Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit
yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan
di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
rumah sakit.

Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan


pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu
yaitu primum, non nocere (first, do no ham). Namun diakui dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan - khususnya di rumah
sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.

Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak
alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya KTD.

Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan


yang mengagetkan banyak pihak: TO ERR IS HUMAN, Building a Safer
Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan
Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (adverse event)
sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York
KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian
akibat KTD pada pasien rawat inap diseluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta
per tahun berkisar 44.000-98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004,
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara :
Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2-
16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian
dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.

Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss)
masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek,
yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (Persi) telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif melaksanakan
langkah-langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan
mengembangkan laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.

Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan


berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan
pasien di RS Hi.Muhammad Yusuf perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan
mutu pelayanan RS Hi.Muhammad Yusuf terutama didalam melaksanakan
keselamatan pasien sangat diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka
kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.

2. Tujuan Pedoman Keselamatan Pasien


2.1. Tujuan Umum :
Sebagai Pedoman bagi manajemen RS Hi.Muhammad Yusuf untuk dapat
melaksanakan program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.
2.2. Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RS Hi.Muhammad Yusuf
didalam mengambil keputusan.terhadap keselamatan pasien.
2. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan keselamatan
pasien.
3. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan
terarah.

3. Manfaat :
a. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang bekualitas dan citra yang baik
bagi RS Hi.Muhammad Yusuf.
b. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan
rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RS Hi.Muhammad
Yusuf.
c. Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap tindakan
yang akan dilakukan
d. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
BAB II
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Mengapa Keselamatan Pasien ?


Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3
(tiga) elemen yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan bermacam
macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain
penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total
Quality Management, Countinous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi,
Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain
sebagainya. Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit baik pada aspek input, proses maupun output dan
outcome. Namun harus diakui, pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut
masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh
sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena KTD
sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya
dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan
pasien berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan
istilah keselamatan pasien (patient safety).

Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan kepercayaan


masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu
keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD, yang selain berdampak
terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa rumah sakit ke arena
blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas kesehatan dan pasien,
menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek,
blow-up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap
pelayanan rumah sakit. Selain itu rumah sakit dan dokter bersusah payah
melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya tidak
ada pihak yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit

2. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko,
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.

3. Tujuan :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
4. Programme WHO, World Alliance for Patient Safety
Pada Januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan
kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 Mei 2002, dan diterbitkan
sebagai Resolusi WHA55.18. Selanjutnya pada World Health Assembly ke 57
Mei 2004, diputuskan membentuk aliansi International untuk peningkatan
keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient Safety, dan
ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai Ketua.

World Alliance for patient safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
keselamatan pasien, dan tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan 10
program WHO untuk keselamatan pasien adalah sbb :
a. Global Patient Safety Challenge :
b. Ist Challenge : 2005-2006 : Clean Care is Safer Care,
c. 2nd Challenge : 2007-2008 : Safe Surgery Safe Lives
d. Patient for Patient Safety
e. Taxonomy for Patient Safety
f. Research for Patient Safety
g. Solutions for Patient Safety
h. Reporting and Learning
i. Safety in action
j. Technology for Patient Safety
k. Care of acutely ill patients
l. Patient safety knowledge at your fingertips

e. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint Commission
International, Suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai tahun 2005
mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara, dengan kegiatan
mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamtan pasien, dan
mencari solusi berupa sistem atau intervensi sehingga mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien dan meningkatkan keselamatan pasien. Pada tgl 2 Mei
2007 WHO Colaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Keselamatan
Pasien Rumah Sakit).

Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb:


a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names)
b. Pastikan Identifikasi pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial
BAB III
TUJUH LANGKAH
MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RS Hi.Muhammad Yusuf harus


merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD,
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan
pasien.

Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS


Hi.Muhammad Yusuf, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut :

1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN


Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
RS Hi.Muhammad Yusuf telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga
1) RS Hi.Muhammad Yusuf telah memiliki kebijakan dan prosedur yang
menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
2) RS Hi.Muhammad Yusuf telah berupaya menumbuhkan budaya
pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
1) Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
2) Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di
RS Hi.Muhammad Yusuf untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat

2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA


Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien
di seluruh jajaran RS Hi.Muhammad Yusuf.
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
2) Telah dibentuk Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien yang
ditugaskan untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan
pasien
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran
Direksi maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
4) Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program
orientasi dan pelatihan di RS Hi.Muhammad Yusuf dan dilaksanakan
evaluai dengan pre dan post test.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
1) Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan
Keselamatan Pasien
2) Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan
pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan
Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat
dimonitor oleh Direksi/Manajer RS Hi.Muhammad Yusuf
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim:
1) Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna
memberikan umpan balik kepada Manajer terkait
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam
proses asesmen risiko rumah sakit
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah
yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS)
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu
pada Pedoman Keselamatan Pasien RS Hi.Muhammad Yusuf.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) RS Hi.Muhammad Yusuf memiliki kebijakan dan pedoman yang
jelas tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang
insiden dengan para pasien dan keluarganya.
2) Seluruh staf RS Hi.Muhammad Yusuf terkait harus mampu
memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar
dan jelas bilamana terjadi insiden.
3) Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan,
pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada
pasien dan keluarganya.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
1) Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung
keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi
yang jelas dan benar secara tepat.
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN


PASIEN
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit:
1) Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk
proses risiko tinggi.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim:
1) Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (inputr
dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
1) Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai
cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2) Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat
dan pastikan pelaksanaannya.
3) Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas
setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang


komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit.

Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah
yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik
maka dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Rumah Sakit
a. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera dan
kejadian sentinel.
b. Pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada
pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Persi.
c. Pelaporan insiden terdiri dari :
1) Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di
internal RS Harapan Bunda.
2) Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari RS Hi.Muhammad
Yusuf ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
d. Panitia Mutu dan Kerja Keselamatan Pasien RS Hi.Muhammad Yusuf
melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan
kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

1. Seluruh jajaran manajemen RS Hi.Muhammad Yusuf secara berkala


melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang
dilaksanakan oleh Panitia Mutu dan Keselamatan RS Hi.Muhammad Yusuf.
2. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RS Hi.Muhammad Yusuf secara
berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan
prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di RS Hi.Muhammad Yusuf.
3. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RS Hi.Muhammad Yusuf
melakukan evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya
Lampiran 1 :

Deklarasi Jakarta
Pasien untuk Keselamatan Pasien
di Negara-negara South-East Asia Region

Kami,
Pasien, konsumen pendukung, para profesional pelayanan kesehatan, pembuat
kebijakan dan wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi profesional dan dewan
pengarah, setelah dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional work
shop tentang pasien untuk Keselamatan Pasien , 17-19 Juli 2007, di Jakarta,
Indonesia.

Mengacu pada Resolution SEA/RC59/53 tentang Promoting Patient Safety in Health


Care, yang diadopsi pada Sesi yang 59 thn Regional Committee untuk Asia Tenggara,
yang mencatat keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya akibat
kejadian tidak diharapkan (adverse events) dan lingkaran setan adverse events,
tuntutan hukum dan praktek kedokteran yang defensive, dengan ini mendesak
Negara-negara Anggota untuk melibatkan para pasien , asosiasi konsumen, para
pekerja pelayanan kesehatan dan asosiasi profesional dalam membangun sistem
asuhan kesehatanyang lebih aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan di
dalam institusi pelayanan kesehatan.

Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang didukung
oleh WHO World Alliance for Patient Safety.
Menimbang rekomendasi WHO Regional Workshop yang pertama tentang Patient
Safety, 12-14 Juli 2006, di New Delhi, India,
1. Menyatakan bahwa tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat
dicegah ;
2. Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan
pasien;
3. Menyatakan bahwa rasa takut disalahkan dan hukuman seharusnya tidak
menghalangi komunikasi yang terbuka dan jujur antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan;
4. Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai
perubahan prilaku utama dan sistem yang dibutuhkan untuk penerapan
keselamatan pasien di regional kami;
5. Percaya bahwa :
a. Transparansi,tanggungjawab dan pendekatan
manusiawi adalah yang utama pada suatu sistem pelayanan kesehatan yang
aman;
b. dasar hubungan adalah saling percaya dan saling
menghormati antara para profesional pelayanan kesehatan dan pasien ;
c. Pasien dan pendampingnya perlu mengetahui
mengapa suatu pengobatan diberikan dan diberitahu tentang semua risiko,
kecil atau besar, sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan asuhan kepada mereka;
d. Pasien perlu mempunyai akses kepada rekam
medis nya;

6. Mengakui bahwa ketika cedera terjadi :


a. Harus ada suatu sistem dimana kejadian itu dapat dilaporkan dan diperiksa
secara rahasia;
b. Pasien dan keluarganya harus memperoleh informasi dan dukungan
sepenuhnya;
c. Pemberi pelayanan yang terlibat pada cedera yang tak disengaja perlu
juga menerima dukungan;
d. Tindakan korektif harus diambil untuk mencegah cedera di masa depan
dan pelajaran yang didapat perlu disebarluaskan;
e. Harus ada suatu mekanisme untuk kompensasi yang wajar atas kerugian
pasien dan keluarganya;
7. Komit terhadap :
a. Pemberdayaan konsumen melalui pendidikan yang jujur dan tulus;
b. Bekerjasama dengan media untuk mendorong pelaporan yang bertanggung
jawab dan untuk berkesempatan mendidik masyarakat;
c. Partisipasi aktif konsumen di dalam pelaporan kejadian tidak diharapkan;
d. Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan untuk
mendorong adanya tanya jawab;
e. Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan
forum-forum;
8. Berikrar melalui upaya yang berkesinambungan untuk mencapai sasaran sbb :
a. Berfungsinya sistem mutu dan keselamatan pasien pada setiap sarana
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, mulai dengan
pembentukan suatu komite keselamatan pasien dan dalam suatu sistem
pelaporan kejadian tidak diharapkan dan sistem tanggapannya;
b. Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari pengobatan
yang irrasional seperti pemberian obat, pemeriksaan dan operasi yang tidak
perlu;
c. Pendidikan kedokteran berkelanjutan untuk para profesional kesehatan;
d. Konsep keselamatan pasien yang terintegrasi ke dalam pelatihan para
professional kesehatan;
e. Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana pelayanan
kesehatan;
Lampiran 2
FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNAL di RS

RUMAH SAKIT
Jl. Lintas Sumatera No.12 Kalibalangan-Lampung Utara,
Telp :(0724) 326023, Email : rs.hmy2011@gmail.com
SITU No : 503.7.2/15-04/37-LU/2011
IMB No : 503/054-04/37-LU/2011

LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)

I. DATA PASIEN
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 X 24
Nama : .............
JAM
No MR : Ruangan : ......
Umur * : 0-1 bulan > 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun > 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun > 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Penanggung biaya pasien:


Pribadi Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan *
JAMKESMAS

Tangggal Masuk RS : Jam .

II. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : Jam .....
2. Insiden :
3. Kronologis Insiden :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...............................................................................................................
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)

5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *


Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain ... (sebutkan)

6. Insiden terjadi pada * :


Pasien
Lain-lain ... (sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS

7. Insiden menyangkut pasien


Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain

8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ......... (sebutkan)
(Tempat pasien berada)

9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)


Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anestesi dan Subspesialisasinya
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lokasi kejadian .................... (sebutkan)

10. Unit Kerja tempat terjadinya insiden


Unit kerja ........................... (sebutkan)

11. Akibat Insiden Terhadap Pasien *


Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera

12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :


.....
.
......
.....
13. Tindakan dilakukan oleh *
Tim : terdiri dari : .....
Dokter
Perawat
Petugas lainnya : ......

14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ? *
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
..
..
......
.......................................................................................

Pembuat Laporan : .. Penerima Laporan : ..

Paraf : . Paraf : ..

Tgl Terima : . Tgl Lapor : ..


Grading Risiko Kejadian * (Diisi oleh atasan pelapor) :
BIRU HIJAU KUNING MERAH

NB.* = pilih satu jawaban.


Lampiran 3 : Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke KKP-RS

KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
KKP-RS
(Patient Safety Incident Report)

1. Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien.
Laporan bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian
kejadian, analisa penyebab dan rekomendasi.
2. Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.
3. Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
4. Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKP-RS).

KODE RS :

1. DATA RUMAH SAKIT :


Kepemilikan Rumah Sakit :
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
TNI /POLRI
Swasta
BUMN / BUMD

Jenis RS :
RS Umum
RS Khusus
RSIA RS Paru
RS Mata RS Orthopedi
RS Jantung RS Jiwa
RS Kusta
RS Khusus lainnya

Kelas RS
A
B
C
D

Untuk RS Swasta menyesuaikan misal RS Pratama setara dengan RS kelas D, RS


Madya setara dengan RS Kelas C dst.
Kapasitas tempat tidur : .......tempat tidur
Propinsi (lokasi RS) : ..
Tanggal Laporan Insiden di kirim ke KKP-RS : .........

2. DATA PASIEN
Umur * :
0-1 bulan > 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun > 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun > 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Penanggung biaya pasien :
Pribadi Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan *
JAMKESMAS

Tanggal Masuk RS :........................................ Jam :........... .........

3. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ............................................. Jam : ..........................
2. Insiden : .......
3. Kronologis Insiden
......
..
.
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain (sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :

Pasien
Lain-lain ...(sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS
7. Insiden menyangkut pasien
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian (sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anastesi dan Subspesialisasinya
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lain-lain (sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab ......(sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien *
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera

12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :





....................................................................
13. Tindakan dilakukan oleh *
Tim : terdiri dari : ...
Dokter
Perawat
Petugas lainnya : ........
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ? *
Ya Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini.


Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?


..................................................................................
15. TIPE INSIDEN
Tipe Insiden................
Sub Tipe Insiden :
16. ANALISA PENYEBAB INSIDEN
Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat
menggunakan factor kontributor (bisa pilih lebih dari 1)
a. Faktor Eksternal / di luar RS
b. b Faktor Organisasi dan Manajemen
c. Faktor Lingkungan kerja
d. Faktor Tim
e. Faktor Petugas dan Kinerja
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
1) Penyebab langsung (Direct / Proximate / Immediate Cause)

..

..

..............................................
2) Akar penyebab masalah (underlying root cause)

.

.

............................................
3) Rekomendasi / solusi
No Akar Masalah Rekomendasi / Solusi

NB * : Pilih satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.


Saran : Baca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
GLOSARIUM KKP-RS

No Istilah Definisi / Penjelasan


1 Keselamatan Pasien Rumah Sakit Suatu sistem dimana rumah sakit
(Patient safety) membuat asuhan pasien lebih aman. Hal
ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien; pelaporan dan
analisis insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
2 Kejadian Tidak Diharapkan Suatu kejadian yang tidak diharapkan
(KTD) (Adverse event) yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah.
3 KTD yang tidak dapat dicegah Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak
(Unpreventable adverse event) dapat dicegah dengan pengetahuan yang
mutakhir.
4 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Suatu kesalahan akibat melaksanakan
(Near miss) suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan
(mis, pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
karena pencegahan (suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan, tetapi
staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat
diberikan), atau peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
5 Kesalahan Medis (Medical Kesalahan yang terjadi dalam proses
errors) asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana
atau menggunakan rencana yang salah
untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil
(omission).
6 Insiden Keselamatan Pasien Setiap kejadian yang tidak disengaja dan
(Patient Safety Incident) tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.
7 Pelaporan Insiden Keselamatan Suatu sistem untuk mendokumentasikan
Pasien Rumah Sakit insiden yang tidak disengaja dan tidak
diharapkan, yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien. Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian yang tidak
konsisten dengan operasional rutin rumah
sakit atau asuhan pasien.
8 Analisis Akar Masalah (Root Suatu proses terstruktur untuk
Cause Analysis) mengidentifikasi faktor penyebab atau
faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya penyimpangan kinerja,
termasuk KTD.
9 Manajemen Risiko (Risk Dalam hubungannya dengan operasional
Management) rumah sakit, istilah manajemen risiko
dikaitkan kepada aktivitas perlindungan
diri yang berarti mencegah ancaman yang
nyata atau berpotensi nyata terhadap
kerugian keuangan akibat kecelakaan,
cedera atau malpraktik medis.
10 Kejadian Sentinel (Sentinel Suatu KTD yang mengakibatkan
Event) kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang
sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti: operasi pada bagian
tubuh yang salah. Pemilihan kata
sentinel terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi (mis. amputasi pada
kaki yang salah, dsb) sehingga pencarian
fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan masalah serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai