Anda di halaman 1dari 2

Mark To Market

Mark To Market adalah cara penilaian satu aset yang digunakan dalam penentuan nilai
moneter satu aset, seperti properti, saham, dan sebagainya. Dalam beberapa aset seperti properti,
maka ketepatan nilai aset menurut harga pasar akan ditentukan oleh persepsi masyarakat tentang
nilai aset tersebut. Dalam masa boom, harga aset pada umumnya tinggi dan terus meningkat. Di
sisni lain, aset dapat menjadi agunan mengambil kredit dari bank, dan bila nilai aset tinggi, kredit
yang diperolehpun tinggi.

Sejarah krisis di dunia, seperti dapat dilihat dalam buku karya Charles P. Kindleberger:
"Manias, Panics, and Crashes. The history of Financial Crises", menunjukkan bahwa sebelum
krisis selalu besaran kredit amat tinggi dibanding dengan situasi normal. Dengan melihat salah
satu dasar pemberian kredit yakni nilai agunan, maka makin baik ekonomi seperti dalam situasi
boom, makin tinggi nilai aset, dan makin tinggi kredit yang akan mengucur dari bank, bila sistem
penilaian aset adalah MTM tadi.

Tetapi pada masa kebalikan selanjutnya, saat resesi, kredit seret, nilai agunan turun, dan
kredit yang akan dikucurkan pun akan turun. Terjadilah apa yang disebut dalam ekonomi finansil
sebagai PRO-CYCLICAL proses, yang pada fase resesi berikutnya akan berpotensi menjadi
kredit macet (problem loans). Pada saat ekonomi baik kredit berlebihan dari normal, sedang pada
saat resesi terjadi kekurangan kredit, padahal justru sebenarnya kebutuhan kredit amat tinggi.
Situasi inilah yang umumnya menimbulkan krisis.

Tuntutan ekonomi finansil untuk menghindari krisis ialah mencari instrumen yang dapat
bersifat COUNTER-CYCLICAL, melawan proses yang pro siklus sedemikian sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan kredit dalam fase-fase siklus bisnis di atas.

Satu hal yang dapat disimpulkan di sini ialah bahwa sistem penilaian MTM bagi
beberapa aset akan mendukung proses PRO-CYCLICAL tadi, dan berpotensi mendukung
terjadinya krisis. Inilah perbedaan sudut pandang akuntansi dan ekonomi yang berusaha
menghindarkan krisis ekonomi. Sayangnya, instrumen Basel II juga banyak yang procyclical,
berarti potensil akan mengundang krisis finansil.
Mengapa topik ini masuk dalam kajian ekonomi konstitusi? Ini adalah sesuai dengan
tuntutan pasal 23 UUD 1945 (asli), bahwa supaya sistem pengelolaan keuangan negara tidak
masuk dalam situasi ketidakteraturan keuangan negara. Dalam masa krisis perbankan biasanya
dituntut adanya tindakan BAIL-OUT yang membebani rakyat. Kredit terlalu besar dan terlalu
kecil pada saat-saat tertentu dalam siklus bisnis adalah ketidakteraturan keuangan yang bermula
dari perilaku perbankan yang buruk, tetapi lalu menjadi beban rakyat pada saat krisis. Bila tidak
terjadi sesuatu pemilik bank dan pemodal akan mendapat keuntungan besar, tetapi pada saat
terjadi kebuntungan, bebannya ditimpakan pada rakyat. Tentu sunggu tidah adil, dan ini
ditentang oleh konstitusi.

Posted 6th February 2010 by Djamester Simarrmata

Labels: BM95

Anda mungkin juga menyukai