Anda di halaman 1dari 1

Perlahan-lahan seorang laki-laki bertubuh jangkung melangkahkan kakinya.

Ia berjalan dengan
ujung jari kakinya agar tidak membuat Rachel, putrinya, dan Wendy, adik laki-laki angkatnya, terbangun.
Namun, selepas tangannya meraih gagang pintu dan membukanya ia melihat dua orang tengah duduk di
sofa putih sambil menatapnya tajam. Senyuman maut pun dilemparkan menjadi pertanda permintaan
maafnya yang terpaksa terlambat pulang ke rumah dan melewatkan pesta kelulusan Wendy dari SMA.
Apalagi saat melihat putrinya yang duduk dengan piyama sambil memeluk boneka beruangnya merengut
saat melihat tangannya yang tak membawa apapun. Padahal ia telah berjanji untuk membelikan Wendy
sebuah smartphone, bahkan Rachelpun telah menabung demi membelikannya.

Anda mungkin juga menyukai