Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Didalam tubuh manusia tersusun dari organ-organ yang memiliki fungsi masing-masing
diantaranya seperti reabsorbsi dan sekresi. Salah satu organ yang melakukan fungsi itu adalah
ginjal. Ginjal manusia terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri yang terdapat anak ginjal
(kelenjar suprarenal). Ginjal dan anak ginjal terletak dalam posisi retroperineal dan kelenjar
anak ginjal terletak berdekatan degan bagian superior ginjal dan diselubungi oleh jaringan
ikat (fascia renalis).1 Ginjal kanan terletak lebih caudal daripada ginjal kiri yaitu sekitar iga
ke-12 pada lumbal ke 3 atau 4 hal ini disebabkan karena dibagian atas ginjal tedapat organ
hepar. Sedangkan pada ginjal kiri terletak pada iga ke-11 di lumbal 2 atau 3. Ginjal terdiri
dari satu per tiga bagian korteks dan dua per tiga bagian medulla. Didalam ginjal yang
berperan dalan menjalankan fungsinya disebut dengan nefron. Nefron memiliki jumlah
sekitar 1,5 juta yang dibagi menjadi beberapa segmen yang memiliki epitel masing-masing
sehubungan dngan fungsinya dalam pembentukan urin.2 Bagian dari nefron itu adalah
glomerulus, tubuli proximal, ansa henle, tubuli distal dan duktus koligentes. Kegunaan dari
ginjal selain berfungsi untuk reabsorbsi dan sekresi juga berfungsi untuk autoregulasi tubuh.
Pada keadaan mengatur kadar tekanan darah sistemik yang mempengaruhi kadar natrium
untuk direabsorbsi maka ginjal akan berfungsi untuk menstabilkan dengan cara renin
angoistensin aldosterone system (RAAS). RAAS adalah system yang berperan dalam regulasi
natrium dengan melibatkan apparatus juxta glomerulus yang akan mengeluarkan suatu
hormone enzimatik yaitu renin yang berfungsi sebagai respon terhadap penurunan natrium.3
Penulisan ini berfungsi untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis ginjal serta
mekanisme kerja RAAS sebagai autoregulasi tubuh.

Makroskopis Ginjal

Ginjal biasa juga disebut dengan renal yang terletak di belakang rongga peritoneum dan
berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen, dibungkus lapisan lemak yang
tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih
rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri, hal ini karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal
kanan pada iga 12 atau setinggi lumbal 1 dan 2 sedangkan letak dari ginjal kiri pada iga 11
atau setinggi lumbal 2 dan 3. Bentuknya seperti biji kacang tanah dan margo lateralnya
berbentuk cembung dan margo medialnya berbentuk cekung. Bagian luar dari ginjal disebut
dengan substansia kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia medularis dan
dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa.. Capsula fibrosa, bagian ini mudah
dikupas dan merupakan pembungkus yang membungkus langsung ginjal tetapi tidak ikut
membungkus glandula supra renalis. Capsula adiposa, pembungkus ginjal setelah kapsula
fibrosa, mengandung banyak lemak dan ikut membungkus glandula supra renalis. Terdapat
dua bagian depan dan belakang pada capsula adipose. Pada bagian depan tipis sedangkan
bagian belakangnya tebal. Terdapat dalam spatium peritoneal. Selanjutnya pembungkus yang
ketiga adalah fascia renalis. Letaknya paling luar, lapisan depan disebut fascia prerenalis
yang berhubungan kanan dan kirinya dan lapisan belakang disebut fascia retro renalis yang
berasal dari fascia transversalis. Kedua lembar fascia renalis ini ke kaudal tetap berpisah,
namun dicranial menjadi satu. Oleh karena itu, dapat terjadi ascending infection. Fiksasi
ginjal dilakukan oleh capsula adipose yang pada keadaan tertentu sangat tipis sehingga ginjal
dapat turun kebawah yang disebut dengan nephroptosis. Biasanya terjadi pada ibu yang
sering melahirkan.

Bagian-bagian pada ginjal yaitu, korteks dan medulla ginjal. Pada bagian korteks terdapat
glomerulus dan kapsula bowman yang disebut dengan corpusculum renis malphigi dan
sebagian yang masuk ke medulla yang disebut columna renalis (Bertini). Glomerulus adalah
tempat penyaringan darah yang biasa disebut dengan filtrasi yang kemudian akan disalurkan
ke medulla. Saluran ini bermuara pada papilla renalis yaitu, terdapat garis-garis dari medulla
ke korteks yang disebut processus medullaris (ferreini). Medulla renis terdiri atas 8 sampai 15
pyramida renalis malphigi yang di dalamnya terdapat ductus colligentes dan ansa henle.
Terdapat saluran-saluran yang menembus papilla yang disebut dengan ductulli papillares
(Berlini). Bagian yang ditembus ini berupa ayakan yang disebut area cribriformis. Bagian
yang menonjol di dekat papilla renalis disebut calyx minor. Diantara pyramis-pyramis
terdapat columna renalis. Beberapa calyx minor membentuk calyx major. Beberapa calyx
major membentuk pelvis renis kemudian menjadi ureter. Ruangan rempat calyx ini disebut
sinus renalis. (Lihat gambar 1).
Gambar 1. Makroskopis Ginjal.123

Terdapat tempat pembuluh keluar masuk pada ginjal yang disebut hilus renalis. Pembuluh
pada ginjal ini adalah a. renalis yang merupakan cabang dari aorta abdominalis. A. renalis
kanan lebih panjang daripada a. renalis yang sebelah kiri karena harus menyilang vena cava
inferior yang berada tepat di belakangnya. A. renalis memiliki cabang-cabang menjadi a.
interlobaris yang berada di antara pyramida-pyramida. Pada perbatasan korteks dan medulla
bercabang lagi menjadi a. arcuata. Arteri ini mengelilingi korteks dan medulla dan akan
bercabang lagi menjadi a. interlobularis yang mengarah ke arah permukaan. Arteri ini
bercabang menjadi vas afferens yang masuk ke glomerulus dan vas efferens sebagai arterioll
yang keluar dari glomerulus. Selanjutnya adalah pembuluh balik pada ginjal. Pembuluh balik
pada ginjal mengikuti nadinya mulai dekat permukaan ginjal sebagai kapiler. Pembuluh balik
ini sebagian menuju ke permukaan ginjal dan sebagian menuju ke medulla. Pembuluh balik
yang menuju permukaan ginjal apabila dikupas terlihat titik-titik bintang yang disebut dengan
vv. Stellatae verheyeni. Sebagian yang menuju medulla diawali oleh v. interlobularis lalu
menuju v. arcuata ke v. interlobaris lalu ke v. renalis dan berakhir pada vena cava inferior.
(Lihat gambar 2).
Gambar 2. Vaskularisasi Ginjal.123

Gambar 3. Unit Fungsional Ginjal.123

Autoregulasi Ginjal

Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh sangat penting untuk mengontrol
volume CES dan osmolaritas CES. Pertama, Volume CES harus diatur untuk
mempertahankan tekanan darah. Penurunan volume CES menyebabkan turunnya tekanan
darah arteri karena berkurangnya volume plasma, dan peningkatan pada volume plasma akan
menyebabkan naiknya tekanan darah karena volume plasma bertambah. Oleh sebab itu sangat
penting untuk mengontrol volume CES ini. Terdapat dua mekanisme dalam ginjal yang
berperan dalam autoregulasi yaitu, mekanisme miogenik dan mekanisme umpan-balik
tubuloglomerulus. Mekanisme miogenik ini berespon terhadap tekanan dalam pembuluh pada
nefron. Mekanisme miogenik adalah sifat umum otot polos vaskuler.3 Otot polos vaskuler
arteeriol berkontraksi secara inheren sebagai respons terhadap peregangan yang menyertai
peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Dengan demikian, arteriol aferen secara otomatis
berkonstriksi sendiri jika teregang karena tekanan arteri meningkat. Respon ini membantu
membatasi aliran darah ke dalam glomerulus ke tingkat normal walaupun tekanan arteri
meningkat.

Pada mekanisme umpan balik tubulo glomerulus ini dengan cara mendeteksi perubahan
aliran melalui komponen tubulus nefron. Mekanisme ini melibatkan aparatus
justaglomerulus, yaitu kombinasi sel-sel tubulus dan nefron tempat tubulus. Pada dindingnya
ini sel-sel otot polos secara khusus membentuk sel granuler yang disebut demikian karena
sel-sel tersebut mengandung banyak granula sekretorik. Sel-sel tubulus khusus di daerah ini
disebut sebagai macula densa. Macula densa ini mendeteksi perubahan kecepatan aliran yang
melewati mereka. Mekanisme umpan balik ini juga berhubungan sistem renin-angiotensin-
aldosteron sebagai mekanisme yang sangat berperan dalam homeostasis.

Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA)

Sistem RAA merupakan sistem hormone terpenting dan paling dikenal yang merangsang
reabsorpsi Na+ di tubulus distal dan tubulus colligentes. Ketika Na+ terjadi penurunan, ginjal
mengeluarkan renin melalui sel-sel jukstaglomerular setelah menerima sinyal dari macula
densa. Renin itu sendiri merupakan enzim. Renin ini bekerja pada protein plasma lain, yaitu
suatu globulin yang disebut substrat renin atau angiotensinogen untuk melepaskan peptide
asam amino-10, yaitu angiotensin I.4 Angiotensinogen adalah zat yang disintesis dalam hati
dengan sequens sinyal 32-asam amino yang dikeluarkan di reticulum endoplasma.5
Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak cukup untuk
menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna. Dalam beberapa detik hingga beberapa
menit setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam amino yang mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II.4 Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat
dan juga mempengaruhi fungsi sirkulasi lainnya. Perubahan ini terjadi hampir seluruhnya di
paru. Angiotensin I menjadi angiotensin II dibantu oleh sebuah enzim yaitu, angiotensin
converting enzyme (ACE). Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II
mempunyai dua pengaruh utama. Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi diberbagai
daerah di tubuh. Yang kedua adalah meningkatkan tekanan arteri dengan mengurangi ekresi
garam dan ginjal. Angiotensin menyebabkan ginjal meretensi garam dan air melalui kerja
secara langsung pada ginjal dan dengan cara mensekresikan aldosterone oleh korteks adrenal.

Efek Angiotensin II

Pengaruh utama ini dengan menimbulkan konstriksi pada arteriol ginjal khususnya arteriol
aferen. Dengan demikian, menurunkan aliran darah yang memasuki ginjal. Sehingga lebih
sedikit cairan yang disaring melalui glomerulus masuk ke dalam tubulus. Selain itu aliran
darah yang lambat menurunkan tekanan di kapiler peritubulus sehingga reabsorpsi cairan
secara cepat yang berasal dari tubulus. Angiotensin II juga merupakan salah satu perangsang
sekresi aldosterone yang paling kuat oleh kalenjar adrenal. Oleh karena itu, bila sistem renin-
angiotensin teraktivasi, kecepatan sekresi aldosterone biasanya juga meningkat. Fungsi
aldosterone berikutnya yang penting adalah menyebabkan kenaikan reabsorpsi natrium secara
nyata oleh tubulus ginjal, sehingga meningkatkan jumlah keseluruhan natrium dalam cairan
ekstrasel tubuh. Kenaikan natrium ini kemudian menyebabkan kenaikan retensi air yang
menyebabkan penaikan volume cairan ekstra sel dan selanjutnya meningkatkan arteri jangka
panjang lebih lama lagi. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin. Selanjutnya meningkatkan sekresi
ADH. Ketika konsentrasi Na+ dideteksi oleh aliran darah, di hipotalamus tepatnya pada
pituitary lobus posterior menstimulasi keluarnya ADH yang akan dibawa ke ginjal oleh
darah. Menyebabkan meningkatnya reabsorpsi air pada ginjal sehingga meningkatkan volume
cairan ekstra sel. Selanjutnya efek angiotensin II ini juga menimbulkan rasa haus sehingga
seseorang akan meminum cairan yang dapat menambah volume cairan intrasel yang nantinya
dapat direabsorpsi oleh ginjal untuk meningkatkan volume cairan ekstra sel.

Pengaruh awal ini seluruhnya untuk menaikan cairan ekstra sel dan selanjutnya
meningkatkan tekanan darah. Kemudian kenaikan tekanan arteri akan meningkatkan aliran
darah yang melewati ginjal yang dapat mengurangi sekresi renin, sampai kadar yang sangat
rendah dan secara berurutan akan menurunkan retensi garam dan air oleh ginjal,
mengembalikan volume cairan ekstrasel hampir ke normal dan akhirnya mengembalikan
tekanan arteri juga hampir ke arah normal.guyton Jadi, sistem renin-angiotensin-aldosteron
merupakan mekanisme umpan balik negatif yang membantu memperthankan tekanan arteri
pada nilai normal atau yang mendekati nilai normal.

Kesimpulan

Sistem renin-angiotensin-aldosteron merupakan perputaran umpan balik yang berfungsi


dalam homoestasis. Penurunan dalam tekanan darah dan volum darah akan memicu
pembebasan renin dari aparatus justakglomerular yang nantinya akan berakhir pada
pengaktifan angiotensin II. Angiotensin II memiliki efek untuk meningkatkan tekanan darah
dan volum darah serta meningkatkan aliran darah. Peningkatan ini yang akan menurunkan
kadar renin sehingga keseimbangan pada tubuh akan kembali normal.

Daftar Pustaka

1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta. Jilid 2 halam 161. Jakarta:EGC;2012.


2. Fawcet D. Buku ajar hisologi. Halamn 651. Jakarta:EGC; 2007.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta:EGC;2014. 554.
4. Guyton A, Hall J. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. hal. 234.
5. Ganong W. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2008. hal. 471.
6. Shakti I. Sistem perkemihan. 18 Maret 2011. Diunduh dari
http://akperpemdagarut2agroup3.blogspot.co.id/2011/03/anatomi-sistem-
perkemihan.html, 1 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai