Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pelaksanaan K3
Fri, Nov 29, 2013
Penanganan K-3 adalah tanggung jawab seluruh individual yang terlibat di dalam perusahaan,
namun secara struktural perlu dibentuk Bagian K3 dan Lingkungan, dimana Kepala Bagian-nya
diposisikan sebagai Wakil Kepala Teknik Tambang yang langsung bertanggung jawab kepada
General Manager sebagai Kepala Teknik Tambang. Bagian tersebut selain melakukan inspeksi
juga sebagai evaluator dan bersifat administratif, dengan tugas :
a) Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian kecelakaan dan
menganalisanya
b) Mengumpulkan data kegiatan dan lokasi yang berpotensi bahaya dan membuat Standart
Operation Procedure (SOP) yang aman untuk bekerja pada kegiatan tersebut.
c) Membuat peraturan dan petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh
pekerja.
d) Mengkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
e) Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk mewujudkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), perusahaan
membentuk organisasi dan menunjuk personil yang bertanggung jawab atas keberhasilan
pelaksanaan program K3 tersebut. Wadah organisasi tersebut adalah:
Kepala Teknik Tambang (KTT).
Pengawas operasional.
Pengawas teknik.
Petugas K3 (safety officer).
Komite K3 (safety committee).
Pada pelaksanaan operasionalnya nanti, Perusahaan akan menempatkan orang-orang yang
menguasai operasional penambangan dengan tujuan agar implementasi aturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ini dapat berjalan dengan baik.
Selain organisasi yang bersifat struktural terdapat organisasi yang bersifat fungsional atau sering
disebut Safety Committee yaitu tempat berkumpul dari beberapa department didalam struktur
organisasi. Komitee ini secara berkala melakukan inspeksi dan evaluasi.
Untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat berlangsung dengan baik perlu
diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang mendukung kegiatan dapat berjalan dengan aman.
Alat perlindungan diri (APD) standar seperti topi proyek, sepatu pelindung, pelindung mata,
masker dan pelindung telinga. Selain pakaian pelindung tersebut, pemasangan papan-papan
peringatan, rambu lalu lintas, ketentuan atau peraturan pengunaan peralatan yang sesuai dengan
fungsinya dan ketentuan-ketentuan yang membuat lokasi kegiatan aman dan di dukung oleh
personil yang menangani setiap kegiatan menguasai operasional akan menjamin keselamatan dan
kesehatan kerja dapat berlangsung baik.
Lokasi tambang juga harus dilengkapi fasilitas pemadam kebakaran dan unit kesehatan termasuk
gawat darurat yang dilengkapi paramedik on-site dan alat-alat medis serta obat-obatan. Akan
lebih baik lagi jika unit kesehatan ini juga dilengkapi dengan mobil ambulance.
Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak akan berhasil apabila tidak ada program
yang jelas dan terarah. Dengan adanya program pelaksanaan pengelolaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang lebih terarah maka keberhasilan atau penampilan dari pengelolaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja lebih mudah dievaluasi dan diatur untuk perbaikan dan
peningkatan dalam program atau waktu selanjutnya.
Langkah-langkah pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan untuk
mencapai hasil yang baik adalah :
Membuat peraturan perusahaan
Berdasarkan Kep Men No.555.K disebutkan bahwa Kepala Inspeksi Tambang harus menerbitkan
sekurang-kurangnya 12 pedoman teknis. Selain itu juga membuat peraturan perusahaan atau
pedoman-pedomankerja dan operasi berupa SOP (Standart Operation Procedure) yang khusus
menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan pemerintah tentang
masalah ini.
Jadi dukungan manajemen terhadap keberhasilan dari pengelolaan keselamatan dan kesehatan
kerja sangat menentukan, karena bagaimanapun baiknya suatu organisasi dengan program
keselamatan kerja yang baik pula, tidak akan berhasil tanpa dukungan dari manajemen.
Dukungan dari manajemen dapat dibuat dengan tertulis bahwa manajemen mempunyai
komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dan dukungan tersebut harus diikuti dengan
penyediaan dana dan perhatian yang cukup.
Peraturan perusahaan dapat bersifat umum dan khusus, Peraturan perusahaan yang bersifat
umum berlaku untuk seluruh kegiatan yang ada, mulai dari lokasi penambangan, jalan angkut
Batubara dan stock pile. Peraturan yang bersifat khusus dibuat pada masing-masing kegiatan,
karena masing-masing kegiatan tersebut memiliki potensi bahaya yang berbeda, sehingga harus
dibuat peraturan khusus yang spesifik.
Program pendidikan dan pelatihan ini sangat diperlukan, agar pekerja dapat memahami
bagaimana dan pentingnya untuk melakukan pekerjaannya dengan aman. Program pendidikan
atau pelatihan, adalah untuk pekerja baru, pelatihan untuk pekerja dengan tugas baru dan
pelatihan penyegaran untuk pekerja lama. Materi-materi yang biasa disampaikan dalam pelatihan
ini adalah: membuat tata cara yang aman untuk melakukan pekerjaan, mengidentifikasi potensi
bahaya yang ada dalam lingkungan kerja dan bagaimana cara pencegahan dan tindakan yang
harus dilakukan untuk menghindari apabila bahaya tersebut terjadi. Program pendidikan dan
pelatihan akan dilaksanakan selama kegiatan tambang berlangsung.
Guna mencegah terjadinya kecelakaan, maka perlu dilakukan perawatan secara berkala terhadap
semua peralatan yang dipergunakan. Peralatan pelindung diri, sebaiknya diberikan secara secara
berkala dan dibatasi waktu pemakaiannya, untuk menjamin keefektifan alat ketika dipergunakan.
Kesehatan kerja.
1. Tingkatan kewenangan dan tanggung jawab untuk kesehatan dan keselamatan kerja di
organisasi.
2. Detail program pelatihan dan induksi.
3. Sistem pencatatan kesehatan & pengobatan
4. Penilaian resiko.
5. Prosedur operasional standar untuk daerah beresiko tinggi.
6. Program pencanangan keselamatan kerja.
7. Pengurus keselamatan kerja dan rapat.
8. Waktu dan format untuk rapat toolbox keselamatan kerja.
9. Laporan Kecelakaan/bahaya dan prosedur investigasi.
10. Analisa statistika keselamatan kerja.
11. Program audit & inspeksi keselamatan kerja.
12. Pencanangan dan pengawasan kesehatan.
13. Persyaratan keselamatan kerja.
14. Kebijakan peralatan keselamatan.
15. Analisa pekerjaan keselamatan kerja.
16. Perizinan.
Pengawasan
Pengawasan dilakukan secara aktif dan berjenjang mulai dari pekerja di lapangan sampai manajer
sehingga efektif dan kondisi aman dari suatu kegiatan akan terjaga terus. Selain itu juga
dilakukan pengawasan silang, karena sering terjadi pengawas dan pekerja disuatu bagian tertentu
menjadi terbiasa dan tidak menyadari akan adanya suatu potensi bahaya. Pengawasan silang
diharapkan akan dapat menemukan hal-hal seperti ini dan harus segera dikoreksi.
Evaluasi program.
Perbaikan dan peningkatan program K3 Apabila menurut penilaian Inspektur Tambang tingkat
kecelakaan cukup memprihatinkan yang penyebabnya diduga berkaitan dengan lemahnya
program K3 perusahaan tersebut. Tim Evaluasi, yang anggotanya terdiri dari beberapa inspektur
tambang akan mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan program K3 dari perusahaan yang
bersangkutan.
c. Kacamata / Sunglasses
g. Pemadam api
c. Kacamata / Sunglasses
d. Sarung tangan kulit / leather
gloves
h. Pemadam api
i. Kotak P3K
d. Pemadam api
e. Kotak P3K
a. Helm pengaman / Safety helmet
e. Jas laboratorium
f. Pemadam api
g. Kotak P3K
a. Penutup belt conveyor
b. Rambu-rambu keamanan
c. Pagar pengaman
5 Jalur Belt Conveyor
d. Lampu penerangan
tambang ke
6 d. Sarung tangan kulit / leather gloves
stockpileinstalasi
pengolahan e. Masker + ear plug
1 Patroli Keamanan
c. melaporkan secara lisan / tertulis
kepada supervisor bagi pelanggar
peraturan
b. evaluasi
a. inventarisasi Alat Pelindung Diri
(APD)
d. melengkapi kekurangan
6 Pemilihan Operator a. cek jenis peralatan
a. laporan kecelakaan tambang
b. laporan bulanan
7 Laporan Keamanan
c. laporan tahunan
d. laporan pelatihan
Rincian pengadaan peralatan pelindung diri (APD) dan peralatan kesehatan keselamatan kerja
Untuk mendukung pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (k-3), perusahaan
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Klinik darurat (ruang P3K) disediakan di site. Klinik dikelola oleh paramedic untuk 24
jam selama masa produksi.
2. Pemeriksaan kesehatan pre-employment dilaksanakan sebagai bagian dari kriteria
seleksi.
3. Pemberian peralatan Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan bagian tambang dan
workshop antara lain seperti :safety helmet, safety shoes, masker, hand gloves (hand
picker dan crew cabin), safety glasses (crew cabin).
4. Pada jalan angkut Batubara dan lokasi tambang dipasang rambu-rambu lalu lintas,
lampu-lampu penerangan, wafer truck, tanda-tanda pemberitahuan, himbauan,
peringatan dan larangan.
5. Pada sekitar kantor workshop, gudang peralatan dan base camp disediakan ditempat
yang mudah dilihat, pemasangan dan penala aliran listrik dan pengunaaan sarana
yang sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan perlengkapan P3K disetiap unit bagian.
6. Pada alat produksi dan peralatan listrik dilakukan hal-hal berikut: memberikan
petunjuk pemakaian alat (SOP); memasang perlindungan pada mesin bergerak;
memasang perlindungan pada bagian perlistrikan yang bertegangan tinggi; memasang
tanda-tanda peringatan dan larangan.
7. Pelatihan K3, yang meliputi: mengirimkan beberapa karyawan untuk mengikuti kursus
K3; pelatihan pemadam kebakaran, dan pelatihan lain yang berkaitan dengan K3.
8. Program komunikasi dan sosialisasi K3, yang mencakup:
a. Safety Talk (setiap hari sebelum kerja selama 5 menit).
b. Daily meeting, toolbox meeting, tentang masalah keselamatan dan kesehatan
kerja dengan melibatkan karyawan, kontraktor sub kontraktor.
c. Pembuatan SOP yang berhubungan dengan K3.
d. Safety Inspection, yakni pemeriksaan kondisi lapangan serta menginventarisasi
segala hal yang berhubungan dengan K3, yang dilakukan Safety Committee.
e. Pemasangan spanduk dan motto K3, papan pengumuman, peringatan dan
imbauan.
9. Pembuangan sampah ke lokasi disposal tambang
10. Tersedianya tenaga trampil untuk penanganan keadaan darurat.
11. Pelaksanaan administrasi dan pelaporan, yang meliputi:
a. Laporan kecelakan tambang.
b. Laporan jumlah rata-rata karyawan.
c. Laporan tingkat kekerapan kecelakaan tambang.
d. Laporan tingkat keparahan kecelakaan tambang.
e. Safety performance.
f. Laporan Produksi.
g. Laporan Eksploitasi.
12. Survey debu dan kebisingan individu akan dilaksanakan di site setiap tahun untuk
para karyawan yang lebih banyak bekerja di daerah yang berdebu dan bising.
13. Divisi keselamatan kerja dan klinik melaksanakan bagian dari operasional, survey
kesehatan dan kebersihan industrial di mess dan dapur beserta kualitas air.
14. Perusahaan berencana untuk mengembangkan rencana respon bahaya selama triwulan
pertama. Daerah-daerah beresiko tinggi sudah diidentifikasikan di tambang.
5. TUGAS-TUGAS POKOK :
Mengawasi pelaksanaan program
Membuat kebijakan /atur
Sosialisasi
Meminta bantuan dari luar bila dibutuhkan
Rekomendasi evakuasi massal
Memelihara sistem informasi keadaan emergenc
Memastikan bahwa bagian terkait selalu mengembangkan dan
merawat sarana dan sistem penanggulangan keadaan emergency
6. OPERASIONAL GROUP :
Organisasi ini dibentuk pada tiap bagian / unit kerja (pabrik /perkantoran) dalam suatu perusahaan, dan
anggotanya terdiri dari karyawan pada bagian / unit kerja tersebut yang sudah dilatih dalam bidang Emergency
Response.
Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga) yang memerlukan penanganan segera agar
(supaya) tidak terjadi kecelakaan (fatal).
Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk untuk menanggulangi keadaaan darurat dalam lingkungan
suatu organisasi (perusahaan). Unit kerja tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS
18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Persiapan Tanggap Darurat). Bagian dari
perencanaan untuk memenuhi klausul OHSAS 18001:2007 tersebut antara lain :
Keadaan Darurat didefinisikan sebagai keadaan sulit yang tidak diduga yang memerlukan
penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan.
Definisi Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk secara khusus untuk
menanggulangi keadaaan darurat di tempat kerja.
Unit kerja tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Persiapan Tanggap Darurat). Bagian dari
perencanaan untuk memenuhi klausul OHSAS 18001:2007 4.4.7 tersebut antara lain :
1. Kebakaran yang tidak mampu dipadamkan Regu Pemadam Kebakaran Perusahaan dalam waktu
singkat.
2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo, dsb.
3. Kebocoran gas/cairan/bahan material berbahaya lainnya dalam sekala besar dan tidak bisa
diatasi dalam waktu singkat.
4. Bencana alam di lingkungan Perusahaan (Banjir, Gempa Bumi, Angin Ribut, Gunung Meletus,
dsb).
5. Terorisme (Ancaman Bom, Perampokan, dsb).
6. Demonstrasi/Unjuk Rasa/Huru-hara di dalam/di luar lingkungan Perusahaan.
7. Kecelakaan / Keracunan Massal.
Download Struktur Unit Organisasi Tim Tanggap Darurat K3 (Emergency Response Team)
- Ms. Office Visio