Anda di halaman 1dari 5

Jason Farianto

325150195

1. Penjernih Air Sederhana


Air saat ini sudah mulai menjadi bahan langka, bahkan di daerah pedesaan yang tandus dan
perkampungan di kota-kota besar. Berikut ini merupakan cara mendapatkan air bersih dari
penyaringan air keruh dengan bahan-bahan yang terdapat di sekitar kita. Metode ini bisa
digunakan untuk desa-desa yang terpencil dan tandus serta daerah perkampungan di perkotaan.
Dengan alat-alat yang relatif sederhana, kita bisa melakukan penyaringan air secara sederhana,
namun terbukti cukup ampuh untuk sekedar mendapatkan air untuk keperluan minum sehari-
hari.
Keuntungan dari penjernih air sederhana ini adalah, kita bisa menggunakan air sawah, air payau
maupun air sungai yang keruh. Namun harus diingat, ini adalah cara darurat dalam mendapatkan
air bersih. Untuk keperluan air minum, Anda harus memasak dahulu air yang sudah dijernihkan
ini sampai mendidih. Selain itu, bahan untuk penjernihan air harus sering diganti, karena kotoran
yang mengendap akan semakin tebal dan efektivitas penjernihan air akan semakin berkurang.
Pembuatan
1. Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai bak penampungan.
2. Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak. Isi
dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, batu kerikil, dan batu-batu
dengan garis tengah 2-3 cm
Penggunaan
1. Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang sebelumnya pada pintu
masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran.
2. Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak penyaringan
air.
3. Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa menit kemudian air
akan keluar. Mula-mula air agak keruh, tetapi setelah beberapa waktu berselang air akan jernih.
Agar air yang keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.
Pemeliharaan
1. Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2. Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat
dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3. Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan dijemur sampai
kering.
4. Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat, kemudian
dijemur.

2. Mengatasi Permasalahan Air Bersih Dengan Membuat Penampungan Air Hujan


Air merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang dapat
hidup tanpa air. Coba bayangkan apa jadinya apabila kita kesulitan mendapatkan air bersih untuk
kebutuhan kita. Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis, memiliki curah hujan rata-rata
diatas 2 meter per tahun. Yang artinya kalau semua air hujan yang turun tidak mengalir ke mana-
mana, tidak meresap dan tidak menguap maka Indonesia terendam setinggi 2 meter. Jumlah yang
terlalu banyak, sehingga malah menimbulkan keluhan. Kita senang di hari-hari pertama musim
hujan, lalu mengeluh di hari-hari berikutnya dan sangat lega ketika musim hujan akhirnya benar-
benar pergi. Dengan curah hujan yang demikian tinggi, seharusnya air hujan bisa dimanfaatkan
sebagai salah satu alternatif sumber air bersih di Indonesia. Sayangnya, ketika curah hujan di
Indonesia cukup tinggi, masyarakat masih jarang yang memanfaatkannya. Air hujan yang begitu
berlimpah, lebih banyak terbuang sia-sia dibanding untuk dimanfaatkan. Sedangkan saat curah
hujan sangat rendah, masyarakat justru kekurangan air. Hal ini menjadi suatu ironi yang tidak
terelakkan ketika negara lain yang curah hujannya terbatas bisa memanfaatkan air hujan dengan
sangat baik seperti Inggris. Dengan curah hujan hanya sekitar 700 mm/tahun saja, Inggris tidak
pernah mengalami kekurangan air. Mereka membangun danau-danau buatan untuk menampung
air hujan, sehingga pada saat musim kemarau datang mereka tetap memiliki cadangan air. Oleh
karena itu, air hujan perlu dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif, jika tidak ingin kekurangan
air bersih saat musim kemarau. Lantas bagaimana cara memanfaatkan air hujan tersebut? Banyak
cara untuk memanfaatkan air hujan tersebut, salah satunya adalah dengan membuat
Penampungan Air Hujan (PAH). Cara ini sangat efektif untuk mendapatkan air bersih, walaupun
tidak semua bak Penampungan Air Hujan yang dibuat oleh warga mampu bertahan selama
musim kemarau. Dengan membuat bangunan penampungan air hujan, warga secara tidak
langsung telah memberikan contoh penyediaan air baku mandiri dengan sistem pemanenan air
hujan, meskipun saat penggunaannya berlangsung singkat.
Pada dasarnya, bangunan Penampungan Air Hujan sangat sederhana cara pembuatannya.
Adapun cara warga membuat bak penampungan air hujan dan cara kerjanya adalah sebagai
berikut :
Pertama-tamawarga menggali tanah di sekitar tempat tinggal mereka dengan diameter 1,5-2,5
meter. Dengan diameter tersebut, warga menggali sesuai dengan keinginan dan kemampuan
finansial yang mereka miliki. Setelah kedalaman galian sesuai dengan yang di inginkan, maka
dilakukan plesteran dan acian agar nanti musim hujan bisa digunakan untuk menampung air
hujan. Sebelum musim hujan tiba, bak penampungan yang sudah selesai pengerjaannya
dibuatkan penutup, baik dengan menutup langsung dengan plat beton atau dengan membuatkan
penutup dari bambu/kayu. Setelah penutup selesai dikerjakan, maka bagian terakhir adalah
dengan membuat saluran air yang dihubungkan dengan atap rumah. Demikianlah apa yang dapat
saya sampaikan mengenai pemanfaatan air hujan. Semoga pengalaman yang saya tuliskan lewat
artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

3. Teknologi NTP (Natural Treatment plant) yang diterapkan di Jerman


Penyediaan air minum di Indonesia sudah tidak bisa dikelola dengan sistem bussines as
usual. Mengambil air dari sungai, mengolah, dan mendistribusikan kepada masyarakat. Dengan
menurunnya kualitas dan kuantitas air sungai yang mengalami degradasi akan menyebabkan biaya
operasional akan lebih tinggi. Hal ini akan berimbas dengan tingginya biaya yang dibebankan
kepada konsumen. Sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk mengatasi masalah ini.
Sutopo Purwo Nugroho, Peneliti Utama Bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah di BPPT
& Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB untuk sebuah media massa nasional di Jakarta
menjelaskan, salah satu teknologi yang perlu dikembangkan adalah Natural Treatment Plant
(NTP), yakni menyadap air langsung dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikan ke hilir.
Lapisan akuifer di daerah pegunungan digali atau dicoblos dengan pipa-pipa dan dibuat
terowongan bawah tanah. Pada terowongan tersebut disediakan lubang-lubang untuk masuknya
air tanah. Pengambilannya dilakukan seperti sumur biasa yang lazim ditemui di Indonesia. Pipa-
pipa horizontal yang menyebar mengelilingi dasar sumur dipasang sepanjang 60 meter sehingga
memperbesar kapasitas penyadapan. Air sadapan tersebut akan ditampung di reservoar untuk
didistribusikan ke kota atau daerah
Konsep ini banyak diterapkan di Jerman.Sekitar 80% air minum dipasok dari air tanah dan
mata air yang disadap dengan teknologi NTP sehingga jarang ditemukan instalasi penjernih air di
Jerman. Di kota Munich, penyediaan air melalui NTP mampu mengalirkan air hingga 6,5 m3/detik
untuk mencukupi 1,5 juta jiwa dan industri. Pada penerapannya, Daereah Tangkapan Air (DTA)
harus diawasi secara serius. DTA seluas 6000 ha yang sebagian milik pemerintah dan sebagian
milik penduduk yang umumnya adalah peternak., dijaga dari pencemaran lingkungan. Petani
dilarang menggunakan pupuk kimia di DTA dan sebagai gantinya pemerintah memberikan
kompensasi subsidi 250 euro per hektar dan petani diperbolehkan mengambil pupuk kompos yang
diproduksi secara lokal.
Keuntungan yang diperoleh sangat besar, karena tidak membutuhkan bahan kimia untuk
mengolah air minum. Selain itu tidak diperlukan pompa distribusi karena letak reservoar berada
di pegunungan. Kualitas air yang dihasilkan sekelas natural mineral water. Kualitas dan
kontinuitas terjamin, dan DTA dapat dikonservasi.

4. Sumur Bor
Cara pembuatan Sumur bor
I.Persiapan
1. Menentukan titik atau lokasi pengeboran dan sumber air.

2. Menyiapkan semua perkakas dan perlengkapan di dekat lokasi pengeboran yang sudah
ditentukan.

3. Menggali dengan linggis lubang yang berdiameter 1,25 m dan dalam 0,5 m.

4. Membuat kolam penampungan air dengan ukuran 100cm x 100 cm dan dalam 50 cm. Kolam
ini dipergunakan untuk menampung air sisa pengeboran. Kemudian air yang ditampung tadi
dipergunakan untuk mengebor lagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat pemakaian air.

5. Buat kolam lagi yang agak kecil, diantara lubang sumur dengan kolam penampungan, untuk
pengendapan lumpur dan pemeriksaan lapisan tanah.

6. Memasang mata bor pada salah satu ujung pipa bor, ujung yang lain dipasang swivel head,
kemudian pasanglah selang penghantar pada swivel head sedang ujung selang lainnya dipasang
pada mesin pompa. Pasang selang penghisap pada mesin pompa dan ujung slang yang masuk ke
dalam air dipasang saringan. Masukkan selang yang sudah dipasang saringan ke dalam sumber air
(Bak Penampung Air). Sebelum mesin pompa dihidupkan, isi dahulu pompanya dengan air dan
periksa dulu oli dan bahan bakarnya

7. Pipa bor yang sudah ada mata bornya dan sudah dipasang pada swivel head diangkat, masukkan
pada lubang pendahuluan.

II.Pengerjaan
1. Mesin pompa dihidupkan, setelah menghisap air dan masuk ke pipa bor melalui swivel head,
dengan memakai kunci trimo atau alat pemutar lainnya pipa bor diputar-putar searah dengan
jarum jam sambil agak ditekan ke bawah. Air yang keluar dari lubang pemboran ditampung
pada kolam penampungan. Lumpur dan batuan yang terbawa oleh air pemboran akan
mengendap pada kolam penampungan yang pertama, dan dari lumpur dan batuan itu kita dapat
melihat lapisan tanahnya.

2. Dengan adanya putaran-putaran, tekanan-tekanan, dan semburan-semburan air maka pipa


bor akan turun sedikit demi sedikit.

3. Setelah pipa bor yang pertama masuk maka disambung dengan pipa bor berikutnya, pada
waktu itu mesin pompa dimatikan.

4. Pemboran dimulai lagi, demikian seterusnya sampai mencapai kedalaman air tanah yang
kita kehendaki. Selama pemboran selalu diperhatikan jenis-jenis tanah yang keluaruntuk
pengecekan kedalaman kembali, serta untuk mengetahui lapisan yang mengandung air yang
baik.

5. Kalau diperkirakan sudah mencapai lapisan air tanah, pemboran di akhiri. Pemompaan
diteruskan untuk membersihkan lubang sumur sampai air kurasan yang keluar tidak
mengandung lumpur lagi.

6. Swivel head dibuka, kemudian pipa bor dicabut dan siaplah lubang sumur untuk
penyelesaian selanjutnya.

7. Menyiapkan casing yang akan dipasang pada lubang pengeboran. Casing sebelum di pasang
di buat lubangan dua berhadap-hadapan tapi terpisah dari ujung pipa atas sampai ujung pipa
bawah dengan menggunakan gergaji pipa dan lubang-lubang tersebut di gergaji miring bukan
lurus agak tidak saling bertemu antara lubang kanan dan kiri, atau agar tidak putus.

Anda mungkin juga menyukai