Anda di halaman 1dari 8

eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN


STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MANGANITU KABUPATEN
KEPULAUAN SANGIHE

Hastaty Onthonie
Yudi Ismanto
Franly Onibala

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Samratulangi
email : hastatyaisma_jiraonthonie@yahoo.com

ABSTRACK: The role ofcadresis veryimportantbecause thecadresresponsible


fortheimplementation of theprogram-Growth Monitoring program. The role ofcadres
tohelpthe communityin reducingmalnutrition, besidesthe role ofcadrescan also help
inreducing maternal mortalityis alsoa toddler. Objectivetodetermine the relationship
beetwen role of thecadresPosyanduwithnutritional status of childrenin the working area
Puskesmas Manganitu SangiheIslands District. The type ofresearchthat is usedisanalytic
surveyusingcross sectional approachanda sampling technique thattotal
samplingtotaling61samples. ResultsusingChi-square testwithFisher's Exact
Testcorrectionwith significance level=0.05or95% obtainedp value=0.000.
Conclusionthatthere is a connectionbetween role ofcadresposyandunutritional status of
childrenin PuskesmasManganituSangiheIslands District. Suggestionsforcadresfurther
enhancethe knowledgeandskillsandfurther improvethemselvesandactively participate in
theprogram-Growth Monitoring program, andcarry outduties in accordancewith
therolethat, as a motivator, administratorsandeducators.
Key words : the role ofcadres, nutritionalstatus, toddlers

ABSTRAK: Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program - program posyandu. Adanya peran kader dapat membantu
masyarakat dalam mengurangi angka gizi buruk, selain itu adanya peran kader juga dapat
membantu dalam mengurangi angka kematian ibu juga balita. Tujuan Penelitian untuk
mengetahui hubungan peran serta kader posyandu dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jenis Penelitian yang digunakan
adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional dan teknik
pengambilan sampel yaitu secara total samplingyang berjumlah 61 sampel. Hasil
Penelitian menggunakan uji Chi-Square dengan koreksi Fishers Exact Test dengan
tingkat kemaknaan = 0,05 atau 95 % didapatkan nilai p value = 0,000. Kesimpulan yaitu
ada hubungan peran serta kader posyandu dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Saran untuk kader lebih
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan lebih meningkatkan diri serta
berpartisipasi aktif dalam program program posyandu, dan melaksanakan tugas sesuai
dengan perannya yaitu, sebagai motivator, administrator dan edukator.
Kata kunci : peran kader, status gizi, balita

1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PENDAHULUAN
Secara nasional status gizi anak di yang aktif dalam pelaksanaan posyandu.
berbagai daerah di Indonesia masih Meskipun semuanya aktif tapi dalam
menjadi masalah. Jumlah penderita menjalankan perannya masih belum
kurang gizi di dunia mencapai 104 juta optimal. Ada yang peran sertanya baik
anak, dan keadaan kurang gizi menjadi dan adapula peran sertanya yang kurang.
penyebab sepertiga dari seluruh penyebab Dari 93 orang kader didapatkan data
kematian anak di seluruh dunia. Indonesia bahwa 60 % perannya sebagai motivator,
termasuk diantara rombongan 36 negara 70 % perannya sebagai administrator, dan
di dunia yang memberi 90 % kontribusi 60 % perannya sebagai edukator.
masalah gizi dunia. (WHO, 2012). Setelah peneliti melihat pelaksanaan
Ada tidaknya masalah gizi anak disuatu kegiatan posyandu yang dilakukan oleh
daerah tidak jauh dari kontribusi peranan kader berdasarkan pelaksanaan sistim V
kader posyandu. Secara teknis, tugas atau meja, tidak berjalan dengan semestinya.
peran kader yang terkait dengan gizi Pelaksanaannya hanya sebatas pada meja
adalah melakukan pendataan balita, II (penimbangan) dan meja III (pencatatan
melakukan penimbangan serta di KMS). Penyuluhan yang seharusnya
mencatatnya dalam kartu menuju sehat diberikan oleh kader, pada kenyataannya
(KMS), memberikan makanan tambahan, di lapangan sebagian besar kader masih
mendistribusikan vitamin A, melakukan sangat bergantung pada petugas
penyuluhan gizi serta kunjungan kerumah kesehatan. Kader hanya melakukan
ibu yang memiliki balita. Kader penimbangan pada balita dan jika ada
diharapkan berperan aktif dan mampu timbangan yang kurang atau lebih kader
menjadi pendorong, motivator dan tidak memberikan penyuluhan kesehatan
penyuluh masyarakat (Ismarawanti, kepada ibu ibu yang membawa balita.
2010). Dari hasil wawancara yang peneliti
Peranan kader sangat penting karena lakukan pada 5 orang kader, 2 orang kader
kader bertanggung jawab dalam mengatakan bahwa selain aktif dalam
pelaksanaan program posyandu. Bila pelaksanaan posyandu, kader juga
kader tidak aktif maka pelaksanaan melakukan kunjungan kerumah rumah
posyandu juga akan menjadi tidak lancar untuk mengajak ibu ibu yang
dan akibatnya status gizi balita tidak dapat mempunyai balita datang ke posyandu dan
dideteksi secara dini dengan jelas menyempatkan waktu untuk berdikusi
(Martinah dalam Isaura, 2011). dengan ibu ibu yang jarak rumahnya
Kader merupakan titik sentral dalam berdekatan. Sedangkan 3 orang kader
pelaksanaan kegiatan posyandu. mengatakan bahwa kegiatan yang mereka
Keikutsertaan dan keaktifannya lakukan hanya sebatas pada pelaksanaan
diharapkan mampu menggerakkan posyandu saja.
partisipasi masyarakat. Namun, Berdasarkan laporan bulanan Puskesmas
keberadaan kader relatif labil karena Manganitu, pada bulan September 2014
partisipasinya bersifat sukarela sehingga diperoleh jumlah balita usia 1 sampai 5
tidak ada jaminan untuk tetap tahun sebanyak 896 orang, dengan status
menjalankan fungsinya dengan baik gizi buruk 1 orang, gizi kurang 23 orang,
seperti yang diharapkan. Jika ada gizi lebih 1 orang dan gizi baik 871 orang.
kepentingan keluarga atau kepentingan Sedangkan pada bulan Desember 2014
lainnya maka posyandu akan ditinggalkan diperoleh jumlah balita sebanyak 270
(Hidayat dalam Syafeih, 2010). orang, dengan status gizi kurang 15 orang,
Dari hasil observasi di wilayah kerja gizi lebih 2 orang dan gizi baik 253 orang.
Puskesmas Manganitu terdapat 18 Latar belakang di atas, mendorong peneliti
posyandu dengan jumlah kader 93 orang untuk meneliti hubungan peran serta

2
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

kader Posyandu dengan status gizi balita melakukan olah data dengan
di wilayah kerja Puskesmas Manganitu. menggunakan bantuan komputer dengan
langkah langkah :
METODE PENELITIAN 1. Editing
Penelitian ini menggunakan metode survei Data yang didapatkan melalui
analitik dengan pendekatan cross penyebaran kuesioner dilakukan
sectional. pengecekan isian untuk mengetahui
Penelitian dilakukan di wilayah kerja kelengkapan, kejelasan, relevansi dan
Puskesmas Manganitu Kabupaten konsisten. Jika data kurang lengkap
Kepulauan Sangihe pada tanggal 5 Januari dilakukan pelengkapan atau
2015 sampai 26 Januari 2015. Populasi dikeluarkan (Drop Out).
dalam penelitian ini adalah seluruh kader 2. Coding
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kegiatan merubah huruf menjadi angka
Manganitu yaitu sebanyak 93 orang dan (kode) yang bertujuan untuk
balita yang berumur 1 5 tahun yang ada memudahkan dalam mengolah data.
di wilayah kerja Puskesmas Manganitu. 3. Entry
Pengambilan sampel dalam penelitian ini Proses memasukkan kode kedalam
sesuai pengambilan data awal berjumlah program komputer.
93 orang, tapi sampel yang memenuhi 4. Cleaning
kriteria inklusi berjumlah 61 orang dan Melakukan pengecekan kembali pada
balita 1 5 tahun disesuaikan dengan data yang telah dimasukkan pada
jumlah sampel (kader), sedangkan sampel program komputer terhadap terjadinya
yang memenuhi kriteria eklusi berjumlah kesalahan kode maupun
32 orang. Pengambilan sampel diambil ketidaklengkapan yang dilakukan
secara total sampling. langsung di komputer (Notoatmodjo,
a. Kriteria Inklusi 2010).
1) Kader yang berdomisili di wilayah Hasil penelitiannya dianalisa
kerja Puskesmas Manganitu dan menggunakan program komputer, dimana
bersedia menjadi responden untuk analisa univariat yaitu menganalisis
2) Balita yang datang ke posyandu variabel variabel yang ada secara
yang memiliki KMS deskriptif dengan menghitung distribusi
b. Kriteria Eklusi frekuensi dan persentasi terhadap setiap
1) Kader yang tidak datang dalam variabel. Variabel univariat dalam
pelaksanaan posyandu penelitian ini adalah karakterisitik
2) Balita yang tidak bersedia menjadi responden, peran serta kader dan status
responden gizi balita. Sedangkan analisa bivariat
Instrumen yang digunakan dalam yaitu analisis yang dilakukan untuk
penelitian ini adalah berbentuk kuesioner menghubungkan variabel yang ada
dan observasi. Kuesioner dibuat oleh meliputi variabel bebas (peran kader
peneliti dengan mengacu pada konsep dan posyandu) terhadap variabel terikat (status
teori terkait yang berisi data umum dan gizi balita). Data diolah dengan
pertanyaan yang berhubungan dengan menggunakan program komputerisasi. Uji
peran kader yang berhubungan dengan statistik pada analisis bivariat
status gizi balita (Zulkifli, 2008). menggunakan uji Chi-Square dengan
Instrumen penelitian terdiri dari : identitas tingkat kemaknaan 95 % ( 0,05).
responden, kuesioner peran kader dan
lembar observasi status gizi balita.
Prosedur pengumpulan data terdiri dari
Data Primer dan Data Sekunder. Setelah
data terkumpul kemudian Peneliti

3
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

HASIL dan PEMBAHASAN berjumlah 56 orang (91,8 %), paling


Analisa Univariat sedikit responden memiliki pekerjaan
Jenis kelamin wiraswasta berjumlah 1 orang (1,6 %).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lama menjadi kader
Berdasarkan Umur Responden Tabel 4.Distribusi Frekuensi
Jenis Berdasarkan Lama Menjadi Kader
kelamin n % Lama %
L 1 1,6 Menjadi n
P 60 98,4 Kader
Total 61 100,0 3 5 tahun 25 41,0 %
Sumber : Data Primer 2015 6 10 tahun 30 49,2 %
Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 61 11 15 tahun 1 1,6 %
responden (100%), yang paling banyak 16 20 tahun 3 4,9 %
responden yaitu perempuan berjumlah > 20 tahun 2 3,3 %
60 orang (98,4 %). Total 61 100,0
Usia Sumber : Data Primer 2015
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tabel 4. menunjukan bahwa dari 61
Berdasarkan Jenis Kelamin responden (100 %) yang paling banyak
Responden yaitu responden yang lama menjadi
Usia n % kader antara 6 10 tahun berjumlah 30
25 35 orang (49,2 %), paling sedikit antara 11
24 39,3 15 tahun berjumlah 1 orang (1,6 %).
tahun
36 45 Pelatihan yang pernah diikuti
23 37,7
tahun Tabel 5.Distribusi Frekuensi
46 55 Berdasarkan Pelatihan Yang
12 19,7
tahun Diikuti
> 55 tahun 2 3,3 Pelatihan n %
Total 61 100,0 Tidak ada 2 3,3
Sumber : Data Primer 2015 Bina keluarga 2 3,3
Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 61 balita
responden (100 %), yang paling banyak BKB, Kader 4 6,6
responden adalah usia 25 35 tahun posyandu, Gizi
berjumlah 24 orang (39,3 %), paling Gizi 3 4,9
sedikit responden adalah usia > 55 Gizi seimbang, 1 1,6
tahun berjumlah 2 orang (3,3 %). BKB
Pekerjaan Kader posyandu 27 44,3
Tabel 3.DistribusiFrekuensi Kader 22 36,1
posyandu, gizi
Berdasarkan Pekerjaan Responden
Total 61 100,0
Pekerjaan n % Sumber : Data Primer 2015
Honorer 2 3,3 Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 61
IRT 56 91,8 responden (100 %) yang paling banyak
Perangkat 2 3.3 responden yaitu yang pernah mengikuti
Kampung pelatihan kader posyandu berjumlah 27
Wiraswasta 1 1,6 responden (44,3 %), paling sedikit
Total 61 100,0 responden yang pernah mengikuti
Sumber : Data Primer 2015 pelatihan gizi seimbang dan BKB
Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 61 berjumlah 1 orang (1,6 %).
responden (100%) yang paling banyak Pendidikan terakhir
responden memiliki pekerjaan IRT

4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Tabel 6. Distrsibusi Frekuensi Status


Total P
Peran Gizi X OR
Berdasarkan Pendidikan Terakhir Kader
Value
Kurang Baik n %
Pendidikan n % n % n %
terakhir Kurang 6 75,0 2 25,0 8 100,0 26,571 0,000 50.0

SD 8 13,1 Baik 3 5,7 50 94,3 53 100,0

SMP 20 32,8 Total 9 14,8 52 85,2 61 100,0


SMA/SMKK 31 50,8 Sumber : Data Primer 2015
Diploma 2 3,3 Hasil analisa statistik menggunakan uji
Total 61 chi-square pada tingkat kemaknaan =
100,0 0,05 atau interval kepercayaan p < 0,05.
Sumber : Data Primer 2015 Hasil uji statisktik dengan koreksi
Tabel 6. menunjukkan bahwa dari 61 Fishers Exact Test diperoleh nilai p =
responden (100 %) yang paling banyak 0,000< (0,05), dengan demikian dapat
responden yang berpendidikan dikatakan bahwa ada hubungan peran
SMA/SMKK berjumlah 31 responden serta kader dengan status gizi balita di
(50,8 %), paling sedikit responden wilayah kerja puskesmas manganitu
yang berpendidikan Diploma kabupaten sangihe tahun 2015. Kemudian
berjumlah 2 orang (3,3 %). didapatkan OR = 50000 yang berarti
Peran kader bahwa peran kader baik berpeluang 50
Tabel 7. Distribusi Frekuensi kali lebih besar terhadap status gizi balita
Berdasarkan Peran Kader baik dibandingkan dengan peran kader
Peran n % kurang.
kader Hubungan Peran Serta Kader
Kurang 8 13,1 Posyandu Dengan Status Gizi Balita
Baik 53 86,9 Hasil penelitian ini menyatakan ada
Total 61 100,0 hubungan peran serta kader dengan status
Sumber : Data Primer 2015 gizi balita. Penelitian ini sejalan dengan
Tabel 7. menunjukkan bahwa dari 61 penelitian yang dilakukan oleh Purwanti,
responden (100 %) yang paling banyak Pajeriaty, & Rasyid, (2014), menyatakan
responden memiliki peran baik adanya hubungan peran kader dengan
sebanyak 53 orang (86,9 %). status gizi balita. Penelitian Fitriah,
Status Gizi (2012), yang juga menyatakan adanya
Tabel 8. Distribusi Frekuensi hubungan antara peran kader dengan
Berdasarkan Status Gizi status gizi balita.
Status gizi n % Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih
Buruk 0 0 oleh dan dari masyarakat yang bertugas
Kurang 9 14,8 dimasyarakat. Kegiatan gizi di posyandu
Lebih 0 0 merupakan salah satu kegiatan utama dan
Baik 52 85,2 umumnya menjadi prioritas dalam
Total 61 100,0 pelaksanaan kegiatan Posyandu. Kegiatan
Sumber : Data Primer 2015 pelayanan gizi di Posyandu dilakukan
Tabel 8. menunjukkan bahwa dari 61 oleh kader. Kegiatan yang dilakukan
responden (100 %) yang paling banyak meliputi penimbangan berat badan,
responden dengan status gizi baik pencatatan hasil penimbangan pada KMS
sebanyak 52 responden (85,2 %). (kartu menuju sehat) untuk deteksi dini
Analisa Bivariat gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,
Tabel 9. Hubungan Peran Serta pemberian PMT, pemberian vitamin A.
Kader Posyandu Dengan Status Gizi Dalam kegiatan posyandu, kader
Balita memegang peranan penting, selain
sebagai pelaksana kegiatan posyandu

5
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

(administrator) dan memberikan SARAN


penyuluhan (edukator), kader juga 1. Bagi Institusi Pendidikan
menggerakkan keaktifan ibu yang Pendidikan dapat memberikan
mempunyai balita untuk datang ke perannya dalam pengabdianmasyarakat
posyandu (motivator). Kader posyandu yaitu dengan menurunkan
merupakan healt provider yang berada di mahasiswanya yang praktek lapangan
dekat kegiatan sasaran posyandu, tatap di puskesmas untukmengadakan
muka kader lebih sering daripada petugas penyuluhan terutama tentang gizi.
kesehatan lainnya (Wahyutomo, 2010). 2. Bagi Puskesmas
Peranan kader sangat penting karena Puskesmas harus mengingatkan dan
kader bertanggung jawab dalam menginformasikan kembali peran kader
pelaksanaan program posyandu. Bila sebagai pelaksana, penggerak keaktifan
kader tidak aktif maka pelaksanaan ibu, penyuluh dan pengelola program
posyandu juga akan menjadi tidak lancar posyandu dalam hal saat kunjungan
dan akibatnya status gizi bayi dan balita kerumah kader harus melihat dan
(bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi mengecek apakah kader sudah
secara dini dengan jelas (Martinah dalam melaksanakan tugas tugas pokok atau
Isaura, 2011). Adanya peran kader dapat perannya dengan baik, bila menemukan
membantu masyarakat dalam mengurangi balita yang sakit atau mengalami 70
angka gizi buruk, selain itu adanya peran gangguan gizi harus segera dirujuk
kader juga membantu dalam mengurangi kepada petugas kesehatan/puskesmas,
angka kematian ibu juga balita, dengan dan memanfaatkan buku KIA sebagai
memanfaatkan keahlian serta fasilitas sumber penyuluhan kepada sasaran
penunjang lainnya yang berhubungan yaitu ibu ibu yang mempunyai balita
dengan peningkatan status gizi balita dan menggunakan buku KIA sebagai
(Purwanti, Pajeriaty, & Rasyid, 2014). sumber rujukan kepada petugas
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran kesehatan. Selanjutnya memberikan
serta kader berpengaruh terhadap status pelatihan pelatihan yang terkait
gizi balita yang berarti semakin tinggi dengan peran kader posyandu dengan
peran kader, maka semakin tinggi pula materi terkait, sampai dengan praktik
angka penurunan gizi buruk pada balita. atau skill dan ada evaluasi pasca
Dengan hasil penelitian yang telah pelatihan bagi peserta pelatihan secara
dilaksanakan dan dengan adanya berkala, pertemuan pembinaan dan
informasi yang didapatkan melalui penyegaran bagi kader supaya peran
pengambilan data, bahwa terdapat sertanya meningkat.
hubungan peran serta kader dengan status 3. Bagi Kader Posyandu
gizi balita. Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dengan mengikuti
pertemuan secara rutin setiap
KESIMPULAN pertemuan yang diadakan oleh
1. Peran kader di wilayah kerja Puskesmas, lebih meningkatkan diri
Puskesmas Manganitu paling banyak dalam berpartisipasi aktif dalam
peran baik. program program posyandu meliputi
2. Status gizi di wilayah kerja Puskesmas : kunjungan ke rumah rumah, dan
manganitu paling banyak status gizi menyempatkan waktu untuk berdikusi
baik. kelompok dengan ibu ibu yang lokasi
3. Ada hubungan antara peran serta kader rumahnya berdekatan, jika menemui
posyandu dengan status gizi balita di balita yang sakit atau mengalami
wilayah kerja Puskesmas Manganitu. gangguan gizi hendaknya segera
merujuk kepada petugas kesehatan atau

6
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

puskesmas, melaksanakan tugas sesuai Ismarawanti, D. N. (2010). Kader


dengan perannya yaitu motivator, Posyandu : Peranan Dan
administrator dan edukator. Tantangan Pemberdayaannya
4. Bagi Peneliti Dalam Usaha Peningkatan Gizi
Untuk peneliti selanjutnya berminat Anak Di Indonesia. Jurnal
meneliti tentang hubungan peran serta Manajemen Pelayanan Kesehatan
kader posyandu dengan status gizi Volume 13 Nomor 04 Tahun 2010,
balita, agar penelitian dapat dilakukan 169-173.
dengan skala dan jumlah sampel yang (http://download.portalgaruda.org/
besar, menggunakan variabel lain article). diakses tanggal 25
contohnya dari segi ibu atau petugas September 2014, jam 21.00 WITA.
kesehatan yang hubungannya dengan Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi
peran serta kader dan status gizi balita.
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Tempat penelitian diperluas ke wilayah Rineka Cipta.
kerja puskesmas lain, sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan. Purwanti, D., Pajeriaty., & Rasyid, A.
Penelitian ini kiranya dapat (2014). Faktor Yang Berhubungan
bermanfaatbagi peneliti-peneliti yang Dengan Status Gizi Balita Di
lain di masamendatang untuk Wilayah Kerja Puskesmas Madello
meneruskan dan lebihmendalaminya Kabupaten Barru. Jurnal Ilmiah
serta dapat dijadikansebagai bahan Kesehatan Diagnosis Volume 5
bacaan untuk penelitiandan peneliti Nomor 1 Tahun 2014, 2302-1721.
yang akan datang dapatmeneliti lebih (http://library.stikesnh.ac.id).
dalam untuk mencaribagaimana diakses tanggal 27 September
hubungan peran serta kader posyandu 2014, jam 10.00 WITA.
dengan status gizi balita. Puskesmas Manganitu. (2014). Laporan
Bulanan. Kecamatan Manganitu :
DAFTAR PUSTAKA Puskesmas Manganitu.
Fitriah, R. (2012). Faktor Faktor Yang
Berhubungan Dengan Peningkatan Syafei, A. (2010). Faktor Faktor Yang
Gizi Balita Di Wilayah Kerja Berhubungan Dengan Partisipasi
Puskesmas Dasan Cermen Kader Dalam Kegiatan Gizi
Kecamatan Sandubaya. Mataram : Posyandu Di Kelurahan Rengas
Politeknik Kesehatan. Kecamatan Ciputat TimurKota
(http://www.Ipsdimataram.com). Tangerang Selatan. Jakarta :
diakses tanggal 06 januari 2015, Universitas Islam Negeri Syarif
jam 10.00 WITA. Hidayatullah, hlm 23.
(http://repository.uinjkt.ac.id).
Isaura, V. (2011). Faktor Faktor Yang diakses tanggal 27 September
Berhubungan Dengan Kinerja 2014, jam 10.00 WITA.
Kader Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarusan Kecamatan Wahyutomo, A. H. (2010). Hubungan
Koto XITarusan Kabupaten Pesisir Karakteristik Dan Peran Kader
Selatan. Padang : Universitas Posyandu Dengan Pemantauan
Andalas, hlm Tumbuh Kembang Balita Di
2.(http://repository.unand.ac.id/175 Puskesmas Kalitidu-Bojonegoro.
32/1/FAKTOR.pdf).diakses Surakarta : Universitas Sebelas
tanggal 28 September 2014, jam Maret. (http://eprints.uns.ac.id).
13.00 WITA. diakses tanggal 05 Januari 2015,
jam 15.30 WITA.

7
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

World Health Organization, (2012). Status


Gizi Anak
Balita.(http://repository.usu.ac.id).
diakses tanggal 25 September
2014, jam 10.00 WITA.
Zulkifli, (2008). Posyandu Dan Kader
Kesehatan.
(http://repository.usu.ac.id).
diakses tanggal 24 September
2014, jam 08.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai