Anda di halaman 1dari 15

January 21

Askep
Keluarga
Zahid Fikri,
2013
S.Kep.Ns

Askep
Keluarga
Baru
Menikah
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beberapa aspek yang berpotensi muncul sebagai masalah dalam keluarga baru
menikah antara lain: perbedaan latar belakang ekonomi, perbedaan tingkat
pendidikan, perbedaan usia yang amat jauh, perbedaan suku/ras/budaya, adanya
interaksi dari sifat-sifat keduanya, perbedaan ideologi maupun agama. Dalam
usahanya untuk menghadapi masa transisi dan krisis, banyak keluarga mengalami
kesulitan menghadapi masalah tersebut karena kurangnya pengetahuan,
kemampuan, dan fleksibilitas untuk berubah.
Tahap ini diperlukan proses adaptasi, dimana individu memulai untuk saling
menyesuaikan, menerima pasangan apa adanya, dan tidak berusaha mengubah
pasangan seperti keinginannya. Proses adaptasi ini adalah proses yang interaktif,
dialektik antara suami dan istri. Proses ini nantinya akan menghasilkan budaya
ketiga, budaya kompromi dan budaya campuran (mixed culture) yang disepakati
oleh suami dan istri.
Perbedaan latar belakang sosial ekonomi pada hakekatnya bukan masalah
besar jika keduanya hidup di budaya terbuka dan modern, apalagi di perkotaan.
Terutama ketika keduanya mempunyai latar belakang pendidikan yang sama.
Selama keduanya sadar akan aspek perbedaan ini dan dapat saling menghormati,
maka keduanya hanya perlu saling tenggang rasa terhadap berbagai perbedaan
kebiasaan pasangannya ini.
Perawat kesehatan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pada keluarga baru menikah. Perawat kesehatan komunitas dapat dijadikan
sebagai tempat bertanya oleh keluarga baru menikah untuk memecahkan
permasalahan dalam bidang kesehatan, sosial maupun psikososial.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah dalam
memelihara kesehatan sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu menjelaskan definisi pada
keluarga baru menikah.
2. Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu menjelaskan peran pada
keluarga baru menikah.
3. Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu menjelaskan fungsi pada
keluarga baru menikah.
4. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada keluarga baru menikah.
1.3.3 Manfaat
1. Sebagai masukan bagi mahasiswa keperawatan dan perawat komunitas
dalam memberikan asuhankeperawatan yang berkualitas kepada
keluarga baru menikah.

2. Sebagai referensi bagi keluarga baru menikah dalam mengatasi


masalah yang timbul pada keluarga baru menikah.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga sesuai Tahap Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi: perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya di
sepanjang waktu. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu
tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. Kerangka perkembangan
keluarga menurut Evelyn Duvall memberikan pedoman untuk memeriksa dan
menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam
keluarga selama siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga ditandai
oleh umur anak yang tertua. Keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga
dengan remaja. Menurut Rodgers, dikutip oleh Friedman, 1998: 111). Meskipun
setiap keluarga melalui perkembanganya secara unik, namun secara umum seluruh
keluarga mengikuti pola yang sama.
Salah satu perkembangan keluarga yang kami bahas dalam makalah ini adalah
perkembangan tahap 1 pasangan baru atau keluarga baru (Beginning Family).
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan isteri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, dalam arti secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki
keluarga baru. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan : makan, tidur, bangun pagi,
bekerja dan lain sebagainya. Hal lain yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang
tepat untuk mempunyai anak dan jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan
pada tahap ini:
1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2. Menetapkan tujuan bersama.
3. Membina hubungan dengan keluarga lain.
4. Merencanakan anak-KB.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 3
5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri uintuk menjadi
orang tua.
Menurut Wahit Mubarak, 2005 tugas perkembangan keluarga meliputi :

1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan


Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan awal yang baru. Sumber-sumber dari dua orang
digabungkan, Peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi baru pun diterima.
Belajar hidup bersama sambil memenuhi setiap kebutuhan kepribadian yang
mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus
saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya,
mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi,
membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan
pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses
saling menyesuaikan diri ini, terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan lalu
dipelihara oleh pasangan tersebut dengan setiap pasangan memicu dan memantau
tingkah laku pasangannya.
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling
menyesuaikan diri dan tergantung pada komplementaritas atau kecocokan bersama
dari kebutuhan dan minat pasangan. Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan
individu perlu diketahui. Dalam hubungan yang sehat, perbedaan dipandang untuk
memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang
memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk
menangani perbedaan-perbedaan tersebut dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk
memecahkan masalah adalah dengan berhubungan dengan kemampuan pasangan
untuk bersikap empati, saling mendukung dan mampu berkomunikasi secara terbuka,
sopan dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling menghormati.
Bahkan, sejauh mana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan tergantung
pada bagaimana masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari keluarga
asal masing-masing (tugas perkembangan keluarga sebelumnya). Orang dewasa harus
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 4
pisah dari orang tuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri dan
hubungan intim yang sehat.
Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual yang
seringkali disebabakan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah dan
mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Bahkan,
banyak pasangan yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan
yang tidak terpenuhi ke dalam hubungan, mereka, dan hal-hal ini dapat
mempengaruhi hubungan seksual secara merugikan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah
pasangan, karena mereka pindah dari rumah orang tua mereka ke rumah mereka yang
baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu:
menjadi anggota keluarga asal masing-masing disamping keluarga mereka sendiri
yang baru saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri
dari keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orang tua
mereka, sanak saudara, dan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus
diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangan tersebut, hal
ini menuntut pembentukan hubungan baru dengan setiap orang tua masing-masing,
yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu
sama lain tetapi juga otonomi yang melindungai pasangan baru tesebut dari campur
tangan pihak luar yang mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)


Apakah ingin memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil
merupakan suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Tipe perawatan kesehatan
yang didapat keluarga sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat
mempengaruhi kemampuan keluarga mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa
dengan efektif setelah kelahiran bayi.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 5
2.2 Fase Dalam Pernikahan Menurut Ibanez Yusuf 2007
a. Fase tahun ke 1-3
Fase ini cenderung bersifat semu atau palsu, mereka saling menyembunyikan
dan selalu berusaha untuk mengalah agar terjalin satu kesamaan. Jika tiga tahun
pertama kita gagal untuk mencocokkan diri dan menemukan celahnya,
kecenderungan akan terus membawa problem tersebut untuk tahun-tahun berikutnya.
Ditahun-tahun ini, proses mencocokkan diri begitu ketat mengambil alih kendali.
Mindset juga harus diubah bahwa dua manusia itu berbeda. Terima perbedaan
pasangan dan jangan memaksakan apa yang anda kehendaki. Jangan terlalu
mengharapkan apa yang menurut pasangan anda harus lakukan terhadap anda tapi
anda melakukan bagian anda sendiri. Jangan terlalu berharap banyak bahwa anda bisa
mengubah pasangan anda. Seperti menaruh pakaian kotor seenaknya atau selera
makan yang jauh berbeda. Meski prinsip kadang sejalan, namun kebiasaan yang
berlaku pada keluarga besar masing-masing tidaklah sama. Setelah bisa melewati
masa transisi tadi, tercipta sebuah ramuan baru dalam hubungan suami isteri. Kadang
harus ada yang melebur atau mencair.
b. Fase 5 th-10 th
Pada fase ini diperlukan kebesaran hati perempuan jika kondisi ekonomi
masih kacau balau. Nilai positif pada fase ini diperoleh dengan kebersamaan suami.
Dalam fase ini ada rutinitas yang bisa mendekatkan dan merukunkan pasangan, yaitu
mengasuh anak balita mereka bersama-sama. Dorong suami untuk bekerja dan
memotivasinya untuk tekun meniti karier. Ancaman yang terjadi pada fase ini
biasanya berawal dari masalah ekonomi pasangan yang belum mapan. Umumnya
suami isteri bisa sepakat berbagi peran misalnya bila suami belum bekerja, dia masih
bersedia melakukan pekerjaan rumah tangga termasuk mengantarkan anaknya ke
sekolah, sementara sang istri rela bekerja menggantikan peran suami sebagai pencari
nafkah. Akan tetapi, hal ini tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Suatu ketika pergantian peran ini akan menimbulkan konflik, terlebih jika kepala
keluarga keterusan dan tidak mampu menafkahi keluarganya.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 6
c. Fase 10 th-15 th
Pada fase ini suami sudah mulai mapan secara ekonomi. Sementara sang istri
yang sudah memiliki anak usia sekolah dasar semakin menikmati peranya sebagai
isteri dan ibu. Menyiapkan keperluan suami hingga mengantar anak-anaknya pergi
sekolah. Masa rawan di usia ini adalah masuknya orang ketiga (selingkuhan).
Masing-masing sibuk dengan dunianya. Ini bisa menimbulkan ketertarikan pada
rekan kerja atau rekan yang ditemui diluar rumah. Ancaman orang ktiga bisa
dihindarkan dengan cara :
Meningkatkan komunikasi dengan suami
Kesibukan mengurus anak jangan sampai membuat suami asyik dengan dunianya
sendiri sekaligus membuka peluang untuk tertarik pada orang lain.
Membentengi suami dari masuknya orang ketiga sekaligus membentengi orang
lain dari arah kita.
Usahakan isteri ikut menyibukkan diri dengan kegiatan suami. Ikut perkumpulan
atau persatuan istri di kantor suami. Tuntutan karir yang tinggi menyebabkan
sedikitnya waktu yang tersedia untuk pasangan.
d. Fase 15 th-20 th
Merupakan fase paling rumit dan berbahaya. Pada fase ini ada pikiran yang
merasuk baik istri maupun suami berkaitan dengan soal eksistensi diri. Muncul
pertanyaan terhadap diri sendiri, apakah aku masih menarik? Pada fase ini orang akan
merasa senang jika dipuji dan dianggap masih menarik terutama oleh lawan jenisnya.
Ancaman masuknya orang ketiga begitu besar pada fase ini. Sementara itu, suami
yang semakin baik karirnya, semakin sedikit pula waktunya untuk keluarga. Kondisi
ini bisa memperuncing konflik terlebih bila sudah ada pihak ketiga masuk.
e. Fase 20 th-25 th
Merupakan masa refleksi masing-masing pihak. Sudah dua puluh tahun
perkawinan maka jangan biarkan pikiran tak puas menggoda kita, lebih baik
bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini. Apabila cinta suami istri mulai memudar,
mudahlah terjadi kasus-kasus kekerasan dalam keluarga, perselingkuhan sampai

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 7
perceraian. Pada fase ini bisa muncul rasa tidak puas, baik pada pasangannya maupun
apa yang telah diperolehnya selama ini. Usia pertengahan 45-55 tahun rawan
terhadap perceraian, anak-anak sering menjadi pengikat orang tua sekaligus
merupakan suatu pengalihan problem, waktu ada anak sedikit problem tersebut
dialihkan sehingga kita tidak langsung menatap pasangan kita. Kalau pada awal
pernikahan sebelum punya anak sudah bermasalah dan tidak dibereskan pada waktu
itu, kemudian muncul anak dan kita merasa direpotkan dengan kehadiran anak.

f. Fase 25 th keatas
Pada fase ini kekosongan mulai terjadi, anak-anak mulai meninggalkan rumah
dalam arti sebenar-benarnya, yaitu menikah dan masing-masing dengan pasangannya.
Mendapati suami tiba-tiba lebih cerewet. Pada dasarnya sikap tersebut terbentuk
karena sebenarnya ia membutuhkan kita sebagai temannya jangan dianggap sebagai
musuh, dekati dia sebagai sahabat. Pada usia ini berbagai penyakit degeneratif
muncul, sehingga menimbulkan gangguan yang berarti. Pada masa ini ketergantungan
dengan pasangan sangat kuat. Namun, jika salah satu pasangan masih aktif dengan
pekerjaan diluar, pasangan yang tinggal di dalam rumah merasa ditinggalkan dan
akan timbul masalah baru yang muncul adalah puber kedua. Puber kedua adalah
tahapan dari seseorang berpindah dari dewasa menjadi tua. Berbeda dari puber
pertama yang superberani, maka jutru puber kedua seseorang merasa dihinggapi rasa
takut. Yaitu takut menjadi tua, takut menjadi tidak menarik lagi, takut mati, takut
tidak berguna lagi, takut tidak kuat lagi dan sebagainya. Puber kedua ini tingkah laku
orang dewasa menjadi aneh, yaitu bertingkah seperti ABG baik dari segi penampilan
tetapi juga perilaku sebagai kompensasi terhadap ketakutanya. Semakin dia takut,
maka kelakuan dan penampilanya semakin aneh. Pada masa-masa ini seseorang
menjadi semakin rapuh, mudah tersinggung. Peran pasanganya harus lebih toleran
dan mencoba apa yang ditakutkanya. Misalkan dia takut dikatakan tua karena
fisiknya yang sudah menurun vitalitasnya. Maka pasangannya mencoba menghindari
untuk menyinggung soal fisik. Sebaliknya cobalah untuk memuji dan membesarkan
hatinya kalau dia tetap sebagai orang yang disayangi. Yang berbahaya dalam tahap
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 8
ini adalah menutupi ketakutannya dengan perilaku berbahaya, misalnya dia takut
dikatakan tidak menarik lagi dan sudah menurun vitalitasnya dalam berhubungan
seks maka dia akan mencoba untuk menutupinya dengan berhubungan dengan orang
yang lebih muda dengan harapan dia bisa bersaing dengan orang yang lebih muda.
Dalam tahapan ini seseorang sering jatuh dalam percintaan semu dan menjadi
masalah dalam rumah tangganya. Disinilah utamanya seorang pasangan terutama
seorang istri bisa menyelaraskan keadaan dengan melakukan penyegaran dengan
berlaku seperti saat-saat pengantin baru, atau masa-masa pacaran. Misalnya: nonton
berdua, jalan-jalan berdua, bersikap lebih mesra, berdandan lebih muda dari biasanya
agar suami merasa dirinya kembali lebih muda juga dan tunjukkan bahwa anda sangat
membutuhkannya dan tetap mengaguminya. Kehidupan rumah tangga usia setengah
baya umumnya berada pada masa rawan. Jika tak bijaksana mencermatinya, mudah
sekali pernikahan ini disusupi berbagai hal yang akan menghancurkanya. Jika hal-hal
mendasar tidak segera diatasi, individu yang tengah mengalami puber kedua akan
sulit menolak perselingkuhan.

2.3 WOC

Terlampir

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 9
BAB 4
PEMBAHASAN

Keluarga adalah unit terkecil komunitas yang berpengaruh besar dalam proses
pembentukan masyarakat. Keluarga yang notabene juga dibentuk dari berbagai
individu, dimana memerlukan berbagai tahapan adaptasi, dan mempunyai beberapa
tugas sesuai dengan tahapannya demi mencapai keluarga yang sejahtera, perlu
mendapatkan tambahan pengetahuan dari tenaga kesehatan (perawat keluarga).
Pengetahuan disini dimaksudkan untuk memberi arahan tentang teori keluarga yang
ideal dan membantu keluarga membuat keputusan untuk merealisasikan keluarganya
menuju keluarga yang ideal tersebut.
Keluarga yang baru menikah tidak mudah menjalani hubungan dalam
memulai babak baru dalam kehidupan mereka. Banyak masalah yang akan dihadapi,
dari kurangnya adaptasi dari masing-masing pasangan yang baru menikah
diakibatkan karena masa penjajakan yang kurang ataupun tingkat ego masing-masing
pasangan yang masih tinggi. Selain itu masalah komunikasi dari tiap pasangan
diakibatkan hubungan jarak jauh dari suami yang bekerja di luar kota bisa menambah
masalah-masalah yang akan dihadapi oleh pasangan yang baru menikah.
Berdasarkan konsep keluarga sesuai dengan tahapannya, ada lima pokok tugas
keluarga yang harus terpenuhi. Apabila tidak terpenuhi salah satu atau lebih tugas
tersebut, timbul masalah keluarga yang akan mengganggu proses dinamis keluarga.
Dari tahapan keluarga apapun (dari baru menikah sampai lanjut usia), lima tugas
keluarga tersebut tetap harus terpenuhi.
Dalam pembahasan ini, berfokus pada tahapan keluarga yang baru menikah,
dimana ada 2 pasang individu yang memasuki kehidupan baru. Untuk tahapan
keluarga ini mempunyai beberapa tugas perkembangan keluarga menurut Spradley,
antara lain: membina hubungan intim dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan
bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, merencanakan anak-KB, dan

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 10
menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi
orangtua. Di samping tugas perkembangan keluarga tersebut, 5 tugas keluarga juga
harus tetap dipenuhi.
Keluarga yang didapat oleh kelompok kami (kelompok 2) ini merupakan
keluarga baru menikah yang termasuk extended family karena tidak hanya ada
keluarga inti (ibu dan anak) tinggal adik dari ibu. Keluarga ini sudah terbentuk
selama satu tahun tujuh bulan. Mereka mempunyau seorang anak perempuan berusia
lima bulan. Pasangan tersebut tinggal dirumah orang tua istri. Sejak awal menikah
sudah berkomitmen untuk bekerja di Jakarta dan hanya pada waktu tertentu pulang ke
rumah. Sedangkan istri berkomitmen untuk menjalani rumah tangga sambil kuliah.
Data yang kami dapat dari pengkajian, terdapat tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi dan kendalanya:
1. Ny. N berusia 22 tahun berprofesi sebagai mahasiswa dan pegawai di sebuah
klinik. Ny. N mengalami konflik peran istri dalam kehidupan berumah
tangga, dia merasa waktu 24 jam dalam sehari tidak cukup untuk menjalani
perannya sebagai istri dan ibu dari anaknya.
2. Ny. N merasa masih membutuhkan waktu untuk saling memahami satu sama
lain karena mereka hanya mengenal selama tiga bulan dan setelah menikah
suami istri jarang bertemu sehingga proses adaptasi untuk mengenal karakter
masing-masing membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Ny. N juga kurang terbuka kepada suami tentang masalah keuangan karena
suami menjadi tulang punggung keluarganya dan Ny. N pun menjadi tulang
punggung keluarga juga tapi diantara mereka masih belum ada keterbukaan
dalam hal ini
Dengan data ini kami mengambil dua diagnosis keperawatan keluarga yaitu :
1. Konflik peran: istri b.d. ketidakmampuan mempertahankan perkembangan
keluarga.
2. Koping individu tidak efektif b.d. ketidakmampuan mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan yang tepat.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 11
Intervensi yang kami berikan terkait dengan diagnosa yang telah didapatkan
mengenai konflik peran istri b.d ketidakmampuan mempertahankan perkembangan
keluarga, kami menjelaskan tentang pentingnya penjadwalan kegiatan sehari-hari
untuk mengindari terjadinya konflik peran istri serta membantu klien untuk membuat
jadwal kegiatannya (pemaparan lebih lengkap dapat dilihat ditabel intervensi). Jadi
diharapkan ketika Ny. N telah mengetahui tentang manfaat jadwal kegiatan sehari-
hari dapat merasa mempunyai waktu yang cukup untuk dapat melaksanakan semua
tugas yang harus dilaksanakan dalam sehari. Tak lupa kami juga menyarankan Ny N
untuk meningkatkan komunikasi melalui media telepon untuk meningkatkan interaksi
dengan suami yang terpisah tempat tinggalnya.
Harapannya setelah intervensi yang kami berikan keluarga dapat mengatasi
permasalahannya dengan baik. Dengan begitu keluarga dapat memenuhi tugas
keluarga pada umumnya dan tugas perkembangan keluarga pada khususnya sehingga
tujuan tercapainya keluarga sehat dapat terwujud.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 12
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan awal yang baru. Sumber-sumber dari dua orang
digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi baru pun diterima
(Wahit Mubarak, 2005). Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama
dari sebuah pasangan, karena mereka pindah dari rumah orang tua mereka ke rumah
mereka yang baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga,
yaitu: menjadi anggota keluarga asal masing-masing disamping keluarga mereka
sendiri yang baru saja terbentuk.
Asuhan Keperawatan keluarga baru menikah, prosesnya melalui pengkajian,
analisa data, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dengan data yang
kami peroleh, kami mengambil dua diagnosa; konflik peran :istri b.d
ketidakmampuan istri mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan keluarga dan diagnosa koping individu tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan mempertahankan hubungan timbal balik
antara keluarga.

5.2 Saran
Kami berharap setelah intervensi yang kami berikan keluarga dapat mengatasi
permasalahannya dengan baik. Dengan begitu keluarga dapat memenuhi tugas
keluarga pada umumnya dan tugas perkembangan keluarga pada khususnya sehingga
tujuan tercapainya keluarga sehat dapat terwujud.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Asuhan keperawatan
Keluarga.http://ppnilumajang.wordpress.com/asuhan- keperawatan-keluarga/.
Tanggal akses 27 September 2009 pukul 17.42 WIB.
Anonim. Contoh Format Askep Keluarga.
http://ppnilumajang.wordpress.com/contoh-format-askep-keluarga/. Tanggal
akses 27 September 2009 pukul 17.42 WIB.
Erfandi, 2008. Konsep Keluarga.
http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/04/konsep-keluarga/. Tanggal
akses 27 september 2009 pukul 17.43 WIB
Friedman M. Marilyn, 1998, Keperawatan keluarga-teori dan praktik, edisi 3, EGC,
Jakarta.
Ilham, 2009. Konsep Dasar Keluarga. http://healthreference-
ilham.blogspot.com/2009/03 /konsep-dasar-keluarga-dan-tbc.html. Tanggal
akses 27 September 2009 pukul 17.42 WIB
Ivoniezahra, 2008. Adaptasi Seumur hidup .http://familycommunication.multiply.com
/journal /item/7/ADAPTASI_SEUMUR _HIDUP/. Tanggal akses 14 september
2009 pukul 06.07 WIB
Mubarak Wahid, dkk. 2005. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Sagung Seto: Jakarta
Riyadi, Sugeng. Tahap Perkembangan Keluarga. 2009
www.geocities.com/pskp.unsoed. materi/perkembangan/keluarga.doc. Tanggal
akses 31 September 2009 pukul 20.45 WIB.
Siti Aisyah, 2009. Adaptasi Pasangan Muda.
http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/adaptasi-pasangan-
muda.htm. Tanggal akses 15 September 2009 pukul 06.20 WIB.
Wright, L.M., & Leahey, M., 2000. Nurses and Families: a guide to family
assessment and intervention, 3rd ed, F.A. Davis Company: Philadelphia.

Zahid Fikri, S.Kep.Ns


nursingpustaka.blogspot.com Page 14

Anda mungkin juga menyukai