Anda di halaman 1dari 13

Manajemen IKM, September - ) Vol. No.

ISSN - http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/

Pengembangan Strategi Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura


Berbasis Teknologi Informasi di Kementerian Perdagangan

Development of Strategy for Horticulture Products Import Licencse Services Based on Information
Technology In Ministry of Trade

Deden Taufik Komara *, Musa Hubeis #, Muhammad Syamsun #

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor


Jl. Lingkar Kampus, Gedung FAPERTA Wing 2 Level 5
Kampus IPB Darmaga Bogor

ABSTRAK

Perjanjian kerja sama perdagangan memberikan mandat kepada setiap anggota Organisasi
Peragangan Dunia (WTO) termasuk Indonesia, untuk menyederhanakan proses perdagangan dengan
tujuan memfasilitasi arus perdagangan barang antar negara. Inatrade adalah sistem berbasis teknologi
yang dibangun oleh Kementerian Perdagangan yang bertujuan menyediakan jasa ekspor dan/atau impor
dengan lebih cepat dan transparan. Dengan maksud untuk menentukan efektifitas pelayanan Inatrade,
diperlukan identifikasi faktor dominan, aktor, dan indikator yang berpengaruh kepada peningkatan
kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dari pelayanan perijinan impor
produk hortikultura, mengidentifikasi faktor, aktor, dan indikator dominan yang mempengaruhi
pelayanan dan menyusun strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan
perijinan di Kemeterian Perdagangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan alat analisis Matriks
Evaluasi Faktor Internal (IFE), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), Matriks SWOT dan Proses
Analisis Hirarki (AHP). Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa mekanisme perijinan
terpadu berbasis IT serta monitoring & evaluasi sistem secara berkala termasuk aspek sistem, sumber
daya manusia berbasis manusia merupakan strategi terbaik untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Kata kunci: perijinan impor, produk hortikultura, strategi, teknologi informasi

ABSTRACT

Trade Facilitation Agreement mandates each member of the World Trade Organization (WTO),
including Indonesia, to simplify the trade system in order to facilitate trade flows between countries.
Inatrade is an information technology-based system that was built by the Ministry of Trade that aims to
provide services of export and/or import procedure fastrer and more transparent. In order to determine
the effectiveness of Inatrade services, it is necessary to identify the dominant factors, actors, and
indicators that influence to the improvement of the service quality. This study aims to determine the
conditions of service horticultural products import license, to identify the dominant factors, actors, and
indicators which influence services, and to formulate strategies needed to improve the quality of
licensing services at the Ministry of Trade. The research used analytical tools of Internal Factor
Evaluation Matrix (IFE), External Factor Evaluation Matrix (EFE), SWOT and Analytical Hierarchy
Process (AHP). Based on the result analiysis it was concluded that the licensing mechanism based
integrated information technology and monitoring and evaluation system regularly including aspects of
the systems, human resources and legal basis as a best strategy to improve the quality of services.

Key words: horticultural products, import license, information technology, strategy

______________
Korespondensi:
*) Jl. Raya Cifor Perumahan Taman Firdaus Blok B No. 9 Kelurahan Situgede, Bogor; e-mail: deden.komara@kemendag.go.id
Pengembangan Strategi Pelayanan

PENDAHULUAN Inatrade. Dengan adanya Inatrade, diharapkan


pelayanan perijinan ekspor dan/atau impor di
Kegiatan ekspor dan impor merupakan Kementerian Perdagangan menjadi lebih cepat dan
salah satu bentuk transaksi ekonomi yang transparan, tanpa harus ada lagi pertemuan tatap
dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain, muka.
baik secara perorangan, kelompok, maupun Kementerian Perdagangan telah menerbit-
pemerintah. Aktivitas tersebut dikenal dengan kan beberapa pengaturan di bidang impor,
istilah perdagangan internasional. World Trade diantaranya kebijakan impor beras, gula, hewan
Organization (WTO) merupakan lembaga inter- dan produk hewan serta produk hortikultura.
nasional yang mengatur sistem perdagangan Studi ini memfokuskan pada aturan mengenai
secara multilateral bagi setiap negara anggotanya, impor produk hortikultura meliputi aspek
termasuk Indonesia. Setiap anggotanya diberi perijinan impor, rekomendasi impor dan proses
mandat untuk menghilangkan atau mengurangi kepabeanan (custom clearance) di Bea dan Cukai.
setiap hambatan (barrier), baik dalam bentuk Alasan dipilihnya aturan mengenai produk
proteksi tarif maupun non tarif, sehingga dapat hortikultura tersebut dikarenakan aturan tersebut
memperlancar arus perdagangan internasional. baru dikeluarkan tahun 2012 melalui Peraturan
Dalam rangka memperlancar arus per- Menteri Perdagangan No. 30/M-DAG/PER/5/2012
dagangan, salah satu langkah yang diambil tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura
pemerintah Indonesia adalah dengan melakukan (telah diubah beberapa kali terakhir dengan
penyederhanaan prosedur di bidang kepabeanan Peraturan Menteri Perdagangan No. 47/M-
berbasis sistem informasi yang dikenal dengan DAG/PER/8/2013) dan rentan terhadap resistensi4
Indonesia National Single Window (INSW). dari para pelaku (terutama importir) di dalam
Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Presiden penerapannya.
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagang-
Sistem Elektronik dalam Kerangka Indonesia an tersebut, perusahaan yang akan melakukan
Nasional Single Window. impor harus memiliki penetapan sebagai Importir
Penyederhanaan prosedur dan penggunaan Terdaftar (IT) dan Persetujuan Impor (PI) bagi
teknologi informasi (TI) dalam penerbitan per- importir umum (trader) dan/atau pengakuan
ijinan merupakan bentuk fasilitas perdagangan sebagai Importir Produsen (IP) bagi importir
sebagaimana dimandatkan dalam Artikel VIII produsen/industri yang membutuhkan bahan
GATT (WTO, . Pada artikel tersebut baku asal impor. Semua ketentuan tersebut
dinyatakan bahwa setiap anggota mengakui dikelola oleh Kementerian Perdagangan melalui
perlunya adanya pengurangan ketentuan ekspor sistem Inatrade.
dan impor dalam rangka penyederhanaan Berdasarkan temuan awal, diperoleh infor-
persyaratan dokumen ekspor dan impor. Dalam masi bahwa jumlah waktu rataan yang dibutuh-
hal ini, penerapan Single Window yang berpedo- kan untuk menyelesaikan dokumen impor
man pada penyederhanaan prosedur ekspor produk holtukultura melebihi waktu janji
impor, kesesuaian dengan standard dan praktek layanan. Aturan mengenai janji layanan proses
perdagangan internasional, dan juga penerapan perijinan sesuai dengan Peraturan Menteri
teknologi informasi untuk otomasi bertujuan Perdagangan No. 40/M-DAG/PER/10/2010 tentang
untuk mengurangi biaya yang timbul dalam Jenis Perijinan Ekspor dan Impor, Prosedur
proses perdagangan internasional terutama antara Operasi Standar (Standard Operating Procedure)
pelaku bisnis dengan instansi pemerintah yang dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement)
terkait (Grainger, 2007). Inisiatif dan konsep dengan Sistem Elektronik melalui Inatrade dalam
mengenai Single Window sendiri telah dianjurkan Kerangka INSW. Peraturan mengenai janji
oleh Perserikatan Bangsa Bangsa sejak tahun 2005 layanan saat ini telah diubah beberapa kali
karena melihat banyaknya keuntungan yang
4
dapat diperoleh suatu negara dengan mendirikan Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan beberapa
stakeholder, diketahui bahwa salah satu bentuk resistensi dari
Single Window (McMaster, 2006). para importir adalah timbulnya biaya tambahan dalam
Dukungan Kementerian Perdagangan seba- penyesuaian dokumen dan persyaratan dalam melakukan
impor. Selain itu para importir juga mengeluhkan adanya
gai instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya
kerugian pada proses awal penerapan kebijakan tersebut.
menangani ekspor dan impor terhadap pengem-
bangan INSW, telah meluncurkan sistem perijinan
perdagangan berbasis TI yang dikenal dengan

KOMARA ET AL Manajemen IKM


Pengembangan Strategi Pelayanan

terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan terkait yang telah dipilih melalui purposive
No. 53/M-DAG/PER/9/2014 tanggal 2 September sampling
2014 tentang Unit Pelayanan Terpadu Per- Tahap selanjutnya adalah analisis lingkung-
dagangan (UPTP). Perbandingan waktu yang an internal dan eksternal dengan menggunakan
dibutuhkan untuk memproses perijinan impor Internal Factor Evaluation Matrix (IFE), External
produk hotikultura dan janji layanan dapat dilihat Factor Evaluation Matrix (EFE), tahap pengga-
pada pada Tabel 1. bungan dengan matriks internal eksternal (IE)
Dari hasil temuan tersebut, dapat dikatakan serta pencocokan alternatife stategi dengan
bahwa penerapan program Inatrade belum opti- matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, and
mal bila dibandingkan dengan target tingkat Threats (SWOT). Daftar alternatif stategi selanjut-
layanan (Service Level Arrangement). Dalam rangka nya dinilai prioritasnnya dengan menggunakan
meningkatkan pelayanan, maka diperlukan peme- Analytical Hierarchy Process (AHP). Secara skema-
taan masalah secara mendalam dan penyusunan tis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada
alternatif strategi yang dapat digunakan untuk Gambar 1.
meningkatkan pelayanan perijinan impor produk Internal Factor Evaluation Matrix (IFE)
hortikultura berbasis TI di Kementerian Perda- Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura
gangan. berasal dari hasil pembobotan dan peratingan
faktor internal dengan melihat aspek kekuatan
Tabel . Jumlah waktu rataan yang dibutuhkan untuk dan kelemahan. Nilai rating berasal dari nilai
pembuatan IT, PI, dan IP rataan pakar yang bernilai 3 dan 4 untuk aspek
2012 2013 Service Level kekuatan; nilai 1 dan 2 untuk aspek kelemahan.
Semester II Semester I Arrangement/ Untuk nilai bobot tiap faktor, masing-masing
(hari) (hari) SLA (hari) pakar diminta melakukan perbandingan berpasa-
IT ngan antar faktor-faktor internal yang ada untuk
PI menentukan tingkat kepentingan faktor tersebut
IP dalam bentuk persen apabila dibandingkan antara
satu dan faktor lainnya.
Sumber: Database Inatrade diolah.
External Factor Evaluation Matrix (EFE)
Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
berasal dari hasil pembobotan dan peratingan
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pelayan-
faktor eksternal dengan melihat aspek peluang
an ijin impor di Kementerian Perdagangan,
dan ancaman. Nilai rating berasal dari nilai rataan
khususnya perijinan produk hortikultura secara
pakar yang bernilai 1 hingga 4. Untuk nilai bobot
menyeluruh. Tujuan lain daari penelitian ini
tiap faktor, masing-masing pakar diminta
adalan mengidentifikasi faktor, aktor yang
melakukan perbandingan berpasangan antar
berpengaruh secara dominan serta tujuan yang
faktor-faktor internal yang ada untuk menentukan
ingin di capai dalam rangka peningkatan mutu
tingkat kepentingan faktor tersebut dalam bentuk
pelayanan perijinan yang diterapkan Kementerian
persen, apabila dibandingan antara satu dan
Perdagangan. Dari dua hal tersebut diharapkan
faktor lainnya.
dapat merumuskan strategi peningkatan mutu
Hasil skor dari matriks IFE dan EFE akan
pelayanan perijinan terbaik yang dapat diterap-
menentukan posisi dalam matriks IE. Matriks ini
kan oleh Kementerian Perdagangan, khususnya
memposisikan suatu organisasi dalam tampilan
produk hortikultura.
sebuah sel (Gambar 2). Total skor bobot IFE
berada pada sumbu x dan total skor EFE pada
METODE PENELITIAN sumbu y. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah
utama yang mempunya implikasi stategi yang
Tahapan awal penelitian dimulai dengan berbeda, yaitu:
identifikasi faktor internal (kekuatan, kelemahan) 1. Daerah I meliputi sel I, II atau IV digambar-
dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang kan dengan daerah tumbuh dan berkembang
diperoleh melalui studi literatur, hasil kuesioner, (grow and guild);
serta diskusi dengan pakar. Untuk mengetahui 2. Daerah II meliputi sel III,V atau VII termasuk
karakteristik sistem Inatrade yang terkait dengan daerah menjaga dan mempertahankan (hold
perijinan impor hortikultura melalui pengamatan and maintain);
dan indepth interview dengan pihak-pihak yang

Vol. 10 No. September


Pengembangan Strategi Pelayanan

3. Daerah III meliputi sel VI,VIII atau IX adalah yang menangani impor produk hortikultura, 2
daerah panen (harvest or divestasi). orang perwakilan dari Direktorat Fasilitasi Ekspor
Tahap selanjutnya menyusun matriks dan Impor yang menangani pelayanan perijinan
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and inatrade dan INSW, satu orang perwakilan dari
Threats). Matriks SWOT digunakan untuk Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
mencocokan faktor internal dan ekternal. Hasil Pertanian Kementerian Pertanian yang
Pengembangan stategi pada matriks SWOT menangani impor hortikultura, serta satu orang
dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. pakar dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Setelah diketahui kondisi masing-masing faktor Pusat yang pernah turut membangun sistem
internal dan eksternal, maka dilanjutkan dengan INSW.
perumusan strategi alternatif dengan mengguna- Penelitian dilakukan seluruhnya di Jakarta
kan AHP yang dikembangkan oleh Saaty (1993). pada bulan November 2013-Maret 2014.
Pihak yang menjadi target responden
adalah 2 orang perwakilan dari Direktorat Impor

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran

KOMARA ET AL Manajemen IKM


Pengembangan Strategi Pelayanan

, 6

,6

Gambar 2. Matriks internal eksternal pelayanan perijinan impor produk hortikultura

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Matriks IFE Pelayanan Perijinan Impor


Produk Hortikultura
Profil Singkat Inatrade Berdasarkan dari Tabel 2 dapat dilihat
Kementerian Perdagangan terus berupaya faktor-faktor internal yang terdiri atas kekuatan
meningkatkan pelayanan publik khususnya dan kelemahan dari sistem perijinan mengguna-
pelayanan di bidang perdagangan luar negeri. kan inatrade. Faktor kekuatan terdiri dari kepe-
Salah satu langkah stategis yang dilakukan adalah mimpinan transformasional, sistem yang mudah,
dengan mengembangkan sistem perijinan secara cepat, akurat, transparan dan sistem yang selalu
elektronik yang diberi nama Inatrade yang mulai update serta penurunan biaya. Faktor-faktor
beroperasi sejak tanggal 17 Desember 2007. kelemahan data kami data meliputi sumber daya
Tujuan dari pengembangan Inatrade untuk penunjang yang kurang memadai, terdapat
mendorong kinerja pelayanan perdagangan, baik data/dokumen impor yang beragam, resistensi
ekspor maupun impor serta guna membantu internal terhadap perubahan pola perijinan,
kelancaran arus barang. kurangnya, sosialisasi sistem perijinan online,
Bagi pelaku usaha yang telah memiliki hak remunerasi yang masih rendah dan alokasi
akses, diberikan kesempatan untuk dapat diberikan anggaran yang kaku.
fasilitas pelayanan perijinan perdagangan secara Berdasarkan Tabel 2, matriks IFE meng-
online, melalui web site http://inatrade.kemendag.go.id. hasilkan skor bobot total 2,856. Skor bobot total
Berdasarkan data base dari inatrade diketahui bahwa lebih dari 2,5 dalam skala 1-4 (bobot total 2,856)
hingga bulan juni 2015 sudah ada 11.772 mengindikasikan posisi internal yang cukup kuat,
perusahaan yang memiliki hak akses untuk sudah mempunyai strategi yang baik dalam
mendapatkan pelayanan perdagangan secara online. mengantisipasi kelemahan eksternal yang ada
Sejak tanggal 2 Desembr 2014 sudah ada 96 jenis (David, 2009).
perijinan, baik impor maupun ekspor yang dapat
Analisa Matriks EFE Pelayanan Perijinan Impor
dilayani secara online/Mandatory Online. (inatrade
Produk Hortikultura
.
Tabel 3 dapat dilihat analisis eksternal yang
terdiri dari faktor peluang dan faktor ancaman
yang paling berpengaruh terhadap penentuan

Vol. 10 No. September


Pengembangan Strategi Pelayanan

strategi. Faktor peluang yang dapat didata adalah Penggabungan matriks IFE sebesar 2,856 dan EFE
pengurusan dokumen impor cepat, pengajuan sebesar 3,632 menempatkan posisi di sel I.
perijinan dapat dilakukan di mana saja, tahapan Menurut David (2009), organisasi yang termasuk
proses perijinan dapat di monitor, proses custom dalam sel I, II dan IV cocok untuk melakukan
and clearance di bea dan cukai dapat dilakukan strategi tumbuh dan membangun (grow and build).
lebih cepat, dan peluang untuk menurunkan Strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan
biaya importasi. Faktor-faktor ancaman terdiri antara lain strategi intensif (penetrasi pasar,
dari kurangnya koordinasi antar instansi yang pengembangan produk) atau strategi integratif
terlibat, kurangnya integrasi elemen data impor (integrasi).
antara kementerian terkait, importir kurang
paham penggunaan sistem inatrade, keamanan Matriks SWOT
data dan informasi MOU dengan instansi teknis Berdasarkan matriks SWOT sesuai dengan
penunjang inatrade yang akan berakhir. Tabel 4, dapat dirumuskan beberapa startegi
Dari Matrik EFE matrix diperoleh total skor untuk diverifikasi oleh pakar. Strategi yang
mengindikasikan posisi bahwa posisi sistem dihasilkan adalah:
lebih dari cukup kuat dalam mengantisipasi 1. Mekanisme terpadu berbasis TI.
perubahan lingkungan eksternal, dalam upaya 2. Monitoring dan evaluasi sistem secara
pemanfaatan peluang, serta mengantisipasi berkala baik dari aspek sistem, SDM dan
ancaman dan masih cukup ruang bagi perbaikan landasan hukum;
dalam operasi. 3. Perbaikan pelayanan (sistem) untuk
mempermudah pihak pengguna (user
Analisis Matriks IE Pelayanan Perijinan Impor friendly);
Produk Hortikultura 4. Standardisasi data/dokumen impor/ekspor
Matriks IE menggabungkan skor dari sesuai standar pertukaran data elektronik
matriks IFE dan EFE untuk mendapatkan posisi 5. Sosialisasi perkembangan secara rutin.
sel pelayanan perijinan impor produk 6. Peningkatan program reward and punisment
hortikultura berbasis teknologi informasi di berbasis kinerja.
Kementerian Perdagangan (David, 2009).

Tabel 2. Internal Factor Evaluation Matrix

Rating IFE Rating (R) Bobot (B) RxB


Kekuatan:
Kepemimpinan transformasional
Ketepatan
Sistem yang terus menerus di update
Kemudahan
Kecepatan
Transparan/auditable
Penurunan biaya
Kelemahan:
Resistensi internal
SDM yang masih harus menyesuaikan diri
Standarisasi data/dokumen impor
Infrastruktur di unit pelayanan kurang maksimal
Kurangnya sosialisasi
Remunerasi
Kekakuan alokasi anggaran
Kurangnya tenaga konsultasi importir
Kelembagaan pelayanan perijinan yang masih ad hoc

KOMARA ET AL Manajemen IKM


Pengembangan Strategi Pelayanan

Tabel 3. External Factor Evaluation Matrix

Rating EFE Rating (R) Bobot (B) RxB


Peluang:
Importir mendapatkan kepengurusan ijin secara cepat
Proses custom and clearance yang lebih cepat
Importir dapat memantau tahapan perijinan
Pengajuan ijin yang dapat dilakukan dimana saja
Terjadi penurunan biaya dari sisi importir
Ancaman:
Kurangnya integrasi data dengan kementerian lain dalam
melakukan perijinan
Kurangnya koordinasi dengan kementerian terkait
Terdapat importir yang kurang paham mengenai
penggunaan inatrade
Kebocoran data sistem informasi oleh staf out source yang
disewa untuk kepentingan pribadi
Ketidakstabilan jaringan dari pihak importir
Adanya hacker yang dapat membobol sistem
MOU dengan instansi teknis penunjang inatrade yang
akan berakhir dalam waktu dekat

Tabel 4. Matriks SWOT

Peluang (O) Ancaman (T)


Faktor Eksternal 1. Pengurusan dokumen 1. Kurangnya koordinasi dan
impor cepat, secara online integrasi data dengan kementerian
dan dapat di monitor terkait
tahapan prosesnya. 2. Importir kurang paham pengguna-
2. Proses custom and clearance an sistem inatrade
di Bea dan cukai lebih cepat 3. Keamanan data dan informasi
3. Efisiensi biaya importasi 4. MOU dengan instansi teknis penun-
Faktor Internal jang inatrade yang akan berakhir
dalam waktu dekat
Kekuatan (S) Strategi (SO) Strategi (ST)
1. Kepemimpinan transformasional Peningkatan program reward and Sosialisasi secara rutin (S1,S3,T1,T2)
2. Sistem yang mudah, cepat, akurat punisment berbasis kinerja Perbaikan sistem secara berkala
dan transparan serta selalu update (S1,S2,O1,O2,O3) sehingga mudah digunakan oleh
3. Penurunan biaya pihak terkait (S2,T2)
Kelemahan (W) Strategi (WO) Strategi (WT)
1. Resistensi internal terhadap Standarisasi data/dokumen Mekanisme perijinan berbasis TI
perubahan pola perijinan impor/ekspor sesuai dengan (W2,W6,T1)
2. Keanekaragaman data/dokumen pertukaran data eletronik Monitoring dan evaluasi sistem
impor (W2,O1,O2,O3) secara berkala, baik dari aspek
3. Sumber daya penunjang yang sistem, SDM dan landasan hukum
kurang memadai (W1,W3,W4,W5,W6,T1,T3,T4)
4. Kurangnya sosialisasi sistem
perijinan online
5. Remunerasi
6. Kekakuan alokasi anggaran

Analisis Pengambilan Keputusan Menggunakan 1. Faktor yang memperngaruhi sasaran utama,


AHP yaitu organisasi dan SDM, biaya, sistem
Struktur hirarki strategi pelayanan infrastruktur Inatrade dan alokasi anggaran.
perijinan impor produk hortikultura berbasis TI di 2. Aktor yang terlibat untuk mencapai sasaran
Kementerian Perdagangan disusun oleh level utama, yaitu Menteri Perdagangan, Direktur
hirarki, antara lain:

Vol. 10 No. September


6 Pengembangan Strategi Pelayanan

Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur dan mengelola kementerian termasuk penyusun-
(Direktur Impor dan Direktur Fasilitasi Ekspor an organisasi, SDM serta alokasi anggaran sesuai
dan Impor) dan tim pelaksana (kepala seksi di dengan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 48
Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Tim TI tahun 2015 tentang Kementerian Perdagagangan.
dari PT EDII dan petugas UPP). Dalam struktur organisasi di Kementerian
3. Tujuan yang ingin dicapai, yaitu mendukung Perdagangan, Direktur Jenderal merupakan aktor
sistem perdagangan nasional dan internasio- yang paling berperan dalam menterjemahkan visi
nal, mendukung upaya e-Government, menu- dan misi menteri ke dalam bentuk kegiatan
runkan biaya dan mempercepat proses serta kementeriana. Dirjen menjadi aktor yang ber-
meningkatkan akurasi data perijinan impor. tanggung jawab dalam kegiatan teknis kemen-
4. Alternatif stategi yang diperoleh dari hasil terian termasuk program perbaikan sistem
analisa SWOT, antara lain mekanisme infrastruktur inatrade.
perijinan terpadu berbasis TI (S1), monitoring Dalam tata kelola pelaksanaan pelayanan
dan evaluasi sistem secara berkala, baik dari perijinan, tim teknis merupakan aktor berhadapan
aspek sistem, SDM dan landasan hukum (S2), langsung dengan pelaku usaha jika terjadi
perbaikan pelayanan (sistem) untuk memper- permasalahan teknis di lapangan. Ketika ada
mudah pihak pengguna (user friendly) (S3), hambatan teknis berupa data tidak terkirim ke
standardisasi data/dokumen impor sesuai INSW atau adanya nota penolakan dari Bea dan
standar pertukaran data elektronik (S4), Cukai, sehingga pelayanan kepabeanan tidak
sosialisasi perkembangan berkala (S5) dan dapat diproses lebih lanjut yang berpotensi
peningkatan program reward and punisment menimbulkan biaya penumpukan dll, tim teknis
berbasis kinerja (S6). harus siap memberikan pelayanan dan memberi-
kan solusi jalan keluar terhadap permasalah
Pengolahan Horizontal tersebut.
Pengolahan horizontal terdiri dari atas tiga Tabel menjelaskan tingkat kepentingan
tingkatan unsur, yaitu (1) tingkat kepentingan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam rangka
aktor terhadap faktor; (2) tingkat kepetingan pengembangan sistem inatrade di Kementerian
tujuan terhadap aktor; (3) tingkat kepentingan Perdagangan. Berdasarkan hasil analisa dapat
strategi terhadap tujuan. diketahui bahwa dengan berkembanganya sistem
Tabel 5 menjelaskan tingkat kepentingan inatrade sebagian besar aktor (Menteri, Dirjen,
aktor terhadap faktor-faktor yang berperan dalam dan Diretur Fasilitas Ekspor-Impor), memiliki
pengembangan sistem inatrade. Berdasarkan Tabel tujuan yang sama, yaitu mendorong berkembang-
, Menteri adalah aktor yang paling berperan nya sistem perdagangan nasional dan internasio-
dalam pembenahan organisasi dan SDM, serta nal kearah yang lebih baik. Tim teknis lebih fokus
alokasi anggaran, Tim Teknis merupakan aktor pada tataran teknis yaitu hal yang lebih praktis
yang yang penting dalam hal menurunkan biaya yaitu terkait kecepatan dan akurasi proses
serta Dirjen merupakan aktor penting dalam hal perijinan.
pembenahan sistem infrastruktur inatrade. Tujuan stategis yang ingin dicapai
pimpinan Kementerian Perdagangan pada setiap
Tabel 5. Unsur aktor pada tingkat ketiga level tentunya memiliki tujuan yang sama yaitu
Faktor mendorong berkembangnya sistem perdagangan
Sistem nasional dan internasional kearah yang lebih baik,
Aktor Organisasi Alokasi
Biaya Infrastruktur hal ini karena ketergantungan Indonesia pada
& SDM Anggaran
Inatrade
perdagangan internasional sebagai mesin peng-
Menteri
gerak perekonomian nasional cukup besar
Dirjen
(Safitriani, 2014). Berdasarkan hasil kajian dari
Direktur
Salomo (2007) menyatakan bahwa dalam jangka
Tim
Pelaksana
panjang ekspor berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenaikan
Guna menjalankan tugas membantu Presi- Ekspor sebesar 1% cateris paribus, dalam jangka
den dalam penyelenggaraan urusan pemerintah panjang akan meningkatkan Laju Pertumbuhan
di bidang perdagangan, Menteri Perdagangan Ekonomi , %.
memiliki kewenangan penuh dalam memimpin Tujuan mempercepat proses serta mening-
katkan akurasi data perijinan impor (T4), aktor

KOMARA ET AL Manajemen IKM


Pengembangan Strategi Pelayanan

yang paling berperan cukup di level teknis yaitu Dalam kaitannya dengan impor hortikul-
tim teknis. tura, pemanfaatan teknologi infomasi membuat
Tabel 7 menunjukan bobot kepentingan sistem administrasi dan prosedur perijinan impor
alternatif-alternatif strategi yang mungkin untuk menjadi lebih senderhana dan transparan baik
diambil terkait dengan tujuan-tujuan yang telah yang berkaitan dengan Kementerian Pertanian,
dipaparkan diatas. Guna mendukung tujuan Badan POM, Kementerian Perdagangan hingga di
mendukung sistem perdagangan nasional dan Bea dan Cukai.
internasional, menurunkan biaya serta memper- Di beberapa negara maju, konsep peman-
cepat proses serta meningkatkan akurasi data faatan teknologi informasi dalam fasilitas
perijinan impor, alternatif strategi yang dipilih perdagangan internasional sudah berevolusi
oleh pakar adalah mekanisme perijinan terpadu menjasi sebuah Single Window berupa portal
berbasis TI. layanan satu atap yang menyediakan gateway
Berdasarkan McMaster (2006) teknologi elektronik terpadu yang memungkinkan infor-
komunikasi dan informasi merupakan kunci masi perdagangan dan dokumen lain yang terkait
dalam fasilitasi perdagangan. Pemanfaatan dapat disampaikan hanya pada satu kali oleh
teknologi komunikasi dan informasi dapat eksportir, importir, broker pabean, freight
menguraingi kompleksitas perdagangan inter- forwarder, agen pengiriman dan pemain lain, di
nasional sehingga dapat meminimalkan biaya titik masuk tertentu. Informasi dan dokumen ini
transaksi perdagangan. Selain hal tersebut, kemudian ditransmisikan ke Bea dan Cukai,
manfaat lain yang diperoleh dari sistem tersebut karantina, perijinan, pelabuhan dan otoritas
adalah dapat meningkatkan keamanan perdaga- pemerintah lainnya, serta perusahaan asuransi,
ngan serta transparansi dalam rantai pasokan. bank dan semua instansi swasta lainnya yang
terlibat dalam perdagangan internasional.

Tabel. 6. Unsur tujuan pada tingkat keempat

Tim
Tujuan/aktor Menteri Dirjen Direktur
pelaksana
Mendukung sistem perdagangan nasional dan internasional (T1)
Mendukung upaya e-Government (T2)
Menurunkan biaya (T3)
Mempercepat proses serta meningkatkan akurasi data perijinan
impor (T4)

Tabel 7. Unsur tujuan terhadap alternatif strategi

Mempercepat proses
Mendukung sistem Mendukung
Menurun- serta meningkatkan
Stategi/Tujuan perdagangan nasional upaya e-
kan biaya akurasi data perijinan
dan internasional Government
impor
Mekanisme perijinan terpadu
berbasis TI.
Monitoring dan evaluasi sistem
secara berkala baik dari aspek sis-
tem, SDM dan landasan hukum
Perbaikan pelayanan (sistem)
untuk mempermudah pihak
pengguna (user friendly)
Standardisasi
data/dokumenimpor/eksporsesua
i standar pertukaran data
elektronik
Sosialisasi perkembangan secara
rutin
Peningkatan program reward and
punisment berbasis kinerja

Vol. 10 No. September


Pengembangan Strategi Pelayanan

Berdasarkan Grainger ( bahwa penerapan Selain hal tersebut di atas, dukungan


Single Window yang berpedoman pada penyeder- sumber daya manusia yang baik juga menjadi hal
hanaan prosedur ekspor impor, kesesuaian yang mutlak guna menggerakkan strategi yang
dengan standard dan praktek perdagangan telah disusun guna menunjang pengembangan
internasional, dan juga penerapan teknologi pelayanan perijinan impor hortikultura berbasis
informasi untuk mengurangi biaya yang timbul TI di Kementerian Perdagangan.
dalam proses perdagangan internasional terutama Selain faktor organisasi dan SDM, hal yang
antara pelaku bisnis dengan instansi pemerintah tidak dapat diacuhkan adalah alokasi anggaran
yang terkait. Inisiatif dan konsep mengenai Single yang cukup. Alokasi anggaran merupakan faktor
Window sendiri telah dianjurkan oleh Perserikatan penting guna memastikan berjalannya strategi
Bangsa Bangsa sejak tahun 2005 karena melihat pengembangan pelayanan perijinan impor horti-
banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh kultura berbasis TI di Kementerian Perdagangan.
suatu negara dengan mengembangkan konsep
Single Window (Mc.Master, b. Aktor
Guna mendukung strategi tersebut, tentu- Aktor paling penting yang dipilih respon-
nya tidak akan lepas dari pembenahan internal den guna mendukung Strategi Pengembangan
Kementerian Perdagangan baik di dalam kesiapan Pelayanan Perijinan Impor Hortikultura Berbasis
system informasi, kesiapan SDM yang akan TI di Kementerian Perdagangan adalah A
menjalankannya serta dukungan perauran (Menteri) dengan bobot , sedangkan aktor
perundang-undangan. Oleh karena hal tersebut yang dinilai responden memiliki bobot paling
monitoring dan evaluasi sistem secara berkala kecil adalah A (tim teknis) dengan bobot
baik dari aspek sistem, SDM dan landasan (Tabel 9).
hukum, merupakan hal yang sangat penting guna
mendukung tujuan-tujuan tersebut diatas. Tabel . Bobot dan prioritas aktor-aktor yang paling
berperan dalam penyusunan strategi
Pengolahan Vertikal Aktor Bobot Prioritas
a. Faktor A1
Berdasarkan hasil analisa AHP pada Tabel A2
, faktor yang peling guna medukung strategi A
pengembangan pelayanan perijinan impor horti- A
kultura berbasis TI di Kementerian Perdagangan
adalah Organisasi dan SDM (F1) dengan bobot Dalam hirarki kepemimpinan organisasi di
dan alokasi anggaran (F4) dengan bobot Kementerian Perdagangan, Menteri menepati
. posisi paling atas dengan segala hak dan ke-
wenangan yang dimilikinya sesuai dengan aturan
Tabel 8. Bobot faktor dan prioritas faktor yang paling perundang undangan. Menteri memiliki kewe-
berperan dalam strategi pengembangan pe- nangan dan tanggung jawab dalam pengelolan
layanan sistem inatrade secara vertikal
anggaran belanja negara kementerian hingga
Faktor Bobot Prioritas mentukan struktur organisasi kementerian.
F1 Dalam tata kelola pelayanan perijinan di Kemen-
F4 terian Perdagangan, komitmen menteri sebagai
F3 pimpinan puncak merupakan hal yang sangat
F2
penting karena akan dampak langsung kepada
komitmen pemimpin unit yang ada di bawahnya.
Meskipun bobot tim teknis menempati
Organisasi atau kelembagaan merupakan
posisi yang paling kecil, namun peran tim teknis
hal penting dalam mengembangkan stategi untuk
dalam tataran implementatif kebijakan tidak
mencapai dengan pendekatan sistem. Dengan
dapat disebut kecil. Tim pengelola sistem
organisasi dan pengorganisasian yang baik,
inatrade/tim IT merupakan aktor terdepan yang
sumber daya manusia, sumber daya fisik dan
berhadapan langsung dengan pelaku usaha jika
sumber daya modal/keuangan dapat di sinkro-
terjadi permasalahan teknis di lapangan.
nisasi dan kombinasi dengan lebih baik guna
Hambatan teknis biasa berupa data tidak terkirim
mencapai tujuan dari Kementerian Perdagangan.

KOMARA ET AL Manajemen IKM


Pengembangan Strategi Pelayanan

ke INSW atau adanya nota penolakan dari Bea perdagangan baik nasional dan internasional
dan Cukai, sehingga pelayanan kepabeanan tidak tidak terganggu.
dapat diproses lebih lanjut. Ketika ada Dalam perdagangan internasional, pemberi-
permasalahan tersebut, tim teknis harus siap an fiasilitas perdagangan terhapa produk yang
memberikan pelayanan dan memberikan solusi diatur impornya, di satu sisi juga dapat
jalan keluar terhadap permasalah tersebut. mengurangi resiko terhadap tindakan baIasan
dari negara tujuan ekspor/Trade Remedies.
c. Tujuan
Berdasarkan hasil analisa AHP, tujuan yang d. Alternatif strategi
paling penting untuk dituju dalam penyusunan Alternatif strategi yang paling penting
Strategi Pengembangan Pelayanan Perijinan dipilih pakar dalam pengembangan Strategi
Impor Hortikultura Berbasis TI di Kementerian Pengembangan Pelayanan Perijinan Impor Horti-
Perdagangan adalah T1 (mendukung sistem kultura Berbasis TI di Kementerian Perdagangan
perdagangan nasional/internasional) dengan adalah S1 (Mekanisme perijinan terpadu berbasis
bobot , sedangkan bobot yang paling IT) dengan bobot 0,207167 dan S (Monitoring
rendah adalah T3 (menurunkan biaya) dengan dan evaluasi sistem secara berkala baik dari aspek
bobot (Tabel 10). Kegiatan perdagangan sistem, SDM dan landasan hukum) dengan bobot
merupakan penggerak utama dalam pembangun- , sedangkan strategi dengan bobot paling
an perekonomian nasional yang dapat memberi- rendah adalah S6 (meningkatkan program reword
kan daya dukung dalam meningkatkan produksi and punishment bebasis kinerja) dengan bobot
dan memeratakan pendapatan serta memperkuat .
daya saing produk dalam negeri.
Tabel . Skor bobot alternatif strategi
Tabel 10. Bobot dan prioritas tujuan yang ingin dicapai
Alternatif
Kementerian Perdagangan Bobot Prioritas
strategi
Tujuan Bobot Prioritas S1
S2
T1
S3
T2
S4
T4
S5
T3
S6

Menurut Safitriani ( ) bahwa ketergan-


Saat ini teknologi informasi dan komunikasi
tungan Indonesia pada perdagangan internasional
sudah sebuah kebutuhan dalam perdagangan
sebagai mesin penggerak perekonomian nasional
internasional. Berasarkan McMaster (2006)
cukup besar. Dari hasil kajian Salomo (2007)
teknologi komunikasi dan informasi merupakan
diketahui bahwa dalam jangka panjang ekspor
kunci dalam fasilitasi perdagangan. Fasilitas
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
perdagangan bebasis teknologi elektronik menjadi
ekonomi Indonesia. Kenaikan Ekspor sebesar 1%
hal yang sangat penting dalam menghadapi
cateris paribus, dalam jangka panjang akan
peningkatan volume perdagangan internasional
meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi .
yang terus berkembang, karena sistem tradisional
Meningat pentingnya menjaga sistem per-
yang masih berbasis kertas tidak akan mampu
dagangan baik nasional/internasional serta guna
mengatasi peningkatan jumlah transakis per-
mendukung target pemerintah untuk mening-
dagangan internasional.
katkan ekspor 300% maka fasilitas perdagangan
McMaster (2006) mengungkapkan bahwa
berupa pengembangan pengembangan pelayanan
tujuan utama dari pemanfaatan teknologi
perijinan berbasis TI menjadi salah satu kuncinya
elektronik/informasi dalam fasilitasi perdagangan
yang perlu dikembangkan.
adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efek-
Penggunaan IT dalam pelayanan perijinan
tivitas prosedur operasional, aliran dokumentasi
impor hortikultura yang memperingkas birokrasi
dan pertukaran data transaksi perdagangan
perijinan diharapkan dapat mempercepat proses
internasional yang berdampak pada penurunan
dan dapat meningkatkan kelancaran arus barang.
biaya.
Kemudahan dalam fasilitas perdagangan tersebut
Kompleksitas prosedur perdagangan inter-
dikembangkan guna mendukung agar sistem
nasional yang melibatkan lintas lembaga/

Vol. 10 No. September


Pengembangan Strategi Pelayanan

kementerian seperti Kementerian Pertanian, perijinan online, masalah remunerasi, dan


Badan POM, Kementerian Perdagangan hingga di adanya kekakuan alokasi anggaran.
Bea dan Cukai menjadi lebih mudah ketika 2. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa
mekanisme perijinan dilakukan melalui pende- faktor yang paling berpengaruh dalam
katan perijinan terpadu berbasis IT. pengembangan stategi pelayanan perijinan
Stretegi lain yang penting memerlukan impor produh hortikultura adalah organisasi
perhatian yang lebih adalah monitoring dan dan SDM, sedangkan aktor yang paling
evaluasi sistem secara berkala baik dari aspek berperan adalah Menteri. Tujuan yang akan
sistem, SDM dan landasan hukum. Penerapan 3. Strategi peningkatan mutu pelayanan per-
stategi ini dipandang penting untuk diterapkan ijinan yang dapat diambil adalah mekanisme
mengingat stategi ini akan memotret kebutuhan perijinan terpadu berbasis IT serta monitoring
dan kondisi lapangan sehingga diketahui posisi dan evaluasi sistem secara berkala baik dari
terkini. Informaisi-informasi tersebut merupakan aspek sistem, SDM dan landasan hukum.
input yang sangat penting dalam melakukan
perencanaan strategis guna melakukan perbaikan-
DAFTAR PUSTAKA
perbaikan lebih lanjut.

David, FR. 2009. Strategic Management: Mana-


Implikasi Manajerial
jemen Strategis Konsep. Edisi 12. Jakarta:
Salemba Empat.
Dengan penerapan strategi yang diperoleh
Grainger, A. Customs and Trade Facilitation:
dari hasil analisis, maka Kementerian Perdagang-
from Concepts to Implementation World
an mendapatkan beberapa gambaran terhadap
Customs Journal, Vol. 1 No. 2, 2007.
potret pelayanan yang telah dilakukan, data base
[Kemendag], Kementerian Perdagangan.
pelaku usaha, profil komoditi dan sistem
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
pelayanan yang baik untuk medukung dalam
30/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan
meningkatkan kecepatan arus barang dan logistik
Impor Produk Hortikultura. [Internet].
nasional.
[diunduh 2014 Januari 10]. Bisa didapat
Namun demikian ada beberapa tantangan
pada http://www.kemendag.go.id/id/news/
yang harus dihadapi. Salah satu tantangan adalah
2012/05/10/ketentuan-impor-produk-
resisteni petugas dan pelaku usaha yang masih
hortikultura
nyaman dengan sistem manual dalam pelayanan
[Kemendag], Kementerian Perdagangan. 2015.
perijinan. Direktorat Fasilitasi ekspor dan Impor
Pemberlakuan Mandatory Online Terhadap
sebagai vendor pelayanan perijinan berbasis IT,
96 Perijinan. [internet].[diunduh 2015
harus terus berupaya untuk mendekatkan diri
Januari ]. Bisa didapat pada
kepada direktorat teknis lain yang menangani
http://inatrade.kemendag.go.id/index.php/h
perijinan (Direktorat Impor dan Direktorat
ome/detail_news/86
Ekspor). Hal ini penting agar proses bisnis yang
[Kemendag], Kementerian Perdagangan. 2015.
menggunakan sistem inatrade secara online
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
mudah diadaptasi. Selain itu konsep pendekatan
53/M-DAG/PER/9/2014 tentang Unit Pe-
sistem bottom to top juga perlu diterapkan agar
layanan Perdagangan. [Internet]. [diunduh
penerapan berjalan mulus sehingga operator dan
2015 Januari 30]. Bisa didapat pada
pejabat merasakan manfaat sistem ini.
http://inatrade.kemendag.go.id/index.php/
perijinan/get_download/182.pdf.
KESIMPULAN McMaster J. Nowak J, The Evolution of
Electronic Trade Facilitation: Towards a Global
1. Pelayanan di pelayanan ijin impor di Kemen- Single Window Trade Portal tersedia di
terian Perdagangan, khususnya perijinan http://www,researchgate,net/profile/Jan_No
produk hortikultura memiliki beberapa wak6/publication/228581401_The_Evolutio
kelemahan, yaitu sumber daya penunjang n_of_Electronic_Trade_Facilitation_Toward
yang kurang memadai, adanya keaneka- s_a_Global_Single_Window_Trade_Portal/l
ragaman data/dokumen impor, terjadi inks/0deec52d4fc5617350000000?ev=pub_ex
resistensi internal terhadap perubahan pola t_doc_dl&origin=publication_detail&inVie
perijinan, kurangnya sosialisasi sistem wer=true [Oktober 2014].

KOMARA ET AL Manajemen IKM


Pengembangan Strategi Pelayanan

Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Salomo, R M. 2007. Peranan Perdagangan
Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik un- Internasional Sebagai Salah Satu Sumber
tuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Parallel
yang Kompleks. Pustaka Binama Pressindo. Session IIID: Trade III (Growth & FDI),
Safitriani, S. 2014. Perdagangan Internasional dan Wisma Makara, Kampus UI-Depok.
Foreign Direct Investment di Indonesia, [WTO], 1999. The Results of the Uruguay Round of
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 8 Multilateral Trade Negotiations: The Legal
No. 1 Juli 2014. Texts. United Kingdom: Cambridge Univer-
sity Press.

Vol. 10 No. September

Anda mungkin juga menyukai