ISSN - http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/
Development of Strategy for Horticulture Products Import Licencse Services Based on Information
Technology In Ministry of Trade
ABSTRAK
Perjanjian kerja sama perdagangan memberikan mandat kepada setiap anggota Organisasi
Peragangan Dunia (WTO) termasuk Indonesia, untuk menyederhanakan proses perdagangan dengan
tujuan memfasilitasi arus perdagangan barang antar negara. Inatrade adalah sistem berbasis teknologi
yang dibangun oleh Kementerian Perdagangan yang bertujuan menyediakan jasa ekspor dan/atau impor
dengan lebih cepat dan transparan. Dengan maksud untuk menentukan efektifitas pelayanan Inatrade,
diperlukan identifikasi faktor dominan, aktor, dan indikator yang berpengaruh kepada peningkatan
kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dari pelayanan perijinan impor
produk hortikultura, mengidentifikasi faktor, aktor, dan indikator dominan yang mempengaruhi
pelayanan dan menyusun strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan
perijinan di Kemeterian Perdagangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan alat analisis Matriks
Evaluasi Faktor Internal (IFE), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), Matriks SWOT dan Proses
Analisis Hirarki (AHP). Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa mekanisme perijinan
terpadu berbasis IT serta monitoring & evaluasi sistem secara berkala termasuk aspek sistem, sumber
daya manusia berbasis manusia merupakan strategi terbaik untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
ABSTRACT
Trade Facilitation Agreement mandates each member of the World Trade Organization (WTO),
including Indonesia, to simplify the trade system in order to facilitate trade flows between countries.
Inatrade is an information technology-based system that was built by the Ministry of Trade that aims to
provide services of export and/or import procedure fastrer and more transparent. In order to determine
the effectiveness of Inatrade services, it is necessary to identify the dominant factors, actors, and
indicators that influence to the improvement of the service quality. This study aims to determine the
conditions of service horticultural products import license, to identify the dominant factors, actors, and
indicators which influence services, and to formulate strategies needed to improve the quality of
licensing services at the Ministry of Trade. The research used analytical tools of Internal Factor
Evaluation Matrix (IFE), External Factor Evaluation Matrix (EFE), SWOT and Analytical Hierarchy
Process (AHP). Based on the result analiysis it was concluded that the licensing mechanism based
integrated information technology and monitoring and evaluation system regularly including aspects of
the systems, human resources and legal basis as a best strategy to improve the quality of services.
______________
Korespondensi:
*) Jl. Raya Cifor Perumahan Taman Firdaus Blok B No. 9 Kelurahan Situgede, Bogor; e-mail: deden.komara@kemendag.go.id
Pengembangan Strategi Pelayanan
terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan terkait yang telah dipilih melalui purposive
No. 53/M-DAG/PER/9/2014 tanggal 2 September sampling
2014 tentang Unit Pelayanan Terpadu Per- Tahap selanjutnya adalah analisis lingkung-
dagangan (UPTP). Perbandingan waktu yang an internal dan eksternal dengan menggunakan
dibutuhkan untuk memproses perijinan impor Internal Factor Evaluation Matrix (IFE), External
produk hotikultura dan janji layanan dapat dilihat Factor Evaluation Matrix (EFE), tahap pengga-
pada pada Tabel 1. bungan dengan matriks internal eksternal (IE)
Dari hasil temuan tersebut, dapat dikatakan serta pencocokan alternatife stategi dengan
bahwa penerapan program Inatrade belum opti- matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities, and
mal bila dibandingkan dengan target tingkat Threats (SWOT). Daftar alternatif stategi selanjut-
layanan (Service Level Arrangement). Dalam rangka nya dinilai prioritasnnya dengan menggunakan
meningkatkan pelayanan, maka diperlukan peme- Analytical Hierarchy Process (AHP). Secara skema-
taan masalah secara mendalam dan penyusunan tis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada
alternatif strategi yang dapat digunakan untuk Gambar 1.
meningkatkan pelayanan perijinan impor produk Internal Factor Evaluation Matrix (IFE)
hortikultura berbasis TI di Kementerian Perda- Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura
gangan. berasal dari hasil pembobotan dan peratingan
faktor internal dengan melihat aspek kekuatan
Tabel . Jumlah waktu rataan yang dibutuhkan untuk dan kelemahan. Nilai rating berasal dari nilai
pembuatan IT, PI, dan IP rataan pakar yang bernilai 3 dan 4 untuk aspek
2012 2013 Service Level kekuatan; nilai 1 dan 2 untuk aspek kelemahan.
Semester II Semester I Arrangement/ Untuk nilai bobot tiap faktor, masing-masing
(hari) (hari) SLA (hari) pakar diminta melakukan perbandingan berpasa-
IT ngan antar faktor-faktor internal yang ada untuk
PI menentukan tingkat kepentingan faktor tersebut
IP dalam bentuk persen apabila dibandingkan antara
satu dan faktor lainnya.
Sumber: Database Inatrade diolah.
External Factor Evaluation Matrix (EFE)
Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
berasal dari hasil pembobotan dan peratingan
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pelayan-
faktor eksternal dengan melihat aspek peluang
an ijin impor di Kementerian Perdagangan,
dan ancaman. Nilai rating berasal dari nilai rataan
khususnya perijinan produk hortikultura secara
pakar yang bernilai 1 hingga 4. Untuk nilai bobot
menyeluruh. Tujuan lain daari penelitian ini
tiap faktor, masing-masing pakar diminta
adalan mengidentifikasi faktor, aktor yang
melakukan perbandingan berpasangan antar
berpengaruh secara dominan serta tujuan yang
faktor-faktor internal yang ada untuk menentukan
ingin di capai dalam rangka peningkatan mutu
tingkat kepentingan faktor tersebut dalam bentuk
pelayanan perijinan yang diterapkan Kementerian
persen, apabila dibandingan antara satu dan
Perdagangan. Dari dua hal tersebut diharapkan
faktor lainnya.
dapat merumuskan strategi peningkatan mutu
Hasil skor dari matriks IFE dan EFE akan
pelayanan perijinan terbaik yang dapat diterap-
menentukan posisi dalam matriks IE. Matriks ini
kan oleh Kementerian Perdagangan, khususnya
memposisikan suatu organisasi dalam tampilan
produk hortikultura.
sebuah sel (Gambar 2). Total skor bobot IFE
berada pada sumbu x dan total skor EFE pada
METODE PENELITIAN sumbu y. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah
utama yang mempunya implikasi stategi yang
Tahapan awal penelitian dimulai dengan berbeda, yaitu:
identifikasi faktor internal (kekuatan, kelemahan) 1. Daerah I meliputi sel I, II atau IV digambar-
dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang kan dengan daerah tumbuh dan berkembang
diperoleh melalui studi literatur, hasil kuesioner, (grow and guild);
serta diskusi dengan pakar. Untuk mengetahui 2. Daerah II meliputi sel III,V atau VII termasuk
karakteristik sistem Inatrade yang terkait dengan daerah menjaga dan mempertahankan (hold
perijinan impor hortikultura melalui pengamatan and maintain);
dan indepth interview dengan pihak-pihak yang
3. Daerah III meliputi sel VI,VIII atau IX adalah yang menangani impor produk hortikultura, 2
daerah panen (harvest or divestasi). orang perwakilan dari Direktorat Fasilitasi Ekspor
Tahap selanjutnya menyusun matriks dan Impor yang menangani pelayanan perijinan
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and inatrade dan INSW, satu orang perwakilan dari
Threats). Matriks SWOT digunakan untuk Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
mencocokan faktor internal dan ekternal. Hasil Pertanian Kementerian Pertanian yang
Pengembangan stategi pada matriks SWOT menangani impor hortikultura, serta satu orang
dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. pakar dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Setelah diketahui kondisi masing-masing faktor Pusat yang pernah turut membangun sistem
internal dan eksternal, maka dilanjutkan dengan INSW.
perumusan strategi alternatif dengan mengguna- Penelitian dilakukan seluruhnya di Jakarta
kan AHP yang dikembangkan oleh Saaty (1993). pada bulan November 2013-Maret 2014.
Pihak yang menjadi target responden
adalah 2 orang perwakilan dari Direktorat Impor
, 6
,6
strategi. Faktor peluang yang dapat didata adalah Penggabungan matriks IFE sebesar 2,856 dan EFE
pengurusan dokumen impor cepat, pengajuan sebesar 3,632 menempatkan posisi di sel I.
perijinan dapat dilakukan di mana saja, tahapan Menurut David (2009), organisasi yang termasuk
proses perijinan dapat di monitor, proses custom dalam sel I, II dan IV cocok untuk melakukan
and clearance di bea dan cukai dapat dilakukan strategi tumbuh dan membangun (grow and build).
lebih cepat, dan peluang untuk menurunkan Strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan
biaya importasi. Faktor-faktor ancaman terdiri antara lain strategi intensif (penetrasi pasar,
dari kurangnya koordinasi antar instansi yang pengembangan produk) atau strategi integratif
terlibat, kurangnya integrasi elemen data impor (integrasi).
antara kementerian terkait, importir kurang
paham penggunaan sistem inatrade, keamanan Matriks SWOT
data dan informasi MOU dengan instansi teknis Berdasarkan matriks SWOT sesuai dengan
penunjang inatrade yang akan berakhir. Tabel 4, dapat dirumuskan beberapa startegi
Dari Matrik EFE matrix diperoleh total skor untuk diverifikasi oleh pakar. Strategi yang
mengindikasikan posisi bahwa posisi sistem dihasilkan adalah:
lebih dari cukup kuat dalam mengantisipasi 1. Mekanisme terpadu berbasis TI.
perubahan lingkungan eksternal, dalam upaya 2. Monitoring dan evaluasi sistem secara
pemanfaatan peluang, serta mengantisipasi berkala baik dari aspek sistem, SDM dan
ancaman dan masih cukup ruang bagi perbaikan landasan hukum;
dalam operasi. 3. Perbaikan pelayanan (sistem) untuk
mempermudah pihak pengguna (user
Analisis Matriks IE Pelayanan Perijinan Impor friendly);
Produk Hortikultura 4. Standardisasi data/dokumen impor/ekspor
Matriks IE menggabungkan skor dari sesuai standar pertukaran data elektronik
matriks IFE dan EFE untuk mendapatkan posisi 5. Sosialisasi perkembangan secara rutin.
sel pelayanan perijinan impor produk 6. Peningkatan program reward and punisment
hortikultura berbasis teknologi informasi di berbasis kinerja.
Kementerian Perdagangan (David, 2009).
Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur dan mengelola kementerian termasuk penyusun-
(Direktur Impor dan Direktur Fasilitasi Ekspor an organisasi, SDM serta alokasi anggaran sesuai
dan Impor) dan tim pelaksana (kepala seksi di dengan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 48
Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Tim TI tahun 2015 tentang Kementerian Perdagagangan.
dari PT EDII dan petugas UPP). Dalam struktur organisasi di Kementerian
3. Tujuan yang ingin dicapai, yaitu mendukung Perdagangan, Direktur Jenderal merupakan aktor
sistem perdagangan nasional dan internasio- yang paling berperan dalam menterjemahkan visi
nal, mendukung upaya e-Government, menu- dan misi menteri ke dalam bentuk kegiatan
runkan biaya dan mempercepat proses serta kementeriana. Dirjen menjadi aktor yang ber-
meningkatkan akurasi data perijinan impor. tanggung jawab dalam kegiatan teknis kemen-
4. Alternatif stategi yang diperoleh dari hasil terian termasuk program perbaikan sistem
analisa SWOT, antara lain mekanisme infrastruktur inatrade.
perijinan terpadu berbasis TI (S1), monitoring Dalam tata kelola pelaksanaan pelayanan
dan evaluasi sistem secara berkala, baik dari perijinan, tim teknis merupakan aktor berhadapan
aspek sistem, SDM dan landasan hukum (S2), langsung dengan pelaku usaha jika terjadi
perbaikan pelayanan (sistem) untuk memper- permasalahan teknis di lapangan. Ketika ada
mudah pihak pengguna (user friendly) (S3), hambatan teknis berupa data tidak terkirim ke
standardisasi data/dokumen impor sesuai INSW atau adanya nota penolakan dari Bea dan
standar pertukaran data elektronik (S4), Cukai, sehingga pelayanan kepabeanan tidak
sosialisasi perkembangan berkala (S5) dan dapat diproses lebih lanjut yang berpotensi
peningkatan program reward and punisment menimbulkan biaya penumpukan dll, tim teknis
berbasis kinerja (S6). harus siap memberikan pelayanan dan memberi-
kan solusi jalan keluar terhadap permasalah
Pengolahan Horizontal tersebut.
Pengolahan horizontal terdiri dari atas tiga Tabel menjelaskan tingkat kepentingan
tingkatan unsur, yaitu (1) tingkat kepentingan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam rangka
aktor terhadap faktor; (2) tingkat kepetingan pengembangan sistem inatrade di Kementerian
tujuan terhadap aktor; (3) tingkat kepentingan Perdagangan. Berdasarkan hasil analisa dapat
strategi terhadap tujuan. diketahui bahwa dengan berkembanganya sistem
Tabel 5 menjelaskan tingkat kepentingan inatrade sebagian besar aktor (Menteri, Dirjen,
aktor terhadap faktor-faktor yang berperan dalam dan Diretur Fasilitas Ekspor-Impor), memiliki
pengembangan sistem inatrade. Berdasarkan Tabel tujuan yang sama, yaitu mendorong berkembang-
, Menteri adalah aktor yang paling berperan nya sistem perdagangan nasional dan internasio-
dalam pembenahan organisasi dan SDM, serta nal kearah yang lebih baik. Tim teknis lebih fokus
alokasi anggaran, Tim Teknis merupakan aktor pada tataran teknis yaitu hal yang lebih praktis
yang yang penting dalam hal menurunkan biaya yaitu terkait kecepatan dan akurasi proses
serta Dirjen merupakan aktor penting dalam hal perijinan.
pembenahan sistem infrastruktur inatrade. Tujuan stategis yang ingin dicapai
pimpinan Kementerian Perdagangan pada setiap
Tabel 5. Unsur aktor pada tingkat ketiga level tentunya memiliki tujuan yang sama yaitu
Faktor mendorong berkembangnya sistem perdagangan
Sistem nasional dan internasional kearah yang lebih baik,
Aktor Organisasi Alokasi
Biaya Infrastruktur hal ini karena ketergantungan Indonesia pada
& SDM Anggaran
Inatrade
perdagangan internasional sebagai mesin peng-
Menteri
gerak perekonomian nasional cukup besar
Dirjen
(Safitriani, 2014). Berdasarkan hasil kajian dari
Direktur
Salomo (2007) menyatakan bahwa dalam jangka
Tim
Pelaksana
panjang ekspor berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenaikan
Guna menjalankan tugas membantu Presi- Ekspor sebesar 1% cateris paribus, dalam jangka
den dalam penyelenggaraan urusan pemerintah panjang akan meningkatkan Laju Pertumbuhan
di bidang perdagangan, Menteri Perdagangan Ekonomi , %.
memiliki kewenangan penuh dalam memimpin Tujuan mempercepat proses serta mening-
katkan akurasi data perijinan impor (T4), aktor
yang paling berperan cukup di level teknis yaitu Dalam kaitannya dengan impor hortikul-
tim teknis. tura, pemanfaatan teknologi infomasi membuat
Tabel 7 menunjukan bobot kepentingan sistem administrasi dan prosedur perijinan impor
alternatif-alternatif strategi yang mungkin untuk menjadi lebih senderhana dan transparan baik
diambil terkait dengan tujuan-tujuan yang telah yang berkaitan dengan Kementerian Pertanian,
dipaparkan diatas. Guna mendukung tujuan Badan POM, Kementerian Perdagangan hingga di
mendukung sistem perdagangan nasional dan Bea dan Cukai.
internasional, menurunkan biaya serta memper- Di beberapa negara maju, konsep peman-
cepat proses serta meningkatkan akurasi data faatan teknologi informasi dalam fasilitas
perijinan impor, alternatif strategi yang dipilih perdagangan internasional sudah berevolusi
oleh pakar adalah mekanisme perijinan terpadu menjasi sebuah Single Window berupa portal
berbasis TI. layanan satu atap yang menyediakan gateway
Berdasarkan McMaster (2006) teknologi elektronik terpadu yang memungkinkan infor-
komunikasi dan informasi merupakan kunci masi perdagangan dan dokumen lain yang terkait
dalam fasilitasi perdagangan. Pemanfaatan dapat disampaikan hanya pada satu kali oleh
teknologi komunikasi dan informasi dapat eksportir, importir, broker pabean, freight
menguraingi kompleksitas perdagangan inter- forwarder, agen pengiriman dan pemain lain, di
nasional sehingga dapat meminimalkan biaya titik masuk tertentu. Informasi dan dokumen ini
transaksi perdagangan. Selain hal tersebut, kemudian ditransmisikan ke Bea dan Cukai,
manfaat lain yang diperoleh dari sistem tersebut karantina, perijinan, pelabuhan dan otoritas
adalah dapat meningkatkan keamanan perdaga- pemerintah lainnya, serta perusahaan asuransi,
ngan serta transparansi dalam rantai pasokan. bank dan semua instansi swasta lainnya yang
terlibat dalam perdagangan internasional.
Tim
Tujuan/aktor Menteri Dirjen Direktur
pelaksana
Mendukung sistem perdagangan nasional dan internasional (T1)
Mendukung upaya e-Government (T2)
Menurunkan biaya (T3)
Mempercepat proses serta meningkatkan akurasi data perijinan
impor (T4)
Mempercepat proses
Mendukung sistem Mendukung
Menurun- serta meningkatkan
Stategi/Tujuan perdagangan nasional upaya e-
kan biaya akurasi data perijinan
dan internasional Government
impor
Mekanisme perijinan terpadu
berbasis TI.
Monitoring dan evaluasi sistem
secara berkala baik dari aspek sis-
tem, SDM dan landasan hukum
Perbaikan pelayanan (sistem)
untuk mempermudah pihak
pengguna (user friendly)
Standardisasi
data/dokumenimpor/eksporsesua
i standar pertukaran data
elektronik
Sosialisasi perkembangan secara
rutin
Peningkatan program reward and
punisment berbasis kinerja
ke INSW atau adanya nota penolakan dari Bea perdagangan baik nasional dan internasional
dan Cukai, sehingga pelayanan kepabeanan tidak tidak terganggu.
dapat diproses lebih lanjut. Ketika ada Dalam perdagangan internasional, pemberi-
permasalahan tersebut, tim teknis harus siap an fiasilitas perdagangan terhapa produk yang
memberikan pelayanan dan memberikan solusi diatur impornya, di satu sisi juga dapat
jalan keluar terhadap permasalah tersebut. mengurangi resiko terhadap tindakan baIasan
dari negara tujuan ekspor/Trade Remedies.
c. Tujuan
Berdasarkan hasil analisa AHP, tujuan yang d. Alternatif strategi
paling penting untuk dituju dalam penyusunan Alternatif strategi yang paling penting
Strategi Pengembangan Pelayanan Perijinan dipilih pakar dalam pengembangan Strategi
Impor Hortikultura Berbasis TI di Kementerian Pengembangan Pelayanan Perijinan Impor Horti-
Perdagangan adalah T1 (mendukung sistem kultura Berbasis TI di Kementerian Perdagangan
perdagangan nasional/internasional) dengan adalah S1 (Mekanisme perijinan terpadu berbasis
bobot , sedangkan bobot yang paling IT) dengan bobot 0,207167 dan S (Monitoring
rendah adalah T3 (menurunkan biaya) dengan dan evaluasi sistem secara berkala baik dari aspek
bobot (Tabel 10). Kegiatan perdagangan sistem, SDM dan landasan hukum) dengan bobot
merupakan penggerak utama dalam pembangun- , sedangkan strategi dengan bobot paling
an perekonomian nasional yang dapat memberi- rendah adalah S6 (meningkatkan program reword
kan daya dukung dalam meningkatkan produksi and punishment bebasis kinerja) dengan bobot
dan memeratakan pendapatan serta memperkuat .
daya saing produk dalam negeri.
Tabel . Skor bobot alternatif strategi
Tabel 10. Bobot dan prioritas tujuan yang ingin dicapai
Alternatif
Kementerian Perdagangan Bobot Prioritas
strategi
Tujuan Bobot Prioritas S1
S2
T1
S3
T2
S4
T4
S5
T3
S6
Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Salomo, R M. 2007. Peranan Perdagangan
Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik un- Internasional Sebagai Salah Satu Sumber
tuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Parallel
yang Kompleks. Pustaka Binama Pressindo. Session IIID: Trade III (Growth & FDI),
Safitriani, S. 2014. Perdagangan Internasional dan Wisma Makara, Kampus UI-Depok.
Foreign Direct Investment di Indonesia, [WTO], 1999. The Results of the Uruguay Round of
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 8 Multilateral Trade Negotiations: The Legal
No. 1 Juli 2014. Texts. United Kingdom: Cambridge Univer-
sity Press.