Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASKEP KRITIS PADA INTOKSIKASI


Dosen Pengampu : Ns. Sukarno., S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Defi Puji Lestari (010114A019)


2. I Made Bayu Sudarsana (010114A040)
3. Ismawati Nur Aini (010114A046)
4. Lusiana Gardiningtyas (010114A063)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN
2016
Kata Pengantar

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah dilimpahkan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Askep Kritis Pada Intoksikasi.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun menerima berbagai saran dan kritik dari
pembaca. Penyusun mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
secara umum dan bermanfaat bagi penyusun secara pribadi.

Ungaran, 07 Oktober 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuhmanusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia
untuk membasmi hama yang merugikan manusia.
Organofosfat disentesis pertama kali pada sekitar 1850. Walaupun memilik
sifat toksisitas yang tinggi, tetapi penggunaan organofosfat untuk pengobatan pada
manusia tetap dilakukan berbagai study untuk mengambil efek terapeutik dari
organofosfat (Lindell, 2003).
Pada sekitar tahun1930 sintesis penghambat kolineterase pertama kali
dipakai untuk penyakit gangguan otonom pada otot rngka pada pengobatan
parkinsonisme. Studi kemudian dilanjutkan pada takrin yang merupakan
penghambat kolineterase pertama pada pengobatan penyakit Alzheimer dan
dilepaskan pada pengobatan klinik pada tahun 1993 (Dyro, 2006).
Kecepatan dan kecepatan penanganan intoksiskasi atau keracunan
sangatlah penting agar penderita dapat segera dikelola dan diobati sesuai dengan
besar masalah sehingga penderita tersebut tidak mengalami komplikasi yang lebih
berat maupun kematian. Akan tetapi pada kenyataannya sering dijumpai
penanganan kasus keracunan mendapat kesulitan karena penyebab ynag sukar
diketahui atau banyak organ yang mengalami kerusakan akibat zat atau bahan
penyebab. Setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multi sistem dengan
penyebaba yang tidak jelas harus dicurigai kemungkinan keracunan, misalanya
bila ditemukan penurunan tingkat kesadaran mendadak, gangguan nafas, pasien
psikiatri dengan manifestasi berat, anak remaja dengan sakit dada, aritmia yang
mengancam nyawa, atau pekerja yang menunjukkan gejala klinis di lingkungan
kerja yang mengandung bahan kimia, asidosis metabolik yang sukar dicari
penyebabnya, tingkah laku anak, ataupun kelainan neurologis dengan kausa yang
sukar diketahui. Dari keadaan tersebut diatas maka setiap klinikus harus
mempunyai kemampuan dan penalaran yang baik untuk dapat menegakkan
diagnosis keracunan meskipun dihadapkan pada kasus yang rumit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari intoksikasi?
2. Bagaimana etiologi intoksikasi ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari intoksikasi?
4. Bagaimana pathway intoksikasi?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk penyakit intoksikasi?
6. Bagaimana komplikasi untuk penyakit intoksikasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit intoksikasi ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari intoksikasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari intoksikasi
2. Untuk mengetahui etiologi intoksikasi
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari intoksikasi
4. Untuk mengetahui pathway intoksikasi
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk penyakit intoksikasi
6. Untuk mengetahui komplikasi untuk penyakit intoksikasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit intoksikasi
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari intoksikasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Dan racun yang
masuk kedalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu seperti
paru-paru, hati, ginjal. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ
tubuh, tergantung sifatnya pad tulang, hati, darah, atau organ lainnya sehingga
akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan atau
intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,serum,alkohol
bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan diakibatkan oleh
kecelakaan atau tindakan tidak sengaja. Tindakan yang disengaja seperti usaha
bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.
Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja (Brunner & Suddarth.2010).
Reaksi kimia racun mengganggu system kardiovaskuler, pernapasan, system
saraf pusat, hati, pencernaan (GI) dan ginjal. (Morton, 2012)

B. Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan
terhadap klien, antara lain:
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terjadi dalam berbagai golongan
seperti pestisida (organochlorine, organofosfat, karbamat), golongan gas
(nitrogenmetana, karbonmonoksida, klor), golongan logam (timbal, fosfor, air
raksa, arsen), golongan bahan organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, finil
klodina fenol).
2. Racun yang dihasilkan oleh mahluk hidup (biological toxicants) misalnya:
sengatan kalajengking, sengatan lebah, gigitan ular berbisa.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (bacterial toxicants) misalnya: bacillus
cereus, compilobacter jejuni, klostridium botulinum, eserchia colli, makanan
kaleng.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuhan (botanical toxicants) misalnya: jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung, jengkol, tempe bongkrek.

C. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui mata, paru, lambung, atau melalui suntikan. Karena hal
ini mugkin mengubah tidak hanya kecepatan absorbsi dan distribusi suatu bahan
toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metaolisnya, pertimbangan lain meliputi
perbedaan respon jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gamabaran
khas seperti pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi,dan hilangnya
pernapasan pada keracunan akut morfin atau alkaloid. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardia, dan hiperventilasi sangat mengarah pada
keracunan salisilat akut (aspirin). Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan
cepat, disertai dengan gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada
orang muda sering dihubungkan dengan keracunan akut dextroprokposifen,
terutama bila digunakan bersamaan dengan alkohol.
1. Obat-obatan
a) Kelompok sindrom simpatotimetik
Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi, paranoid, takikardia, hipertensi,
keringat banyak, midriasis, hiperrefleksi, kejang (pada kasus berat),
hipotensi (pada kasus berat dan aritmia). Obat-obat dengan gejala tersebut
adalah amfetamin, kokain, dekongestan, intoksikasi teofilin, intoksikasi
kafein.

b) Golongan opiat (morfin, petidin, heroin, kodein) dan sedatif


Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma, depresi nafas, miosis,
hipotensi, bradikardia, hipotermia, edema paru, bising usus menurun,
hiperrfleksi, dan kejang. Obat pada kelompok ini yaitu narkotik, barbiturat,
benzodiazepin, meprebamat, etanol.
2. Zat kimia
a) Golongan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyababkan keracunan berupa iritasi
pada paru-paru adalah minyak tanah, bensin, minyak cat, thinner maupun
minyak isi untuk korek api. Gejala klinis berupa batuk, nafas pendek dan
sesak karena terjadi pengerutan disaluran nafas, kulit membiru bahkan batuk
darah. Bisa juga terjadi depresi susunan saraf pusat yang mengakibatkan
terjadi penurunan kesadaran, kondisi ini kadang disertai gejala lain misalnya
kejang, muntah-muntah, nyeri perut dan diare.
b) Golongan Organofosfat
Keracunan organofosfat, seperti keracunan baygon dan keracunan
insektisida (racun serangga), lebih sering dijumpai karena memang banyak
dipakai, organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah.
Gejala klinis dari keracunan insektisida yaitu terjadi proses sekresi atau
keluarnya air mata secara berlebih, urinasi, diare, gejala kerusakan lambung,
misosis (pengecilan ukuran manik mata) dan berkontriksi (penyempitan
bronkus) dengan sekresi berlebihan. Gejala lainnya adalah hiperglikemia
(konsentrasi gula darah yang tinggi), kejang, penurunan kesadaran sampai
koma.
Gejala keracunan baygon (phenothrin) adalah iritasi kulit dan mata,
kesemutan pada kulit, mudah terganggu terhadap suara dan sentuhan,
pusing, mual, muntah, diare, produksi air ludah berlebihan, dan pada kasus
berat bisa cairan di paru dan kedutan pada otot.
3. Racun disebabkan oleh mahluk hidup
Racun yang disebabkan oleh mahluk hidup seperti sengatan serangga
(kalajengking, lebah), gigitan ular berbisa, gigitan anjing. Gejala yang
ditimbulkan adalah:
a) Sengatan kalajengking
Gejala yang ditimbulkan dapat terasa sangat nyeri dan panas namun tidak
berakibat fatal. Namun, jika ternyata yang menyengat jenis kalajengking
yang sangat bercun bagi manusia, maka yang terjadi adalah efek dari racun
saraf (neurotoxin) yang dapat mengakibatkan kebutaan, kegagalan
bernafas, dan yang paling fatal adalah kematian.
b) Sengatan lebah
Gejala yang ditimbulkan karena sengatan lebah adalah rasa nyeri karena
terbakar yang tajam, muncul bilur merah dengan titik putih dibagian yang
tersengat, sedikit peradangan di bagian yang tersengat untuk sengatan
sedang, gejala-gejalanya membutuhkan waktuu sedikit lama untuk
menghilangkan gejalanya termasuk bengkak, kemerahan yang ekstrem
pada bagian yang tersengat.
c) Gigitan ular berbisa
Gejala yang timbul adalah edema, nyeri tekan pada luka gigitan, memar
sampai dengan nekrosis, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang
terperangkap dijaringan bawah kulit), muntah, nyeri kepala dan pandangan
kabur.
4. Keracuanan oleh jenis bakteri
a) Salmonella
Biasanya gejala keracunannya berupa demam yang berlangsung sekitar 2 5
hari. Salmonella biasanya ditularkan mellui konsumsi makanan yang
terkontaminasi dengan tinja manusia atau binatang.
b) Eserchia Colli
Gejalanya mengalami kram perut yang parah dan diare yang biasanya
bercampur darah, diare yang terjadi bahkan sebagian besar berupa darah
biasanya berlangsung 1 8 hari dan kondisi biasanya sembuh dengan
sendirinya.
c) Campilobacter jejuni
Disebabkan karena memakan daging ayam yang terkontaminasi yang
bersumber dari air yang tidak bersih dan susu mentah. Gejala keracunan
makanan, biasanya termasuk demam dan diare mulai 2 5 hari setelah
mengkonsumsi makanan atau air yang tercemar dengan C. jejuni.
d) Stapilococcus aureus (staph)
Hampir setiap jenis makanan dapat terkontaminasi bakteri ini terutama pada
salak, produk susu, kue krim dan makanan yang disimpan pada suhu kamar.
Gejala keracunan makanan biasanya muncul dengan cepat sekitar 2 8 jam
setelah memakan makanan yang tercemar, gejalanya berlangsung hanya 3
6 jam dan jarang lebih dari 2 hari.
e) Sigella
Gejala yang ditimbulkan adalah kejang, kebingungan, sakit kepala, lesu dan
leher kaku, keracunan ini berlangsung dalam 2 3 hari.
f) Clostridium botulinum
Sumber botulisme pada orang dewasa biasanya bersumber dari makanan
kalengan atau awetan yang rusak, gejala botulisme pada orang dewasa
biasanya muncul sekitar 18 36 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi, seseorang yang menderita botulisme merasakan lemah,
pusing, gangguan penglihatan, kesulitan berbicara dan menelan. Racun dari
clostridium botulinum adalah racun neuro toxin yang menyerang sistem
saraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan.
5. Keracunan tumbuhan
a) Keracunan jamur
Gejalanya adalah nyeri perut, mual muntah, diare, berkeringat dingin, pupil
mata mengecil, berkunang-kunang, tubuh lemas disertai kejang-kejang, bibir
kering, pingsan, bahkan bisa sampai meninggal.
b) Keracunan kecubung
Buah kecubung apabila dimakan dengan cara ditambul (dimakan bijinga
langsung) maka efek mabuknya akan lebih cepat bereaksi. Akibat dari
makan buah kecubung ini bisa hilang kesadran bahkan seperti nyaris seperti
orang gila pada kadar yang tinggi, dan lama kelamaan dia merasa tertidur
padahal berjalan-jalan seperti orang normal, dan cenderung maunya pergi
bermain-main kemanapun dia mau tanpa rasa malu.

D. Patofisiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranta self poisoning
(obat-obatan), acidental poisoning (obat-obatan, bisa ular, sengatan serangga
seperti kalajengking dan lebah, makanan), dan attempted suicide (zat kimia).
Terjadi mual muntah, dikarenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam
lambung meningkat. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi organ-organ dalam tubuh. Biasanya
akibat dari keracunan menimbulkan pusing, mual, muntah, gangguan pernafasan,
diare, gangguan sirkulasi darah, dan gangguan neurologis.

E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis
dapat berasal dari bahan cairan, cairan lambung atau urin. Berikut ini merupakan
pemeriksaan lab sesuai dengan penyebab keracunannya:
1. Terkena gigitan serangga
Laboratorium : Hb, leukosit, trombosit, elektrolit, gula darah, urea, kreatinin,
CPK (kreatinin fosokinase), profil koaulasi, analisa gas darah, uji faal hati
2. Gigitan ular
a. Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N,
elektrolit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin,
fibrinogen, APTT, D-dimer, uji faal hepar, golongan darah uji cocok
silang
b. Pemeriksaan urine : hematuria, glikosuria, proteinuria (mioglobulinuria)
c. EKG, foto dada
3. Keracunan narkotika
a. Pemeriksaan laboratorium tidak selalu dibutuhkan karena pengobatan
berdasarkan besar masalah sangat diperlukan dari pada konfirmasi kada
atau jenis obat
b. Pemeriksaan AGD, penilaian fungsi paru, glukosa darah dan elektrolit
c. Foto dada
4. Keracunan bahan kimia, obat dan makanan
a. Pemeriksaan urin 50 ml, 10 ml serum
b. Analisa gas darah fungsi hati, ginjal, kadar gula darah sewaktu, darah
perifer
c. Bahan muntahan dan feses
d. Pemeriksaan radiologi dan EKG

F. Komplikasi
a) Kejang
b) Koma
c) Henti jantung
d) Henti nafas
e) Syok
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus kercunan adalah sebagai berikut:
1. Intoksikasi organofosfat
a) Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita
dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain atau
memberi larutan garam dapur 1 sdm penuh dalam segelas air hangat. Bila
penderita tidak sadar tidak boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi.
b) Bila penderita berhenti bernafas segeralah dimulai pernafasan buatan.
Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang
menyumbat jalan nafas. Bila organofosfat tertelan janagn melakukan
pernafasan dari mulut ke mulut.
c) Bila kulit terkena organofosfat segera lepaskan pakaian yang terkena dan
kulit dicuci dengan air sabun.
d) Bila mata terkena organofosfat segera cuci dengan banyak air selama 15
menit.
e) Segera berikan antidotum sulfas atropin 2 mg IV atau IM.
f) Pralidoksin diberikan segera setelah psien diberi atropin yang merupakan
reaktifator enzim kolinesterasi.
2. Intoksikasi makanan
a) Dehidrasi diatasi sambil menghentikan muntah dan diare. Pemberian
rehidrasi bukan sekedar mengganti cairan yang hilang tetapi juga
mengompensasi defisit elektrolit yang terbawa bersama muntahan serta
diare.
b) Jika pasien diyakini telah termakan racun tertentu (dari jamur atau ikan),
pembilasan lambung dan pemberian arang aktif merupakan langkah
penanganan utama
c) Obat-obatan yang lazim digunakan adalah anti diare (atsorben, antisekretori,
dan anti peristaltik), antibiotik, anti toksin, anti histamin, kortikosteroid,
viadrenergic agonist, sympatomimetic, dan atropin. Untuk menghilangkan
sumber toksin yang masih ada di dalam lambung dapat digunakan sirup
ipekak atau apomorfin.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Klien Intoksikasi (Keracunan)

A. Pengkajian
Hal yang dapat dilakukan pertama kali pada keadaan kritis dalam keracunan
adalah melakukan pemeriksan primer dan sekunder, yaitu :
1. Pemeriksaan primer dan sekunder
Resusitasi (ABCD)
a. Airway
Periksa kelancaran jalan nafas, gangguan jalan nafas sering terjadi pada klien
dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami depresi,
pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinun. Usaha untuk
kelancaran jalan nafas dapat dilakukan dengan head tilt chin lift/jaw
trust/nasofaringeal airway/pemasangan guedall. Jika ada gangguan jlan nafas
maka dilakukan penanganan sesuai BHD. Bebaskan jalan nafas dari
sumbatan bahan muntahan, lendir, gigi palsu, dan pangkal lidah, kalau perlu
dengan orofaringeal airway, alat penghisap lendir. Posisi kepala
ditengadahkan (ekstensi), bila perlu lakukan pemasangan pipa ETT.
b. Breathing
Kaji ke adekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa
gas darah atau spirometri. Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi
depresi pernapsan. Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan napas,
masker kantung dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang.
Berikan oksigen pada klien yang mengalami depresi pernapsan, tidak sadar,
dan syok. Jaga agar pernapasan agar tetap berlangsung dengan baik.
c. Circulation
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat,
dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas
bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah. Kaji TTV, kardiovaskuler
dengan mengukur nadi, TD, tekanan vena sentral dan suhu.
d. Disability (Evaluasi neurologis)
Pantau status neurogis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS,
ukuran dan reaksi pupil serta tanda tanda vital, penurunan kesadaran dapat
terjadi pada klien keracunan alkohol dan obat-obatan, penurunan kesadaran
juga dapat disebabkan karena penurunan oksigenasi, akibat depresi
pernapasan seperti pada klienkeracunan baygon, botulinum.
Pemeriksaan sekunder
Kaji adanya bau dari mulut dan muntahan, sakit kepala, sukar bicara,
sesak nafas, tekanan darah menurun, kejang-kejang, gangguan penglihatan,
aritmia jantung dan syok. Ada beberapa dekomentasi yang harus dilakukakan:
a. Dekomentasi pulmonal
Berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat racun,
monitor kemungkinan gawat nafas dan berikan oksigen 100% dan bila perlu
beri ventilator.
b. Dekomentasi mata
Berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu dengan
memposisikan kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang
terburuk kondisinya. Buka kelopak mata perlahan dan irigasi larutan aquades
atau NaCl 0.9% perlahan sampai zat racunnya hilang.
c. Dekomentasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekomentasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu
dam aksesoris lainnya da masukkan dalam wadah plastik yang kedap air
kemudian tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering
dan lembut.
d. Dekomentasi Gastrointestinal (GI)
Penelanan merupakan rute pemapara yang paling sering, sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif, pengenceran atau pengeluran isi
lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung
dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.

2. Anamnesis
a. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
pekerjaan, bahasa, status perkawinan, pendidikan terakhir, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pada umumnya pada pasien intoksikasi adalah penurunan kesadaran
b) Riwayat penyakit sekarang
Mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan
c) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah kercunan, ada maslah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya
d) Riwayat penyakit keluarga
Kaji tentang ada atau tidak keluarga yang pernah mengalami keluhan
yang sama.

3. Pengkajian pola fungsional


a) Aktivitas dan istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala keletihan, kelemahan,
malaise dan hiporefleksi
b) Sirkulasi
Nadi lemah (hipovolemia), takikardia, hipotensi (pada kasus berat), aritmia
jantung, pucat, sianosis, dan keringat banyak.
c) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus menurun,
kerusakan ginjal. Perubahan warna urin (kuning pekat, merah, coklat)
d) Nutrisi dan cairan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, perubahan turgor kulit
atau kelembapan, dan berkeringat banyak
e) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil mengecil, kram otot
atau kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran (azotemia),
koma, dan Nyaman / Nyeri
f) Rasa aman dan nyaman (nyeri)
Nyeri tubuh, sakit kepala, perilaku berhati-hati atau distraksi, dan gelisah
g) Pernapasan
Nafas pendek, depresi nafas, hipoksia, takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, kusmaul, dan batuk produktif
h) Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok dan asidemia

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d hipoksia
2. Kerusakan Integritas kulit b.d cedera kimiawi kulit
3. Hambabatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular

C. Intervensi
1. Dx 1: Gangguan pertukaran gas b.d hipoksia
NOC
a. Respiratory status : Gas exchange
b. Respiratory status : ventilation
c. Vital sign status
Kriteria Hasil
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
b. Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernapasan
c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC
a. Airway Management
a) Buka jalan napas dan posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
b) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
c) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
e) Monitoring respirasi dan status O2
b. Respiratory monitoring
a) Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
b) Monitor suara nafas, seperti dengkur
c) Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperventilasi
d) Auskultasi suara paru setalah tindakan untuk mengetahui hasilnya

2. Dx 2: Kerusakan integritas kulit b.d cedera kimiawi kulit


NOC
a. Tisuue integrity : skin and mucous
b. Membranes
Kriteria Hasil
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensai, elastisitas, temperatur,
hidrasi, dan pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
NIC
a. Pressure management
a) Dorong pasien untuk tidak merokok dan menghindari konsumsi
alkohol
b) Berikan perlindungan pada kulit seperti krim pelembab atau
penyerap cairan, untuk mengatasi basah berlebih
c) Ubah posisi klien dengan teknik yang benar (misalnya menghindari
untuk menggeser pasien) dan untuk mencegah trauma pada kulit
d) Lembabkan kulit yang kering dan pecah-pecah
e) Pantau alat-alat yang dapat menimbulkan gesekan dan tekanan
b. Pemberian obat : Kulit
a) Ikuti prinsip 5 benar pemberian obat
b) Tentukan kondisi pasien diatas area dimana obat akan diberikan
c) Sebarkan obat diatas kulit, sesuai dengan kebutuhan
d) Rotasikan lokasi pemberian untuk obat topikal sistemik
e) Monitor adanya efek samping lokal dan sistemik dari pengobatan

3. Dx 3 : Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler


NOC
a) Joint movement: active
b) Mobility level
c) Self care: ADLs
d) Transfer performance
Kriteria hasil:
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
d. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
NIC
a. Exercise theraphy : ambulation
a) Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
b) Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
c) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
d) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
e) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara mandiri sesuai
kemapuan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan kritis adalah pelayanan profesional keperawatan yang diberikan
pad apasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Intoksikasi atau keracunan adalah
masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan adalah keadaan sakit yang
ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung
mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal, dan organ
lainnya.

B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Asuhan Keperawatan Kritis
Pada Pasien intoksikasi merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang
harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat
mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien.
Daftar Pustaka

Diono, Mulyani: Morton G.P. 2012. Perawatan Kritis Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta:
EGC

NIC. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Philadelphia : Elsevier

NOC. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Philadelphia : Elsevier

Smeltzer, C. Suzzane, Brunner & Suddaarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, A.W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing
WOC

Self Poisoning
: obat Accidental Poisoning Attempted Suicide Zat kimia Kulit
obatan
(asitamenafo, Siap saji
Botulisme MK :Kerusakan
aspirin, besi) Mata integritas
Obat obatan
Makanan Singkong kulit

HCl Kelumpuhan
Bisa ular, serangga Jengkol saraf otak
Dosis toksik Pandangan buram
Iritasi lambung
bongkrek
General paralyse
Daya toksik menyebar Asam jengkol
hospitalisasi pengobatan melalui aliran darah MK: G.
Asam bongkrek Persepsi
Penumpukan MK : Hambatan Sensori
G. sistem neurologis jengkolat di mobilitas fisik
Pseudomonas
uretra, ureter
cocovenean
G. sistem pernapasan dan tubuli

G. s kardiovaskuler pusing, mual,


nyeri perut G. eliminasi

Mengenai saraf yang


Toksik masuk ke berhubungan dengan pernapasan
pembuluh darah Syok hipovolemik

oedem pada saluran Sukar bernafas


Koagulopati hebat
hipotensi pernapasan

Gagal napas MK : G. pertukaran gas MK : Ketidakefektifan


pola nafas

Anda mungkin juga menyukai