REFERAT
DEMENTIA ALZHEIMER
PENDAHULUAN
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan
fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil
(Rochmah, 2014).
individu yang berusia lebih dari 65 tahun setelah arthritis. Demensia merupakan
berusia lebih dari 65 tahun mengalami demensia berat, 15% mengalami demensia
ringan. Populasi lanjut usia yang berusia 80 tahun, 20% menderita demensia berat.
Faktor resiko yang diketahui adalah usia, riwayat keluarga dan jenis kelamin wanita
atas umur 65 tahun, persentase orang dengan penyakit Alzheimer (penyebab tersebar
demensia) meningkat dua kali lipat setiap pertambahan umur 5 tahun. Sehingga,
demensia menjadi masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara maju,
1
dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara
Secara klinis munculnya demensia pada usia lanjut sering tidak disadari
karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun
perlahan. Selain itu, pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan
fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia (biasanya ditandai dengan
berkurangnya fungsi memori) merupakan suatu hal yang wajar pada usia lanjut. Hal
ini mengakibatkan penurunan fungsi kognitif terus berlanjut sampai akhirnya mulai
memengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan jatuh pada ketergantungan
penurunan fungsi kognitif dikenali sejak awal maka dapat dilakukan upaya-upaya
meningkatkan atau paling tidak mempertahankan fungsi kognitif agar tidak jatuh
Hal ini membutuhkan peran pasien dan keluarga dalam pengenalan gejala-
gejala penurunan fungsi kognitif dan demensia awal, selain itu pula dokter dan tenaga
kesehatan lain juga mempunyai peran yang besar dalam deteksi dini dan terutama
riwayat keluarga, dan lain lain) berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang
lebih cepat pada sebagian orang usia lanjut, maka diharapkan dokter dan tenaga
2
pasien-pasiennya. Selain itu, bila ditemukan gejala awal penurunan fungsi kognitif
yang disertai beberapa faktor yang mungkin dapat memperburuk fungsi kognitif
defek kognitif multiple yang mencakup hendaya memori tanpa hendaya kesadaran.
pengetahuan dan memori, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, atensi dan
konsentrasi, daya nilai, serta kemampuan sosial. Kepribadian seseorang dapat pula
kemampuan berfungsi secara sosial dan okupasional dan bahwa gejala tersebut a
Dementia memiliki 4 tipe, 1). Demensia pada penyakit Alzheimer, 2). Demensia
vascular, 3). Demensia pada penyakit lain, dan 4). Demensia YTT (Sadock, 2015).
3
Sedangkan berdasarkan letak lesinya, demensia diklafisikasikan menjadi
gambaran gejala lebih sering dalam bentuk afasia, agnosia dan apraksi.Pada praktek
klinis, seringkali ditemukan jenis demensia yang saling tumpah tindih. Diagnosis
Indonesia,2013).
% dari seluruh kasus demensia. Demensia tipe Alzheimer dan bersifat progresif,
aspek kehidupan dan lingkungan orang sekitarnya terutama bagi yang mendampingi
Indonesia,2013).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demensia Tipe Alzheimer mencapai hampir 50% dari semua tipe demensia
(5%%-10% orang di atas 65 tahun, 50% di atas 85 tahun). Demensia ini dapat
dimulai pada usia lima puluhan (awitan dini, familial, bentuk pra-senil, sekitar
2% dari seluruh kasus) atau dapat dimulai pada usia 60 tahunan (awitan lambat,
umumnya lebih banyak) dan berkembang sampai kematian dalam waktu 6-1-
Angka prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi sekitar 300 pada
kelompok usia 60-69 tahun, 3200 pada kelompok usia 70-79 tahun, dan 10.800
pada usia 80 tahun. Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk
lanjut berkisar, 18,5 juta orang dengan angka insidensi dan prevalensi penyakit
5
alzheimer belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi
dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki (Sadock, 2015).
Meski kausa demensia tipe Alzheimer tetap ttidak diketahui, telah dicapai
kasus. Dukungan lain adanya pengaruh genetik adalah angka kejadian bersama
pada kembar monozigot , yang lebih tinggi daripada angka untuk kembar
dalam keluarga melalui gen autosom dominan. Demensia tipe Alzheimer telah
dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut
(neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-
amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP).
6
Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan
Indonesia,2013).
morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah
kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan
sebagian besar terdiri dari protein tau. Dalam SSP, protein tau sebagian besar
mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada
menyebabkan perubahan pada protein tau sehingga tidak dapat terikat pada pada
mikrotubulus secara bersama sama. Protein Tau yang abnormal terpuntir masuk
kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang
David S. 2007).
7
Lesi khas lain A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP)
yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang
dengan sel sel glia yang akhirnya membentuk fibril fibril plak yang
membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron
karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara
8
Gambar 1. Pathway Demensia Alzheimer
9
V. Gambaran Klinis Dementia Alzheimer
fungsi kognisi, daya ingat, bahasa dan fungsi visuospasial, namun sering juga
dan waham. Hampir 75% pasien demensia mengalami gejala waham dan
fungsi kognitif, misalnya cedera otal, tumor otak, AIDS, alcohol, obat-obatan,
Universitas Indonesia,2013).
mencari dalih kegiatan, namun respons sosial seringkali masih utuh sampai saat
a. Kepribadian
10
umumnya lebih cenderung memusuhi anggota keluarganya dan pengasuhnya.
Pasien yang mengalami kelainan pada lobus frontalis dan temporalis biasanya
(Sadock, 2015).
(Sadock, 2015).
c. Mood
utuh hanya tampak pada 10 hingga 20 persen pasien. Pasien dengan demensia
juga dapat menujukkan perubahan emosi yang ekstrem tanpa provokasi yang
d. Perubahan Kognitif
apraksia dan agnosia dimana gejala-gejala tersebut masuk dalam kriteria DSM
11
IV. Tanda-tanda neurologis lainnya yang dikaitkan dengan demensia adalah
(Sadock, 2015). Untuk menilai fugsi kognitif pada pasien demensia dapat
kepala terasa ringan, kelemahan, tanda defisit neurologis fokal terutama yang
e. Reaksi Katastrofik
kesadaran subyektif dari defisit intelektual dalam kondisi yang penuh tekanan.
12
Pasien biasanya mengkompensasi defek yang dialami dengan cara
biasanya ditemukan pada demensia yang secara primer mengenai daerah lobus
frontalis. Contoh dari kelainan ini adalah penggunaan kata-kata yang kasar,
kebersihan diri, serta sikap acuh tak acuh dalam hubungan sosialnya (Sadock,
2015).
f. Sindrom Sundowner
pasien yang berumur lebih tua yang mengalami sedasi yang berlebihan dan
psikoaktif bahkan dengan dosis yang kecil sekalipun. Sindrom tersebut juga
muncul pada pasien demensia saat sitmulus eksternal seperti cahaya dan
pemeriksaan status mental. Teknik pencitraan otak juga dapat menjadi alat bantu
13
neurofibrilar intraseluler dan sel-sel saraf yang mati (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2013).
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan, tipe tidak khas atau tipe
campuran
menetap akibat zat, demensia karena penyebab multipel, dan demensia yang tidak
status mental,dan melalui informasi dari pasien, keluarga, teman dan teman sekerja.
Keluhan terhadap peerubahan sifat pasien dengan usia lebih tua dari 40 tahun
14
1) Gangguan daya ingat (gangguankemampuan untuk mempelajariinformasi baru
terus menerus
(1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang menyebabkan defisit progresif dalam
tumor otak
15
(2) Kondisi sistemik yang diketehui menyebabkan demensia misalnya,
gangguandepresif berat,Skizofrenia)
16
VII. Diagnosis Banding
a. Demensia vaskuler
b. Delirium
delirium dibedakan dengan demensia oleh awitan yang cepat, durasi yang
yang bersifat nokturnal, gangguan siklus tidur yang bermakna, dan gangguan
1
Tabel 1. Perbedaan Delirium dan Demensia
c. Depresi
kognitif yang sukar dibedakan dengan gejala pada demensia. Gambaran klinis
18
d. Skizofrenia
yang terkait dengan gejala-gejala psikosis dan gangguan pikiran seperti yang
fungsi kognitif yang signifikan. Gejala yang normal ini terkadang dikaitkan
dengan gangguan memori terkait usia, yang dibedakan dengan demensia oleh
VIII. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikososial
hanya dapat sedikit dan semakin sediki tmenggunakan daya ingatnya. Reaksi
19
emosional bervariasi mulai dari depresi hingga kecemasanyang berat dan teror
dan edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah
terhadap defek fungsi ego dan keterbatasan fungsi kognitif juga dapat
b. Farmakoterapi
halusinasi, akan tetapi dokter juga harus mewaspadai efek idiosinkrasi obat
20
obatan dengan aktivitas antikolinergik yang tinggi sebaiknya dihindarkan
(Sadock, 2015).
2015).
21
BAB III
KESIMPULAN
1. Simpulan
(DTA)
6. Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang
dimulai pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5
,depresi berat)
22
8. Penatalaksanaan pasien demensia meliputi terapi psikososial dan
farmakoterapi.
2. Saran
pemeriksaan penunjang agar tidak tumpah tindih dengan diagnosa lainnya. Pada
praktek klinis, seringkali ditemukan jenis demensia yang saling tumpah tindih.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kedua.Jakarta : FKUI.
Maramis, W.E. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran iwa. Erlangga University Press.
Surabaya.
Rochmah W, Harimurti K, 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Penerbit
Sadock B J dan Sadock V A. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock.
Smith, David S. 2007. Field Guide to Bedside Diagnosis, 2nd Edition. Lippincott
Williams &Wilkins.
24
DAFTAR ISI
I
26