Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KEPANITERAAN KOMPREHENSIF

LONG CASE
GASTROENTERITIS

Disusun Oleh :
Windarto
G4A015090

Pembimbing
Preceptor Fakultas : dr. Yudhi Wibowo, MPH
Preceptor Lapangan : dr. Anggoro Supriyo

KEPANITERAAN KLINIK
STASE KOMPREHENSIF
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


LONG CASE

GASTROENTERITIS

Disusun Oleh :
Windarto
G4A015090

Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan klinik


Stase Komprehensif
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Hari :
Tanggal : September 2017

Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas


Tanda tangan dan stempel institusi Tanda Tangan

dr. Anggoro Supriyo dr. Yudhi Wibowo, MPH


NIP. 19710112.200212.1.002 NIP. 197601232005011002

2
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. R


Alamat lengkap : Desa Petarangan RT 1/8, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket

1. Tn. R KK L 37 th SD Supir - -
2. Ny. S Istri P 40 th SD Ibu Rumah - -
Tangga
3. Nn. R Anak P 17 th SMA Pelajar Gastroe -
nteritis
4. An. Z Anak P 9 th SD Pelajar - -

Sumber : Data Primer, 13 September 2017


Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga Tn.
R adalah nuclear family. Tn. R, Ny. S, dan An. Z tidak menderita penyakit.
Sedangkan Nn. R menderita gastroenteritis.
Nn. R (17 tahun) adalah anak pertama dari dua bersuadara yang tinggal
bersama kedua orang tua dan adik perempuannya. Biaya kehidupan sehari-hari
berasal dari hasil pekerjaan Ayah sebagai supir.

3
BAB II
STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS
Nama : Nn. R
Usia : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Penghasilan/bulan :-
Alamat : Desa Petarangan RT 1/8, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas.
Pengantar (Pasien) : Pasien datang berobat diantar Ibu ke Puskesmas
Tanggal Periksa : 12 September 2017

B. ANAMNESIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : BAB cair
Pasien datang ke IGD Puskesmas I Kemranjen dengan keluhan BAB
cair. BAB cair dikeluhkan pasien sejak 1 hari sebelum masuk Puskesmas,
terasa semakin memberat dan mengganggu aktivitas sehingga pasien tidak
masuk sekolah. BAB cair dirasakan lebih dari 3 kali sehari. Keluhan
bertambah berat setelah pasien makan. Keluhan sedikit berkurang setelah
pasien istirahat. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual, muntah,
dan demam. Pasien mengaku 2 hari sebelumnya memakan makanan pedas
yaitu rujak dan cimol.

4
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Gejala Sama : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Hipertensi : disangkal
Penyakit Diabetes : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Mondok : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Maag : diakui

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga dengan gejala serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat Diabetes : disangkal
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
a. Community
Pasien dalam kesehariaannya tinggal bersama kedua orang tua
dan seorang adik perempuannya. Pasien bertempat tinggal didaerah
perkampungan dengan kepadatan penduduk yang cukup padat. Saluran
pembuangan air limbah di got dan tergenang. Kandang binatang
piaraan tidak ada. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga depan
dan samping berdekatan satu sama lain sekitar 2-3 meter, kesan
kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien kurang. Tempat
sampah di luar rumah tidak ada. Pasien dikenal baik oleh tetangga
sekitar dan memiliki hubungan cukup baik dengan tetangga-tetangga di
sekitarnya. Pasien sering bermain bersama teman-teman seusianya di
sekitar rumah.
b. Home
Rumah pasien berada di Desa Petarangan RT 1/8, Kecamatan
Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Letak rumah di daerah
perkampungan. Bentuk rumah tidak bertingkat, dengan dinding dari

5
tembok, atap berupa genting, lantai dari keramik, dengan luas rumah 8
x 15 m2. Orang di dalam rumah yang tinggal ada 4 orang. Rumah terdiri
dari adalah 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1
ruang solat dan 3 kamar tidur. Setiap ruangan memiliki jendela dan
ventilasi yang cukup. Kesan pencahayaan cukup. Kebersihan di dalam
rumah cukup. Rumah sudah memiliki 1 kamar mandi sendiri dan
memiliki jamban yang berbentuk seperti leher angsa. Kamar mandi
terletak berdekatan dengan kamar tidur di dalam rumah. Sumber air
bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari
PAM.
c. Hobby
Pasien memiliki kegemaran jalan-jalan dan bermain bersama
teman-temannya.
d. Occupation
Pasien seorang siswi kelas IX di SMA N Sumpiuh.
e. Personal Habit
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun
mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien menyukai makan
makanan yang pedas dan jajan sembarangan
f. Drug
Pasien sempat minum obat di warung namun keluhan dirasakan
tidak membaik. Setelah itu pasien datang ke Puskesmas I Kemranjen.
g. Diet
Pasien makan tidak teratur, dan suka makan asin dan pedas.
5. Riwayat Kebiasaan
Setiap hari pasien bangun pukul 05.30 WIB untuk shalat subuh dan
bersiap untuk berangkat sekolah. Pasien selalu sarapan, namun jarang
makan siang . Saat istirahat di sekolah, pasien jarang makan di kantin dan
lebih sering untuk jajan di pedagang kaki lima di sekitar sekolahnya. Pasien
jarang mencuci tangan dengan sabun saat akan makan.

6
6. Riwayat psiko-sosio-ekonomi
Pasien adalah seorang pelajar. Untuk kebutuhan sehari-hari
ditanggung ayahnya yang seorang supir. Penghasilan ayah pasien tidak
tentu, biasanya sekitar Rp 3.000.000,00 Rp 4.000.000,00 perbulan. Pasien
tinggal di rumahnya bersama kedua orang tua dan satu orang adik
perempuannya. Setiap masalah yang dialami pasien selalu dikomunikasikan
dengan keluarga. Perekonomian pasien tergolong menengah. Pasien berobat
tanpa menggunakan kartu Jaminan Kesehatan.
7. Riwayat gizi
Pasien sering makan tidak teratur, 1-2 kali sehari dengan nasi,
sayur, dan lauk pauk seperti tahu, tempe, atau telur, dan senang makan asin
dan pedas. Kesan gizi kurang.
8. Family Genogram
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tn. P Ny. P Tn. S Ny. J


66 65 60 58

Ny. K Ny. J Tn. R Ny. S Ny. J Ny. K


45 43 37 40 37 34

Nn. R An. Z
17 9

Diagram 1. Genogram Keluarga Nn. R

Keterangan:
: penderita

Sumber : Data Primer, 12 September 2017


Kesimpulan :
Dari genogram di atas nampak bahwa dalam silsilah keluarga Nn. R tidak
terdapat riwayat sakit gastroenteritis.

7
Review of System
a. Kulit : tidak ada keluhan
b. Kepala : pusing (-), benjolan di kepala (-)
c. Mata : anemis (-), mata cekung (-)
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan
(-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk
darah (-)
i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), BAB cair (+), nafsu makan
menurun (+), nyeri perut (+)
k. Genitourinaria : BAK lancar, 3-5 kali/hari warna dan jumlah biasa
l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi labil (-), mudah marah (-),
mudah menangis (-)
m Muskuloskeletal : kaku sendi (-), pegel pada leher sampai punggung
. (-)
n. Ekstremitas : bengkak (-), sakit (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum/ Kesadaran
Sedang / Compos Mentis (GCS: E4M6V5)
b. Tanda Vital dan Status Gizi
1) Tanda Vital
Tekanan darah : 100/ 80 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 22x/menit

8
Suhu : 38 oC
2) Status gizi
BB : 45 kg
TB : 155 cm
BMI : 18.73 normoweight
c. Kulit
Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
d. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut.
e. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), memakai
kacamata lensa (-).
f. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-).
g. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-).
h. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-/-), cuping
telinga dalam batas normal.
i. Tenggorokan
Pharing hiperemis (-), Tonsil membesar (-),
j. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-).
k. Thoraks
1) Cor
I : Ictus cordis tak tampak
Pal : Ictus cordis tak kuat angkat
Per : Batas kiri atas : SIC II LPSS
Batas kiri bawah : SIC V 2 jari medial LMCS

9
Batas kanan atas : SIC II LPSD
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD
A : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
2) Pulmo
I : Retraksi (-/-), Pengembangan dada kanan = kiri
Pal : Fremitus raba kanan = kiri
Per : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri, batas paru
hepar SIC V LMCD
A : Suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), wheezing (-/-)
3) Abdomen
I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
A : Bising usus (+) meningkat
Per : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal : Supel, nyeri tekan hipokondriaka sinistra(+),
hepar dan lien ttb
4) Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal : nyeri tekan (-)
5) Ektremitas:
akral dingin - - oedem - -
- - - -
6) Sistem genetalia: dalam batas normal
7) Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur :dalam batas normal
Fungsi Vegetatif :dalam batas normal
Fungsi Sensorik :dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -
5 5 N N 2 2 - -
8) Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

10
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
D. USUL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untuk pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Darah Rutin
b. Pemeriksaan Feses Rutin

E. RESUME
Nn. R datang ke IGD Puskesmas I Kemranjen dengan keluhan BAB cair
lebih dari 3 kali sehari. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan suhu 380C, bising
usus meningkat, nyeri tekan regio hipokondriaka sinistra. Pasien seorang siswi
SMA yang tinggal bersama kedua orangtua dan seorang adik perempuannya di
rumah. Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan faktor risiko yang dimiliki oleh
Nn. R diantaranya adalah senang makan makanan pedas, makan tidak teratur,
dan senang jajan sembarangan. Pasien jarang mencuci tangannya saat akan
makan. Pasien seringkali menghadapi masalah sendirian tanpa bantuan dari
keluarga.
F. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : BAB cair lebih dari 3 kali sehari
Keluhan Tambahan : Demam, mual, dan muntah
Idea : Pasien mengeluh BAB cair 1 hari yang lalu dan
dirasakan lebih dari 3 kali sehari.
Concern : Pasien merasakan keluhan bertambah berat sehingga
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Expectacy : Pasien mempunyai harapan agar penyakitnya segera
sembuh sehingga bisa kembali bersekolah.
Anxiety : Pasien khawatir jika tidak kunjung sembuh akan
semakin ketinggalan pelajaran di sekolah.
2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja : Gastroenteritis
Diagnosis banding : Demam Tifoid

11
3. Aspek Faktor Resiko Internal
a. Pasien menyukai makanan pedas dan sering kali jajan sembarangan.
b. Pasien tidak langsung berobat ke pelayanan kesehatan/ dokter/ bidan
ketika merasakan sakit.
c. Pasien jarang mencuci tangannya ketika akan makan.
4. Aspek Faktor Resiko Eksternal
APGAR SCORE
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =
0. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
ADAPTATION
Apabila ada masalah, Nn. R hampir selalu menyampaikan kepada
keluarganya.
PARTNERSHIP
Komunikasi Nn. R dan keluarga baik. Nn. R hampir selalu
mendiskusikan masalah dengan keluarganya.
GROWTH
Nn. R puas dengan cara keluarganya menerima dan mendukung
keinginannya untuk melakukan kegiatan baru.
AFFECTION
Ny. R merasa mendapat perhatian penuh dari keluarganya. Nn. R puas
dengan cara keluarganya mengekspresikan kasih sayangnya.
RESOLVE
Ayah Nn. R bekerja sebagai supir, yang pulang ke rumah terkadang
hingga larut malam, namun Nn. R cukup puas apabila ayahnya menyempatkan
waktu untuk sekedar berkumpul bersama

LINGKUNGAN RUMAH
Pedagang makanan di sekitar rumah yang kurang memperhatikan
kebersihan.

12
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Tabel 2.2. Skala Fungsi Sosial Nn. R
Kemampuan dalam
Skala menjalani kehidupan
Akltivitas Menjalankan Fungsi
Fungsional untuk tidak tergantung
pada orang lain
Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan Perawatan diri, bekerja di
seperti sebelum sakit (tidak ada dalam dan di luar rumah
kesulitan) (mandiri)
Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan Mulai mengurangi
ringan sehari-hari di dalam dan di aktivitas kerja (sekolah)
luar rumah (sedikit kesulitan)
Skala 3 Mampu melakukan perawatan Perawatan diri masih bisa
diri, tetapi mampu melakukan dilakukan, hanya mampu
pekerjaan ringan (beberapa melakukan kerja ringan
kesulitan)
Skala 4 Dalam keadaan tertentu, masih Tidak melakukan
mampu merawat diri, namun aktivitas kerja, tergantung
sebagian besar pekerjaan hanya pada keluangan
duduk dan berbaring (banyak
kesulitan)
Skala 5 Perwatan diri dilakukan orang Tergantung pada pelaku
lain, tidak mampu berbuat apa- rawat
apa, berbaring pasif
Berdasarkan hasil anamnesis, skala fungsi Sosial Nn. R adalah skala 2.

G. PENATALAKSANAAN
1. Pasien
a. Promotif
- Makan 3 kali sehari dengan komposisi minimal nasi, sayur dan tempe
sebagai asupan harian.
- Mengurangi makan makanan pedas.
- Mengurangi jajan sembarangan
- Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
- Olahraga berupa jalan kaki di pagi hari, minimal 3 kali seminggu
selama 30 menit.
- Tidur 8 jam sehari.
- Mengikuti Ibadah secara rutin untuk mengendalikan stress.
b. Preventif
- Rutin mengecek kondisi tubuh ke Puskesmas.

13
c. Kuratif
i. Medika Mentosa
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
- Inj. Ondansetron 2 x 1 ampul
- P.O Paracetamol 500 mg 3 x 1 tablet
- P.O Atapulgit 650 mg 1 tablet setelah buang air besar
ii. Non Medika Mentosa
- Diet lunak tinggi kalori tinggi protein
- Diet tinggi cairan
2. Keluarga
a. Edukasi kepada keluarga terdekat agar pasien menghindari hal-hal yang
dapat memicu terjadinya penyakit ini lagi
b. Edukasi keluarga untuk selalu memotivasi dan dukungan moral kepada
pasien agar menjaga kondisi kesehatan pasien.
c. Edukasi keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit yang sama di
antara anggota keluarga yang lain dengan perilaku hidup bersih dan sehat
d. Edukasi keluarga untuk selalu mengontrol kesehatan di pelayanan
kesehatan.
e. Edukasi kepada keluarga tentang bahaya dehidrasi
f. Edukasi kepada keluarga apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi agar
segera ke puskesmas
3. Komunitas
a. Edukasi komunitas setempat untuk memotivasi pasien agar menjaga
kondisi kesehatan pasien.
b. Edukasi komunitas untuk selalu menjaga kebersihan serta keindahan
lingkungan sekitar.
c. Edukasi komunitas untuk mencegah terjadinya penyakit

14
H. FOLLOW UP
Hari / Tanggal / Pukul: Rabu/ 13 September 2017/ 07.00 WIB
S : Pasien mengatakan belum BAB, tidak muntah, mual berkurang,
sedikit pusing, nyeri perut kiri atas
O : Keadaan umum/kesadaran: sedang/compos mentis
Tanda vital : TD: 120/70mmHg RR: 18x/menit
N: 76x/menit S: 36,40C
Abdomen: Bising usus (+) meningkat, nyeri tekan (+) hipokondriaka
sinistra
A : Gastroenteritis
P : Injeksi Ondansetrontron stop, antasid syr 3x1, terapi lainnya
dilanjutkan
Edukasi : Menjaga pola makan, kurangi makanan pedas dan asam, cuci
tangan sebelum makan, makan teratur.

Hari / Tanggal / Pukul: Kamis/ 14 September 2017/ 07.00 WIB


S : Pasien mengatakan BAB sudah tidak cair, tidak muntah, mual
berkurang, sedikit pusing, nyeri perut kiri atas berkurang.
O : Keadaan umum/kesadaran: sedang/compos mentis
Tanda vital : TD: 110/70mmHg RR: 20x/menit
N: 80x/menit S: 36,80C
A : Gastroenteritis
P : aff infus, stop obat injeksi, lanjutkan terapi oral, boleh pulang.
Edukasi : Menjaga pola makan, kurangi makanan pedas dan asam, cuci
tangan sebelum makan, makan teratur.

15
I. FLOW SHEET
Tabel 2.3. Flow Sheet

No. Tanggal Problem TD N RR T oC Planning Target


mmHg x/1' x/1'
1. 12 BAB cair lebih dari 3 100/80 80 22 38 - IVFD RL 20 BAB cair
September kali sehari, mual, tpm lebih dari 3
2017 muntah, dan demam - Inj. Ranitidin 2 kali sehari,
x 1 ampul mual, muntah,
- Inj. dan demam
Ondansetron 2 x hilang
1 ampul
- P.O
Paracetamol 500
mg 3 x 1 tablet
- P.O
Thiamphenicol
500 mg 3 x 1
tablet
- P.O Atapulgit
650 mg 1 tablet
setelah buang air
besar

2. 13 Pasien mengatakan 120/70 76 18 36.4 - Inj BAB cair


September belum BAB, tidak Ondansentron lebih dari 3
2017 muntah, mual STOP kali sehari,
berkurang, sedikit - P.O antasid syr mual, muntah,
pusing, nyeri perut kiri 3x1 dan demam
atas. - Lainnya hilang
lanjutkan terapi
3. 14 Pasien mengatakan 110/70 80 20 36.8 aff infus, stop BAB cair
September BAB sudah tidak cair, obat injeksi, lebih dari 3
2017 tidak muntah, mual lanjutkan terapi kali sehari,
berkurang, sedikit oral, boleh mual, muntah,
pusing, nyeri perut kiri pulang dan demam
atas berkurang hilang

16
Kesimpulan :
Berdasarkan follow up, pasien mengalami gastroenteritis. Setelah mendapatkan
pengobatan, kondisi pasien mulai membaik. Untuk mencegah keluhan yang
sama, pasien harus menjalankan pola hidup sehat sesuai dengan edukasi yang
telah disampaikan.

17
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga Nn. R merupakan keluarga dengan bentuk Nuclear Family.
Nn. R tinggal dengan kedua orang tua dan satu orang adik perempuannya di
rumah.
2. Fungsi Psikologis
Nn. R mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tua dan adiknya.
Nn. R mendapatkan dukungan secara psikologis dari keluarganya, sehingga
semua permasalahan yang dia hadapi selalu didiskusikan bersama keluarga.
Nn. R tergolong seorang yang giat belajar dan kadang mengabaikan
kesehatan.
3. Fungsi Sosial
Nn. R sehari-hari bergaul baik dengan tetangganya. Sore hari setelah
pulang sekolah Nn. R biasanya berkumpul dan berbincang-bincang bersama
anak-anak seusianya disekitar rumahnya. Nn. R dikenal sebagai seorang
yang ramah dan rajin membantu orang tuanya di rumah.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Nn. R seorang pelajar. Untuk kebutuhan sehari-hari ditanggung
ayahnya yang seorang supir. Penghasilan ayah pasien tidak tentu, biasanya
sekitar Rp 3.000.000,00 Rp 4.000.000,00 perbulan. Untuk berobat ke
Puskesmas Nn. R tanpa menggunakan Jaminan Kesehatan.
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Nn. R adalah Nuclear Family. Nn. R mendapat perhatian
dan dukungan psikologis keluarganya. Kesehariannya Nn. R bergaul dengan
baik bersama tetangga sekitar rumahnya. Keluarga Ny.J merupakan keluarga
dengan perekonomian menengah.

18
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Tabel 3.1. APGAR Nn. R
A.P.G.A.R Nn. R Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

A.P.G.A.R SCORE Nn. R = 9


Nn. R merupakan pasien pada keluarga.

Tabel 3.2. APGAR Tn. R


A.P.G.A.R Tn. R Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

19
A.P.G.A.R SCORE Tn. R = 10
Tn. R merupakan ayah pasien yang tinggal bersama pasien.

Tabel 3.3. APGAR Ny. S


A.P.G.A.R Ny. S Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

A.P.G.A.R SCORE Sdr. R = 9


Ny. S merupakan ibu pasien yang tinggal bersama pasien.

Tabel 3.4. APGAR An. Z


A.P.G.A.R An. Z Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan

20
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

A.P.G.A.R SCORE An. Z = 8


Sdr. Y merupakan anak pasien.

Total A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+10+9+8)/ 4 = 9


Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga Nn. R adalah Baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Tabel 3.4. Fungsi Patologis Keluarga Nn. R
SUMBER Sumber Patologis
Social Interaksi keluarga Nn. R dan tetangga sekitar -
cukup baik
Cultural Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Nn. R -
menggunakan budaya jawa, hal ini terlihat pada
pergaulan Nn. R sehari hari yang menggunakan
bahasa Jawa, dan tata krama Jawa.
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga -
baik, hal ini dapat dilihat dari Nn. R yang rutin
mengikuti pengajian di desanya.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, untuk -
kebutuhan primer dan sekunder sudah bisa
terpenuhi.
Education Secara formal, tingkat pendidikan keluarga +
tergolong rendah karena orang tua Nn. R
hanyalah tamatan SD, namun tingkat pendidikan
Nn. R sendiri saat ini sudah sampai SMA. Dari
segi non formal keluarga ini jarang mendapatkan
pengarahan dari petugas kesehatan maupun
masyarakat sekitar.
Medical Dalam mencari pengobatan, keluarga Nn. R jarang +
memeriksakan kesehatannya ke layanan kesahatan,
hanya baru 1x ini datang ke Puskesmas Kemranjen
1. Bila ada keluarga yang sakit hanya dipijat saja.

Keterangan :
a. Social (-) artinya keluarga Nn. R sudah dapat berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.

21
b. Cultural (-) artinya keluarga Nn. R masih menganut tradisi jawa.
c. Religion (-) artinya keluarga pasien sudah cukup taat dalam menjalankan
ibadah.
d. Economic (-) artinya keluarga Nn. R cukup dalam ekonomi, untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari
e. Education (+) artinya keluarga Nn. R kurang memiliki pendidikan dan
pengetahuan yang cukup.
f. Medical (+) artinya Nn. R belum tepat dalam mencari pelayanan kesehatan.

Kesimpulan :
Dalam keluarga Nn. R fungsi patologis yang positif adalah pendidikan dan
medis.

D. Genogram
Alamat : Desa Petarangan RT 1/8, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tn. P Ny. P Tn. S Ny. J


66 65 60 58

Ny. K Ny. J Tn. R Ny. S Ny. J Ny. K


45 43 37 40 37 34

Nn. R An. Z
17 9

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Nn. R

Keterangan:
: penderita

22
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Nn. R Keluarga

Gambar3.2 Pola Interaksi Keluarga Nn. R


Keterangan : Hubungan interaksi lancar
Sumber : Data Primer

Kesimpulan :
Hubungan antara Nn. R dan keluarga baik.

23
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku Keluarga
Pasien terbiasa menceritakan masalah yang dialaminya terhadap
keluarganya, sehingga keluarga mengetahui jika pasien sakit. Keluarga
pasien mengetahui bahwa pola makan pasien tidak teratur dan juga pasien
menyukai makanan-makanan yang pedas. Namun keluarga pasien tidak
pernah menegur kebiasaannya tersebut
Pasien kurang memperhatikan kondisi kesehatannya. Sebelumnya
pasien tidak pernah memeriksakan kondisi penyakitnya ke dokter atau
Puskesmas. Apabila sakit, pasien hanya pijat dan membeli obat warung saja.
2. Faktor Non Perilaku
Kondisi tempat makan dan penjual jajanan yang sering dikunjungi
pasien kurang memperhatikan kebersihan sehingga menjadi salah satu
faktor penyebaran penyakit.

24
Pengetahuan :
Pengetahuan tentang Psikologis :
Pasien tidak pernah ditegur
kesehatan masih kurang
oleh keluarga mengenai
kebiasaan buruknya.

Pelayanan Kesehatan :
Keluarga Nn. R Jarak dengan puskesmas
cukup dekat
Berobat ke puskesmas tanpa
menggunakan Jaminan
Personal Habit :
Kesehatan, tetapi pasien
Pasien jarang makan
lebih memilih dipijat dan
makanan bergizi.
obat warung
Makan tidak teratur.
Menyukai makanan Ekonomi :
pedas Biaya hidup menengah

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien berada di Desa Petarangan RT 1/8, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas. Letak rumah di daerah perkampungan. Bentuk rumah
tidak bertingkat, dengan dinding dari tembok, atap berupa genting, lantai dari
keramik, dengan luas rumah 8 x 15 m2. Orang di dalam rumah yang tinggal ada
4 orang. Rumah terdiri dari adalah 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 kamar
mandi, 1 dapur, 1 ruang solat dan 3 kamar tidur. Setiap ruangan memiliki
jendela dan ventilasi yang cukup. Kesan pencahayaan cukup. Kebersihan di
dalam rumah cukup. Rumah sudah memiliki 1 kamar mandi sendiri dan
memiliki jamban yang berbentuk seperti leher angsa. Kamar mandi terletak
berdekatan dengan kamar tidur di dalam rumah. Sumber air bersih yang
digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari PAM.
Kesan : Rumah pasien memenuhi kriteria rumah sehat.

25
2. Denah Rumah

Belakang

Dapur Kamar mandi


mar

Ruang shalat

Ruang makan
Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang tamu

Kamar tidur

Depan

Gambar 4.2. Denah rumah Nn. R

26
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis :
Gastroenteritis

B. Masalah non medis :


1. Tingkat pengetahuan Nn. R tentang penyakit gastroenteritis masih kurang.
2. Perilaku mencari pengobatan Nn. R masih salah.
3. Pola makan Nn. R tidak teratur, menyukai makanan pedas dan jajan
sembarangan.
4. Kebersihan pedagang makanan sekitar pasien yang kurang.

C. Diagram Permasalahan Pasien


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien).

Perilaku mencari Tingkat pengetahuan Nn. R


pengobatan Nn. R tentang penyakit
masih salah gastroenteritis masih kurang

Pola makan Nn. R tidak


Kebersihan pedagang teratur, menyukai
makanan sekitar Ny. J
makanan pedas dan jajan
pasien yang kurang Vertigo sembarangan

Gambar 5.1.Diagram Permasalahan Pasien

27
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996).
Tabel 5.2.Prioritas Masalah Pasien
No Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Tingkat pengetahuan 5 5 5 4 5 5 5 900
Nn. R tentang penyakit
gastroenteritis masih
kurang.
2. Perilaku mencari 5 5 5 4 4 3 4 660
pengobatan Nn. R
masih salah
3. Pola makan Nn. R tidak 5 5 3 4 4 3 3 520
teratur, menyukai
makanan pedas dan
jajan sembarangan
4. Kebersihan pedagang 5 5 5 3 3 2 5 450
makanan sekitar pasien
yang kurang
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

28
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Nn. R adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan Nn. R tentang penyakit gastroenteritis masih kurang.
2. Perilaku mencari pengobatan Nn. R masih salah.
3. Pola makan Nn. R tidak teratur, menyukai makanan pedas dan jajan
sembarangan.
4. Kebersihan pedagang makanan sekitar pasien yang kurang.

Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah Tingkat pengetahuan Nn. R tentang
penyakit gastroenteritis masih kurang.

F. Rencana Pembinaan Keluarga


1. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis.
Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengetahui cara penularan, pencegahan, dan pengobatan
penyakit gastroenteritis.
b. Pasien dapat mengubah perilakunya menjadi lebih sehat.
2. Materi
a. Penjelasan tentang cara penularan, pencegahan, dan pengobatan
penyakit gastroenteritis.
b. Penjelasan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Penjelasan tentang bahaya dehidrasi.
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
konseling dan edukasi kepada pasien, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien.

29
4. Sasaran Individu
Sasaran dari pembinaan ini adalah pasien.
5. Target Waktu
Hari : Senin
Tanggal : 18 September 2017
Tempat : Desa Petarangan RT 1/8, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas.
Waktu : 12.00 WIB
6. Evaluasi Kegiatan
Tabel 5.3.Evaluasi Kegiatan Secara Lisan
Tgl Kegiatan yang Anggota Hasil kegiatan
dilakukan keluarga
yang
terlibat
18 1. Membina hubungan Pasien 1. Pasien memiliki pengetahuan
Septe saling percaya yang lebih luas tentang
mber (perkenalan identitas). penyakitnya
2017 2. Menjelaskan kepada 2. Pasien memiliki kesadaran
pasien tentang cara untuk berperilaku bersih dan
penularan, sehat
pencegahan, dan 3. Pasien menjadi lebih waspada
pengobatan apabila timbul tanda-tanda
gastroenteritis dehidrasi
3. Menganjurkan untuk
berperilaku bersih dan
sehat
4. Menjelaskan tentang
bahaya dehidrasi, dan
menganjurkan untuk
segera ke puskesmas
apabila ditemui tanda-
tanda dehidrasi

30
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

A. Vertigo
a. Definisi dan Klasifikasi
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang berarti memutar. Dalam
kamus diterjemahkan dengan pusing/dizziness. Menurut pendapat lain,
vertigo diartikan sebagai disorientasi (gangguan pengamatan) terhadap
ruangan atau halusinasi gerakan, yang dapat berupa rasa berputar atau rasa
gerakan linier (Soepardi,2007).
Berdasarkan anatomi penyebab vertigo digolongkan atas 2 bentuk
yaitu vertigo vestubularis (kelainan pada labirintus vestibular) dan vertigo
non vestubular (vertigo akibat tumor otak, DM, Hipertensi, Hipotensi)
(Prihantara, 2007).
Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2
dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan
konsentrasi O2 saja, tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya,
misalnya sklerosis pada salah satu auditiva interna, atau salah satu arteri
tersebut terjepit. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi O2,
hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian, akibatnya terdapat
perbedaan elektro potensial antara vestibuler kanan dan kiri akibatnya akan
terjadi serangan vertigo. Perubahan konsentrasi O2 dapat terjadi misalnya
pada hipertensi, hipotensi, spondiloartrosis servikal (Diniz, 2009).

31
Tabel Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non
Vestibular
Sifat Vertigo Rasa berputar Melayang, Hilang
Serangan Episodik Keseimbangan ,
Kontinu
Mual/Muntah + -
Gangguan Pendengaran +/- -
Gerakan Pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek
visual
Situasi Pencetus - Keramaian, Lalu
Lintas

Tabel Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral


Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular
Sentral
Bangkitan Vertigo Lebih Mendadak Lebih Lambat
Derajat Vertigo Berat Ringan
Pengaruh Gerakan Kepala ++ +/-
Gejala Otonom (Mual, ++ +
Muntah, Keringat)
Gangguan Pendengaran + -
(Tinnitus, Tuli)
Tanda Fokal Otak - +

Tabel Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan


Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul
Telinga Keluhan Telinga Karena
Perubahan
Posisi

32
Vertigo Paroksismal Penyakit Meniere, TIA Arteri Benign
Tumor Fossa Cranii Vertebrobasilaris, Paroxysmal
Posterior, Transient Epilepsi, Vertigo Positional
Ischemic Attack (TIA) Akibat Lesi Vertigo
Arteri Vertebralis Lambung (BPPV)
Vertigo Kronis Otitis Media Kronis, Kontusio Cerebri, Hipotensi
Meningitis Sindroma Pasca Ortostatik,
Tuberkulosa, Tumor Comotio, Multiple Vertigo
Serebelo-Pontine, Lesi Sklerosis, Servikalis
Labirin Akibat Zat Intoksikasi Obat-
Ototoksik obatan
Vertigo Akut Trauma Labirin, Neuronitis Vesti -
Herpes Zoster Otikus, bularis, Ensefalitis
Labirinitis Akuta, Vestibularis,
Perdarahan Labirin Multiple Sklerosis
Sumber : (Demyer, 2005)
b. Etiologi
Sebagian besar vertigo tidak diketahui kausanya sehingga terapi
lebih banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif. Namun menurut
Bruton (1990) vertigo juga dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya:
1. Lesi vestibular, seperti fisiologik, labirintis, obat (quinine, salisilat),
otitis media, motion sickness.
2. Lesi saraf vestibularis, seperti neuroma akustik, obat (streptomycin),
neuronitis.
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal, seperti infark atau
perdarahan pons, insufisiensi vetebro-basilar, migrain arteri basilaris,
sklerosis diseminata, tumor, epilepsi lobus temporal
Sedangkan menurut sumber lain vertigo dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya :
1. Penyakit sistem vestibuler periver, seperti:
a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing

33
b. Telinga bagian tengah : retraksi membran timpani, otitis media
purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintis,
c. Telinga bagian dalam : labirintis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, meniere, vertigo postural
d. Nervus Accusticus (VIII) : infeksi, trauma, tumor
e. Inti Vestibularis : infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria
serebeli posterior inferior, tumor sklerosis multipleks
2. Penyakit SSP, seperti:
a. Hipoksia iskemia otak : Hipertensi kronis, arteriosklerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis
dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik
b. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses
c. Trauma kepala
e. Migrain
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam syaraf
yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalamnya otak sendiri,
juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan
tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba (Mansjoer et al., 2009;
Sudoyo, 2009).
c. Faktor Resiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting terhadap
vertigo. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000.
Laki-laki atau perempuan mempunyai resiko yang sama, namun
persentasi lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki .
2) Umur
Paling sering antara usia 20-50 tahun
(Mansjoer et al., 2009; Sudoyo, 2009).
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Riwayat penyakit

34
Riwayat penyakit yang merupakan faktor yang dapat
mencetuskan vertigo, misalnya pasca kecelakaan lalu lintas
dengan cedera otak. Penyakit-penyakit yang diderita yang
dicurigai dapat mengakibatkan vertigo, misalnya diabetes
melitus, hipertensi (Lempert, 2009).

2) Penyebab lain
Gangguan tidur, seperti tidur yang tidak teratur ,
hipoglikemia, psikogenik, seperti stres yang berlebih, pasca
trauma, gangguan cemas atau panik. beban kerja atau aktivitas
berat makanan spesifik, seperti keju, stimulus sensorik, seperti
cahaya yang terlalu terang, suara yang terlalu ramai, bau yang
terlalu kuat, kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, dan prilaku
mencari pengobatan (Lempert, 2009).
d. Diagnosis
Penegakan diagnosis vertigo dengan melakukan anamnesis terhadap
keluhan pasien apakah pasien mengeluhkan rasa berputar, gejala
sekunder (seperti mual), gejala non spesifik (pusing atau kepala terasa
ringan), pengaruh terhadap posisi, gejala menetap atau episodik, apabila
episodik berapa lama baru berakhir, faktor pencetus, riwayat gangguan
pendengaran, riwayat menderita penyakit lainnya, riwayat pengobatan
dan riwayat penyakit keluarga (Demyer, 2005).
Pemeriksaan fisik yang utama adalah pendekatan klinis terhadap
keluhan vertigo untuk menentukan penyebab akibat kelainan sentral
yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat, korteks serebri,
serebelum, batang otak atau berkaitan dengan vestibuler/otologik, selain
itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang dapat
mendasari keluhan vertigo. Pemeriksaan umum mengukur tekanan darah
dan nadi dengan posisi berdiri dan apabila tekanan darah saat berdiri
rendah, periksa tekanan darah dengan posisi berbaring dan duduk, faktor
sistemik yang harus dicari pula yaitu aritmi jantung, hipertensi, hipotensi,
gagal jantung kongestif, anemia, hipoglikemi, infeksi dan trauma kepala.

35
Tes Romberg dengan posisi berdiri tegak kedua kaki sejajar bersentuhan
dan mata lalu dipejam, apabila gangguan vestibuler pasien tidak dapat
mempertahankan posisinya. Pemeriksaan mata untuk menilai nistagmus
dan tes tunjuk hidung. Pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan,
yaitu pemeriksaan psikiatrik karena pada 94% kasus dengan keluhan
hanya vertigo dan pada 24% kasus vertigo dengan tinitus, ternyata
penyakit dasarnya adalah ansietas, kemudian tes darah lengkap, tes
audiologik, audiogram, serta CT scan (Demyer, 2005).
e. Patofisiologi
Keseimbangan dan kemampuan menyadari posisi dan kedudukan
terhadap ruangan sekitarnya diatur oleh integrasi berbagai sistem , yaitu:
1) Sistem vestibular : impuls pada labirin yang berfungsi sebagai
propioseptor spasial spesifik sangat sensitif terhadap perubahan
kecepatan pergerakan dan posisi tubuh
2) Sistem visual : impuls visual yang berasal dari retina dan impuls
proprioseptif yang berasal dari otot bola mata berguna dalam menetapkan
jarak suatu objek dari tubuh.
3) Sistem proprioseptif : impuls proprioseptif yang berasal dari otot dan
tendon berhubungan dengan reflek postural dan gerakan yang disadari

Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya vertigo antara


lain:
1) Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
tranduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia yang
terdiri dari reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya di retina,
reseptor mekanik di kulit.
2) Saraf aferen yang berperan dalam proses transmisi menghantarkan
impuls ke pusat keseimbangan di otak. Terdiri dari : Nervus vestibularis,
nervus optikus dan spinovestibuloserebelaris pathway.
3) Pusat keseimbangan yang berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi / koordinasi dan presepsi.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual dan proprioseptif. Dari ketiga reseptor
tersebut informasi terbesar masuk melalui reseptor vestibuler (lebih dari

36
50%).Arus informasi berlangsung intensif apabila terjadi gerakan atau
perubahan posisi kepala atau tubuh. Gerakan ini akan menyebabkan
perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya silia dari sel
rambut akan menekuk. Tekukan ini akan menyebabkan perubahan
permeabilitas membran sel yang mengakibatkan depolarisasi sel saraf
yang selanjutnya berjalan sebagai impuls sensorik melalui nervus
vestubularis ke pusat keseimbangan di otak. Impuls tersebut selanjutnya
dihantarkan ke serebelum, kortek serebri, hipothalamus dan pusat
otonomik di formasio retikularis. Neurotransmitter yang berperan dalam
impuls aferen vestibuler adalah bersifat eksitator, antara lain glutamate,
aspartat, asetilkolin, histamine dan substansi P. Sedangkan
neurotransmiter yang berperan dalam impuls eferen vestibuler adalah
bersifat inhibitor, yaitu GABA, glisin, noradrenalin, dopamine, dan
serotonin. Gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (Lempert, 2009 ; Wreksoatmodjo,
2004).

f. Komplikasi

Komplikasi vertigo ini biasanya dapat terjadi peningkatan resiko


terjatuh dan membuat pasien hanya ingin di rumah sehingga pasien merasa
takut dan depresi apabila keluar rumah (Wreksoatmodjo, 2004).

g. Terapi
Terapi medikamentosa yang diberikan pada vertigo meliputi
penatalaksanaan kausal, simptomatik dan rehabilitatif.. Karena kebanyakan
kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, walaupun demikian jika
penyebabnya ditemukan, maka terapi kausal merupakan pilihan utama.
Obat-obat vertigo diantaranya adalah Ca entry bloker (Flunarizin 10 mg, 1
x 1 ), Anti Histamin (Cinarizin 25 mg 3x1, Prometazin 25-50 mg 3x1,
Difenhidrinat 50 mg 3x1) Fenotiazin (Proklorperazin 3 mg 3x1,
Klorpromazin 25 mg 3x1), Histaminik (Betahistin 8 mg 3x1). Relaksan
untuk pasien yang vertigonya karena sebab psikologis (Lempert, 2009;
Anindyajati, 2011).

37
Terapi non medikamentosa yang dapat diberikan jika serangan
vertigo datang yaitu menenangkan diri dengan posisi ternyaman,
menghindari lampu penerangan yang berlebihan atau menyilaukan mata,
menghindari suasana gaduh dan tidak kondusif, menghindari stres
(Lempert, 2009).
BAB VII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh pusing muter sejak 3 hari yang lalu dan
pusing dirasakan semakin berat.
Concern : Pasien merasakan pusingnya bertambah berat sehingga
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Expectacy : Pasien mempunyai harapan agar penyakitnya segera
sembuh dan kondisinya berangsur-angsur membaik.
Anxiety : Pasien gelisah, kawatir, karena kondisi kesehatannya
yang terus turun.
2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja : Vertigo
Diagnosis banding : TTH, Cluster, Infeksi telinga, Hipotensi ortostatik.

3. Aspek Faktor Resiko Internal


a. Pasien berusia 58 tahun, yaitu usia yang memiliki resiko tinggi untuk
menderita penyakit degeneratif.
b. Pasien tidak langsung berobat ke pelayanan kesehatan/ dokter/ bidan
ketika merasakan sakit.
c. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama kedua
anaknya dan suaminya di rumah.

4. Aspek Faktor Resiko Eksternal

38
a. Pendidikan pasien dan keluarga yang tergolong rendah, sehingga
pengetahuan tentang penyakit masih kurang.
b. Pasien seorang yang tertutup dan jarang menceritakan keadaan dirinya
kepada keuarga (APGAR Skor 4).
c. Pasien kurang mendapatkan perhatian dari suami dan keluarganya

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial


Skala Fungsi sosial Ny.J adalah 2.

B. SARAN
Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :
1. Kontrol kondisi tubuh ke Puskesmas.
2. Makan 3 kali dalam satu hari, dengan komposisi minimal nasi, sayur dan
tempe.
3. Olahraga dengan berjalan kaki 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit.
4. Membina suatu hubungan kekeluargaan yang baik, komunikasi yang lancar,
hubungan kasih sayang yang timbal balik antar anggota keluarga.
5. Tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat.
6. Mengurangi stressor psikososial yang menjadi beban pikiran dengan
mengikuti kajian keagamaan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anindyajati, G. 2011. Vertigo. Jakarta. Angsa Merah


Demyer, WE. 2005. Dizziness and Disorder Of Equilibrium. In: Roppe AH, Brown
RH. Adams and Victors Principlesof Neurology. 8th Edition. New York :
McGraw-Hill
Diniz TH, Huida HL. 2009. Hearing loss in patients with diabetes mellitus.
Brazilian Journal of Otorhynolaringology. 75 (4):56-63

Lempert T, Neuhauser H. 2009. Epidemiologi of Vertigo, Migraine, and Vestibular


Migraine. Journal of Neurology. 256 : 333-338.

Mansjoer et al. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

Prihantara YS. 2007. Kurang Pendengaran Sensorineural Pada Penderita Diabetes


Melitus.Online. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/12246/ pada 31 Januari
2014.

Soepardi EA. 2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala
& Leher. Edisi Keenam. Jakarta:Balai Penerbit FKUI

Sudoyo AW et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Wreksoatmodjo, BR. 2004. Vertigo : Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran.


144 : 41-46

40
Lampiran
Dokumentasi Longcase

Keadaan di dalam rumah pasien


(Pencahayaan dan ventilasi minimal) Kamar tidur pasien yang padat

Dapur Kamar mandi

41

Anda mungkin juga menyukai