PENDAHULUAN
PERMASALAHAN
Di Indonesia, masalah sosial pelecehan seksual sudah dalam keadaan yang sangat
memprihatinkan. Pelecehan seksual sendiri yaitu tindakan sesorang yang melecehkan pihak
lain yang berhubungan dengan seksualitas baik secara fisik maupun non fisik. Masalah
pelecehan seksual ini kini telah menjadi masalah urgen bagi kehidupan masyarakat dan perlu
ditemukan cara untuk memberantasnya.
Sekarang ini pelaku pelecehan seksual tidak hanya mengarahkan aksi mereka pada
perempuan dewasa ataupun remaja, tetapi juga tertuju kepada anak-anak baik laki-laki
maupun perempuan. Pelecehan seksual ini tidak hanya dilakukan oleh orang asing, tetapi bisa
juga yang dilakukan oleh teman korban, pacar, bahkan oleh anggota keluarga korban, seperti
pelecehan seksual yang dilakukan ayah kepada anak perempuannya dan oleh seorang kakak
kepada adik perempuannya.
Pelecehan seksual ini pun, tidak hanya terjadi di tempat-tempat sepi saja, tetapi juga
banyak terjadi di tempat-tempat keramaian seperti di terminal bus, pasar ataupun lingkungan
kumuh,saat ini pelecehan seksual juga marak dilakukan di dalam sarana transportasi publik
seperti busway, kereta api listrik, dan bahkan di angkutan umum yang notabennya sebagai
sarana transportasi paling diandalkan oleh warga masyarakat. Tidak hanya tempat- tempaat
yang disebutkan diatas, tetapi pelecehan seksual dapat dialami di tempat kerja yang biasanya
dilakukan oleh atasan atau bos kepada pegawai perempuannya.
Akhir-akhir ini kita sering mendengar kasus pelecehan seksual di dalam angkot,
dimana seorang perempuan sering menjadi korban pemerkosaan didalam angkutan umum.
Pelakunya pun tidak jauh-jauh yaitu supir angkutan umum itu sendiri. Sungguh miris,
angkutan umum yang dulunya sebagai sarana transportasi ramah dan digemari masyarakat,
kini telah berubah menjadi sebuah alat transportasi yang berbahaya dan ditakuti oleh
masyarakat. Banyak masyarakat yang takut menggunakan jasa angkutan umum lagi karena
takut akan menjadi korban.
Tidak hanya diangkutan umum, pelecehan seksual juga terjadi di lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah sebagai tempat nyaman bagi siswa untuk menuntut ilmu kini telah
tercoreng namanya karena ulah segelintir orang yang melakukan tindakan asusila yaitu
pelecehan seksual. Ada yang dilakukan oleh guru kepada muridnya, ada juga yang dilakukan
oleh murid sekolah kepada temannya. Bahkan di Taman kanak-kanak yang terdiri dari anak
kecil dengan usia dibawah 8 tahunpun tidak luput dari tindakan pelehan seksual.
Disalah satu Taman Kanak-Kanak berstandar Internasional yang termana di daerah
Jakarta menjadi saksi bisu terjadinya tindak pelcehan seksual yang dilakukan kepada seorang
anak laki-laki murid dari Taman Kanak-kanak tersebut. Tentu itu membuat para ibu menjadi
khawatir untuk menyekolahkan anak mereka karena perasaan khawatir mereka kepada anak-
anakanya.
Sungguh tindakan pelecehan seksual ini sangat serius untuk segera ditemukan jalan
penanganannya. Perlu kerjasama antara berbagai pihak untuk menumpas habis masalah
pelecehan seksual ini. Karena tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat hukum untuk
menangkap para pelaku tindak pelecehan seksual ini, tetapi para perempuan hendaknya juga
lebih bijaksana dalam berpakaian agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan seksual dan
menjadi korban dari pelecehaan seksual tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Trauma
Koban tindak pelecehan seksual bisanya akan merasa trauma dengan hal-hal
yang berhubungan dengan tindak pelecehan seksual yang dialaminya. Seperti tauma
terhadap laki-laki, tempat saat terjadi pelecehan seksual maupun trauma terhadap
orang asing dan cenderung akan takut dan berteriak jika melihat ataupun mengingat
hal-hal yang berhubungan dengan tindak pelecehan seksual yang dialaminya.
3. Mengalami Gangguan Kejiwaan
Pelecehan seksual yang terjadi pada seseorang akan mebuat orang tersebut
merasa sangat terpuruk dan marah. Jika seseorang tidak mampu mengontrol dirinya
dan manahan penderitaan yang dialaminya maka orang tersebut bisa mengalami
gangguan kejiwaan.
4. Tertular Penyakit Kelamin
Pelaku pelecehan seksual bisa saja menlarkan penyyakit kelamin yang
dialaminya kepada korban pelecehan seksual saat melakukan tindak pelecehan
seksual kepada korbannya.
5. Kehilangan Rasa Percaya Diri
Biasa korban pelecehan seksual akan merasa sudah tidak punya kehormatan
lagi dan akan cenderung mengucilkan diri dari lingkungan sekitar karena merasa
malu.
6. Mengalami Kekerasaan Fisik
Tindakan pelecehan seksual juga bisa terjadi dengan diawali oleh tindakan
kekerasan fisik yang dilakukan oleh pelaku terhadap korbannya. Karena umumnya
korban akan memberontak saat akan mengalami pelecehan seksual, sehingga pelaku
melakukan kekerasaan fisik untuk melumpuhkan korbannya.
E. Hukum yang Mengatur Pelecehan Seksual
Hukum yang mengatur tentang tindak pelecehan seksual antara lain sebagai berikut:
1. Pelecehan seksual dapat dijerat hukuman dengan pasal pencabulan yaitu pasal 289
sampai dengan pasal 296 KUHP.
2. Undang-undang tentang PKDRT dan KUHP yang menyangkut perkosaan yaitu UU
No. 23 Tahun 2004.
3. Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
4. Pasal 5, 8, dan 9 dalam UU No. 13 Tahun 2006 yang merupakan hak dari seorang
perempuan yang menjadi korban.
5. Tentang Perlindungan Anak UU No. 23 Tahun 2002 sebagai lex specialis (hukum
yang lebih khusus) dari KUHP.
6. UU Perlindungan Anak Pasal 82:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
F. Solusi untuk Mencegah Tindak Pelecehan Seksual
1. Berpakaian yang sopan dan tertutup agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan
seksual.
2. Membekali diri dengan keterampilan pembelaan diri, seperti berlatih bela diri karate,
taekwondo dan lain sebagainya.
3. Selalu waspada dalam setiap kesempatan seperti:
Jangan mudah menerima makanan atau minuman dari orang yang baru dikenal.
Jangan memakai angkutan umum yang sepi penumpang, usahakan pili yang banyak
penumpang perempuannya.
Jika akan menggunakan taksi, lebih baik pesan taksi langsung dari bironya karena
lebih aman dari pada menaiki taksi dengan menghadang dipinggir jalan raya dan
lain sebagainya.
4. Jangan berjalan atau berpergian seorang diri apalagi jika menuju tempat-tempat sepi
di malam hari.
5. Segera menelpon polisi jika ada hal-hal yang mencurigakan.
6. Tidak menerima ajakan tumpangan kendaraan dari orang lain yang tidak dikenal.
7. Membawa alat perlindungan diri pribadi yang prakstis seperti semprotan mrica,
gunting kuku atau alat-alat lain yang bisa membantu menghindari tindakan pelecehan
seksual.
8. Tidak bersikap sombong terhadap orang lain, karena terkadang tindakan pelecehan
seksual terjadi akibat dendam seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang
dianggap terlalu angkuh atau sombong.
9. Memberikan hukuman yang berat bagi tindak pelecehan seksual.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelecehan seksual adalah suatu perilaku tidak baik yang merendahkan harga diri
orang lain yang dilakukan suatu pihak kepada pihak lain, yang berkaitan langsung
dengan jenis kelamin pihak tersebut. Pelecehan seksual tidak hanya terjadi jika
menyangkut hal-hal secara fisik seperti mencolek, ataupun memegang bagian tubuh
tertentu, akan tetapi secara non fisik seperti siulan nakal, kata-kata yang mengandung
pelecehan dan lain sebaginya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
pelecehan seksual antara lain: Kondisi kejiwaan, Faktor biologis manusia, Kurangnya
perhatian dari orang tua, Kurangnya pengetahuan dan pendidikan tentang seks, Cara
berbusana yang kurang sopan, dan lain-lain. Dampak dari tindakan pelecehan seksual
seperti hilangnya semangat hidup, hilang rasa percaya diri, trauma dan masih banyak
lagi. Di Indonesia ada beberapa hukum yang mengatur tindak pelecehan seksual salah
satunya diatur dalam KUHP pasal 289-296. Sebenarnya tindak pelcehan seksual dapat
dicegah, salah satunya dari pihak perempuan agar berpakaian yang sopan dan tidak
terbua agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan seksual terjadi.
B. Saran
Untuk mencegah dan mengatasi tindak pelcehan seksual baik yeng terjadi kepada
kaum wanita dewasa, remaja ataupun anak-anak, dibutuhkan perhatian dari berbagai
pihak, tidak hanya pemerintah yang dituntut untuuk memberikan hukuman yang berat
bagi pelaku tindak pelcehan seksual, tetapi juga harus ada kesadaran sendiri dari para
kaum wanita yang cenderung menjadi korban utama pelecehan seksual untuk lebih
berpakaian sopan agar tidak menjadi korban pelecehan seksual.