Anda di halaman 1dari 5

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau

perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan[1].

Kawasan ini perlu diperhatikan untuk menjaga keselamatan operasional pesawat udara di sekitar
bandar udara, hal yang paling umum dan sangat berkaitan dengan kawasan ini adalah mengenai
kondisi ketinggian bangunan atau halangan lainnya seperti gunung, bukit, pepohonan di sekitar
wilayah operasi penerbangan atau bandar udara. Kawasan ini juga menjadi faktor pendukung
utama dalam pembuatan suatu wilayah pendaratan dan lepas landas pesawat udara.

KKOP di bagi menjadi beberapa kawasan, seperti :

1. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;


2. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
3. Kawasan di bawah permukaan transisi;
4. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
5. Kawasan di bawah permukaan kerucut; dan
6. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar.

Dalam pembahasan KKOP dijelaskan mengenai ketentuan batas-batas yang menjadi acuan
keselamatan, seperti :

1. Batas-batas kawasan pada KKOP


2. Batas-batas ketinggian pada KKOP
3. Batas-batas di sekitar penempatan peralatan navigasi penerbangan.
4. esuai dengan ICAO ANNEX 14 Vol 1 Chapter 4 ''OBSTACLE RESTRICTION AND
REMOVAL'' serta Keputusan Menteri Perhubungan KM 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum yang mengatur tentang Kawasan keselamatan
Operasi Penerbangan menyaratkan bahwa kawasan udara di sekitar bandar udara harus
bebas dari segala bentuk hambatan yang akan mengganggu pergerakan pesawat udara
dengan menetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar
udara.
5. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau perairan
dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
6. Pada KKOP tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh, baik yang tetap
(fixed) maupun dapat berpindah (mobile), yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang
diperkenankan sesuai dengan Aerodrome Reference Code (Kode Referensi Landas Pacu)
dan Runway Classification (Klasifikasi Landas Pacu) dari suatu bandar udara.
7. KKOP suatu bandara merupakan kawasan yang relatif sangat luas, mulai dari pinggir
landas pacu yang disebut runway strip membentang sampai radius 15 km dari ARP
dengan ketinggian berbeda-beda sampai 145 m relatif terhadap AES. Kawasan
permukaan yang paling kritis terhadap adanya halangan (obstacle) adalah Kawasan
Pendekatan dan Lepas landas (approach and take off), Kawasan Kemungkinan Bahaya
Kecelakaan, Kawasan di Bawah Permukaan Transisi, dan Kawasan di Bawah Permukaan
Horizontal Dalam.
8. Pada zona horizontal dalam, maksimal ketinggian bangunan di sekitar bandara yang
diizinkan adalah 45 meter. Zona area dalam dihitung sejajar mulai dari ujung bahu
landasan hingga radius 4 kilometer.
9. Untuk wilayah yang termasuk dalam kawasan radar, maksimal ketinggian bangunan yang
diizinkan adalah 15 meter atau sejajar dengan ketinggian radar. Perhitungan ini dilakukan
sejauh 3 kilometer dari lokasi radar. Jika ada bangunan yang ketinggiannya melebihi dari
yang ditetapkan, maka akan mengganggu operasional radar dan terjadi blank spot area.
10. - See more at: http://sepinggan-airport.com/kkop#sthash.PpjAe34L.dpuf

PENGERTIAN DAN LANDASAN HUKUM KKOP

KKOP atau Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau
perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
Dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 48 Tahun 2002 Tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum BAB V Tentang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP) disebutkan bahwa :

Pasal 10

1. Untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan sekitarnya diperlukan
kawasan keselamatan operasi penerbangan untuk mengendalikan ketinggian benda tumbuh dan
pendirian bangunan di bandar udara dan sekitarnya.

2. Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan


batas-batasnya dengan koordinat yang mengacu pada bidang referensi World Geodetic System
1984 (WGS-84) dan batas-batas ketinggian di atas permukaan laut rata-rata (Mean Sea Level)
dalam satuan meter.

3. Kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara meliputi :


a. Kawasan pendekatan dan lepas landas;
b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
c. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
e. Kawasan di bawah permukaan kerucut;
f. Kawasan di bawah permukaan transisi;
g. Kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan.

Pasal 11

1. Kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara di tentukan berdasarkan


rencana induk bandar udara.
2. Kawasan keselamatan operasi penerbangan bagi bandar udara yang belum mempunyai
rencana induk bandar udara ditentukan berdasarkan panjang landasan sesuai rencana
pengembangan.

Pasal 12

1. Penyelenggara bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang
ruang udara di sekitarnya dikendalikan mengusulkan penetapan kawasan keselamatan operasi
penerbangan di sekitar bandar udara kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.

2. Penyelenggara bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak
dikendalikan mengusulkan penetapan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar
bandar udara kepada Bupati/Walikota dari Gubernur sebagai tugas dekonsentrasi.

3. Direktur Jenderal melakukan evaluasi usulan penetapan kawasan operasi penerbangan di


sekitar bandar udara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 terhadap aspek :
a. Rencana induk/rencana pengembangan bandar udara;
b. Tatanan kebandarudaraan nasional;
c. Keamanan dan keselamatan penerbangan;
d. Rencana Tata Ruang Wilayah.

4. Direktur jenderal menyampaikan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 kepada
Menteri selambat-lambatnya 30 hari (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen diterima secara
lengkap.

5. Kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara sebagaimana dimaksud


pada ayat 1, untuk tiap-tiap bandar udara ditetapkan dengan Keputusan Menteri selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah hasil evaluasi dari Direktur Jenderal diterima
secara lengkap.

6. Kawasan Keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara sebagaimana dimaksud


dalam ayat 2, untuk tiap-tiap bandar udara ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota
setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen diterima secara
lengkap.

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar, prosedur pembuatan dan persyaratan kawasan
keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur dengan
Keputusan Direktur Jenderal.

Pasal 13

1. Untuk mengendalikan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara pusat
penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara disekitarnya
dikendalikan, setiap pendirian bangunan di kawasan keselamatan operasi penerbangan
diperlukan rekomendasi dari Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk.
Untuk mengendalikan kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara bukan
pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya tidak dikendalikan, setiap pendirian bangunan
di kawasan keselamatan operasi penerbangan diperlukan rekomendasi dari Bupati/Walikota
setempat atau pejabat yang ditunjuk

Sintang - Kota, (Kalimantan-News) - Dalam rangka mempelajari Raperda tentang Kawasan


Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Tebelian, Pemkab Sintang beberapa hari
yang lalu berkunjung ke Kualanamu (Medan).

Menurut Bupati Sintang Drs. Milton Crosby, M.Si saat di wawancara sejumlah pewarta
mengatakan, di Kualanamu Raperdanya hampir final hanya beberapa saja yang belum selesai.

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Tebelian ini nantinya akan di atur
dengan baik. Artinya mana yang bisa di bangun dan mana yang tidak bisa di bangun.

Oleh sebab itu, ini harus di atur dengan baik, karena kedepannya jika Bandara Tebelian sudah
berfungsi maka banyak pesawat yang berbadan besar akan masuk, dengan masuknya pesawat
berbadan besar ini maka keselamatan penerbangan harus di utamakan, jelasnya.

Lebih lanjut menurut bupati, selain mempelajari tentang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP), Pemkab Sintang juga mempelajari tentang restribusinya dan penataan
kawasan bandara.

Melalui kunjungan ke Kualanamu beberapa hari yang lalu kita mengharapkan Raperda Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Tebelian yang kita susun ini dapat berjalan
dengan baik dan lancar, harap bupati. (das)

Anda mungkin juga menyukai