I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Bangsa/Suku : Bugis
II. ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 7 hari yang lalu sebelum ke BKMM akibat benda asing masuk mata
kanan(semut) dan pasien megucek matanya. Mata merah (+). Air mata berlebih (+), Nyeri (+),
kotoran mata berlebih (+), rasa mengganjal (+). Pasien sulit membuka kelopak
mata(+),silau(+) . Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat memakai kaca mata (+)
1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
INSPEKSI
No Pemeriksaan OD OS
1 Palpebra Edema (-) Edema(-)
2 Apparatus Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
3 Silia Sekret (+) Sekret (-)
4 Konjungtiva Hiperemis(+)inj Hiperemis (-),
konjungtiva(+)inj
perikornea(-)
5 Bola mata Normal normal
6 Mekanisme muscular Kesegala arah kesegala arah
ODS
OD
OS
No Pemeriksaan OD OS
1 Tensi okuler Tn Tn
2 Nyeri tekan (-) (-)
3 Massa tumor (-) (-)
4 Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tdk ada pembesaran
: VOS = 3/60
H. PENYINARAN OBLIK :
No Pemeriksaan OD OS
1 Konjungtiva Hiperemis(+)inj Hiperemis (-)
konjungtiva(+)inj
perikornea(-)
2 Kornea Keruh bagian sentral, jernih
fluorescent(-)Infiltrat
berbentuk bulat seperti
uang logam
3 Bilik Mata Depan Normal Normal
4 Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
5 Pupil Bulat, Sentral, RC (+) Bulat, Sentral, RC(+)
6 Lensa Jernih Jernih
3
I. DIAFANOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan
K. SLIT LAMP :
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh bagian sentral ukuran diameter +
3mm , BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, RC (+)
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih , BMD normal, iris coklat, kripte (+),
pupil bulat, RC (+)
L. SEIDEL TES : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. LABORATORIUM
Darah Rutin :
Kimia Darah :
GDS 126
Ureum 19
Kreatinin 0,8
GOT 35
GPT 65
HbsAg Negatif
4
IV. RESUME
Seorang laki-laki umur 45 tahun datang ke BKMM, dengan keluhan utama mata kanan terasa
nyeri yang dialami sejak 7 hari yang lalu sebelum ke BKMM akibat benda asing masuk
mata kanan(semut) dan pasien megucek matanya. Mata merah (+). Air mata berlebih (+),
Nyeri (+), kotoran mata berlebih (+), rasa mengganjal (+). Pasien sulit membuka kelopak
mata(+),silau(+) .
sentral, lakrimasi (+),BMD normal , iris coklat (kripte +), lensa jernih.
Pada pemeriksaan visus, VOD = 1/2/60, VOS= 3/60. SLOD : Konjungtiva hiperemis
(+), kornea keruh bagian sentral dengan infiltrate berbentuk seperti uang logam ukuran
diameter + 3mm ,efluorescent(-), BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, RC (+)
V. DIAGNOSIS
OD Keratitis Numularis
VI. TERAPI
Obat tetes:
Vigamox 6x1tetes OD
Obat oral :
Ciprofloxacin 2x1
Metylprednisolon 3x1
5
VII. ANJURAN
Pemeriksaan laboratorium
VII. Diskusi
Dari anamnesis, pasien mengeluh adanya nyeri pada mata kanan akibat kemasukan
benda asing(semut). Nyeri bisa disebabkan oleh aktifasi mediator-mediator radang akibat
trauma, selain itu juga bisa disebabkan oleh trauma pada daerah kornea, dimana daerah ini
memiliki serabut saraf tidak bermielin (sensibilitas cabang pertama nervus trigimenus pada
Penglihatan pasien juga menjadi kabur setelah trauma. Pada pemeriksaan fisis
didapatkan VOD = 1/2/60. Penglihatan kabur ini bisa disebabkan oleh adanya gangguan
media refraksi. Kornea adalah salah satu media refrakta, adanya defek pada kornea membuat
pembiasaan cahaya tidak berjalan sempurna yang membuat sinar datang menjadi terhalang
6
KERATITIS
A.PENDAHULUAN
Keratitis adalah infeksi kornea pada yang ditandai dengan timbulnya infiltrat pada
lapisan kornea, biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena, yaitu keratitis
superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau
interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma
Keratitis superfisial adalah radang kornea yang mengenai lapisan epitel dan membran
Bowman, keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Kornea merupakan alat
media refraksi penglihatan dan berperan besar dalam pembiasan cahaya diretina. Oleh karena
itu setiap kelainan pada kornea termasuk infeksi dapat menyebabkan terganggunya
penglihatan. Terganggunya penglihatan biasanya karena terjadi kekeruhan pada kornea akibat
keberadaan infiltrat pada lapisan kornea. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang
kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi.
Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang
Beberapa etiologi yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara lain:
perawatan lensa kontak yang buruk, penggunaan lensa kontak yang berlebihan, trauma,
keracunan obat, infeksi jamur, bakteri, virus, alergi, defisiensi vitamin A, kekebalan tubuh
menurun karena penyakit yang Lain. Keratitis dapat menimbulkan gejala pada mata berupa
tajam penglihatan menurun, tanda radang pada kelopak mata, rasa nyeri, mata merah,
7
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua penyebab kebutaan.Kekeruhan kornea ini disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur dan virus. Dan bila terlambat di diagnosis
atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian
depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk
Gambar 1
Gambar anatomi bola mata.
Dikutip dari kepustakaan no. 3
8
Kornea (latin cornum = seperti Tanduk) adalah selaput bening mata. Kornea
transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian lingkaran dengan diameter vertikal 10-11mm.
Dan horisontal 11-12mm, tebal0,6-1mm terdiri dari 5 lapis. Kemudian indeks bias 1,375
dengan kekutan pembiasan80%. Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh
struktur kornea yang seragam, avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi jaringan
kornea relatif yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsisawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel untuk mencegah
dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada
epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan sifat transparan hilang dan edema kornea,
sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat karena akan menghilang
Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensoris terutama saraf siliarislongus, saraf
nasosiliaris, Saraf Ke V saraf siliaris longus berjalan supra koroid, masuk kedalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
9
Gambar
Gambar lapisan kornea.
Dikutip dari kepustakaan no. 3
Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lapis: 1
1.Epitel: Bentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bersifat larut dalam lemak.
Ujung saraf kornea berakhir di epitel oleh karena itu pada kelainan epitel akan menyebabkan
gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit dan mengganjal. Daya regenerasi cukup Besar,
perbaikan dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut. Tebalnya 50um, terdiri atas
sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel poligonal dan
10
sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan
sel basal disampingnya dan sel poligonal didepannya melalui desmosom dan makulaokluden,
Ikatan ini menghambat pengaliran udara, elektrolit dan glukosa yang merupakan pembatas.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan
2.Membrana Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Ia
mempertahankan bentuk kornea. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.Kerusakan akan
3.Stroma : Lapisan yang paling tebal dari kornea. Bersifat larut dalam air. Terdiri atas
jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lamel, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur. Sedang dibagian perifer Ssrat kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang
menarik udara, kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel.
Gangguan dari susunan serat kornea terlihat keruh.Terbentuknya serat kolagen memakan
waktu lam. Kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea Yang
merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk
bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran tipis Descemet : Lapisan yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan
bening terletak di bawah stroma dan pelindung atau penghalang infeksi dan masuknya
11
pembuluh darah. Merupakan membran Selular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan. Sel endotel merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang
mengatur cairan di dalam stroma kornea, tidak mempunyai daya regenerasi, pada kerusakan
bagian ini tidak akan lagi yang normal. Dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma
bedah, penyakit intra okuler dan usia lanjut. Berasal dari mesotalium, berlapis satu bentuk
heksagonal besar 20-40um. Endotel melekat pad amebran descemet melalui hemi desmosom
C.PATOFISIOLOGI
Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tidak dapat segera
datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai
makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak
sebagi Injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagai bercak
bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel
kornea dan timbul ulkus yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma. Pada peradangan
yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui
membran descemet dan endotel kornea. Baru demikian iris dan Badan siliar meradang dan
timbullah kekeruhan dicairan COA, disusul dengan terbentuknya hipopion. Bila peradangan
terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descemet dapat timbul tonjolan membran
descement yang disebut mata lalat atau descementocele. Pada peradangan dipermukaan
12
kornea, penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut. Pada peradangan
yang lebih dalam, penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat
berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam Lagi dapat timbul
perforasi yang dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, dan berakhir dengan ptisis
bulbi.
GEJALA UMUM
Keratitis dapat memberikan gejala mata merah, rasa silau, epiforia, nyeri, kelilipan,
dan penglihatan menjadi sedikit kabur. Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet, maka
gejala-gejala biasanya muncul lambat dan berlangsung selama 1-2 hari. Jika penyebabnya
adalah virus, maka kelenjar getah bening di depan telinga akan membengkak dan nyeri bila
ditekan. Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah mata terasa perih, gatal dan
mengeluarkan kotoran.
KLASIFIKASI
a. Keratitis Subepitelial
Biasanya terjadi sekunder karena keratitis epitel, misalnya lesi numuler keratokonjungtivitis
Contoh :
1. Keratitis Numular
2. Keratokonjungtivitis Epidemik
13
3. Keratitis Numular pada pemakaian contact lens
b.Keratitis Epitel
Pada hampir semua kasus konjungtivitis, epitel kornea biasanya ikut terkena, lesi-lesi
epitel kornea ini dapat dilihat dengan fluorosensi bentuk dan lokasi dari lesi epitel ini
Misalnya pada :
1. Keratitis Stafilokokus
2. Keratitis Herpes
degenerasi kornea
3. Keratitis Adenovirus
vaskularisasi tanpa mengenai epitel atau endotel secara primer. Umumnya karena
14
reaksi hipersensitifitas tipe IV terhadap infeksi mikroorganisme atau antigen lain di
stromakornea.
Limfogranuloma Venereum
Influenza
o Protozoa
o Cacing
o Penyakit yang tidak diketahui seperti Hodgkin Disease dan Sarcoidosis, dan
lain-lain8
Klasifikasi kelainan kornea berdasarkan lokasi ini, dapat juga sebagai berikut :
Merupakan suatu peradangan akut, yang mengenai satu, kadang-kadang dua mata,
bagian atas. Disusul dengan pembentukan infiltrat yang berupa titik-titik pada kedua
permukaan membran Bowman. Infiltrat tersebut dapat besar atau kecil dan dapat
sedang epitel di atasnya tetap licin sehingga tes fluoresin (-) Oleh karena letaknya di
Gambar 4
Gambar keratitis pungtata superfisial.
Dikutip dari kepustakaan no.4
16
1.2 Keratitis Numularis atau Keratitis Dimmer
Gambar 5
Gambar keratitis Numularis
Dikutip dari kepustakaan no.4
Disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan peradangan kornea yang
banyak di negeri persawahan basah. Penyebabnya adalah virus yang berasal daris ayuran dan
binatang. Pada umumnya anamnesa ada riwayat trauma dari lumpur sawah. Pada mata tanda
radang tidak jelas, mungkin terdapat Injeksi silier. Apabila disertai dengan infeksi sekunder,
mungkin timbul tanda-tanda konjungtivitis. Pada kornea tampak infiltrat yang Bulat-Bulat, di
tengahnya lebih Padat bahasa di daripada tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin (-).
tahun1
17
Gambar 6
Gambar keratitis Disiformis
Dikutip dari kepustakaan no.5
Merupakan radang kornea dan konjungtiva akibat dari reaksi imun yang mungkin sel
mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Pada mata terdapat flikten yaitu
berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan yang terdapat pada lapisan superfisial
18
Bentuk keratitis dengan gambaran bermacam-macam, dengan ditemukannya infiltrat
papul dan pustula pada kornea ataupun konjungtiva. Pada mata terdapat flikten pada kornea
berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan, dengan atau tanpa neovaskularisasi
yang menuju kearah benjolan tersebut. Biasanya bersifat bilateral yang dimulai dari daerah
limbus.
Pada gambaran klinis akan terlihat suatu keadaan sebagai hiperemia konjungtiva,
kurangnya air mata, menebalnya epitel kornea, perasaan panas disertai gatal dan tajam
penglihatan yang berkurang. Pada limbus di dapatkan benjolan putih kemerahan dikelilingi
daerah konjungtiva yang hyperemia. Bila terjadi penyembuhan akan terjadi jaringan parut
Pada anak-anak keratitis flikten disertai gizi buruk dapat berkembang menjadi tukak
kornea karena infeksi sekunder. Tukak flikten sering ditemukan berbentuk sebagai benjolan
- Ulkus fasikular, berbentuk ulkus yang menjalar melintas kornea dengan pembuluh
Keratitis herpes simpleks merupakan radang kornea yang disebabkan oleh infeksi
virus herpes simpleks tipe 1 maupun tipe 2. Kelainan mata akibat infeksi herpes simpleks
19
dapat bersifat primer dan kambuhan. lnfeksi primer ditandai oleh adanya demam, malaise,
limfadenopati preaurikuler, konjungtivitis folikutans, bleparitis, dan 2/3 kasus terjadi keratitis
epitelial. Kebanyakan kasus bersifat unilateral, walaupun dapat terjadi bilateral khususnya
Berat ringannya gejala-gejala iritasi tidak sebanding dengan luasnya lesi epitel,
berhubung adanya hipestesi atau insensibilitas kornea. Dalam hal ini harus diwaspadai
terhadap keratitis lain yang juga disertai hipestesi kornea, misalnya pada: herpes zoster
oftalmikus, keratitis akibat pemaparan dan mata kering, pengguna lensa kontak, keratopati
bulosa, dan keratitis kronik. Gejala spesifik pada keratitis herpes simpleks ringan adalah tidak
adanya fotofobia.
Infeksi herpes simpleks laten terjadi setelah 2-3 minggu paska infeksi primer dengan
mekanisme yang tidak jelas. Virus menjadi inaktif dalam neuron sensorik atau ganglion
otonom. Dalam hal ini ganglion servikalis superior, ganglion nervus trigeminus, dan ganglion
siliaris berperan sebagai penyimpan virus. Namun akhir-akhir ini dibuktikan bahwa jaringan
20
Gambar 8. Keratitis dendritik
dendritika merupakan proses kelanjutan dari keratitis pungtata yang diakibatkan oleh
perbanyakan virus dan menyebar sambil menimbulka kematian sel serta membentuk defek
geografika, hal ini terjadi akibat bentukan ulkus bercabang yang melebar dan bentuknya
menjadi ovoid. Dengan demikian gambaran ulkus menjadi seperti peta geografi dengan kaki
herpes zoster bukan suatu ulserasi tetapi suatu hipertropi epitel yang dikelilingi mucus
Keratitis epitelial dapat berkembang menjadi ulkus metaherpetik, dalam hal ini terjadi
perobekan membrana basalis. Ulkus metaherpetik bersifat steril, deepitelisasi meluas sampai
stroma. Ulkus ini berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran beberapa milimeter dan bersifat
tunggal. Pada kasus ini dapat dijumpai adanya edema stroma yang berat disertai lipatan
membrana descemet. Reaksi iritasi konjungtiva bersifat ringan akibat adanya hipestesia.
Reflek lakrimasi berkurang, sehingga produksi tear film menjadi relatif tidak cukup. Ulkus
metaherpetik dapat menetap dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Untuk
Klasifikasi Diagnosis:
Hogan dkk. (1964) membuat klasifikasi diagnosis keratitis herpes simpleks sebagai berikut:
2. Profunda, dibedakan atas stroma dan disciform, stroma dan penyembuhan, stroma dan
ulserasi.
3. Uveitis, dibedakan atas kerato uveitis dan uveitis; dalam hal ini keratouveitis
Klasifikasi tersebut ternyata kurang sempurna, karena bentuk keratitis pungtata yang
merupakan awal keratitis dendnitik tidak dimasukkan. Selain itu, pada beberapa kasus yang
berat ternyata dijumpai glaukoma sekunder yang diakibatkan oleh radang jaringan
trabekulum.8
22
Untuk membuat diagnosis, sekarang ini dianut kiasifikasi yang dibuat oleh Pavan-
dendrogeografika, geografika.
ditemukan kasus uveitis anterior maupun trabekulitis yang berdiri sendiri tanpa melibatkan
adanya keratitis.
23
Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan
1. Defisiensi komponen lemak air mata. Misalnya: blefaritis menahun, distikiasis dan
2. Defisiensi kelenjar air mata: sindrom Sjogren, sindrom Riley Day, alakrimia
congenital, aplasi congenital saraf trigeminus, sarkoidosis limfoma kelenjar air mata,
konjungtiva.
4. Akibat penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neroparalitik, hidup di gurun
Pada keratokonjungtivitis sika terdapat rasa gatal pada mata. Pada mata didapatkan sekresi
mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi
kornea.
Pada pemeriksaan lama celah didapatkan miniskus air mata pada tepi kelopak mata bawah
24
2.5 Rosasea Keratitis
Didapat pada orang yang menderita akne rosasea, yaitu penyakit dengan kemerahan
dikulit, disertai akne diatasnya, yang merupakan komplikasi dari akne rosasea dan lebih
sering terjadi pada orang dengan kulit putih. Hiperemi yang terjadi berlangsung beberapa
lama dan diikuti dengan dilatasi pembuluh darah kecil yang tetap, terutama di daerah hidung.
Bagian dalam dari kulit menebal, terutama di daerah hidung. Hipertrofi kulit hidung
menimbulkan lipatan yang disebut rinofima. Penyakit ini timbul pada dewasa muda dan
hilang pada usia lanjut. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, namun mungkin ada
hubungan dengan makanan, kelainan pencernaan, kebanyakan alkohol, dan gastric achlorida.
25
Lebih dari 50% menunjukkan blefaritis, konjungtivitis, yang mungkin disebabkan
oleh infeksi sekunder, dengan stafilokok. Dapat terjadi kerusakan kornea apabila akne
mengenai kornea. Pada pemeriksaan mikroskopik, perifer kornea dapat mengalami ulserasi
dan vaskularisasi, dan keratitis memiliki dasar yang sempit pada daerah limbus dan infiltrat
kekambuhan serta memberikan respon yang jelek terhadap pengobatan. Pada setiap serangan
26
Penatalaksanaan
1.Keratitis Pungtata superfisial :Pengobatan yang dapat diberikan Pada keratitis pungtata
superfisial adalah pengobatan lokal, yaitu salep antibiotik atau sulfa untuk mencegah
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap penyakit ini. Obat-obatan hanya
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. Untuk terapi lokal diberikan salep antibiotika
3 Keratitis Disiformis
Untuk keratitis Disiformis dapat diberikan salep mata antibiotik yang dapat dikombinasikan
dengan kortikosteroid. Pada keratitis ini, biasanya perjalanan penyakit lama hingga berbulan-
bulan.
Salep antibiotika atau sulfa yang sesuai dengan kumannya yang didapatkan atau
27
Keratokonjungtivitis Flikten
sistemik. Flikten kornea dapat menghilang tanpa bekas namun apabila telah terjadi ulkus
akibat infeksi sekunder dapat terjadi parut kornea. Dalam keadaan yang berat dapat terjadi
perforasi kornea.
Keratitis Herpetika
Pengobatan kadang-kadang tidak diperlukan karena dapat sembuh spontan atau dapat
sembuh dengan melakukan debridement. Dapat juga dengan memberikan obat antivirus
topikal dan antibiotika topikal. Antivirus seperti IDU 0.1% diberikan setiap 1 jam atau
asiklovir.
Debridement epitel kornea selain berperan untuk pengambilan spesimen diagnostik, juga
untuk menghilangkan sawar epitelial sehingga antiviral lebih mudah menembus. Dalam hal
ini juga untuk mengurangi subepithelial "ghost" opacity yang sering mengikuti keratitis
Keratokonjungtivitis Sika
Pengobatan harus langsung bertujuan untuk mempertahankan lapisan air mata dengan
menggantinya dengan air mata buatan. Pada keratokonjungtivitis yang berhubungan dengan
28
Sjogren sindrom pemberian kortikosteroid dosis rendah dan topikal siklosporin menunjukkan
keefektifan.
a. Pemberian air mata tiruan bila yang kurang adalah komponen air mata
Rosasea Keratitis
Pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari makan makanan pedas dan panas
serta minuman beralkohol yang dapat menyebabkan dilatasi dari pembuluh darah di wajah.
Adanya infeksi stafilokokus harus diobati dengan oral tetrasiklin atau doksisiklin. Dosis
29
DAFTAR PUSTAKA
1. ILyas S. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit
Mata edisi 3; 2004. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal ; 149
M.D;2008-2009. p.43
3. Vaughan & (2008) Asbury General Ophthalmology, edisi ke-17, United Statesof
America:. McGraw-Hill
4. http//optometricarticle.com
5. http//Sarawakeyecare.com/atlasofopthalmology/anteriorsegment/.htm
6. http://www.nyee.edu/digitalatlas.html
7. http://odlarmed.com/?p=3709
30