Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LAILA SAUSAN EL ISLAMI

NIM : A1F016070

Behind The Scene


Pada dasarnya, sebagian besar mahasiswa Teknologi Pangan masuk ke jurusan ini
sebenarnya nggak tahu banyak soal teknologi pangan. Jujur saja, itu yang saya rasakan
tentang jurusan ini. Selebihnya, hanya akan melakukan penilaian dari nama jurusan ini,
jurusan yang terlihat keren. saya berusaha menebak-nebak jurusan apa ini sampai semua
terjawab ketika silabi mata kuliah dibagikan.
Awalnya mungkin karena saya tertarik masuk di sini karena namanya yang
mengundang selera tinggi, yaitu adanya perpaduan antara teknologi + pangan. sudah
pasti yang namanya teknologi & pangan akan dibutuhkan di masa depan.
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang
bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaat yang
seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut.
Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan
pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di
antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
Banyak mata kuliah yang jadi momok mengerikan di jurusan Teknologi Pangan, sebut
saja Kimia Pangan, Teknik Pangan, Analisis Pangan, Biokimia Pangan, Mikrobiologi
Pangan, sampai pada Evaluasi Nilai Gizi Pangan.
Dulu sebelum jurusan ini ada, Nicolas Appert telah menemukan cara untuk memproses
makanan dalam kaleng. Saat itu metode yang digunakan belum berlandaskan teknologi.
Di tahap selanjutnya muncul Louis Pasteur. Melalui risetnya untuk mencegah kerusakan
fermentasi anggur akibat mikroba, ia mulai meletakkan dasar-dasar teknologi pangan.
Melalui penemuannya akan proses yang kemudian dinamai pasteurisasi, Pasteur
berhasil membunuh mikroba pada susu melalui pemanasan tanpa banyak merubah sifat
susu.
Sejak itu lahirlah beberapa macam metode pengolahan makanan yang semakin
memperkaya teknologi pangan. Salah satunya antara lain pemadatan bahan makanan
tertentu yang bisa diolah menjadi minuman hanya dengan diseduh seperti misalnya pada
produk susu bubuk. Dengan demikian susu jadi mudah dikemas dan dikirim. Ini awal
dari industri susu formula. Kini telah banyak sekali temuan yang menjadi lingkup studi
jurusan ini.
Apapun yang telah kamu lalui selama studi di jurusan Teknologi Pangan dan kemudian
kamu menjadi alumni, kamu akan sangat bangga pernah menjadi bagian dari jurusan
ini. Mungkin ada saatnya kamu akan bergumam bahwa masuk jurusan ini adalah salah
satu keputusan terbaik dalam hidupmu.
Memilih untuk kuliah di jurusan Teknologi Pangan setidaknya telah memberimu
banyak bekal untuk masa depan. Mulai dari pengetahuan tentang pangan sebagai dasar
kebutuhan manusia, hingga pengetahuan tentang kewirausahaan.
Dan kamu pastinya sangat berbangga karena ilmu yang kamu perlajari hingga titik
darah penghabisan ini akan sangat berguna bagi seluruh umat manusia di berbagai
penjuru dunia. Selama manusia masih membutuhkan makanan, maka ilmumu akan
selalu dibutuhkan.
Kebanyakan sarjana yang baru lulus diterima bekerja di bagian Pengendalian Mutu.
Mereka bertugas memastikan apakah proses pengolahan makanan di pabrik berjalan
sesuai standar yang telah ditetapkan.
Di pabrik yang membuat es krim misalnya, seorang staf pengawas mutu harus
memastikan bahwa es krim yang dihasilkan telah melewati proses yang higienis dan
dengan kandungan bahan makanan yang tidak merugikan. Pengawasan juga dilakukan
sampai di tahap pengepakan, bahkan pengiriman produk.
Bagian ini biasanya membutuhkan cukup banyak lulusan Teknologi Pangan. Untuk satu
jenis produk kadang-kadang diperlukan 15 orang pengawas mutu. Jadi kebanyakan
sarjana jurusan ini memang mengawali karirnya di bagian ini.
Pengembangan Produk
Bidang lainnya adalah Product Development. Ini bagian yang lebih elit. Tidak mudah
langsung diterima di bagian ini. Disamping perlu pengetahuan mumpuni, bidang ini
menyangkut rahasia resep produk. Perusahaan selalu berhati-hati memilih orang yang
tepat untuk bagian ini.
Karena posisinya yang sangat strategis, mereka sering berhubungan dengan para
pemimpin puncak di perusahaan. Dengan demikian mereka berpeluang mendapat
kenaikan tingkat lebih cepat dibandingkan para staf di QA. Posisi tertinggi yang bisa
diraih staf di bagian ini adalah Chief Technical Officer, atau Direktur Teknik.
Karena tidak mudah masuk ke bagian ini dan posisinya yang penting, standard gajinya
tentu lebih tinggi. Jumlah sarjana yang diterima di bagian ini biasanya lebih sedikit.
Misalnya untuk 1 jenis produk hanya diperlukan 2 staf Pengembangan Produk saja.
Kalau sebuah perusahaan memproduksi 10 macam produk, maka jumlah staf di bagian
ini paling banter 20 orang.
PROSPEK Jangka Panjang
Para sarjana Food Tech, terlebih mereka di bagian pengawasan mutu, jarang terlihat
oleh para pimpinan perusahaan. Yang sering bertemu dan berhubungan langsung
dengan para pucuk pimpinan adalah staf di bagian Sales atau Marketing atau Finance.
Orang Food Tech lebih sering behind the scene alias berada di belakang layar. Ini
tentu berkaitan dengan peluang karir untuk mendapatkan posisi lebih tinggi.
Menurut Indradi Sadhani, sarjana Food Technology lulusan Royal Melbourne Institute
of Technology, Australia, ada kecenderungan bahwa pekerjaan yang ditangani para
sarjana Food Tech ini sering kali bisa digantikan oleh lulusan Teknik Kimia. Memang,
ini tergantung pada jenis produk dan kebijakan pimpinan. Baru belakangan ini di
Australia lulusan Food Tech mulai banyak dicari karena ada beberapa hal, terutama
yang menyangkut nutrisi, yang kurang dipahami lulusan Teknik Kimia.
Masih menurut Dadi, nama panggilan Indradi, belakangan sarjana Food Tech banyak
berperan sebagai Project Manager, bukan mengembangkan produk. Alasannya, di
banyak pabrik makanan, kebutuhan bahan makanan tertentu dipesan dari perusahaan
lain dalam bentuk jadi.
Misalnya di pabrik udang tepung dalam kemasan, dari pada membuat tepung sendiri,
pabrik memesan tepung dari perusahaan lain yang lebih handal soal ini karena memang
spesialisasinya hanya membuat tepung. Jadi para sarjana Food Tech lebih banyak
berperan dalam proses pemesanan seperti misalnya menentukan jenis bahan yang
diperlukan, komposisi di dalamnya, kapan mesti diterima, dalam kondisi seperti apa,
dan lain-lain.

Kesimpulannya, bagi beberapa kalangan jurusan ini, tidak mencetak tenaga kerja yang
cepat menuju pucuk pimpinan. Dengan kata lain, jurusan ini kurang cocok bagi mereka
yang berambisi pada kedudukan di perusahaan.
Namun bagi mereka yang punya hasrat (passion) kuat di bidang makanan, kesehatan,
sains, dan biologi, dan ingin hidup dan bekerja dengan tenang dan adem ayem, tidak
suka stress karena dikejar-kejar target, bidang ini bisa jadi pilihan yang menarik.
Sekalipun demikian bukan lantas berarti ini pekerjaan yang mudah. Tanggung jawab
profesinya tetap saja besar.
Bagi yang berminat menjadi pengusaha di bidang industri makanan, jurusan ini bisa
memberi bekal cukup memadai. Tentu saja sikap dan etos kerja seorang pengusaha juga
mesti dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai