Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA & SEMISOLIDA (FA 3102)


(8 September 2009)
KELOMPOK : P-I-2 SHIFT : SENIN

LARUTAN SIRUP BAHAN ALAM


SOAL :
Orthosiphon folia INFUSUM

A. LATAR BELAKANG
a. Efek Farmakologis
Daunnya mengandung kadar kalium yang cukup tinggi. Selain itu terkandung juga glikosida
orthosiphonin yang berkhasiat untuk melarutkan asam urat, fosfat, dan oksalat dari tubuh,
terutama dari kandung kemih, empedu, dan ginjal.
b. Penggunaan Sediaan
Digunakan secara oral, untuk menangani penyakit seperti:
Diuretik, reumatik, diabetes, hipertensi, gallstone
c. Dosis
0.5 gram/100mL (Formularium Nasional, hal 220)
2 sampai 4 kali sehari 15 mL (Formularium Nasional, hal 220)

B. PREFORMULASI
a. Preformulasi zat aktif Orthosiphon folia (Farmakope Indonesia II th. 1972: 436-437)
Pemerian Bau aromatik lemah, rasa agak asin, agak pahit, dan sepat.
Daun: tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan, warnahijau,
rapuh; bentuk bulat telur, belah ketupat memanjang atau bentuk
lidah tombak; panjang 4 cm sampai12cm, lebat 1,5 cm sampai 8 cm.
Tangkai daun: persegi, warna agak ungu, panjang sampai 1 cm. Helai
daun: tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit
tajam dan agak menggulung ke bawah; ujung daundan pangkal daun
meruncing; pendek, terutama pada permukaan bawah. Tulang daun;
menyirip halus, urat daun sedikit, warna hijau atau ungu.
Kadar air Tidak lebih dari 13%
Zat yang larut dalam air Tidak kurang dari 30%
Kadar abu Tidak lebih dari 8%
Penyimpanan Terlindung dari cahaya
Khasiat dan penggunaan Diuretik

b. Preformulasi zat tambahan atau eksipien


1. Aqua destilata (Handbook of Pharmaceutical Excipients: 802)
Nama lain purified water
Pemerian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan bercampur dengan hampir semua pelarut polar
Konstanta dielektrik 78,54
Stabilitas stabil dalam semua keadaan fisik
Penyimpanan pelarut dan pembawa
Kegunaan pada wadah tertutup rapat
2. Metil paraben (Handbook of Pharmaceutical Excipients:466)
Nama lain 4-hydroxybenzoic acid methyl ester
Kristal tak berwarna atau bubuk kristaline putih. Tidak berbau atau
Pemerian
hampir tidak berba. Rasanya sedikit terbakar.
Kelarutan 1:400 di air; 1:5 di propilen glikol
Metilparaben memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4-8. Jika pH
Aktivitas antimikroba larutan lebih besar dari 8 maka akan terhidrolisis. Aktivitas antimikroba
akan meningkat bila dikombinasi dengan paraben lain
Aktivitas antimikroba akan menurun dengan adanya surfaktan nonionik
seperti polisorbat 80, tidak kompatibel dengan bentonite, magnesium
Inkompibilitas
trisilkat, talk, tragacanth, natrium alginat, essential oil, sorbitol dan
atropin.
Stabil terhadap panas, jika pH larutan lebih besar dari 8 akan
Stabilitas
terhidrolisis
Kegunaan Pengawet

3. Propil paraben (Handbook of Pharmaceutical Excipients:629)


Pemerian Serbuk kristalin putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan 1:2500 di air, 1:3,9 di propilen glikol
Propilparaben memiliki aktifitas antimikroba pada pH 4-8. Aktifitas
Aktivitas antimikroba antimikroba akan meningkat bila dikombinasikan dengan paraben
yang lain.
Aktifitas antimikroba dari propilparaben akan berkurang dengan
kehadiran surfaktan nonionik sebagai hasil dari miselisasi. Mg-
alumunium silikat, Mg-trisiklat, oksida besi kuning dan biru
Inkompatibilitas ultramarine dapat mengabsorbsi propilparaben sehingga dapat
mengurangi aktifitas pengawetnya. Propil paraben menjadi tidak
berwarna dengan kehadiran besi dan terhidrolisis dengan basa
lemah dan asam kuat.
Stabil terhadap panas, jika pH larutan lebih besar dari 8 akan
Stabilitas
terhidrolisis.
Kegunaan Pengawet

4. Sukrosa (Handbook of Pharmaceutical Excipients:744)


Berupa kristal tidak berwarna, berbentuk massa kristal atau sebagai
Pemerian
serbuk hablur putih, tidak berbau dan memiliki rasa manis
Kelarutan 1:0,5 bagian air, 1:0,2 bagian air pada suhu 100 o C
Serbuk sukrosa yang terkontaminasi dengan sedikit logam berat,
menyebabkan sukrosa inkompatibel dengan bahan aktif misal asam
inkompatibiliats
askorbat. Sukrosa terhidrolisis oleh asam menjadi dekstrosa dan
fruktosa. Sukrosa juga inkompatibel dengan alumunium.
Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan pada
kelembaban yang relatif sedang. Sukrosa menjadi karamel jika
Stabilitas dipanaskan pada temperatur diatas 160 O C. Sukrosa cair sangat
mungkin mengalami fermentasi oleh mikroba tetapi pada
konsentrasi tinggi diatas 60 % b/b lebih tahan terhadap dekomposisi.
Kegunaan Pemanis
5. Propilen glikol (Handbook of Pharmaceutical Excipients:624)
cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa manis
Pemerian
agak pahit seperti gliserin.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol 95 %
Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan oksidator seperti kalium permanganat
Stabil pada suhu dingin bila disimpan pada tempat tertutup. Pada
temperatur tinggi dan tempat terbuka akan terjadi oksidasi yang
Stabilitas akan memberikan produk propionaldehid, asam laktat, asam piruvat
dan asam asetat. Propilen glikol akan stabil saat dicampur dengan
etanol 95 %,gliserin atau air.
Kegunaan kosolven, pengental

6. Menthol (Handbook of Pharmaceutical Excipients:460)


Bubuk kristal teraglomerasi atau tidak berwarna, prisma atau kristal
Pemerian akikular, atau hexagonal atau fusi massa dengan rasa dan bau yang
kuat.
Sangat larut dalam etanol 95 %, kloroform, eter, minyak lemak dan
Kelarutan parafin liquid, larut dalam aseton dan benzen sedkit larut dalam
gliserin, tidak larut dalam air.
Butilklorat hidrat, kamphor, kloral hidrat, kromium trioksida,-naftol,
Inkompabilitas
fenol,KMnO4, pyrogallol, resorcinol, timol.
Kontainer, tertutup rapat pada temperatur tidak lebih 25 o C karena
Stabilitas
dapat menyublim.
Kegunaan Flavouring agent

C. PERMASALAHAN FARMASEUTIKA
1. Orthosiphon folia mempunyai rasa agak asin, agak pahit dan sepat. Rasanya kurang enak
2. Sediaan bahan alam umumnya rentan terhadap pertumbuhan mikroba karena
pengerjaannya tidak dalam keadaan steril.
3. Bahan pengawet yang akan digunakan adalah kombinasi metil paraben dengan propil
paraben dengan perbandingan 1:9, yang kelarutannya relatif rendah dalam air.
4. Zat aktif mudah rusak bila terkena cahaya

D. PENYELESAIAN MASALAH
Bahan eksipien yang dibutuhkan dalam sediaan ini adalah:
1. Digunakan sirupus simpleks sebagai pemanis untuk menutupi rasa asli yang kurang
nyaman. Namun penggunaan sirupus simpleks pada konsentrasi tinggi akan
menyebabkan terjadinya caps locking sehingga ditambahkan propilen glikol untuk
mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme digunakan kombinasi pengawet metil
paraben dan propil paraben yang bekerja dengan baik pada rentang pH 4-8. Dengan
adanya kombinasi maka efek antimikroba yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan
dengan efek antimikroba tunggalnya.
3. Karena kelarutan metil paraben dan propil paraben rendah dalam air, maka pengawet
dilarutkan dalam propilen glikol yang fungsinya juga sebagai caps looking.
4. Untuk melindungi sediaan dari cahaya matahari digunakan botol berwarna coklat
E. PENDEKATAN FORMULA
Formulasi sirop bahan alam Ortosiphon folia infus
No Bahan Jumlah Fungsi / alasan penambahan bahan
1 Ekstrak ortosiphon folia 0,5 % Zat aktif
2 Metil Paraben 0,18 % Pengawet
3 Propil Paraben 0,02 % Pengawet
4 Propilen glikol 15 % Kosolven,pengental,anti capslocking
5 Sirupus simpleks 30% Pemanis
6 Aquadest ad 100 % Pelarut
7 Menthol q.s. Flavouring agent

Komposisi pembuatan sirupus simpleks


No Bahan Jumlah Fungsi/ alasan penambahan bahan
1 Sukrosa 65 bagian Pemanis
2 Aquades Ad 100 bagian Pelarut

F. PENIMBANGAN
Daun Orthosiphon yang dibutuhkan:
Pada Farmakope Indonesia III (hal 12-13) dinyatakan bahwa untuk pembuatan 100mL infus
dibutuhkan 0.5 gram ekstrak Orthosiphon folia. Menurut pemerian Orthosiphon dalam
Orthosiphon terdapat 30% zat yang larut air.
Ekstrak total yang dibutuhkan
30% x simplisia Orthosiphon folia = ekstrak total
Dalam Formularium Nasional dinyatakan bahwa dalam 100mL larutan terdapat 500mg
ekstrak Orthosiphon folia.
b) 0,3 x ekstrak total = 750 mg
ekstrak total = 2.5 gram

maka simplisia Orhosiphon folia yang dibutuhkan


30% x simplisia Orthosipon folia = 1,6 gram
Simplisia Orthosiphon folia = 8.3 gram
maka untuk sediaan 150 mL, dipakai simplisia seberat 9 gram untuk mengantisipasi
kehilangan bahan/zat aktif.

No Nama Zat Jumlah


1 Simplisia ortosiphon folia 9 g
2 Metil Paraben 0,27 g
3 Propil Paraben 0,03 g
4 Propilen glikol 22.5 g
5 Sirupus simpleks 45 g
6 Menthol 1g
7 Aquadest Ad 150 mL
G. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Aquades didihkan, kemudian didinginkan dalam keadaan tertutup, untuk
menghilangkan CO2.
2. Dibuat sirupus simpleks sesuai ketentuan yang berlaku dalam Farmakope
Indonesia III, sebagai berikut:
Aqua destilat sejumlah 100mL dipanaskan
Sukrosa ditimbang sebanyak 65 gram
Aqua destilat ditambahkan ke dalam gelas yang berisi sukrosa sambil diaduk. Tambahkan
aqua destilat panas sampai larutan mencapai 100mL
Setelah sukrosa telah larut, maka larutan didiamkan hingga dingin pada suhu kamar
Sirupus simpleks disaring sebelum dipakai dalam sediaan.
3. Ditimbang 9 gram Orhosiphon folia dan dimasukkan ke dalam aquadest
sebanyak 100 mL kemudian dipanaskan. Saat suhu mencapai 90 oC maka simplisia didiamkan
lagi selama 15 menit sambil sekali-kali diaduk. Kemudian hasil rebusan disaring kemudian
dimasukan kedalam gelas kimia 100 mL.
4. Ditimbang 0.27 g metilparaben, 0.03 g propilparaben, dan 10 gram propilen
glikol dalam cawan penguap. Kemudian metilparaben dan propilparaben dilarutkan dalam
propilen glikol. Setelah larut, campuran dimasukan ke dalam gelas kimia 250 mL dan bilas
dengan 2 mL aquadest.
5. Ditimbang 45 gram sirupus simpleks, lalu diukur 5 mL aquades dan dicampurkan
ke dalam sirupus simpleks. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL dan bilas
dengan 2 mL aquadest.
6. Larutan di dalam gelas kimia 250mL dimasukkan ke dalam gelas ukur 200mL.
7. Ke dalam gelas ukur 200mL ditambahkan aquadest hingga 150mL. Kemudian
diukur sebanyak 63mL kemudian dimasukkan ke dalam dua botol sediaan 60mL. Botol
ditutup, kemudian etiket ditempelkan dan botol dimasukkan ke dalam kemasan sekunder.
8. Sisa sediaan digunakan untuk evaluasi.

H. ANALISIS TITIK KRITIS


Ekstrak Orthosiphon folia yang ditambahkan harus terlarut sempurna dalam air
Sirupus simpleks dimasukkan setelah diencerkan dengan air untuk mencegah pengendapan
atau terjadinya kekeruhan.

I. EVALUASI
Jumlah Hasil
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
sampel pengamatan
Uji organoleptis
(warna, bau, Pengamatan
1 1
rasa dan secara visual
kejernihan)
2 Uji pH larutan Berdasarkan 1 pH 4-8
perubahan
warna pada
kertas pH
indicator yang
kemudian
dibandingkan
dengan warna
standar pada
berbagai pH.
Menentukan
densitas larutan
dengan
menimbang
massa larutan
sebanyak
volume tertentu
Penentuan (10mL) dengan
3 densitas larutan piknometer 1
(FI IV, 1030) yang kemudian
dibandingkan
dengan cairan
yang telah
diketahui
densitasnya
(aquades) pada
suhu tertentu
Mengukur
waktu yang
Penentuan
dibutuhkan oleh
viskositas
4 bola yang 2
larutan dengan
digunakan untuk
alat Hoppler
jatuh sejauh
jarak tertentu
Sediaan
disimpan pada
Tidak terbentuk
termperatur
endapan,
Uji stabilitas kamar untuk
5 1 pertumbuhan
sediaan mengamati
mikroba selama
lamanya
waktu tertentu
stabilitas
sediaan
6 Uji Volume Pengukuran 30 Volume rata-rata
terpindahkan volume sediaan tidak kurang dari
dengan gelas 100% dari
ukur volume yang
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yang
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yang
tertera pada
etiket.

J. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1972. Farmakope Indonesia edisi II. Jakarta:
Departemen Kesehatan. Hal 436-437.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan. Hal 12-13.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan. Hal 1030, 1089.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5thedition. London:
Phamaceutical Press. Hal 802, 466, 629, 744, 624, 460.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, edisi II. Jakarta :
Departemen Kesehatan. Hal. 220.

Anda mungkin juga menyukai