Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN

Inez Cornelia Risamasu dan Yulius Jogi Christiawan

Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra

Email : yulius@petra.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor faktor yang mempengaruhi


opini audit going concern. Penelitian ini berbentuk kuantitatif, di mana data
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan bloomberg. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 49 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011 - 2015. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan
software SPSS Versi 23. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan debt default tidak berpengaruh terhadap


pemberian opini audit going concern, ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap
pemberian opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif
signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, kondisi keuangan yang
berpengaruh negatif signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

Kata kunci: Debt Default, Ukuran KAP, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Kondisi
Keuangan, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Going Concern

ABSTRACT

This study aimed to examine the factors that influenced going concern audit
opinion. This research was in the form of quantitative, in which the data obtained
from Indonesia Stock Exchange and bloomberg. The sample used in this research was
49 manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange 2011 2015 then the
data processed by using software SPSS Version 23. Data analysis technique used was
logistic regression analysis.

The results showed the debt default had no affect on the provision of going concern
audit opinion, firm size had no affect on the provision of going concern audit opinion,
the previous year's audit opinion had a significant positive effect on the provision of
going concern audit opinion, financial condition had a significant negative affect on
the provision of going concern audit opinion, company size had no affect the provision
of going concern audit opinion.

Keywords: Debt Default, Firm Size, Audit Opinion Previous Year, Financial
Condition, Company Size, Going Concern Audit Opinion

193
194 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

PENDAHULUAN sebuah perusahaan pada opini audit. Opini


audit yang mengungkapkan going concern
ini termasuk dalam jenis opini audit tanpa
modifikasi dengan paragraf penekanan
Informasi yang menggambarkan
suatu hal (SA 706, 2013).
kondisi keuangan perusahaan sangat
penting bagi investor untuk mengambil
Kondisi atau peristiwa yang
risiko keputusan bisnis. Kondisi keuangan
menyebabkan auditor memberikan
perusahaan tercermin dari laporan
penekanan suatu hal mengenai
keuangan perusahaan, sebelum laporan
keberlangsungan usaha, diantaranya
tersebut diterbitkan ke publik maka perlu
ketidakmampuan perusahaan untuk
untuk memperoleh keyakinan (assurance)
melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo
yang memadai dari auditor untuk
(debt default), ketidakmampuan manajemen
memastikan apakah laporan keuangan
dalam mengelola operasional perusahaan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan
terkait dengan kondisi keuangan
penyajian material, serta sesuai kerangka
perusahaan yang rugi secara signifikan
pelaporan keuangan yang berlaku sesuai
sehingga mempengaruhi modal kerja
dengan tujuan keseluruhan auditor pada
perusahaan, perkara hukum yang dihadapi
Standard Audit (SA) seksi 200, tahun 2013.
entitas perubahan perudang-undangan (SA
Keyakinan yang memadai merupakan suatu
570, 2013).
tingkat keyakinan tinggi, ketika auditor
mendapatkan bukti yang cukup dan tepat
Beberapa teori dalam penelitian
maka dapat menurunkan risiko audit (risiko
Sentosa dan Wedari (2007), Rahayu (2007),
akan kesalahan auditor menyatakan opini
Karyanti dan Pratolo (2009), Surbakti dan
audit). Apabila auditor salah menyatakan
Hadiprajitno (2010), Dewayanto, (2011),
opini audit maka risiko bagi pihak pihak
Khaddafi (2015), Febriana dan Sofianti
yang berkepentingan (investor, lender,
(2016) yang membuktikan opini audit tahun
vendor) mengetahui informasi kondisi
sebelumnya mempengaruhi pemberian opini
perusahaan akan salah juga dalam
audit going concern karena asumsi auditor
mengambil keputusan bisnis.
apabila kondisi kinerja perusahaan saat
tahun audit tidak terlepas dari kinerja
Opini audit memiliki 2 jenis yaitu,
perusahaan tahun sebelumnya, sehingga
opini audit tanpa modifikasi (unmodified
terdapat kemungkinan auditor memberikan
opinion) dan opini audit dengan modifikasi
opini audit going concern bila
(modified opinion). Berdasarkan SA 700
keberlangsungan usahanya masih
(2013) mengatur tentang perumusan
diragukan sama seperti kinerja perusahaan
tentang suatu opini audit tanpa modifikasi,
pada tahun sebelumnya. Penelitian lainnya
opini ini dinyatakan oleh auditor ketika
Januarti, 2009; Krissindiastuti dan Rasmini,
laporan keuangan sebuah perusahaan bebas
2016; Wati, Yuniarta, Sinarwati, 2017 yang
dari salah saji material dan sesuai dengan
membuktikan ukuran KAP mempengaruhi
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
pemberian opini audit going concern. KAP
Sedangkan opini audit dengan modifikasi
Big Four dianggap lebih kompeten dalam
dinyatakan oleh auditor ketika laporan
mendeteksi dan mempertimbangkan
keuangan sebuah perusahaan terdapat
keraguan akan keberlangsungan usaha
salah saji material dan sesuai dengan
perusahaan di masa depan sehingga auditor
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
secara independen memberikan opini audit
(SA 705, 2013).
going concern untuk menjaga kualitas audit
dan reputasi KAP dibandingkan kinerja
Informasi perusahaan akan
KAP Non Big Four (Krissindiastuti dan
kelangsungan usaha di masa depan (going
Rasmini, 2016).
concern) merupakan informasi penting bagi
pengguna laporan keuangan (investor,
Para peneliti telah berusaha
lender, vendor). Menurut Standar Audit (SA)
mengidentifikasi faktor faktor yang
terbaru, SA 570 tahun 2013 mengatur
mempengaruhi pemberian opini audit going
tentang kelangsungan usaha. Di mana
concern tetapi masih belum terbukti
auditor bertanggung jawab untuk
konsisten, sehingga dalam penelitian ini,
mengungkapkan kelangsungan usaha
peunlis mencoba meneliti kembali faktor
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 195

faktor yang mempengaruhi pemberian opini tidak wajar (adverse opinion), 3) Opini tidak
audit going concern. memberikan pendapat (disclaimer of
opinion). Opini audit dengan modifikasi
Berdasarkan latar belakang di atas, dinyatakan oleh auditor ketika auditor
maka rumusan masalah dalam penelitian menemukan adanya kesalahan penyajian
ini adalah apakah debt default, ukuran KAP, material yang pervasif maupun tidak (SA
opini audit tahun sebelumnya, kondisi 705, 2013). Konsep pervasif dalam konteks
keuangan, ukuran perusahaan berpengaruh kesalahan penyajian yang di maksud adalah
terhadap pemberian opini audit going seberapa besar pengaruh kesalahan
concern ? penyajian terhadap kualitas penyajian
laporan keuangan. Opini audit dengan
Opini Audit modifikasi dikategorikan lagi menjadi 3 tipe,
yaitu :
Opini audit merupakan laporan yang
diberikan seorang akuntan publik terdaftar 1. Opini wajar dengan pengecualian
atas hasil penilaiannya terhadap kewajaran disebabkan adanya kesalahan
laporan keuangan yang disajikan penyajian yang material dan
perusahaan (Ardiyos, 2013, p. 42). Dalam ketidakmampuan auditor memperoleh
mendukung penilaian audit, maka auditor bukti audit yang cukup dan tepat baik
perlu menilai risiko bisnis klien, seperti secara individual maupun secara
yang ditekankan pada SA 315.15 (2013) agregasi tetapi tidak pervasif terhadap
menegaskan bahwa auditor harus laporan keuangan.
memperoleh suatu pemahaman tentang
apakah entitas memiliki suatu proses untuk 2. Opini tidak wajar disebabkan oleh
mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan laporan keuangan yang mengandung
dengan tujuan pelaporan, mengestimasi salah saji baik secara individual
signifikansi risiko, menentukan maupun secara agregasi dan tergolong
kemungkinan terjadinya risiko tersebut, dan material dan pervasif terhadap laporan
memutuskan tindakan untuk menangani keuangan.
risiko tersebut.
3. Opini tidak menyatakan pendapat
Kewajaran laporan keuangan menjadi diberikan ketika auditor tidak
pertimbangan auditor dalam menerbitkan memperoleh bukti audit yang cukup
opini audit. Auditor melihat wajar atau dan tepat, tergolong material dan
tidak laporan keuangan di lihat dari semua pervasif. Opini ini diberikan ketika
hal material, dan kepatuhan terhadap manajemen melakukan pembatasan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. ruang lingkup audit setelah menerima
Auditor perlu mengevaluasi laporan perikatan audit.
keuangan tersebut wajar atau tidak dengan
pertimbangan diantaranya adalah Opini audit going concern tergolong
penyajian, struktur, dan isi laporan jenis opini audit tidak dimodifikasi dengan
keuangan secara keseluruhan, termasuk tambahan paragraf penekanan suatu hal
catatan atas laporan keuangan yang mampu atau hal lain (SA 706, 2013). Paragaf dengan
mencerminkan transaksi dan peristiwa yang penekanan suatu hal ini
terjadi di sebuah entitas (SA 700.12 - 13, mempertimbangkan tiga hal yaitu, suatu
2013). ketidakpastian yang berhubungan dengan
hasil di masa depan, penekanan dini atas
Jenis Opini Audit suatu standar akuntansi baru yang
berdampak pervasif terhadap laporan
Opini audit terdiri dari 2 jenis opini keuangan sebelum atau masih tanggal
audit, yaitu 1) opini audit tanpa modifikasi efektif berlakunya, suatu bencana alam
(unmodified opinion), 2) opini audit dengan besar yang telah berlanjut sehingga
modifikasi (modified opinion). Kemudian, mempengaruhi secara signifikan terhadap
opini audit dengan modifikasi sesuai dengan posisi keuangan entitas (SA 706, 2013).
SA 705 (2013) dikategorikan lagi menjadi 3 Penekanan terhadap suatu ketidakpastian
tipe, yaitu 1) Opini wajar dengan yang berhubungan dengan hasil di masa
pengecualian (qualified opinion), 2) Opini depan atas perkara litigasi yang tidak biasa
196 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

atau tindakan yang akan dilakukan oleh Debt Default


regulator berkaitan dengan opini audit going
concern. Debt default merupakan kegagalan
perusahaan dalam membayar hutang pokok
Opini Audit Going Concern dan atau bunga pada waktu jatuh tempo
(Chen, et al. 1992). Debt default oleh
Opini audit going concern merupakan pemberi pinjaman biasa menyebut dengan
opini audit dengan paragraf penekanan istilah wanprestasi. Berdasarkan
suatu hal mengenai kelangsungan usaha di Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7 / 3/
masa depan (SA 706, 2013). Auditor PBI / 2005 tentang batas maksimum
bertanggung jawab untuk memperoleh bukti pemberi kredit bank umum,
audit yang cukup dan tepat, dan memberi mengungkapkan bahwa peminjam
kesimpulan atas kondisi keuangan dianggap wanprestasi ketika terjadi
perusahaan, memberi saran yang tepat bagi tunggakan pokok dan atau bunga pada saat
manajemen terkait kelangsungan usaha jatuh tempo (PBI, pasal 27, ayat 3, 2005, p.
apabila perusahaan mengalami 27).
ketidakpastian akan kelanjutan usaha
dimasa mendatang (SA 570, 2013). Auditor bertanggungjawab untuk
mengiformasikan sebuah perusahaan
Menurut Arens, Elder, Beasley (2008) dan tersebut mengalami debt default atau tidak
SA 570, 2013 menyebutkan bahwa peristiwa dalam opini audit. Sesuai dengan SA 570
dan kondisi yang menyebabkan auditor (2013) menyebutkan bahwa opini audit
menyatakan pendapat going concern, yaitu : going concern diungkapkan ketika
perusahaan sudah dianggap tidak mampu
(1) Ketidakmampuan manajemen dalam membayar hutang dan atau bunga pada saat
mengelola operasional perusahaan tanggal jatuh tempo.
terkait dengan kondisi keuangan
perusahaan yang rugi secara signifikan Pernyataan yang menggambarkan
sehingga mempengaruhi modal kerja kondisi debt default biasa ditemukan dalam
perusahaan. opini paragraf penekanan suatu hal yang
menyatakan perusahaan gagal memenuhi
(2) Ketidakmampuan perusahaan untuk kewajiban atau hutang. Ketika perusahaan
membayar kewajibannya pada tanggal mendapatkan opini audit dengan penekanan
jatuh tempo debt default seperti itu, maka diberi kode 1,
sedangkan jika perusahaan tidak maka
(3) Kehilangan pelanggan utama, terjadi diberi kode 0 (Khaddafi, 2015).
bencana yang tidak di jamin oleh
asuransi, seperti gempa bumi atau Ukuran KAP
banjir, atau masalah ketenagakerjaan
yang tidak biasa. Ukuran KAP didefinisikan sebagai
besar atau kecilnya suatu kantor akuntan
(4) Pengadilan, perundang-undangan, atau publik (Arestantya dan Wirajaya, 2016).
hal hal serupa lainnya yang sudah KAP dikatakan besar karena dianggap
terjadi dan dapat membahayakan memiliki kualitas audit yang lebih baik
kemampuan entitas untuk beroperasi. dibandingkan KAP NonBig Four (Choi,
Kim, Big Four Bon Kim, 2010). Kualitas
Pengukuran opini audit going concern audit lebih baik yang di maksud adalah
pada penelitian ini menggunakan variabel auditor yang bekerja di KAP berskala besar
dummy, seperti yang dilakukan oleh lebih memiliki kompetensi audit seperti,
Febriana dan Sofianti (2016) di mana mendeteksi masalah yang berkaitan dengan
laporan keuangan yang memiliki opini audit going concern yang lebih akurat
going cocern diberi kode 1 dan yang non- dibandingkan dengan auditor yang bekerja
going cocern diberi nilai 0. di KAP berskala kecil (DeAngelo, 1981
dalam Shafie, Hussin, Yusof, Hussain,
2009).
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 197

Variabel ini diukur menggunakan pengukuran kondisi keuangan karena


variabel dummy yaitu perusahaan yang memiliki keandalan menilai kinerja
diaudit laporan keuangannya oleh KAP Big perusahaan secara keseluruhan dari analisis
Four maka diberi nilai 1 sedangkan kebangkrutan perusahaan tanpa
perusahaan yang diaudit laporan memperhatikan ukuran perusahaan
keuangannya oleh KAP Big Four maka (Dewayanto, 2011).
diberi nilai 0 (Nanda dan Siska, 2015).
Ukuran Perusahaan
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Ukuran perusahaan menggambarkan
Opini audit tahun sebelumnya adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang
opini audit yang diterima auditee pada diukur melalui total aset (Pertiwi dan
tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum Suhardianto, 2015). Menurut Mutchler
tahun penelitian (Alichia, 2013). Opini audit (1985) meyakini bahwa perusahaan yang
tahun sebelumnya ini dikelompokkan besar dapat menyelesaikan problem
menjadi dua kriteria, yaitu opini audit going keuangan dibandingkan dengan perusahaan
concern dan opini audit non-going concern. kecil. Cara mengukur perusahaan yang
Opini audit going concern tahun sebelumnya sering digunakan dalam penelitian
ini akan menjadi faktor pertimbangan penelitian akuntansi adalah nilai total aset
penting auditor untuk mengeluarkan perusahaan (Mutchler, 1985; Januarti, 2007:
kembali opini audit going concern pada Diyanti, 2011; Dewayanto, 2011; Werastuti,
tahun berikutnya (Sentosa dan Wedari, 2013; Azizah dan Anisykurlillah, 2014;
2007, p. 146). Tarihoran dan Budiono, 2015;
Krissindiastuti dan Rasmini, 2016).
Variabel ini diukur menggunakan
variabel dummy, kode 1 diberikan kepada Total aset di ukur menggunakan log
perusahaan yang mendapatkan opini audit natural total assets seperti penelitian yang
going concern pada tahun sebelumnya, dan dilakukan oleh Tarihoran dan Budiono
kode 0 jika opini audit tahun sebelumnya (2015). Aset menurut Dewayanto (2011)
tidak mendapatkan opini audit going menggambarkan operasional aktivitas
concern (Febriana dan Sofianti, 2016). perusahaan sehingga jika ada peningkatan
aset maka diikuti dengan peningkatan hasil
Kondisi Keuangan operasi.

Kondisi keuangan merupakan Pengaruh debt default terhadap


gambaran kinerja perusahaan secara pemberian opini audit going concern
keseluruhan dalam hal ini berkaitan dengan
tingkat kesehatan perusahaan selama Debt default berkaitan dengan jumlah
periode atau kurun waktu tertentu (Sentosa hutang yang besar sehingga aliran kas
dan Wedari, 2007; Surbakti dan banyak dialokasikan untuk menutupi
Hadiprajitno 2010; Dewayanto, 2011; hutang tersebut. Ketika auditor
Junaidi, Triyatmi dan Nurdiono, 2012; mendapatkan konfirmasi dari kreditur
Azizah dan Anisykurlillah, 2014). Tingkat bahwa perusahaan mengalami debt default
kesehatan perusahaan digambarkan dari maka auditor harus menekankan kondisi
rasio keuangan yang dapat mengindikasi default dalam opini audit dengan paragraf
kondisi keuangan yang baik atau kondisi penekanan suatu hal tentang kegagalan
buruk (Sartono, 1997 dalam Santosa dan perusahaan membayar kewajiban.
Wedari, 2007). Perusahaan yang mengalami debt default
maka meningkatkan kemungkinan auditor
Variabel ini diukur menggunakan Z menyatakan penekanan atas keraguan atau
Score model untuk mengukur kondisi ketidakpastian terhadap keberlangsungan
keuangan perusahaan (Sentosa dan Wedari, usaha (Januarti, 2009).
2007; Surbakti dan Hadiprajitno 2010;
Dewayanto, 2011; Junaidi, Triyatmi dan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nurdiono, 2012; Azizah dan Anisykurlillah, Chen dan Church (1992), Januarti (2009),
2014). Altman Z score digunakan sebagai Shafie, Hussin, Yusof, Hussain (2009),
Surbakti dan Hardiprajitno (2010),
198 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

Praptorini dan Januarti (2011), Werastuti signifikan terhadap opini audit going
(2013), Cahyono (2014), Khaddafi (2015) concern. Sampel yang digunakan oleh
menunjukkan bahwa debt default Januarti (2009), Krissindiastuti dan
berpengaruh positif signifikan terhadap Rasmini (2016), Wati, Yuniarta, Sinarwati
pemberian opini audit going concern. (2017) adalah perusahaan manufaktur yang
Januarti (2009), Surbakti dan Hardiprajitno terdaftar di IDX, sedangkan Tarihoran dan
(2010), Praptorini dan Januarti (2011), Budiono (2015) mengambil sampel
Werastuti (2013), Cahyono (2014) perusahaan sektor pertambangan yang
menggunakan sampel penelitian dari terdaftar di IDX. Kemudian penelitian yang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di dilakukan Knechel dan Vanstraelen (2007)
Indonesia Stock Exchange (IDX). Sedangkan mengambil sampel perusahaan publik di
Chen dan Church (1992) menggunakan US.
sampel perusahaan National Automated
Accounting Research System (NAARS) Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagai lembaga informasi akuntansi publik ketika ukuran KAP dikategorikan besar
Amerika di New York. Kemudian, Shafie, apabila termasuk dalam KAP Big Four
Hussin, Yusof, Hussain (2009) dianggap mampu menjaga reputasi dan
menggunakan sampel perusahaan yang keahlian dalam mengaudit suatu
terdaftar di Kuala Lumpur Stock Exchange, perusahaan sedangkan Ukuran KAP
KLSE). dikategorikan kecil apabila tidak termasuk
dalam KAP Big Four sehingga reputasi dan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian dalam mengaudit masih perlu
ketika perusahaan mengalami debt default dipertimbangkan kembali .
maka kemungkinan akan mempengaruhi
auditor untuk memberikan opini audit going Berdasarkan kajian di atas, peneliti
concern. dapat menyimpulkan hipotesis sebagai
berikut :
Berdasarkan kajian di atas, peneliti
dapat menyimpulkan hipotesis sebagai H2: Ukuran KAP berpengaruh positif
berikut : terhadap pemberian opini audit going
concern
H1: Debt default berpengaruh positif
terhadap pemberian opini audit going Pengaruh opini audit tahun
concern sebelumnya terhadap pemberian opini
audit going concern
Pengaruh ukuran KAP terhadap
pemberian opini audit going concern Ketika auditor melihat opini audit
tahun sebelumnya dari sebuah entitas
Besar kecilnya ukuran KAP di mendapat opini audit going concern maka
pengaruhi oleh kualitas audit dan reputasi auditor juga mempertimbangkan keraguan
dari sebuah KAP itu sendiri. Auditor yang keberlangsungan usaha dalam mengaudit
bekerja atau berafiliasi dengan KAP Big periode selanjutnya. Apabila auditor
Four lebih kompeten dalam mendeteksi dan memberikan opini audit going concern pada
mempertimbangkan keraguan akan tahun sebelumnya maka terdapat
keberlangsungan usaha perusahaan di masa kecenderungan auditor untuk mengeluarkan
depan sehingga auditor secara independen opini audit going concern, oleh karena itu
memberikan opini audit going concern untuk opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
menjaga kualitas audit dan reputasi KAP positif terhadap pengungkapan opini going
dibandingkan kinerja KAP Non Big Four concern (Surbakti dan Hadiprajitno, 2010).
(Krissindiastuti dan Rasmini, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Sentosa
Penelitian Knechel dan Vanstraelen dan Wedari (2007), Rahayu (2007), Karyanti
(2007), Januarti (2009), Tarihoran dan dan Pratolo (2009), Surbakti dan
Budiono (2015), Khaddafi (2015), Hadiprajitno (2010), Dewayanto, (2011),
Krissindiastuti dan Rasmini (2016), Wati, Khaddafi (2015), Febriana dan Sofianti
Yuniarta, Sinarwati (2017) menunjukkan (2016) menunjukkan bahwa opini audit
bahwa ukuran KAP berpengaruh positif tahun sebelumnya berpengaruh positif
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 199

signifikan terhadap opini audit going Berdasarkan kajian di atas, peneliti


concern. Semua peneliti diatas, dapat menyimpulkan hipotesis sebagai
menggunakan sampel perusahaan berikut :
manufaktur yang terdaftar di IDX.
H4 : Kondisi keuangan berpengaruh
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika negatif terhadap pemberian opini audit
perusahaan satu tahun sebelumnya going concern.
mendapatkan opini going concern maka
kemungkinan perusahaan berpotensi Pengaruh ukuran perusahaan terhadap
mendapatkan opini going concern pemberian opini audit going concern

Berdasarkan kajian di atas, peneliti dapat Perusahaan yang dikatakan besar


menyimpulkan hipotesis sebagai berikut : ketika memiliki total aktiva atau total aset
perusahaan yang dapat menutupi problem
H3: Opini audit tahun sebelumnya keuangan perusahaan sedangkan
berpengaruh positif terhadap pemberian perusahaan kecil tidak dianggap tidak
opini audit going concern. mampu menutupi problem keuangan. Ketika
perusahaan berukuran besar dianggap lebih
Pengaruh kondisi keuangan terhadap mampu mengatasi permasalahan
pemberian opini audit going concern ekonominya maka kecil kemungkinan
auditor cenderung memberikan opini audit
Kondisi keuangan yang buruk sampai going concern (Mutchler, 1985).
pada level bangkrut maka auditor perlu
meragukan keberlangsungan usaha entitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Auditor perlu mengungkapkan keraguan oleh Januarti (2009), Diyanti (2010),
kemampuan entitas dalam opini audit going Kristiana (2012) menyatakan bahwa ukuran
concern. Menurut Kim dan Lee (2016) perusahaan berpengaruh negatif terhadap
secara empiris mengemukakan bahwa opini audit going concern. Penelitian
tekanan terhadap kondisi keuangan tersebut menggunakan sampel perusahaan
(financial distress) memicu perusahaan manufaktur yang terdaftar di IDX.
menerima opini audit going concern.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Sentosa ketika ukuran perusahaan yang besar maka
dan Wedari (2007), Surbakti dan kecenderungan untuk lebih mampu
Hadiprajitno (2010), Dewayanto, (2011), menyelesaikan masalah keuangan sehingga
Junaidi, Triyatmi dan Nurdiono (2012), kemungkinan auditor berpotensi untuk
Azizah dan Anisykurlillah (2014) tidak mengeluarkan opini audit going
menyatakan kondisi keuangan berpengaruh concern. Sebaliknya ketika ukuran
negatif terhadap opini audit going concern. perusahaan yang kecil maka kecenderungan
Penelitian tersebut menggunakan sampel sulit menyelesaikan masalah keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di sehingga kemungkinan auditor berpotensi
IDX. Kemudian, pengukuran Altman Z untuk mengeluarkan opini audit going
Score sebagai ukuran tingkat bangkrut concern. Berdasarkan kajian di atas, peneliti
sebuah perusahaan. dapat menyimpulkan hipotesis sebagai
berikut :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketika semakin kecil nilai Altman Z score H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh
yang menunjukkan perusahaan mengalami negatif terhadap pemberian opini audit
bangkrut maka kecenderungan auditor going concern.
memberikan opini audit going concern
semakin besar. Begitu pula sebaliknya METODOLOGI PENELITIAN
ketika semakin besar nilai Altman Z score
yang menunjukkan perusahaan mengalami Model berikut menggambarkan
kondisi keuangan yang baik maka kerangka berpikir yang digunakan dalam
kencenderungan auditor untuk tidak penelitian ini. Tujuan dilakukannya
mengeluarkan opini audit going concern. penelitian ini untuk menganalisis faktor
200 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

faktor yang mempengaruhi pemberian opini jatuh tempo (Chen dan Church, 1992).
audit going concern. Pernyataan default biasa ditemukan
dalam paragraf penekanan suatu hal yang
menyatakan perusahaan gagal memenuhi
kewajiban dan atau hutang. Variabel ini
merupakan variabel dummy. Jika
perusahaan mendapatkan pernyataan
default dari auditor, maka diberi kode 1, jika
tidak, maka diberi kode 0 (Khaddafi, 2015).

Ukuran KAP

Ukuran KAP didefinisikan sebagai besar


atau kecilnya suatu kantor akuntan publik.
KAP Big Four dikatakan besar karena
dianggap memiliki kualitas audit yang lebih
baik dibandingkan KAP Non Big Four
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling (Choi, Kim, Bon Kim, 2010). Sehingga KAP
KRITERIA SAMPEL JUMLAH Big Four memberikan jaminan kualitas
audit yang lebih baik dibandingan KAP
Jumlah sampel penelitian 245
selama (5 tahun) Non-Big Four.
1. Tidak ditemukan opini (37) KAP yang termasuk Big Four di Indonesia
audit dari tahun 2011 - adalah:
2015
2. Menggunakan mata (35) 1. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte)
uang asing
3. Tidak ditemukan opini (18) 2. PricewaterhouseCooper (PwC)
audit tahun sebelumnya
3. Ernst & Young (EY)
Jumlah pengamatan yang 155
memenuhi kriteria 4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler
Jenis data yang digunakan dalam (KPMG)
penelitian ini adalah data kuantitatif.
Sumber data yang digunakan dalam Berikut empat besar anggota KAP
penelitian ini adalah data sekunder. Data Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big
sekunder diperoleh melalui laporan Four, yaitu KAP Tanudiredja, Wibisana &
keuangan yang tersedia di website Bursa Rekan (PwC), KAP Osman Bing Satrio
Efek Indonesia, www.idx.co.id dan pusat (Deloitte), KAP Purwantono, Suherman &
data bloomberg. Populasi dalam penelitian Surja (EY), serta KAP Sidharta dan Widjaja
ini adalah perusahaan perusahaan sektor (KPMG) (http://www.apb-group.com/the-
manufaktur yang go public di Bursa Efek big-four/).
Indonesia (BEI) yang dimuat dalam IDX
Variabel ini merupakan variabel dummy
tahun 2011 - 2015. Teknik pengambilan
yaitu apabila perusahaan yang diaudit oleh
sampel yang digunakan adalah purposive
KAP Big Four maka diberi nilai 1 sedangkan
sampling, yaitu pengambilan sampel yang
perusahaan yang diaudit oleh KAP Non -
dipilih berdasarkan kriteria kriteria
Big Four maka diberi nilai 0 (Nanda dan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Siska, 2015).
Kriteria kriteria yang ditetapkan adalah:
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Variabel Penelitian
Opini audit tahun sebelumnya adalah
Debt Default
opini audit yang diterima auditee pada
Debt default didefinisikan sebagai tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum
kegagalan perusahaan untuk membayar tahun penelitian (Alichia, 2013). Opini audit
hutang pokok dan atau bunga pada waktu tahun sebelumnya ini dikelompokkan
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 201

menjadi dua kriteria, yaitu opini audit going X2 = Retained earnings / Total Asset
concern dan opini audit non-going concern.
Opini audit going concern tahun sebelumnya X3 = Earnings Before Interest and Taxes /
Total Asset
ini akan menjadi faktor pertimbangan
penting auditor untuk mengeluarkan X4 = Market Value of Equity / Book Value of
kembali opini audit going concern pada Total Liabilities
tahun berikutnya (Sentosa dan Wedari,
2007, p. 146). Ukuran Perusahaan

Variabel ini merupakan variabel Ukuran perusahaan menggambarkan


dummy, kode 1 diberikan kepada besar kecilnya suatu perusahaan yang
perusahaan yang mendapatkan opini audit dinyatakan dalam total aset (Suwito dan
going concern pada tahun sebelumnya, Herawaty, 2005; Kurniasih dan Sari, 2013;
sedangkan kode o diberikan kepada Pertiwi dan Suhardianto, 2015). Menurut
perusahaan yang tidak mendapatkan opini Mutchler (1985) meyakini bahwa
audit going concern pada tahun sebelumnya perusahaan yang besar dapat
(Febriana dan Sofianti, 2016). menyelesaikan problem keuangan
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Kondisi Keuangan Pengukuran untuk menilai ukuran
perusahaan menggunakan log natural total
Kondisi keuangan merupakan
assets seperti penelitian yang dilakukan oleh
gambaran kinerja perusahaan secara
Tarihoran dan Budiono (2015).
keseluruhan dalam hal ini berkaitan dengan
tingkat kesehatan perusahaan selama Firm Size = Ln Total Assets
periode atau kurun waktu tertentu (Sentosa
dan Wedari, 2007; Surbakti dan Teknik Pengumpulan Data dan Analisis
Hadiprajitno 2010; Dewayanto, 2011; Data
Junaidi, Triyatmi dan Nurdiono, 2012;
Teknik analisa data yang digunakan
Azizah dan Anisykurlillah, 2014). Dalam
yaitu dengan menggunakan analisis regresi
menilai kinerja keuangan, dapat diukur
logistik dengan menggunakan software
menggunakan beberapa rasio keuangan
SPSS versi 23.0. Menggunakan analisis
diantaranya rasio profitabilitas, rasio
regresi logistik (binary logit model), dengan
aktivitas, rasio solvabilitas seperti halnya
menguji apakah probabilitas terjadinya
rasio model altman Z score (Alareeni dan
varibel terikat dapat diprediksi dengan
Branson, 2013).
variabel bebasnya (Ghozali 2016 : 321).
Banyak penelitian terdahulu mengukur Langkah langkah yang dilakukan
kondisi keuangan menggunakan Altman Z untuk menganalisis data dalam penelitian
Score (Sentosa dan Wedari, 2007; Karyanti ini diperlukan deskripsi data, menguji
dan Suryo Pratolo, 2009; Haron, Hartadi, kelayakan model regresi logistik (Hosmer
Ansari dan Ismail, 2009; Surbakti dan dan Lemeshow Test), koefisien determinasi
Hadiprajitno, 2010; Dewayanto, 2011; (R2), uji signifikansi parameter individual
Junaidi, Triyatmi dan Nurdiono, 2012; (wald).
Azizah dan Anisykurlillah, 2014; Cahyono,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2014; Wati, Yuniarta dan Sinarwati, 2017).
Rasio yang digunakan sebagai berikut, Deskripsi data digunakan untuk
sesuai dengan rumus Z score dikembangkan memberikan gambaran atau deskripsi suatu
Altman (1993) dalam Alareeni dan Branson data yang dilihat dari nilai rata rata,
(2013) yaitu: maksimum, minimum (Kartika ,2012).
Metode ini hanya memberikan informasi
Z = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
tidak memberikan kesimpulan yang
Dimana: berkaitan dengan pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen.
X1 = Working Capital / Total Asset
202 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

mendapatkan opini audit going concern pada


tahun sebelumnya dan 45 laporan keuangan
dengan persentase 29% yang tidak
mendapatkan opini audit going concern pada
tahun sebelumnya. Kemudian, dari 101 laporan
keuangan yang tidak mendapatkan opini audit
going concern terdapat 93 laporan keuangan
dengan persentase 60% yang mendapatkan
opini audit going concern pada tahun
sebelumnya dan 8 laporan keuangan dengan
persentase 5% yang tidak mendapatkan opini
audit going concern.

Kondisi keuangan dinilai menggunakan


rumus excel, memiliki nilai minimum pada
perusahaan yang mendapatkan opini audit
going concern sebesar -63,52170 dan nilai
Pada perusahaan manufaktur tahun 2011 maksimum sebesar 21,64171. Kondisi keuangan
2015 ditemukan perusahaan yang pada perusahaan yang tidak mendapatkan opini
mendapatkan opini audit going concern yang audit going concern memiliki nilai minimum
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, debt sebesar -41,62877 dan nilai maksimum sebesar
default, KAP, opini audit tahun sebelumnya, 54,92715. Rata rata kondisi keuangan
kondisi keuangan, ukuran perusahaan. Dari 54 perusahaan yang mendapatkan opini audit
laporan keuangan yang mendapatkan opini going concern sebesar -5,45 sedangkan rata
audit going concern terdapat 21 laporan rata kondisi keuangan perusahaan yang tidak
keuangan dengan persentase 14% yang mendapatkan opini audit going concern sebesar
dinyatakan debt default dan 33 laporan 4,40. Hal ini dianggap wajar karena Z Score
keuangan dengan persentase 21% yang tidak Model mengasumsikan bahwa kondisi keuangan
dinyatakan default oleh auditor. Kemudian, dari yang tidak sehat atau bangkrut kurang dari 1,10
101 laporan keuangan yang tidak mendapatkan sedangkan kondisi keuangan yang sehat
opini audit going concern terdapat 3 laporan kriterianya nilai dari Z Score lebih dari 2,60.
keuangan dengan persentase 2% yang Kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat
dinyatakan debt default dan 98 laporan dapat memicu auditor untuk memberi opini
keuangan dengan persentase 63% yang tidak audit going concern (Lee, 2016).
dinyatakan debt default oleh auditor. Laporan keuangan yang mendapatkan opini
Dari 54 laporan keuangan yang audit going concern memiliki nilai minimum
mendapatkan opini audit going concern terdapat sebesar 9,37305 bila disetarakan menjadi
41 laporan keuangan dengan persentase 26% besaran rupiah bernilai Rp. 2,360,773,287 dan
yang diaudit oleh KAP Big-Four dan 13 laporan nilai maksimum sebesar 16,88414 bila
keuangan dengan persentase 21% yang diaudit disetarakan menjadi besaran rupiah bernilai
oleh KAP Non-Big Four. Kemudian, dari 101 Rp.76,584,119,394,564,300. Kemudian, laporan
laporan keuangan yang tidak mendapatkan keuangan yang tidak mendapatkan opini audit
opini audit going concern terdapat 72 laporan going concern memiliki nilai minimum sebesar
keuangan dengan persentase 46% yang diaudit 9,26700 bila disetarakan menjadi besaran
oleh KAP Big-Four dan 29 laporan keuangan rupiah bernilai Rp. Rp. 1,849,286,584 dan nilai
dengan persentase 19% yang diaudit oleh KAP maksimum sebesar 17,02170 bila disetarakan
Non-Big Four. menjadi besaran rupiah bernilai
Rp.105,124,244,167,004,000. Dengan rata rata
Tabel tersebut juga menunjukkan dari 54 ukuran perusahaan yang mendapatkan opini
laporan keuangan yang mendapatkan opini audit going concern sebesar 13,74865 kemudian
audit going concern terdapat 9 laporan disetarakan menjadi besaran rupiah bernilai Rp.
keuangan dengan persentase 6% yang 241,460,754,406 rata rata ukuran perusahaan
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 203

yang tidak mendapatkan opini audit going Uji Koefisien Determinasi (R2)
concern sebesar 13,75045 kemudian disetarakan
menjadi besaran rupiah bernilai Rp. Pengujian ini digunakan untuk menilai
56,059,581,667,551. seberapa besar pengaruh variabilitas
independen terhadap variabilitas variabel
dependen (Ghozali 2016 : 329). Pengujian
koefisien determinasi pada regresi logistik
Menguji Kelayakan Model Regresi dengan menggunakan Nagelkerkes R
(Hosmer dan Lemeshow Test) square. Nagelkerkes R square merupakan
ukuran R2 pada regresi logistik.
Pada regresi linear menggunakan uji F
untuk menguji kelayakan model dengan
data observasi, sedangkan pada regresi
logistik menggunakan Hosmer and
Lemeshows Goodness of Fit Test yang
diukur dengan nilai Chi-square. Menurut
Ghozali (2016 : 329), Hosmer and
Lemeshows Goodness of Fit Test menguji
hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau
sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
antara model dengan data sehingga model
dapat dikatakan fit). Menguji Koefisien Determinasi
(Negekerkes R Square)
Sedangkan, dasar pengambilan
keputusan adalah dengan berdasarkan Nilai Nagelkerkes R2 dapat
probabilitas dengan melihat angka diinterpretasikan seperti nilai R2 pada
signifikansi untuk setiap variabel yang ada multiple regression. Dilihat dari output
pada bagian akhir output yaitu: SPSS nilai Cox Snells R2 sebesar 0,496 dan
nilai Nagelkerkes R2 sebesar 0,684. Dapat
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima diartikan bahwa variabel independen debt
default (DEBT), ukuran KAP (KAP), opini
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak audit tahun sebelumnya (PRIOP), kondisi
keuangan (ZSCORE), ukuran perusahaan
(SIZE) mempengaruhi variabel dependen
yaitu opini audit going concern sebesar
68,4%, sedangkan sebesar 31,6% dijelaskan
oleh variabel lain.

Uji Signifikansi Parameter Individual


(Wald)

Penggunaan Uji Wald identik dengan


Hosmer and Lemeshows Goodness Fit
Uji T parsial pada metode analisis regresi
Test menguji hipotesis nol bahwa data
empiris cocok atau sesuai dengan model linear. Pengujian berfungsi untuk
yang telah dihipotesiskan. Apabila nilai mengetahui bagaimana pengaruh dari
signifikansi menurut Hosmer and variabel independen secara individu
Lemeshows Goodness Fit Test lebih besar terhadap variabel dependen, dengan
dari 0,05 maka hipotesis nol diterima variabel-variabel lain yang mempengaruhi
sehingga model dapat memprediksi data variabel dependen yang dianggap konstan
dari sebuah observasi. Tampilan output (Ghozali 2016 : 334 - 335). Pengujian
SPSS menunjukkan bahwa besarnya nilai hipotesis dilakukan dengan cara
menurut statistik Hosmer and Lemeshows membandingkan variabel independen nilai P
Goodness Fit Test sebesar 3,408 dengan (Probabilitas) pada value uji wald (Sig) <
probabilitas signifikansi 0,906. Dapat
0,05, artinya masing-masing variabel
disimpulkan bahwa model memiliki
mempunyai pengaruh parsial yang
kesesuaian dengan data observasi sehingga
dapat dilakukan pengujian lebih lanjut. signifikan terhadap Y sehingga menerima
204 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

Ho sebaliknya jika value uji wald (Sig) < ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap
0,05 tidak memiliki pengaruh parsial yang pemberian opini audit going concern. Hasil
signifikan sehingga menolak Ho. tersebut membuktikan bahwa ukuran KAP
tidak berpengaruh terhadap probabilitas
pemberian opini audit going concern karena
laporan keuangan perusahaan yang
mendapatkan opini audit going concern
umumnya sudah diaudit oleh KAP Non-Big
Four pada tahun 2011 sampai 2015.
Sehingga, KAP Big Four maupun KAP Non-
Big Four tidak mempengaruhi probabilitas
pemberian opini audit going concern
(Sentosa dan Wedari, 2007; Rudyawan dan
Badera, 2008; Karyanti dan Pratolo, 2009;
Foroghi dan Shahshahani, 2012).
Hasil regresi logistik dihasilkan nilai
konstan sebesar -3,000. Nilai arah garis (1) Tabel 4.6 menilai nilai statistik (3),
variabel debt default (DEBT) sebesar 1,399 opini audit tahun sebelumnya (PRIOP)
dengan tingkat signifikansi 0,104. Nilai arah sebesar 3,400 dengan tingkat signifikansi
garis (2), ukuran KAP (KAP) sebesar 0,532 0,000 yang berarti kurang dari tingkat
dengan tingkat signifikansi 0,409. Nilai arah signifikansi 0,05 dan masih dalam tingkat
garis (3), opini audit tahun sebelumnya toleransi kesalahan kurang dari 0,1. Nilai
(PRIOP) sebesar 3,400 dengan tingkat tersebut menunjukkan bahwa opini audit
signifikansi 0,000. Nilai arah garis (4), tahun sebelumnya berpengaruh signifikan
kondisi keuangan (ZSCORE) sebesar -0,080 terhadap probabilitas pemberian opini audit
dengan tingkat signifikansi 0,093. Nilai arah going concern. Hasil tersebut membuktikan
garis (5), ukuran perusahaan (SIZE) bahwa perusahaan yang mendapatkan opini
sebesar -0,080 dengan tingkat signifikansi audit going concern sebelumnya memiliki
0,093. kemungkinan kecenderungan auditor untuk
mengeluarkan opini audit going concern
Tabel 4.6 menilai nilai statistik (1), pada tahun berjalan saat auditor mengaudit
debt default (DEBT) sebesar 1,399 dengan sebuah perusahaan (Sentosa dan Wedari,
tingkat signifikansi 0,104 yang berarti lebih 2007; Rahayu, 2007; Karyanti dan Pratolo,
besar dari tingkat signifikansi 0,05 dan 2009; Surbakti dan Hadiprajitno, 2010;
tingkat toleransi kesalahan lebih besar dari Dewayanto, 2011; Khaddafi, 2015; Febriana
0,1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa debt dan Sofianti, 2016).
default tidak berpengaruh terhadap
probabilitas pemberian opini audit going Tabel 4.6 menilai nilai statistik (4),
concern. Hasil tersebut membuktikan bahwa kondisi keuangan (ZSCORE) sebesar -0,080
debt default tidak berpengaruh terhadap dengan tingkat signifikansi 0,093 yang
opini audit going concern karena laporan berarti tingkat signifikansi lebih besar dari
keuangan perusahaan yang mendapatkan 0,05 tetapi masih dalam tingkat toleransi
opini audit going concern tidak secara kesalahan kurang dari 0,1 Nilai tersebut
konsisten menerima pernyataan debt default menunjukkan bahwa kondisi keuangan
sehingga perusahaan yang dinyatakan debt berpengaruh signifikan terhadap
default atau tidak dinyatakan debt default probabilitas pemberian opini audit going
tidak mempengaruhi auditor dalam concern. Hasil tersebut membuktikan bahwa
memberikan opini audit going concern kondisi keuangan perusahaan yang
(Karyanti dan Pratolo, 2009; Praptiorini dan memiliki score (<1,10) memiliki probabilitas
Januarti, 2011). auditor dalam memberikan opini audit going
Tabel 4.6 menilai nilai statistik (2), concern lebih tinggi dibandingkan kondisi
ukuran KAP (KAP) sebesar 0,532 dengan keuangan perusahaan yang memiliki score
tingkat signifikansi 0,409 yang berarti lebih (>2.60) (Sentosa dan Wedari, 2007; Surbakti
besar dari tingkat signifikansi 0,05 dan dan Hadiprajitno, 2010; Dewayanto, 2011;
tingkat toleransi kesalahan lebih besar dari Junaidi, Triyatmi dan Nurdiono, 2012;
0,1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Azizah dan Anisykurlillah, 2014).
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 205

Tabel 4.6 menilai nilai statistik (5), negatif signifikan terhadap pemberian opini
ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,053 audit going concern.
dengan tingkat signifikansi 0,254 yang
berarti tingkat signifikansi lebih besar dari 5. Hipotesis kelima diterima yang berarti
0,05 dan tingkat toleransi kesalahan lebih ukuran perusahaan tidak berpengaruh
besar dari 0,1. Nilai tersebut menunjukkan signifikan terhadap pemberian opini audit
bahwa ukuran perusahaan tidak going concern.
berpengaruh terhadap probabilitas
pemberian opini audit going concern. Hasil Saran
tersebut membuktikan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap Penelitian berikutnya bisa
opini audit going concern karena laporan menggunakan gap statistik antara faktor
keuangan perusahaan yang mendapatkan faktor yang mempengaruhi opini audit going
opini audit going concern secara konsisten concern (debt default, ukuran KAP, opini
memiliki ukuran total aset yang tinggi audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan,
dibandingkan laporan keuangan perusahaan ukuran perusahaan). Untuk mengetahui
yang tidak mendapatkan opini audit going seberapa besar pengaruh tiap variabel
concern. Sehingga, perusahaan berukuran independen terhadap variabel dependen.
besar atau kecil tidak mempengaruhi
probabilitas perusahaan diberi opini audit
going concern Dewayanto, (2011), Werastuti DAFTAR REFERENSI
(2013), Azizah dan Anisykurlillah (2014),
Tarihoran dan Budiono, (2015),
Alareeni, B., & Branson, J. (2013).
Krissindiastuti dan Rasmini (2016).
Predicting Listed Companies Failure in
Jordan Using Altman Models: A Case
KESIMPULAN DAN SARAN
Study. International Journal of
Business and Management, 8, 113 - 126.
Kesimpulan
Alichia, Y. P. (2008). Pengaruh Ukuran
Penelitian ini memiliki tujuan untuk
Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,
membuktikan adanya faktor faktor yang
Dan Opini Audit Going Concern (Studi
mempengaruhi opini audit going concern
Empiris Perusahaan Manufaktur Yang
yang diuji menggunakan model regresi
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia).
logistik pada perusahaan sektor manufaktur
Unpublished undergraduate thesis,
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Universitas Negeri Padang , 1 - 15.
(BEI). Berdasarkan hasil penelitian diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S.
berikut:
(2008). Auditing dan Jasa Assurance.
(A. B. Gania, Penerj.) Jakarta:
1. Hipotesis pertama diterima yang
Erlangga.
berarti debt default tidak berpengaruh
signifikan terhadap pemberian opini audit
Arestantya, I. A., & Wirajaya, I. G. (2016,
going concern.
Mei). Ukuran Kantor Akuntan Publik
Sebagai Pemoderasi Pengaruh Auditor
2. Hipotesis kedua diterima yang berarti
Switching Pada Kualitas Audit. Jurnal
ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan
Akuntansi Universitas Udayana, 15,
terhadap pemberian opini audit going
1228 - 1254.
concern.
Azizah, R., & Anisykurlillah, I. (2014).
3. Hipotesis ketiga diterima yang berarti
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
Default, Dan Kondisi Keuangan
positif signifikan terhadap pemberian opini
Perusahaan Terhadap Penerimaan
audit going concern.
Opini Audit Going Concern. Accounting
Analysis Journal, 533 - 542.
4. Hipotesis keempat diterima yang
berarti kondisi keuangan berpengaruh
206 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

Bayudi, N., & Wirawati, N. G. (2017). Faktor Manufaktur. Jurnal Akuntansi, 19, 31 -
- Faktor Yang Memengaruhi Pemberian 49.
Opini Audit Going Concern. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 19.1, Haron, H., Hartadi, B., Ansari, M., & Ismail,
109 - 136. I. (2009, Januari). Factors Influencing
Auditors Going Concern Opinion. Asian
Cahyono, D. (2014). Effect of Prior Audit Academy of Management Journal, 14, 1
Opinion, Audit Quality, and Factors of - 19.
Its Audit Opinion Going Concern.
Research Journal of Finance and Hernawati, R. I. (2011, Mei). Faktor - Faktor
Accounting, 5, 70 - 77. Non Keuangan Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Auditor Dalam
Chen, K. C., & Church, B. K. (1992). Default Memberikan Opini Going Concern.
on Debt Obligation and the Issuance of Jurnal Dian, 11, 192 - 197.
Going Concern Opinions. Auditing , 1 -
10. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013,
Januari). Standar Audit. Dipetik
DeAngelo, L. E. (1981). Auditor Size And Februari 2017, dari IAPI:
Audit Quality. Journal of Accounting http://iapi.or.id/Iapi/detail/153
and Economics, 3, 183 - 199.
Istiana, S. (2010, Januari). Pengaruh
Dewayanto, T. (2011, Juni). Analisis Faktor - Kualitas Audit, Opinion Shopping, Debt
Faktor Yang Mempengaruhi Default, Pertumbuhan Perusahaan,
Penerimaan Opini Audit Going Concern Dan Kondisi Keuangan Perusahaan
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terhadap Penerimaan Opini Audit
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Going Concern. Jurnal Akuntansi dan
Fokus Ekonomi, 6, 81 - 104. Investasi, 11, 80 - 96.

Diyanti, F. T., & Untari. (2010). Pengaruh Januarti, I. (2009). Analisis Pengaruh
Debt Default, Pergantian Auditor, Dan Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Ukuran Perusahaan Terhadap Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Penerimaan Opini Audit Going Concern
Concern. Unpublished undergraduate (Perusahaan Manufaktur Yang
thesis, Universitas Gunadarma, 1 - 20. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Unpublished undergraduate thesis,
Febriana, D., & Sofianti, S. P. (2016, Juni). Universitas Diponegoro, 1 - 26.
Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas,
Profitabilitas, Solvabilitas, Aktifitas Junaidi, Triyatmi, C. S., & Nurdiono. (2012).
Dan Opini Audit Going Concern Tahun Financial And Non Financial Factors
Sebelumnya Terhadap Opini Audit On Going Concern Opinion. Journal The
Going Concern. Jurnal Bisnis dan Winners, 13, 135 - 146.
Manajemen Islam, 4, 59 - 72.
Karyanti, & Pratolo, S. (2009, Januari).
Foroghi, D., & Shahshahani, A. M. (2012). Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi
Audit Firm Size and Going Concern Keuangan Perusahaan, Opini Audit
Reporting Accuracy. Interdisciplinary Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Journal Of Contemporary Research In Perusahaan Dan Debt Default
Business, 3, 1093 - 1098. Terhadap Kemungkinan Penerimaan
Opini Audit Going Concern. Jurnal
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Akuntansi dan Investasi, 10, 20 - 34.
Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Universitas Khaddafi, M. (2015, January). Effect of Debt
Diponegoro. Default, Audit Quality and Acceptance
of Audit Opinion Going Concern in
Harjito, Y. (2015, Januari). Analisis Manufacturing Company in Indonesia
Kecenderungan Penerimaan Opini Stock Exchange. International Journal
Audit Going Concern Pada Perusahaan of Academic Research in Accounting,
Risamasu : Faktor Faktor Yang Mempengaruhu Pemberian Opini Audit Going Concern 207

Finance and Management Sciences, 5, Pertiwi, D. B., & Suhardianto, N. (2015).


80 - 91. Relevansi Nilai Selisih Loans Book
Value dan Loans Fair Value, Book
Kim, H. W., & Lee, S. (2016). Does Revenue Value Per Share, Earnings Per Share
Expense Matching Relate To Going dan Ukuran Perusahaan . Jurnal
Concern Audit Opinion Conditional On Akuntansi dan Keuangan , 82 - 90.
Firm's Distress. The Journal of Applied
Business Research, 32, 947 - 966. Praptiorini, M. D., & Januarti, I. (2011).
Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt
Knechel, W. R., & Vanstraelen, A. (2007). Default Dan Opinion Shopping
The Relationship between Auditor Terhadap Penerimaan Opini Going
Tenure and Audit Quality Implied by Concern. Jurnal Akuntansi dan
Going Concern Opinions. A Journal of Keuangan Indonesia, 8, 78 - 93.
Practice and Theory, 26, 113 - 131.
Rahayu, P. (2007). Assesing Going Concern
Krissindiastuti, M., & Rasmini, N. K. (2016). Opinion : A Study Based On Financial
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi And Non - Financial Information.
Opini Audit Going Concern. E-Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X (hal.
Akuntansi Universitas Udayana, 14, 1 - 32). Makassar: Universitas
451 - 481. Minahasa.

Kristiana, I. (2012). Pengaruh Ukuran Santosa, A. F., & Wedari, L. K. (2007).


Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Analisis Faktor - Faktor Yang
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Mempengaruhi Kecenderungan
Opini Audit Going Concern Pada Penerimaan Opini Audit Going
Perusahaan Manufaktur Yang Concern. Jurnal Akuntansi dan
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Auditing Indonesia, 11, 141 - 158.
(BEI). Berkala Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi, 47 - 51. Sari, C. M., & Rustiana. (2016). Pemetaan
Penerapan Standar Audit Berbasis ISA
Mutchler, J. F. (1983). A Multivariate Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di
Analysis Of Auditor Decision Making In Daerah Istimewa Yogyakarta. Modus,
The Presence Of Going Concern 19 - 33.
Uncertainties. Unpublished
undergraduate thesis, University Of Setiadamayanthi, N. L., & Wirakusuma, M.
Illinois, 1 - 221. G. (2016, Juni). Pengaruh Auditor
Switching Dan Financial Distress Pada
Muttaqin, A. N., & Sudarno. (2011, Mei). Opini Audit Going Concern. E - Jurnal
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Akuntansi Universitas Udayana, 15,
Faktor Non Keuangan Terhadap 1654 - 1681.
Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Studi Empiris Pada Perusahaan Shafie, R., Hussin, W. N., Yusof, M. '., &
Manufaktur di BEI Tahun 2008 - 2010). Hussain, M. H. (2009, April). Audit
Jurnal Akuntansi dan Auditing, 7, 164 - Firm Tenure and Auditor Reporting
181. Quality : Evidence in Malaysia.
International Business Research, 2, 99 -
Nanda, F. R., & Siska. (2015, Juni). 109.
Pengaruh Audit Tenure, Disclosure,
Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Suwito, E., & Herawaty, A. (2005). Analisis
Shopping, Dan Kondisi Keuangan Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Peneriman Opini Audit Going Terhadap Tindakan Perataan Laba
Concern (Pada Perusahaan Yang Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang
Terdaftar Pada Index Syariah BEI). Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Simposium Nasional Akuntansi (hal.
Akuntansi I, 24, 41 - 64. 136 - 146). Solo: STIE Trisakti.
208 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 5, NO. 2, AGUSTUS 2017 (193-204)

Tarihoran, D. S., & Budiono, E. (2015).


Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran
Kantor Akuntan Publik, Dan Opinion
Shopping Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern (Studi Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010 - 2014).
Unpublished undergraduate thesis,
Universitas Telkom, 1 - 7.

Wati, K. K., Yuniarta, G. A., & Sinarwati, N.


K. (2017). Pengaruh Ukuran KAP Dan
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Terhadap Opini Audit Going Concern
Dengan Kondisi Keuangan Sebagai
Variabel Moderating (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2013 - 2015). E
- Jurnal Universitas Pendidikan
Ganesha, 7, 1 - 12.

Werastuti, D. N. (2013, April). Pengaruh


Auditor Client Tenure, Debt Default,
Reputasi Auditor, Ukuran Klien Dan
Kondisi Keuangan Terhadap Kualitas
Audit Melalui Opini Audit Going
Concern. Vokasi Jurnal RIset
Akuntansi, 2, 99 - 116.

Anda mungkin juga menyukai