Anda di halaman 1dari 15

A.

PENDAHULUAN

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar
bagi kehidupan. Pada manusia, air diperlukan untuk berbagai keperluan antara lain,
kebutuhan rumah tangga, industri, pertanian, dan sebagainya. Dalam memenuhi
kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas air. Kualitas yang
cukup diperoleh dengan mudah karena adanya siklus hidrologi, yakni siklus ilmiah
yang mengatur dan memungkinkan tersedianya air permukaan dan air tanah. Namun
demikian, pertambahan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan pencemaran
sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan sulit diiperoleh.
Dalam hal ini, masalah pencemaran air dapat diidentifikasikan melalui beberapa
cara. Yaitu, dengan pengamatan langsung dan tidak langsung. Adapun yang
dimaksudkan dengan pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan
dengan panca indera. Contohnya, untuk mengidentifikasi bau busuk, rasa tidak enak,
kekeruhan, pertumbuhan rumput dan algae, dan kematian ikan. Sedangkan contoh
dari pengamatan tidak langsung yaitu melalui keluhan penduduk pemakai air leding
berbau bahan kimia.
Identifikasi masalah diperoleh dengan mempelajari laporan hasil penelitian dan
monitoring yang dilakukan oleh satu instansi pemerintah maupun swasta. Dari
berbagai cara, dapat diidentifikasikan masalah secara kasar yang menjadi titik tolak
dalam melakukan penelitian.

B. SAMPLING
1. Pengertian
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakilli seluruh
karakteristik dari populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat
diambil sebagian dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan
kualitas dari populasi. Jumlah dari sampel tidak selalu besar dan tidak selalu
kecil, hal ini bergantung pada keterwakilan karakter dari sampel. Sebagai
contoh, pada penelitian mengenai golongan darah, tentu saha tidak perlu
memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2
ml darah sudah cukup untuk digunakan mengetahui golongan darah yang ada
di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien (Eureka Pendidikan, 2015).
Menurut Wibowo (2008), pengambilan sample (sampling) adalah tahap
awal dalam proses dimana data hasil karakteristik suatu batch produk
dikumpulkan untuk proses evaluasi. Oleh karena hanya sebagian saja dari
batch yang diambil sampelnya untuk pengujian, bagian tersebut harus
mewakili batch tersebut. Hasil pengujian sample tersebut akan menentukan
nasib batch tersebut, sehingga proses seleksi sample merupakan tahap kritis
(penting) dalam sistem penjaminan mutu (quality assurance system). Dalam
proses sampling, indikator kualitas atau disebut sebagai atribut, harus
ditetapkan dan menggambarkan karakteristik batch yang dimaksud.
Kontaminasi merupakan hal yang harus diperhatikan. Penanganan khusus
perlu diterapkan untuk jenis bahan yang akan disampling, terutama yang
berisiko terhadap kemungkinan kontaminasi.
2. Lokasi Sampling
Dalam pembahasan kali ini, sampel atau sampling yang dibahas yaitu
pada air sungai, air danau, dan air limbah. Apabila ingin mempelajari dampak
air limbah terhadap kualitas sungai, sekurang-kurangnya harus diambil dua
lokasi sampel. Satu lokasi berada di hulu, dimana air tidak tercemar, dan
yang satunya berada di muara sungai, dimana air tercemar secara vertikal dan
lateral. Lokasi di daerah muara diusahakan lebih banyak daripada lokasi di
daerah hulu. Hal ini diperlukan untuk mempelajari pencemaran secara terinci
(Sutrisno, dkk., 2010).
Untuk mempelajari dampak yang lama, dibutuhkan beberapa lokasi
sampel yang cukup jauh. Sedangkan untuk mempelajari dampak yang
singkat, cukup beberapa lokasi sampel yang berdekatan. Kemudian pada
setiap lokasi diambil dua posisi untuk mendapatkan gambaran pengaruh
pencemaran melintang. Pengambilan sampel air agar tidak mengganggu
sedimen di dasar sungai dan lapis permukaan air. Menurut Departemen
Kesehatan RI, pengambilan sampel sebaiknya pada posisi sama, yakni 30
cm dibawah permukaan air dan/atau dari dasar sungai.
Lokasi dan posisi sampel pada sistem perairan yang tidak mengalir
seperti danau dan reservoir berlainan dengan sungai. Kualitas air danau
dipengaruhi banyak faktor antara lain sungai atau aliran yang masuk dan
keluar danau, saluran air limbah yang masuk danau, angin, sinar matahari
(Sutrisno, dkk., 2010).
Sungai yang memasuki danau menyebabkan kualitas air danau berbeda
di satu lokasi dengan lokasi yang lainnya, karena pencemaran dari sungai.
Saluran air limbah mengakibatkan sebagian kualitas air danau dicemari.
Angin meniup permukaan air danau membawa sebagian algae berpindah dari
satu tempat ke tempat lain yang langsung mempengaruhi perbedaan kualitas
air. Radiasi sinar matahari menyebabkan perbedaan temperature dan
kelarutan oksigen menurut kedalaman (Sutrisno, dkk.,2010).
Oleh karenanya, menurut Sumengen (1987) penetapan lokasi dan posisi
sampel harus memperhatikan banyak faktor termasuk tujuan kedalaman dan
penelitian. Lokasi sampel untuk mempelajari seluruh atau sebagian perairan
danau berbeda. Bilamana ingin dipelajari dampak dari satu saluran air
limbah, sekurang-kurangnya ada 3 lokasi, yakni :
1. Lokasi pertama untuk mengetahui akibat langsung dari limbah.
2. Lokasi kedua untuk mengetahui akibat setelah air limbah mengalami

pencemaran secara vertikal dan lateral


3. Lokasi ketiga berupa kontrol dimana tidak terjadi pencemaran.
Mengingat adanya stratifikasi menurut kedalaman air, maka paling tidak
dipilih tiga posisi sampel. Yaitu, 1 meter di bawah permukaan air, 1 meter di
atas dasar danau, dan 1 meter di tengah antara permukaan dan dasar.
Beberapa posisi dengan interval 1 meter dapat memberi gambaran kualitas
air yang lebih teliti. Pada perairan danau yang dangkal biasanya tidak ada
stratifikasi kedalaman, sehingga posisi sampel dapat dibatasi (Sutrsno, dkk.,
2010)
Perihal pemilihan sampel (lokasi dan posisinya) pada sistem
pendistribusian air leding dan penjernihan air juga menggunakan logika yang
sama seperti di perairan sungai. Walaupun demikian ada beberapa hal yang
harus mendapat perhatian sehubungan dengan perbedaan kualitas air pada
lokasi proses penjernihan dan yang sampai pada konsumen jauh dari lokasi
tersebut. Perlu diidentifikasi kebocoran pipa distribusi penyebab terjadinya
pencemaran. Begitu pula reservoir yang tidak dilindungi dengan baik
kemungkinan terjadi pencemaran air. Selain itu, sampel diambil secara
teratur pada setiap lokasi yang dipilih pada sistem distribusi (Sutrisno,
dkk.,2010).

3. Waktu dan Frekuensi Sampling


Kualitas air biasanya bervariasi menurut waktu. Variasi bisa terjadi
dalam waktu sehari, seminggu, dan setahun. Dalam situasi tidak ada variasi
sama sekali, maka variasi dianggap mengikuti trend normal dan sistematis
dari siklus tahunan. Misal: dalam 1 tahun dibutuhkan 12 sampel, maka
pengambilan sampelnya sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Bilamana ingin
mengetahui sifat siklus itu, sekurang-kurangnya perlu diambil 6x sampel
dalam satu siklus (Sutrisno, dkk.,2010)
Perubahan kualitas air sehari terjadi pada air limbah karena proses
industri. Pada situasi ini prinsip yang telah diuraikan dapat diterapkan.
Pengambilan sampel agar pada waktu yang dipilih mewakili sebagian
periode dalam hari. Misal dibutuhkan 6 sampel, maka waktu pengambilan
sampel dapat dipilih setiap 4 jam sekali. Pendekatan yang sama dapat
digunakan apabila kualitas airnya bervariasi menurut mingguan atau tahunan
(Sumengen, 1987).
4. Volume dan Macam Sampel
Volume sampel cukup untuk berbagai keperluan termasuk analisa
pendahuluan dan ulangan. Volume masing-masing analisa biasanya
ditentukan pada buku petunjuk. Disini, ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian, yakni menghindari kontak antara sampel dengan
udara pada pemeriksaan DO, sampel perlu dikocok pada pemeriksaan
bakteria, parameter dijaga stabilitasnya, dan dihindari hal-hal yang
mengakibatkan perubahan konsentrasi (Sutrisno, dkk.,2010)
Analisa dapat menggunakan sampel individu (discrete) dan campuran
(composite). Sampel campuran diperoleh dengan menggabungkan beberapa
ban sampel individu menjadi satu, mengumpulkan sampel terus-menerus atau
bertahap di satu kontainer dalam waktu tertentu. Bilamana kualitas air
homogen dipilih sampel individu, serta kualitas air tidak homogen dipilih
sampel campuran. Sampel campuran biasanya digunakan untuk analisa air
sungai dan air limbah. Pada sampel campuran ada kemungkinan parameter
berubah karena proses yang terjadi antara pengambilan sampel individu dan
analisa. Apabila demikian halnya, sampel individu memberikan informasi
yang lebih baik, maka tidak perlu menggunakan sampel campuran (Sutrisno,
dkk., 2010).

5. Peralatan dan Pengumpulan Sampel


Adapun sampel yang representative hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan peralatan yang baik dan cara pengumpulan yang beektnar.
Banyak peralatan elektronik sederhana yang bisa digunakan untuk mengukur
berbagai parameter. Misalnya DO meter mengukur oksigen terlarut,
temperatur, dan meconductivity; pH meter mengukur konsentrasi hidrogen di
perairan. Ember plastik dapat digunakan untuk mengambil contoh air,
kemudian sebagian air diisikan kedalam botol untuk analisa. Apapun
peralatan yang digunakan untuk mengambil contoh air, kemudian sebagian
air diisikan kedalam botol untuk dianalisa (Sutrisno, dkk.,2010).
Apapun peralatan yang digunakan, pada pengambilan sampel tidak
terjadi kontaminasi yang mengakibatkan perubahan sifat parameter. Untuk
menghindari kontaminasi parameter, agar: mengusahakan sekecil mungkin
waktu kontak antara sampel dan peralatan; menggunakan botol dan container
dari plastik atau gelas dan peralatan harus bersih (Sutrisno, dkk.,2010).
Di lain pihak, sampel sering dilakukan oleh petugas yang tidak
mengetahui kebutuhan dan ketelitian dalam analisa. Untuk itulah, guna
menghindari kekeliruan harus dibuat petunjuk terinci bagi petugas
pengumpul sampel. Sebelum mengambil sampel air dari sistem distribusi, air
dibiarkan untuk mengalir dalam beberapa menit. Botol sampel dibersihkan
dengan air 2 atau 3 kali, untuk mencegah kontaminasi pada waktu pengisian
melalui tangai, botol, dan udara (Sumengen,1987).
6. Transportasi dan Penyimpanan
Sebelum dibawa ke laboratorium, sampel disiapkan sehingga tidak
terjadi kontaminasi. Agar supaya langsung dapat dilakukan analisa, agar
diusahakan transportasi sampel dari lokasi ke laboratorium secepatnya. Di
laboratorium, sampel disimpan di tempat yang gelap, dan temperature rendah
4oC. Pada temperature ini kegiatan biologis biasanya dicegah dan
dihambat. Kegiatan algae dan bakteri dapat dikurangi melalui fitrasi;
kemudian disimpan dalam bentuk yang stail sambil menunggu analisa.
Penambahan bahan pengawet diperlukan untuk beberapa parameter, guna
mencegah perubahan parameter sebelum analisa (Sutrisno, dkk.,2010).

7. Analisa Data
Hal-hal yang menyangkut tentang parameter fisik, kimia dan biologis,
hendaklah diperhatikan dalam rangka mempelajari masalah pencemaran air.
Disini pengukuran parameter secara kuantitatif diperlukan guna memperoleh
data dan informasi mengenai masalah pencemaran air. Hal ini karena
masalah pengukuran tidak selamanya mudah dilakukan. Beberapa kesulitan
dan hambatan akan selalu dialami, seperti misalnya macam pollutant tidak
diketahui dengan pasti, konsentrasinya biasanya rendah, dan peralatannya
kurang sensitif (Sutrisno, dkk.,2010).
Jika demikian halnya, maka untuk memudahkan pengukuran pollutant,
digunakan satuan berat dibagi volume air, yakni miligram perliter (mg/L).
berat I mililiter sama dengan 1 gram, maka satuan itu sering dinyatakan
dalam mg/1.000.000 mg atau part per-million (ppm) (Sutrisno, dkk.,2010).

Adapun parameter yang sering digunakan dalam menilai pencemaran air


adalah sebagai berikut :
a. Turbidity
Turbidity atau kekeruhan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya
bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik dan anorganik,
dan mikroorganisme air. Disini berakibat air akan menjadi kotor dan tidak jernih.
Turbidity mengganggu penetrasi sinar matahari, sehingga mengganggu
photosynthesis tanaman air. Selain itu bakteri patogen dapat berlindung di dalam
atau di sekitar bahan penyebab turbidity (Sutrisno, dkk.,2010).
Di dalam melakukan pengukuran turbidity menggunakan lilin turbidity meter
dari Jackson dan cara Nephelometer. Pengukuran dengan lilin turbidity meter
menggunakan tabung gelas yang dikalibrasi menurut tabel dan standar, lilin.
Sampel dituangkan ke tabung sampai nyala lilin tidak kelihatan. Tinggi tabung
diukur dan dibandingkan dengan standar turbidity (1 unit turbidity = mg/L SiO2)
(Sutrisno, dkk.,2010).
Pengukuran turbidity berdasarkan atas penetrasi sinar lilin melalui sampel air
sehingga nyala lilin tidak dapat diamati melalui air. Pengukuran ini hanya dapat
menentukan turbidity terendah 25 unit (Sutrisno, dkk.,2010).
Cara Nephelometer merupakan pengukuran turbidity tidak langsung. Cara ini
membandingkan intensitas penyebaran cahaya yang disebabkan oleh sampel air
dengan intensitas yang disebabkan oleh suspensi standar air pada kondisi yang
sama. Semakin tinggi intensitas penyebaran cahaya, semakin tinggi penyebaran
sinar. Oleh karena itu baik sekali untuk mengukur turbidity yang rendah.
b. Temperatur
Temperatur perairan dapat bervariasi tergantung faktor adanya pencemaran.
Misalnya, pembuangan air limbah dapat menyebabkan kenaikan temperatur
perairan, sehingga mengganggu kehidupan air (misal :ikan, dan lain-lain)
(Sutrisno, dkk.,2010).
Pengukuran temperatur digunakan untuk perhitungan alkalinity, salinity,
saturasu dan kelarutan calsium carbonat, perhitungan indek kualitas air dan
identifikasi sumber air (Sutrisno, dkk.,2010).
Pengukuran temperatur dapat dilakukan menggunakan termometer air raksa
dari celcius, dan dapat dilakukan di perairan atau pada waktu air masih berada di
sampler. Untuk memperoleh ketelitian, temperatur agar setiap kali dicek dengan
standard.
c. pH
Konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan dinyatakan dengan pH.
Organisme sangat sensitif terhadap perubahan ion hidrogen. Pada proses
penjernihan air dan air limbah, pH menjadi indikaroe untuk meningkatkan
efisiensi proses penjernihan. Air limbah pertambangan atau pertanian
mengakibatkan tingginya konsentrasi ion hidrogen, menunjukkan perairan
bersifat asam. Sebaliknya cairan basa menunjukkan konsentrasi ion hidroxil (OH)
lebih tinggi daripada konsentrasi ion hidrogen (Sutrisno, dkk.,2010).
Pengukuran pH dapat menggunakan pH meter, kertas lakmus, dan cara calori
meter. pH meter pada dasarnya menentukan kegiatan ion hidrogen menggunakan
elektroda yang sangat sensitif terhadap kegiatan ion merubah signal arus listrik.
Cara ini praktis, teliti, serta dapat digunakan untuk mengukur pH pada lokasi dan
posisi sampel (Sutrisno, dkk.,2010).
Adapula cara lain, dengan menggunakan kertas lakmus dan calorimeter.
Kedua cara tersebut walaupun kurang teliti dibandingkan dengan cara pertama,
masih dapat digunakan dengan hasil yang memadai (Sutrisno, dkk.,2010).
d. Dissolved Oksigen
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur
pencemaran air. Walaupun oksigen sulit larut, namun dibutuhkan oleh semua
jenis kehidupan di perairan. Jika tidak ada oksigen, maka tidak ada pula
kehidupan tumbuhan dan binatan dalam air.
Adapun konsentrasi oksigen terlarut di air dapat diukur dengan Winkler DO
test dan menggunakan DO meter. Menurut Sutrisno, dkk (2010), cara pengukuran
pertama berdasarkan atas reaksi kimia berikut :
1. Ion magnesse ditambahkan pada sampel mengikat oksigen dan terjadi
endapan MnO2.
2. Kemudian iodide ditambahkan dan bereaksi dengan manganesse oxida
membentuk iodide.
3. Konsentrasi iodide diukur melalui titrasi dengan sodium thiosulfat.
Semua DO terikat dengan Mn, sehingga konsentrasi MnO 2 sebanding dengan
konsentrasi O2. demikian pula konsentrasi iodide yang digunakan untuk oksidasi
sebanding dengan konsentrasi MnO2. Konsentrasi iodide ditentukan dengan titrasi
dan ini sebanding dengan konsentrasi O2 terlarut di air (Sutrisno, dkk.,2010).
Adapun kelemahan cara ini adalah adanya kemungkinan perubahan
konsentrasi O2 karena reaksi kimia dan perubahan waktu transportasi.
1. Mn2+ + O2 MnO2
2. MnO2 + 2I- + 4H+ Mn2+ +I2 + H2O
3. I2 + 2 S2O32- S4O62- + 2I
Pengukuran menggunakan DO meter dapat menghindari kemungkinan
tersebut. Alat ini menggunakan dua elektroda yang terbuat dari timah (lead) dan
perak (silver) diletakkan dalam larutan elektrolit disertai alat pengukur arus
(mikroameter) yang terjadi pada reaksi perpindahan elektron (Sutrisno,
dkk.,2010).
Pada elektroda timah dibebaskan elektron yang kemudian berpindah melalui
mikroameter menuju elektroda perak. Reaksi perpindahan elektron yang terjadi
adalah :
Pb + 2 (OH) PbO + H2O + 2e
2e + O2 + H2O 2(OH)
Reaksi ini hanya terjadi apabila terdapat DO bebas di air. Melalui
mikroameter dapat diketahui konsentrasi DO. Sebelum melakukan pengukuran
dengan DO meter, harus diadakan kalibrasi meter, sehingga arus listrik yang
dicatat sebanding dengan konsentrasi O2 (Sutrisno, dkk.,2010).
e. BiologOxygen Demand
Yang dimaksudkan dengan Biological Oxygen Demand (BOD) adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgannisme pada waktu
melakukan proses dekomposisi bahan organik yang ada di perairan
(Riyadi,1978). Pengukuran konsentrasi oksigen yang digunakan untuk
dekomposisi lebih penting daripada pengukuran DO (Sutrisno, dkk.,2010).
Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih,
mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme
mati (Sutrisno, dkk.,2010).
Menurut Riyadi (1978) penggunaan oksigen disebut BOD, dan dipengaruhi
oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu, dan sinar matahari.
Pengukuran BOD dilakukan melalui cara yang distandarisasi dengan tes yang
dilakukan di tempat gelap, pada temperatu tertentu dan periode waktu terbatas.
Menurut Sutrisno,dkk (2010), pengukuran BOD pada dasarnya dilakukan
dengan menempatkan sampel pada botol 300 ml di inkubasi pada temperatur
20oC selama lima hari. Perbedaan konsentrasi DO pada akhir dan semula
dihitung. Selain itu untuk memperkirakan pengaruh konsentrasi adanya
mikroorganisme (seeding). Dengan cara ini BOD dapat dihitung melalui
formula :
Bila tidak ada seeding :
BOD = mg/L
D1 D 2
Jika ada seeding :
P
BOD = mg/L
( D1 D 2) ( D1 B 2) f
Keterangan :
D1 = DO dilusi sampel sebelum inkubasi P
D2 = DO dilusi sampel sesudah inkubasi
P = Dilusi sampel
B1 = BO seed sebelum inkubasi
B2 = DO seed sesudah inkubasi
f = Ratio seed dengan sampel

f. Total Solid
Total solid atau residu terdiri dari bahan terlarut (desolved solid) dan tidak
terlarut (suspended solid) yang ada di air. Adanya solid di air menyebabkan
kualitas air tidak baik, menimbulkan berbagai reaksi dan mengganggu estetika
(Sutrisno, dkk.,2010).
Dalam pengukuran total solid dengan cara pengeringan sampel pada
temperatur tertentu. Sampel telah tercampur baik ditempatkan di mangkok,
kemudian dipanaskan 103-105oC, sampai air menguap seluruhnya. Adapun
perbedaan berat mangkok sebelum dan sesudah menunjukkan konsentrasi solid di
air (Sutrisno, dkk.,2010).
Pengukuran solid terlarut menggunakan cara penguapan dan pemanasan pada
temperatur 180oC. Dengan prinsip yang sama dapat diketahui konsentrasi solid
tersebut. Melalui kedua cara ini dapat diperkirakan konsentrasi suspended solid,
yakni perbedaan antara total solid dengan dissolved solid (Sutrisno, dkk.,2010).
g. Phospat
Phospat banyak terdapat di perairan dalam bentuk inorganik dan organik
sebagai larutan, debu, dan tubuh organisme. Sumber utama phospat inorganik
dari penggunaan detergen, alat pembersih untuk keperluad rumah tangga atau
industri, dan pupuk pertanian (Sutrisno, dkk.,2010).
Phospat organik berasal dari makanan dan buangan rumah tangga. Semua
phospat mengalami proses perubahan biologis menjadi phospat inorganik yang
selanjutnya dignakan oleh tanaman untuk membuat energi (Sutrisno, dkk.,2010).
Phospat sangat berguna untuk pertumbuhan organisme dan merupakan faktor
yang menentukan produktifitas badan air. Air limbah rumah tangga, industri, dan
pertanian menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang berlebihan. Selain itu
phosphat berada pada sedimen dan lumpur air bersama kehidupan biologis yang
berada di atas air. Phospat merupakan parameter untuk mendeteksi pencemaran
air (Sutrisno, dkk.,2010).
Total phospat dapat diukur langsung dengan cara kalorimeter atau melalui
proses digestasi lebih dulu. Sebelum pengukuran sampel air disaring melalui
saringan berukuran 0,45 m. Digesti dilakukan untuk membebaskan phospat
inorganik, sehingga dengan demikian dapat ditetapkan phospat inorganik
(Sutrisno, dkk.,2010).

h. Nitrat
Nitrat, nitrit, dan amonia adalah senyama nitrogen organik yang banyak
mendapat perhatian pada kualitas air. Nitrat biasanya ada di air permukaan dalam
konsentrasi kecil, dan kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah.
Dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang
disebut inflantile methomolobinemia. Nitrate adalah unsur penting dalam proses
photosyntesis tanaman air. Nitrit merupakan bentuk dari oksidasi amonia ke nitrat
atau reduksi nitrat ke amonia. Nitrit dapat masuk perairan melalui air limbah
industri. Nitrir adalah penyebab sebenarnya, karena di dalam tubuh dapat
mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk menthemoglobinemia. Asam
yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamines yang
kebanyakan diketahui potensi carcinogen (Sutrisno, dkk.,2010).
Amonia secara alamiah dad di air permukaan dan air limbah. Pada air tanah
konsentrasi sangat rendah karena terikat pada partikel tanah sehingga tidak lepas
dari tanah. Amonia dihasilkan dari deaminasi urea dan nitrogen organik melalui
proses hydrolisis. Pengukuran nitrogen organik bersama dilakukan dengan cara
kjeldahl nitrogen. Pada dasarnya menggunakan asam sulfat (H2SO4), potasium
sulfat (K2SO4), dan mercury sulfat (NH4)2SO4 (Sutrisno, dkk.,2010).
Demikian juga dengan amonia bebas dan amonia nitrogen diubah menjadi
amonium sulfat. Selama proses digesti sampel dibentuk amonium mercuri dan
mengalami dekomposisi oleh sodium tiosulfat (Na2S2O3). selanjutnya amonia
didestilasi dari media alkaline dan diserap oleh asam boric. Penentuan nitrogen
berikutnya menggunakan cara-cara titrasi atau calori meter dengan standar asam
mineral (Sutrisno, dkk.,2010).
Semua bentuk nitrogen dapat diukur secara analisa dengan menggunakan
calorimeter. Pengukuran ini berdasar adanya nitrat di dalam sampel air terikat
dengan senyawa Nassler dan membentuk warna. Warna ini kemudian
dibandingkan dengan tabung Nassler atau diukur dengan photometer, sehingga
konsentrasinya dapat ditentukan (Sutrisno, dkk.,2010).
i. Bacteria-coli
Berbagai organisme baik patogen maupun tidak dapat berada di peraira.
Organisme patogen termasuk bakteri, protozoa, virus, cacing, dan kesemuanya
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti halnya disentri, kolera,
hepatitis, typhus, paratyphus, dan penyakit saluran pencernaan. Sumber utama
organisme patogen berasal dari kotoran hewan yang dibuang melalui air limbah
rumah tangga atau peternakan (Sutrisno, dkk.,2010).
Diantara organisme patogen banyak yang bertahan di perairan sampai waktu
lama. Organisme patogen di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran air.
Oleh karena itulah organisme patogen di perairan perlu diketahui. Mengingat
tidak mungkin mengidentifikasi berbagai macam organisme patogen, maka
pengukurannya menggunakan bacteria-coli sebagai indikator organisme
(Sutrisno, dkk.,2010).
Bacteria-coli adalah organisme yang biasa hidup di dalam pencernaan
manusia atau hewan yang berdarah panas. Bacteria-coli dipakai sebagai indikator
organisme karena mudah ditemukan dengan cara sederhana, tidak berbahaya,
sulit hidup lebih lama daripada patogen lainnya (Sutrisno, dkk.,2010).
Ditemukannya bacteri-coli tidak berarti adanya patogen di dalam air, tetapi
hanya kemungkinan ada organisme patogen di dalam air. Ada beberapa
caramenentukan bacteri-coli antara lain menggunakan membrane filter technique,
multiple tube fermentation, dan prosedure presend absent. Membrane filter teknik
(mf) merupakan cara sederhana. Sample disaring melalui filter yang dapat
menahan semua bacteri-coli. Filter ditempatkan pada petridish berisi, agar dapat
melarutkan filter dan membantu pertumbuhan bacteri-coli tetapi menghambat
pertumbuhan organisme lain. Sesudah 24 jam-48 jam timbul koloni hitam dari
bacteri-coli yang dapat dihitung. Apabila volume sample air yang dituang melalui
filter diketahui, maka konsentrasi bacteri-coli dapat dinyatakan per 100 ml
(Sutrisno, dkk.,2010).
Cara Multiple tube fermentation (MPN) menggunakan larutan lactose dimana
bacteri-coli membentuk gas dan larutan keruh. Produksi gas ditentukan dengan
menempatkan tabung kecil terbalik (tabung durham) ke dalam tabung besar
(tabung reaksi) sehingga tidak timbul gelembung udara. Setelah inkubasi, apabila
diproduksi gas sebagian ditangkap oleh tabung kecil dan adanya kekeruhan
menunjukkan infeksi bacteri-coli. Masalahnya ialah dibutuhkan banyak tabung,
satu bacteri-coli dapat menyebabkan tabung positif seperti halnya 1000 bacteri-
coli, dan sulit memperhitungkan konsentrasi dengan satu tabung (Sutrisno,
dkk.,2010).
Prosedure present-absent (P.A.) menggunakan 50 ml sampel yang
dimasukkan ke dalam botol P.A. test, diinkubasi selama 4 hari. Botol diperiksa
setiap hari, dan yang positif menunjukkan adanya organisme. Melalui inoculum
sample dipindahkan ke media konfirmasi adanya bacteri-coli. Dengan inkubasi
selama 48 jam pada temperatur 35oC bacteri menghasilkan gas dan asam, yang
selanjutnya diperhitungkan jumlah coli per 100 ml (Sutrisno, dkk.,2010).
Prosedur P.A. merupakan cara yang praktis dan mempunyai ketelitian dua
kali lebih cepat dari prosedur M.F. (Clark, 1980)
i. Biologis
Kualitas air mempengaruhi kehidupan di air. Berbagai macam organisme
yang hidup di perairan adalah plankton, peryphyton, macrophyton, organisme
benthos, dan ikan. Infomrasi mengenai kondisi dan kesehatan organisme air dapat
memberikan petunjuk-petunjuk kualitas air. Dengan demikian organisme air
dapat dipakai sebagai parameter guna menentukan masalah pencemaran
(Sutrisno, dkk.,2010).
Plankton adalah tanaman (Phytoplankton) dan binatang (Zooplankton) yang
biasanya berenang atau terapung di perairan, dan gerakannya mengikuti arus air.
Phytoplankton terdiri dari algae dan bacteri sel tunggal dan dapat membentuk
koloni atau filamen. Zooplankton termasuk protozoa, rotifers, cladozerand, dan
copepoda (Sutrisno, dkk.,2010).
Phytoplankton menghasilkan energi melalui proses photosynthesis
menggunakan bahan inorganik dan sinar matahri. Sedangkan Zooplankton adalah
konsumer pertama yang memperoleh energi dan makanan dari phytoplankton.
Siklus hidup phytoplankton yang pendek menyebabkan cepat sekali memberi
reaksi terhadap perubahan kualitas air yang disebabkan oleh pencemaran. Di
perairan yang jernih, hidup spesies yang berbeda dengan di perairan yang
tercemar berat atau ringan. Plankton merupakan indikator yang peka terhadap
perubahan kualitas air akibat pencemaran (Sutrisno, dkk.,2010).
Pengukuran plankton dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
pengukuran kualitatif sampel air langsung diperiksa menggunakan mikroskop
binoculer, dengan pembesaran 100 kali, 200 kali, 450 kali, dan 1.000 kali guna
mengidentifikasi spesies. Identifikasi spesies menggunakan referensi taxonomi
yang sudah ada. Cara pengukuran kuantitatif antara lain penentuan chlorophyl a
dan produktivitas algae. Dalam hal ini ada dua cara mengukur chlorophyl a yaitu
menggunakan spectrophotometer dan fluorometer. Dari sini diperkirakan bio
mass algae (banyaknya organisme per-unit volume) dan index-autotropic (ratio
biomass terhadap chlorophyl a). Pada perairan yang tidak tercemar index-
autotropic bervariasi antara 50-200. sedangkan diperairan tercemar lebih dari 200.
Selain itu dapat ditentukan produktivitas algae, yakni rate perubahan inorganik
karbon menjadi organik karbon melalui proses photosyntesis. Cara yang sering
dilakukan ialah mengukur konsentrasi C-14 pada sampel, sehingga diketahui
produktivitas algae yang variasinya dipengaruhi oleh pencemaran (Sutrisno,
dkk.,2010).
Peryphyton adalah sekumpulan organisme yang tumbuh pada substrat di air,
dan ini termasuk bacteria, ragi, molds, algae, protozoa, sponges, dan corals.
Kehidupannya tidak selalu melekat pada substrat, tetapi mungkin sembunyi pada
organisme lain yang menempel pada substrat. Mereka juga produser primer di air,
yang mampu mengubah nutrient menjadi bahan organik melalui proses
photosyntesis dengan bantuan sinar matahari. (Sutrisno, dkk.,2010).
Komposisi kehidupan di air sangat tergantung pada peryphyton. Seperti
plankton, peryphyton merupakan parameter pencemaran air yang sensitif. Cara
pengukurankualitas dan kuantitatif plankton dapat diterapkan untuk peryphyton
hanya pada identifikasi menggunakan refeerensi yang berbeda (Sutrisno,
dkk.,2010).
Macrophyton ialah tanaman air yang memiliki struktur multisel dan memiliki
akar, batang dan daun. Mereka dapat tumbuh pada dasar, permukaan dan
perairan. Pertumbuhan tanaman air semacam ini dipengaruhi oleh turbidity,
nutrient, pestisida, bahan organik dan anorganik yang ada di perairan.
Pencemaran air menyebabkan perubahan parameter tersebut, sehingga dalam hal
ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman air. Karena itu microphyton dapat
juga dipakai sebagai parameter pencemaran air (Sutrisno, dkk.,2010).
Di dalam pengukuran macrophyton, dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Cara kualitatif dilakukan dengan pengamatan visual mengenai kelaian
pertumbuhan tanaman air. Cara kuantitatif menentukan rate pertumbuhan yang
dinyatakan dalam satuan berat per-unit luas untuk spesies khusus atau bersama.
Selain itu dapat ditentukan produktivitas tanaman melalui pengukuran C-14
(Sutrisno, dkk.,2010).
Organisme benthos adalah binatang yang relatif besar dan sebagian siklus
hidupnya berada di dalam atau pada substrat di air. Adapun yang termasuk dalam
kelompo ini antara lain adalah cacing, serangga air, anelida, moluska, dll.
Beberapa spesies nyamuk, lalat, midgnes, dan clams pada umumnya termasuk
kelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Sutrisno, dkk.,2010).
Komuniti benthos sensitif pada perubahan kualitas air. Keterbatasan
mobilitas dan kehidupan yang relatif lama merupakan fungsi kualitas perairan.
Parameter yang tidak dapat diidentifikasikan melalui pemeriksaan fisik dan kimia
dapat diidentifikasi melalui organisme benthos. Dalam mempelajari sifat
organisme benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran air. Pada
dasarnya tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran
karena adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan
paramter kualitas air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam
organisme di perairan tersebut (Sutrisno, dkk.,2010).
Perairan yang memperoleh pencemaran berat, sedang dan ringan memiliki
organisme benthos dengan spesies berlainan. Organisme benthos merupakan
parameter kualitas air, sehingga pengukurannya diperlukan guna menilai
pencemaran air. Pengukuran organisme benthos dapat secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisa kualitatif untuk mengetahui fauna flora, dan menetapkan ada
tidaknya spesies di perairan. Kemudian diadakan perbandingan antara lokasi
sampel yang dipelajari dan lokasi kontrol. Menggunakan referensi mengenai
tingkat ketahanan hidup berbagai spesies dapat diidentifikasikan masalah
pencemaran. Pengukuran kuantitatif memberikan informasi standing crop,
komposisi taksonomi, dan indeks diversiti. Perlu diketahui, bahwa ikan adalah
organisme air yang besar dan menempati tingkat atas pada proses rantai makanan
(food web). kehidupan ikan baik langsung maupun tidak langsung dipengaruhi
oleh kualitas air. Dalam beberapa hal ikan lebih sensitif terhadap pollutant
daripada parameter lainnya. Air limbah dapat meningkatkan nutrienr dan
membantu pertumbuhan jenis ikan tertentu. Sebaliknya ada jenis ikan yang tidak
dapat bertahan pada kehidupan diperairan yang mendapat polusi berat. Bahan
buangan yang beracun menyebabkan kematian semua spesies atau perubahan
kemampuan reproduksi, pertumbuhan dan resistensi terhadap parasit. Kematian
ikan mendadak dalam jumlah banyak adalah suatu tanda perubahan kualitas
perairan. Ikan berkembang secara cepat apabila perairan tidak terganggu dan
tercemar. Untuk mencari etilogi kematian ikan sulit, sehingga ikan dapat
digunakan sebagai parameter (Sutrisno, dkk.,2010).
Menurut Riyadi (1978), analisa kualitatif dengan identifikasi semua spesies
ikan yang ditangkap menggunakan referensi taksonomis. Setiap ikan diukur berat
dan panjang (gram,cm). Pengukuran ini secara kuantitatif berguna untuk
menghitung kondisi koefisien, yakni hubungan antara panjang dan berat ikan.
Koefisien ini merupakan gambaran kondisi dan kesehatan ikan yang dinyatakan
dengan formula :
K = W x 105
L3
K = kondisi koefisen
W = berat ikan dalam gram
L = panjang ikan dalam cm

Anda mungkin juga menyukai