DI JERMAN
BAB I
PEMBAHASAN
(Blaschke; 2004. hal. 88) Jerman terletak di Eropa bagian tengah dan berbatasan
langsung dengan sembilan negara. Disebelah barat berbatasan dengan Belanda, Belgia,
Luksemburg, dan Perancis. Disebelah selatan berbatasan dengan Swiss dan Austria. Disebelah
timur berbatasan dengan Ceko dan Polandia. Dan disebelah utara berbatasan dengan Denmark.
Wilayahnya pernah pula terpecah secara politik sejak tanggal 7 Oktober 1949 sampai tanggal 3
Oktober 1990, sehingga bagian timur negara ini dikuasai oleh rezim komunis dan bernama
Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur, atau Deutsche Demokratische Republik disingkat
DDR).
Secara umum, topografi Jerman adalah dataran rendah di utara dan wilayah berbukit-
bukit di bagian selatan. Sungai-sungai yang mengalir cukup besar sehingga beberapa dapat
dilayari oleh kapal berukuran sedang hingga jauh ke hulu, seperti Sungai Rhein, Sungai Elbe,
Sungai Donau, Sungai Weser, dan Sungai Main.
Sebelumnya datangnya Islam, warga Jerman sudah dapat dikatakan kaum intelek.
Kebanyakan orang memiliki pendidikan yang baik, taraf hidup yang tinggi dan ruang gerak yang
cukup luas untuk mengatur kehidupan secara individual. Sejak reunifikasi, Jerman merupakan
negara yang paling padat penduduknya di Uni Eropa. Sekitar 82 juta orang tinggal di wilayah
Jerman, hampir seperlima di antaranya di bagian timur, di wilayah bekas Jerman Timur. Namun,
dampak pembelahan Jerman di bidang kemasyarakatan belum diatasi sepenuhnya dua puluh
tahun setelah terjadinya reunifikasi tersebut. Dalam rangka globalisasi, Jerman ke arah
masyarakat imigrasi modern dengan kemajemukan budaya yang terus meningkat.
Jerman adalah tempat kelahiran reformasi yang dimulai oleh Martin Luther pada awal
abad ke-16. Protestan (terutama di utara dan timur) terdiri dari 33% populasi dan Katolik
(terutama di selatan dan barat) juga 33%. Keseluruhan terdapat sekitar 55 juta orang beragama
Kristen. Dan juga sekitar 30% dari populasi Jerman mengakui tidak memiliki agama. Di Timur
angka ini dapat lebih tinggi. Selain itu ada beberapa ratus ribu pemeluk Ortodoks. Di wilayah
bekas Jerman Timur, kehidupan keagamaan kurang berkembang dibandingkan dengan di eks-
Jerman Barat akibat rezim komunis yang memerintah sebelumnya kurang memberi perhatian
pada kehidupan keagamaan.
(Schiffauer; 2005. hal. 1131) Sebenarnya Islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak
zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan
dunia Islam disegani oleh bangsa- bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu
pengetahuan dibawah Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan, mereka
menyebutnya sebagai zaman kegelapan atau The Dark Age. Pada zaman perang salib,
peperangan terjadi antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan
Inggris. Setelah perang salib berakhir, toleransi antar agama dan kebudayaan pun berlangsung.
Di saat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam.
Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang pengagum Muhammad
saw. Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Pada tahun 1739, raja Friedrich
Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk tentaranya yang beragama Islam,
mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan
kebebasan beribadah. Pada Februari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm
memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi
Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan
1320 tentara lainnya beragama kristen. Pada zaman itu, kaum muslim di Jerman selain menjadi
tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat, ilmuwan, dan penulis.
Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari
Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin
menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada tahun 1930. Antara
1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu warga Jerman beragama Islam, dan tiga ratus di
antaranya berdarah etnis Jerman. Sayangnya, pada saat kepemimpinan Hitler dan perang dunia
kedua, umat Islam terpecah-pecah. Kebebasan beribadah terancam. Sebagian umat Islam pergi
melarikan diri ke negara Balkan. Setelah perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar
yang didapatkan Jerman, hubungan antara Jerman dan umat Islam kembali terjalin. Keberadaan
Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang dunia, negara Jerman hancur
berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari Italia,
Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali. Setelah kontrak kerja mereka selesai,
para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan mereka mendatangkan
keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah
komunitas Turki terbesar setelah Istanbul.
Meski Islam dan umatnya kerap dilecehkan dan mendapat teror di berbgai tempat, namun
cahaya kebenaran tidak pernah redup. Di Jerman, sebuah sensus menyebutkan bahwa Islam
menyebar pesat.
Jerman ternyata memiliki lebih banyak penduduk Muslim daripada yang diperkirakan
sebelumnya dengan hampir separuh dari mereka memiliki kewarganegaraan Jerman sehingga
dapat ikut memberikan suara dalam pemilu. Muslim di Jerman adalah minoritas terbesar di
negara tersebut dan terbesar kedua di Eropa setelah Perancis. Meskipun mereka telah berimigrasi
ke Jerman sejak 1960an. Muslim Jerman terus menderita berbagai problem sosial, seperti
pengangguran, kurangnya pendidikan dan perwakilan politik. Mayoritas umat Muslim Jerman
taat sekali dalam menjalankan ajaran agamanya namun mereka menghadapi sejumlah
penghalang dalam integrasi sosial akibat adanya aturan-aturan seperti pemisahan laki-laki dan
perempuan serta akomodasi religius di sekolah. Meskipun lebih dari separuh Muslim yang
disurvei adalah anggota sejumlah organisasi, seperti klub olahraga atau perkumpulan orangtua,
bukanlah sebuah indikasi yang cukup kuat akan adanya integrasi sosial ketika banyak Muslim
yang menjadikan sekolah-sekolah umum di Jerman sebagai kekhawatiran utama mereka.
Kurangnya akomodasi keagamaan di kelas-kelas agama dan digabungnya siswa laki-laki dan
perempuan dalam satu kelas adalah dua dari sejumlah isu utama yang dihadapi generasi muda
Muslim di Jerman. Menyerukan lebih banyak kesetaraan hukum bagi Muslim Jerman dan
penguasaan bahasa Jerman sebagai faktor-faktor utama penjamin integrasi kaum agama
minoritas. Muslim harus memiliki hak-hak yang sama karena negara kita menjamin kebebasan
beragama dan hal itu tidak terbatas pada satu sudut pandang dunia bahwa umat Muslim harus
menerima konstitusi demokratis "tanpa syarat".
Pembicaraan mengenai Islam dan komunitas Muslim di negara-negara Barat kini menjadi
salah satu topik menarik. Hal ini tidak hanya karena perkembangnya yang cukup signifikan tapi
juga karena memberi dampak terhadap kehidupan sosial politik negara-negara tersebut. Di
sebagian besar negara-negara Eropah Islam kini telah menjadi agama terbesar kedua dan
keberadaanya saat ini mulai diperhitungkan sebagai agama yang diakui pemerintah. Salah satu
negara Eropah yang memiliki penduduk Muslim yang besar adalah Jerman, dengan jumlah
berkisar 3.7 juta jiwa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak zaman pendudukan Kekhalifahan
Islam di Spanyol, Pada saat zaman perang salib, peperangan terjadi antara kaum muslim dengan
bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan Inggris. Setelah perang berakhir ini lah, munculah
toleransi antar agama dan kebudayaan pun berlangsung. Di saat itulah bangsa Eropa termasuk
Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam. Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang
von Goethe, adalah seorang pengagum Muhammad saw. Hubungan antara Jerman dan Islam
terus berlanjut. Bahkan dada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di
kota Potsdam untuk tentaranya yang beragama Islam, mereka disebut dengan nama pasukan
Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah. Pada Februari 1807
pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama
pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama
Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama kristen. Pada zaman
itu, kaum muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang,
diplomat, ilmuwan, dan penulis.
Dan adapun sekarang sekitar 3,7 juta penduduk dari bangsa jerman menganut
agama islam, dari beberapa peristiwa itulah jerman menjadi salah satu bangsa yang sangat
berperan penting dalam perkembangan islam di eropa
B. Saran
Dengan memahami bagaimana perjalanan islam di eropa khususnya perkembangan islam
di jerman ini, diharpkan dapat memberikan suatu ilmu bagi kita, dan tentunya membangkitkan
motivasi kita untuk terus mengkaji sejarah islam yang ada di dunia ini
Demikian makalah ini kami paparkan, kurang lebihnya mohon dimaafkan. Kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Jika ada kesalahan mohon di ingatkan dan
dibenarkan, sebagai perbaikan kami ke depan. Semoga apa yang tertera dalam makalah ini dapat
membawa manfaat untuk kita semua.
Daftar Pustaka
Blaschke, Jochen, (2004). Tolerated but Marginalised - Muslims in Germany (Diterima tetapi
ditindas - Muslim di Jerman). Kemten : Parabolis Verlagsabteilung im Europischen
Migrationszentrum (stg)
Schiffauer, Werner, (2005). Turks in Germany (Orang Turki di Jerman),New York : Melvin
Ember
Wolbert, Barbara (1984). Migrationsbewltigung: Orientierungen und Strategien. Gttingen:
Edition Herodot.
http://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/ (diakses :18 November
2013)
http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Jerman (diakses : 18 Agustus 2013)
http://id. Wikipedia.org/wiki/Jerman (diakses 18 November 2013)
http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/ migrasi-dan-
integrasi.html (diakses 18 November 2013)
http://kumpulanhadis.blogspot.com/2013/02/perkembangan-agama-islam-di-jerman.html
(diakses 18 November 2013)
This entry was posted on Monday, November 18, 2013 and is filed under Metodelogi Study Islam. You can follow
any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.