoleh
sebagai berikut.
1. Mengetahui pola alih fungsi rumah menjadi tempat usaha pada masyarakat
analisa dari permasalahan alih fungsi rumah menjadi tempat usaha yang berada di
komersil menjadi komersil, ataupun kombinasi antara komersil dan non komersil
penelitian terdahulu yang relevan untuk dikemukakan dalam kajian ini adalah
penelitian yang membahas terkait tema alih fungsi ruang dan diantarannya sebagai
berikut:
Wayan Handayani dari Jurusan Pendidikan Geografi, FIS Undiksha dengan judul
hal yang telah mendorong alih fungsi rumah menjadi tempat usaha karena adanya
terjadinya perubahan fungsi rumah didominasi oleh faktor ekonomi seperti jenis
pekerjaan dan tingkat penghasilan sedangkan faktor sosial seperti dekatnya lokasi
rumah dengan pusat aktivitas masyarakat hanya sebagai pendukung dari adanya
perubahan fungsi rumah. Fokus dari penelitian ini adalah mengenai seberapa besar
pengaruh faktor sosial ekonomi dalam mempengaruhi alih fungsi rumah dan
variasi yang terjadi dalam alih fungsi rumah. Pada penelitian ini metode yang
terjadinya alih fungsi rumah menjadi tempat usaha. Pada penelitian ini, peneliti
memfokuskan penelitian pada pola alih fungsi rumah terhadap praktik ruang serta
rumah menjadi tempat usaha. Objek penelitian yang di tulis oleh Ni Wayan
yang ditulis oleh Arifin merupakan penelitian yang menjelaskan mengenai alih
fungsi lahan pertanian untuk perumahan. Penelitian ini dilakukan di tiga desa
yang berada di Kabupaten Malang yaitu desa Tirtomoyo, desa Asrikaton, dan desa
Saptorenggo.7 Kondisi lahan pertanian di desa Tirtomoyo yang bersifat lahan tegal
para pengembang. Saat ini kondisi lahan pertanian di desa Tirtomoyo hampir 85%
lahan dengan harga tinggi untuk mengembangkan usaha di luar sektor pertanian
dan adanya tawaran harga jual tanah yang tinggi dari pihak pengembang.
untuk menjual lahan pertanian menjadi area pembangunan perumahan. Letak yang
strategis dari ketiga desa tersebut juga mendorong para pengembang untuk
terdapat beberapa permasalahan yaitu munculnya dampak yang terjadi pada desa
Tirtomoyo yaitu pola interaksi sosial antara penduduk asli dengan penduduk
perumahan tidak berlangsung secara intens. Ini disebabkan karena tidak adanya
7
Arifin, Ketika Masyarakat Desa Berubah, STPN Press, Yogyakarta, 2011, hlm. 4.
serta anggapan masyarakat perumahan yang menganggap dirinya lebih elit secara
sosial dan ekonomi daripada warga asli. Fokus dari penelitian tersebut adalah
dampak dari adanya proses alih fungsi lahan pertanian yang memberi dampak
Penelitian yang ditulis oleh Arifin dengan judul Ketika Masyarakat Desa
oleh peneliti ini. Perbedaan yang terjadi adalah mengenai peralihan fungsi lahan
menekankan pada alih fungsi rumah non komersial menjadi tempat usaha
komersial ataupun kombinasi antara komersial dan non komersial. Penelitian alih
fungsi rumah ini mengalami perbedaan, dimana pada alih fungsi rumah melihat
permasalahan yang terjadi lebih berfokus pada kondisi masyarakat Perumnas dan
arti ruang bagi masyarakat tersebut. Untuk mendapatkan informasi yang lebih
ditulis oleh Arifin mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi area
ditimbulkan adanya peralihan fungsi tersebut. Pada penelitian alih fungsi lahan
dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti yaitu adanya permasalahan mengenai
hari warganya, maka ruang kota tak dapat dilihat berdasarkan kondisi
produksi ruang yang dikemukakan oleh Henri Lefebvre sosiolog asal Perancis.
Menurut Henri Lefebvre bahwa kota tak lebih dari komoditas yang merupakan
instrumen dari sistem kapitalisme. Menurut Lefebvre, ruang kota tidak lagi
produk kapitalis.
Analitis kritis dari Lefebvre tertarik pada apa yang disebut dengan ruang
absolut dan ruang abstrak. Ketertarikan dari Lefebvre sendiri terutama pada ruang
otoritatik dan represif. Lefebvre menjelaskan bahwa ruang abstraksi adalah alat
yang memiliki kuasa maka mereka selalu berusaha mengontrol ruang yang baru
berkuasa juga menggunakan ruang abstrak sebagai alat kekuasaan untuk meraih
kendali atas ruang tersebut. Lefebvre mengakui bahwa kekuasaan dari, dan
dengan orang lain bekerja di dalam ruang tersebut guna untuk memproduksi apa
8
George Ritzer, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir
Teori Sosial Postmodern, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2013, hlm. 331.
yang mereka butuhkan agar bertahan hidup. Dengan kata lain, mereka
ruang melalui relasi produksi yang terjadi di dalam sebuah relasi dan praktik
sosial. Triad merupakan tiga komponen wajib yang berperan pada pembentukan
makna tentang ruang dan memiliki keterlekatan satu sama yang lain dan tidak
(Representational Space).
Sebuah praktik atau aktivitas yang dilakukan manusia terhadap tempat fisik
ruang secara lebih spesifik.9 Pada penelitian ini contoh dari praktik spasial
tanpa melihat status ada tidaknya ijin usaha pada tempat tinggalnya hanya
dengan alasan kebebasan rumah milik pribadi. Dapat dikatakan bahwa orang
ruko untuk mendirikan usaha. Lahan yang sudah dibangun menjadi rumah
9
Henri Lefebvre, The Production of Space, Basil Blackweel, Cambridge, USA, 1991, hlm. 38.
tempat tinggal kemudian dijadikan tempat usaha ini memunculkan proses
Pemaknaan manusia terhadap ruang secara simbolik dalam bentuk wacana dan
konsepsi yang kemudian dipratekkan secara konkret melalui sistem tanda dan
bahasa.10 Contoh dari konsep representasi ruang ini adalah adanya bentuk
Ruang yang penuh dinamika, karena dalam ruang ini dihuni dengan berbagai
lanjut atas wacana dan konsepsi yang dibangun pada tahapan representasi
Selain itu dengan dasar ketiga konsep produksi sosial tersebut, Lefebvre
merumuskan tiga karakter dari ruang sebagai produksi sosial yaitu (Perceived
1. Perceived Space
Setiap ruang memiliki aspek perseptif dalam arti ia bisa diakses oleh panca
manusia.
10
Ibid, hlm. 38-39
11
Ibid, hlm. 39
2. Conceived Space
Ruang merupakan suatu produksi yang muncul dari adanya konsepsi orang
3. Lived Space
ini merujuk pada dunia sebagaimana dialami oleh manusia dalam praktik
Ruang dapat tercipta karena cara kehidupan sosial dimana kita tinggal di
aspek material dari ruang yang dirasakan oleh indera kita (perceived space) dan
aspek-aspek non material atau mental dari ruang yang terkonsepsi dalam benak
kita (conceived space). Ruang diproduksi secara dinamis oleh hubungan timbal
dimulai dari angan-angan, bayangan, dan gambaran masa depan yang ideal
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat tema mengenai alih fungsi rumah
non komersial menjadi kombinasi antara non komersial dan komersial. Fungsi
rumah menurut Gunawan adalah, rumah diartikan sebagai tempat tinggal yang
12
Robertus Robet, Ruang sebagai Produksi Sosial Dalam Henri Lefebvre,
https://caktarno.wordpress.com/2014/09/06/ruang-sebagai-produksi-sosial-dalam-henri-
lefebvre/> diakses pada 14 Januari 2016 pukul 10.08 WIB .
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani manusia, maka rumah harus dapat
3. dapat digunakan sebagai tempat istirahat yang tenang diwaktu lelah atau sakit.
tinggal kini mulai bergeser fungsinya. Kini ruang diproduksi oleh masyarakat
fungsi rumah adalah adanya pengaruh dari struktur sosial masyarakat. Struktur
1. Jenis pekerjaan.
2. Tingkat pendapatan.
3. Lama tinggal.
Perubahan baik dari segi fisik maupun fungsional rumah tergantung dari
dari penghuni rumah. Alasan seseorang untuk melakukan alih fungsi rumah
berasal dari hubungan timbal balik antara penghuni dengan tempat tinggalnya.
Alasan ini juga bergantung kepada kondisi penghuni, aspek fisik dari tempat
13
Ni Wayan Handayani, Perubahan Orientasi Fungsi Rumah di Kota Singaraja (Tinjauan
Geografi Permukiman),
<http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPG/article/download/1225/1089>, diakses 2 Oktober
2015 pukul 20.52 WIB.
14
Ibid, hlm. 5.
tinggal, dan persyaratan sosio budaya dari penghuni itu sendiri. Seperti yang
disebutkan pada pendekatan produksi ruang bahwa area yang aktual dari
keputusan letak lokasi yang dibentuk oleh lingkungan pada sebuah pemukiman
1.6.2 Neighborhood
dalam buku Cities, Communities and the Young (1973) menelaah neighborhood
dari sudut sososiologi. Neighborhood adalah sebuah area yang memiliki properti
maupun pengembang tetapi oleh kedekatan yang terbina antar manusia. Hal inilah
dalamnya.
mengenai penciptaan neighborhood. Ide ini dia kembangkan pada awal tahun
1929 dan menjadi sebuah alat dalam pengorganisasian dan pengembangan kota.
Dalam ide tersebut, Perry mengajukan gagasan bahwa setiap unit neighborhood
anak.
fungsi komersil. Hal ini karena untuk membatasi lalu lintas yang dapat
perumahan.
4. Akses pejalan kaki yang cukup aman dimana para penghuni dapat
ruang di mana segala jenis kegiatan bermukim yang relatif permanen berlangsung.
merupakan suatu unit komunitas yang besar dari rumah tangga namun tidak
berada di bawah aturan pemerintah kota ataupun daerah. Dapat dikatakan bahwa
posisinya hanya sebagai komunitas tidak resmi yang terbentuk atas dasar toleransi
sosial yang sehat dalam kehidupan urban. Bentuk dari perumahan itu sendiri
dengan jalan raya yang menuju pada wilayah perkotaan. Para penghuni dapat
umum.
Pada pembahasan penelitian ini, neighborhood yang dimaksud adalah
daerah permukiman yang dikembangkan sesuai pola perencanaan yang terdiri dari
hunian dan fasilitas-fasilitas. Lambat laun mulai terjadi alih fungsi rumah menjadi
masyarakat. Jenis hunian yang seperti ini kemudian menjadi salah satu favorit
bagi masyarakat Indonesia karena lebih efektif dan efisien dalam memobilisasi
perumahan dapat berjalan dan saling menciptakan komunikasi yang baik diantara
prasana perumahan yang terjadi alih fungsi rumah tinggal menjadi tempat usaha.
Alih fungsi rumah menjadi tempat usaha kemudian berpengaruh pada keadaan
lebih mendalam dari sudut pandang pelaku sosial atau yang sering disebut
menganalisis data hasil dari penelitian tersebut. Dalam konteks ini, peneliti
tersebut.
keyakinan dibalik tindakan seseorang. Pada kasus ini, faktor ekonomi bisa
jadi merupakan makna yang lebih banyak diterima orang dibalik tindakan
17
Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Medi, Yogyakarta, 2014, hlm. 48.
tersebut juga mempunyai latar belakang sosial yang mapan memilih untuk
sehingga mudah diakses oleh siapa saja. Lokasi penelitian ini juga dekat
Condongcatur.
1.7.3 Informan
informan kedalam tiga kategori. Tiga kategori ini merujuk pada Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
yang melakukan alih fungsi rumah tinggal menjadi tempat usaha dengan
dalam bentuk rumah tinggal pada umumnya. Informan dalam kategori ini
yang melakukan alih fungsi rumah tinggal menjadi usaha dengan sedikit
Marwati Slamet, Ibu Tri Muryani dan Ibu Laminten Slamet beserta Ibu
Kusminarsih.
penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data
pengumpul data tetapi dengan cara lewat orang lain atau dokumen.18
a. Observasi
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, hlm. 225.
melakukan observasi ini peneliti melakukan secara terbuka dimana peneliti
ini dimulai dari bulan Januari hingga bulan Maret 2016. Observasi yang
dilakukan oleh peneliti yaitu hanya mengamati dan mencatat apa saja yang
peneliti temukan tentang apa yang diteliti. Pada observasi ini, peneliti mulai
pertanyaan yang telah disusun secara rapi sebagai alat bantu. Dalam
melakukan wawancara diikuti pertanyaan tambahan untuk menggali lebih
dilakukan oleh peneliti dimulai dari bulan Februari hingga bulan Maret
2016.
Bapak Is Slamet, Tri Muryani, Ibu Marwati, Ibu Laminten, Bapak Wahyu,
Perumnas Condongcatur.
c. Dokumentasi
penelitian terdahulu dan berbagai data yang berkenaan dengan penelitian ini.
19
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, PT Indeks, Jakarta, 2012, hlm. 47.
Data sekunder ini digunakan untuk memperkuat data atau mempermudah
dalam menggali data. Pada penelitian ini sumber data sekunder yang
hasil pengamatan maka diperlukan beberapa alat bantu, antara lain kamera,
perekam suara, maupun alat tulis yang digunakan peneliti untuk mencatat
deskriptif kualitatif yang terbagi ke dalam tiga langkah yaitu reduksi data,
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus
sederhana dan jelas agar mudah dibaca. Penyajian data juga dimaksudkan
agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan.
c. Penarikan Kesimpulan
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambar obyek yang sebelumnya masih
blur sehingga setelah diteliti menjadi jelas dan dapat berupa kausal atau
melalui pisau analisisnya pada permukaan luar dari suatu perilaku atau
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, hlm. 249.
21
Ibid, hlm. 252