Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belakangan ini, kita sering mendengar kasus-kasus kejahatan yang menyangkut
tentang tindak pelecehan seksual. Pelecehan seksual sebagai tindakan melecehkan
kehormatan orang lain, baik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok kepada
seseorang yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang bersangkutan
tersebut.
Pelecehan seksual ini kini telah menjadi masalah sosial yang cukup serius dan
memprihatinkan di Indonesia. Tindak kejahatan ini seringkali dialami oleh kaum wanita.
Namun belakangan ini, pelecehan seksual tidak hanya dialami oleh wanita dewasa saja,
tetapi juga banyak dialami oleh anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Seperti
beberapa waktu lalu, masyarakat dibuat geger dengan salah satu peristiwa yang dialami
anak laki-laki di salah satu Taman Kanak-kanak ternama di Jakarta yang dilakukan oleh
seorang laki-laki penderita pedofilia.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat, teknologi yang seharusnya menadi mmedia
yang bernilai positif, sekarang menjadi salah satu media bagi tindak pelecehan seksual,
seperti Internet. Semakin hari pemikiran para generasi muda sekarang juga sudah
terpengaruh oleh budaya berpakaian bangsa Barat yang suka mempertontonkan bagian-
bagian tubuh mereka yang menjadi salah satu faktor terjadinya tindakan peleccehan
seksual.
Pelecehan seksual ini tidak hanya menimbulkan dampak yang secara fisik, tetapi
juga dampak secara mental. Dampak secara fisik tidak membutuhkan waktu yang
terlalau lama untuk mengobatinya, tetapi dampak secara mental bisa membutuhkan
waktu bertahun-tahun agar dapat pulih seperti sedia kala. Bahkan, ada juga yang sampai
menderita masalah kejiwaan bahkan sampai memutuskan melakukan bunuh diri, karena
tidak kuat menahan penderitaan dan rasa malu akibat pelecehan seksual yang dialaminya.
Oleh karena itu pelecehan seksual ini merupakan masalah sosial serius yang segera
membutuhkan penyelesain, agar tidak ada lagi korban akibat pelecehan seksual ini.
Selain pihak pemerintah, kita terutama kaum wanita yang lebih rentan terhadap tindak
kejahatan pelecehan seksual ini, juga harus lebih waspada dan menghindari gaya
berbusana yang dapat mengundang terjadinya tindak pelecehan seksual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelecehhan seksual?
2. Apa saja faktor pendorong terjadinya pelecehan sekksual?
3. Apa saja bentuk-bentuk pelecehan seksual?
4. Apa saja dampak dari tindak pelecehan seksual?
5. Bagaimana hukum dalam tindakan pelecehan seksual?
6. Bagaimana cara mengatasi/solusi terhadap tindak pelecehan seksual?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Sistem Sosial Indonesia.


2. Mengetahui apa itu pelecehan seksual serta faktor pendorong terjadinya pelecehan
seksual.
3. Menngetahui bentuk-bentuk dan dampak dari pelecehan seksual.
4. Memahami solusi menceggah terjadinya pelecehan seksual.
BAB II

PERMASALAHAN

Di Indonesia, masalah sosial pelecehan seksual sudah dalam keadaan yang sangat
memprihatinkan. Pelecehan seksual sendiri yaitu tindakan sesorang yang melecehkan pihak
lain yang berhubungan dengan seksualitas baik secara fisik maupun non fisik. Masalah
pelecehan seksual ini kini telah menjadi masalah urgen bagi kehidupan masyarakat dan perlu
ditemukan cara untuk memberantasnya.
Sekarang ini pelaku pelecehan seksual tidak hanya mengarahkan aksi mereka pada
perempuan dewasa ataupun remaja, tetapi juga tertuju kepada anak-anak baik laki-laki
maupun perempuan. Pelecehan seksual ini tidak hanya dilakukan oleh orang asing, tetapi bisa
juga yang dilakukan oleh teman korban, pacar, bahkan oleh anggota keluarga korban, seperti
pelecehan seksual yang dilakukan ayah kepada anak perempuannya dan oleh seorang kakak
kepada adik perempuannya.
Pelecehan seksual ini pun, tidak hanya terjadi di tempat-tempat sepi saja, tetapi juga
banyak terjadi di tempat-tempat keramaian seperti di terminal bus, pasar ataupun lingkungan
kumuh,saat ini pelecehan seksual juga marak dilakukan di dalam sarana transportasi publik
seperti busway, kereta api listrik, dan bahkan di angkutan umum yang notabennya sebagai
sarana transportasi paling diandalkan oleh warga masyarakat. Tidak hanya tempat- tempaat
yang disebutkan diatas, tetapi pelecehan seksual dapat dialami di tempat kerja yang biasanya
dilakukan oleh atasan atau bos kepada pegawai perempuannya.
Akhir-akhir ini kita sering mendengar kasus pelecehan seksual di dalam angkot,
dimana seorang perempuan sering menjadi korban pemerkosaan didalam angkutan umum.
Pelakunya pun tidak jauh-jauh yaitu supir angkutan umum itu sendiri. Sungguh miris,
angkutan umum yang dulunya sebagai sarana transportasi ramah dan digemari masyarakat,
kini telah berubah menjadi sebuah alat transportasi yang berbahaya dan ditakuti oleh
masyarakat. Banyak masyarakat yang takut menggunakan jasa angkutan umum lagi karena
takut akan menjadi korban.
Tidak hanya diangkutan umum, pelecehan seksual juga terjadi di lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah sebagai tempat nyaman bagi siswa untuk menuntut ilmu kini telah
tercoreng namanya karena ulah segelintir orang yang melakukan tindakan asusila yaitu
pelecehan seksual. Ada yang dilakukan oleh guru kepada muridnya, ada juga yang dilakukan
oleh murid sekolah kepada temannya. Bahkan di Taman kanak-kanak yang terdiri dari anak
kecil dengan usia dibawah 8 tahunpun tidak luput dari tindakan pelehan seksual.
Disalah satu Taman Kanak-Kanak berstandar Internasional yang termana di daerah
Jakarta menjadi saksi bisu terjadinya tindak pelcehan seksual yang dilakukan kepada seorang
anak laki-laki murid dari Taman Kanak-kanak tersebut. Tentu itu membuat para ibu menjadi
khawatir untuk menyekolahkan anak mereka karena perasaan khawatir mereka kepada anak-
anakanya.
Sungguh tindakan pelecehan seksual ini sangat serius untuk segera ditemukan jalan
penanganannya. Perlu kerjasama antara berbagai pihak untuk menumpas habis masalah
pelecehan seksual ini. Karena tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat hukum untuk
menangkap para pelaku tindak pelecehan seksual ini, tetapi para perempuan hendaknya juga
lebih bijaksana dalam berpakaian agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan seksual dan
menjadi korban dari pelecehaan seksual tersebut.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual terdiri dari dua kata yaitu pelecehan dan seksual. Pelecehan itu
sendiri adalah suatu perilaku yang tidak baik kepada orang lain yang bertujuan
mengancam, menakut-nakuti, merendahkan,ataupun membuat pihak lain tidak nyaman.
Sedangkan seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan jenis kelamin atau hal-hal yang
berhubungan dengan jenis kelamin pria dan wanita.
Berdasarkan dari pengertian pelecehan dan seksual diatas, dapat dikatakan bahwa
pelecehan seksual adalah suatu perilaku tidak baik yang merendahkan harga diri orang
lain yang dilakukan suatu pihak kepada pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis
kelamin pihak tersebut. Pelecehan seksual dapet terjadi dengan adanya hubungan seksual
ataupun tanpa adanya hubungan seksual. Maksud dari adanya hubungan seksual yaitu
berupa tindakan seseorang terhadap orang lain berupa tindak pelecehan yang terjadi
kontak fisik baik yang dilakukan seseorang atau kelompok. Sedangkan adanya hubungan
seksual adalah pelecehan seksual yang terjadi tanpa adanya tindakan secara fisik
terhadap pihak yang dilecehkan. Jadi pelecehan seksual tidak hanya terjadi jika
menyangkut hal-hal secara fisik seperti mencolek, ataupun memegang bagian tubuh
tertentu, akan tetapi secara non fisik seperti siulan nakal, kata-kata yang mengandung
pelecehan, berkomentar negatif yang berbau seks, bisikan seksual ataupun gurauan porno
dan masih banyak lagi juga termasuk kedalam tindakan pelecehan seksual.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia pelecehan seksual adalah masalah sosial
yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Karena sebagian besar kaum wanita
sering mengalaminya, walaupun mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa itu
adalah salah satu bentuk dari pelecehan seksual salah satu contohnya adalah dirayu oleh
laki-laki dengan rayuan nakal saat melintasi suatu jalan. Pasti banyak kaum wanita yang
pernah mengalami hal tersebut, tetapi mereka menganggap hal itu sebagai hal yang
sudah wajar, itu karena tindak pelecehan tersebut masih dalam kategori ringan. Tetapi
ada juga tindak pelecehan seksual yang sudah cukup serius dan sudah menjadi masalah
sosial yang cukup meresahkan masyarakat terutama kaum wanita yaitu tindak
pemerkosaan. Pemerkosaan merupakan tindakan pelecehan seksual yang sangat serius
dan sangat berpengaruh besar terhadap kehormatan dan harga diri wanita yang menjadi
korbannya.
Masih banyak lagi bentuk-bentuk pelecehan seksual yang sering terjadi di
lingkungan masyarakat yang perlu diberantas dan ditemukan solusi yang tepat untuk
menghentikannya. Dibutuhkan juga kesadaran dari para wanita yang biasanya menjadi
korban utama tindakan pelecehan seksual untuk lebih bijaksana dalam berbusana
sehingga tidak mengundang terjadinya tindak pelecehan seksual terjadi.
B. Faktor Pendorong Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual dapat terjadi dan dialami oleh seseorang karena suatu faktor yang
melatarbelakanginya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
pelecehan seksual antara lain:
a) Kondisi kejiwaan
Kondisi kejiwaan seseorang yang tidak sehat atau tidak normal bisa menjadi
pemicu tindak pelecehan seksual seperti gangguan kejiwaan, keinginan seks
abnormal, pedofilia dan lain sebagainya.
b) Faktor biologis manusia
Secara biologis seseorang memang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi
seperti oksigen, air, tidur, pakaian, pangan dan termasuk kebutuhan
seks/bereproduksi. Kebutuhan biologis akan seks ini muncul secara sendirinya
dalam diri seseorang karena akibat dari hormon seks yang terdapat dalam manusia
terutama setelah mengalami masa pubertas. Kebutuhan akan seks yang tidak
tersalurkan inilah menjadi salah satu pemicu tindak pelecehan seksual.
c) Kurangnya perhatian dari orang tua
Seseorang yang tidak mendapat perhatian dari orang tuanya cenderung akan
melakukan hal-hal untuk mencari perhatian dari orang lain, tetapi terkadang cara
yang mereka tempuh adalah cara-cara yang negatif seperti melakukan tawuran
pelajar, narkoba dan juga termasuk melakukan pelecehan seksual. Hal-hal tersebut
dapat dilakukannya karena tidak adanya seseorang yang mendidik dan selalu
mengingatkannya akan bahaya jika melakukan tindakan pelecehan seksual kepada
orang lain.
d) Kurangnya pengetahuan dan pendidikan tentang seks
Pendidikan dan pengetahuan tentang seks merupakan hal penting bagi
seseorang, seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang seks dan bahaya
tindakan pelecehan seksual menjadi tidak berpikir terlebih dahulu dalam melakukan
hal-hal yang berhubungan dengan seks termasuk saat akan melakukan tindak
pelecehan seksual.
e) Cara berbusana yang kurang sopan
Pelecehan seksual terutama yang terjadi pada wanita tidak hanya karena
kesalahan dari pelakunya, tetapi cara berpakaian yang tidak sopan dan cenderung
terbuka seorang wanita juga bisa memicu tindak pelecehan seksual terjadi
kepadanya.
f) Kurangnya iman dan taqwa
Seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan dan tidak takut dosa, akan
melakukan apapun yang dia inginkan walaupun itu hal-hal negatif, seperti
melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap orang lain karena dia tidak takut
akan mendapatkan balasan dari Tuhan.
g) Pergaulan
Seseorang yang bergaul di lingkungan yang kurang baik akan lebih mudah
menjadi korban maupun pelaku tindak pelecehan seksual. Karena seseorang yang
berteman dengan orang yang bermoral buruk akan mudah terpengaruh menjadi
orang yang bermoral buruk pula dan akan lebi mudah mendapatkan perlakuan yang
buruk, termasuk menajadi korban pelecehan seksual.
h) Pengalaman mengalami pelecehan seksual dimasa lalu.
Seseorang yang pernah mengalami tindakan pelecehan seksual pada masa lalu
biasanya akan merasa dendam dan ingin membalsakan dendamnya dengan cara
melakukan tindakan pelecehan seksual kepada orang lain agar orang tersebut juga
bisa merasakan penderitaan yang sama dengannya.
C. Bentuk-Bentuk Pelecehan Seksual
Bentuk-bentuk pelecehan seksual sangat beraneka ragam, tidak hanya berupa
sentuhan fisik, tetapi juga berupa tindakan non fisik. Adapun bentuk-bentuk pelecehan
seksual antara lain sebagai berikut:
1. Bersiul nakal untuk menarik perhatian lawan jenis.
2. Menunjukkan gambar-gambar ataupun video yang bersifat porno baik berupa
majalah porno, gambar porno, video porno dan lain sebagainya kepada orang yang
tidak menyukainya.
3. Memandang bagian-bagian tubuh tertentu lawan jenis yang tidak seharusnya yang
membuat orang tersebut merasa tidak nyaman.
4. Menceritakan cerita atau lelucon yang jorok kepada seseorang yang membuat orang
tersebut merasa direndahkan.
5. Mencium, menyentuh, menyubit, mencolek, menepuk seseorang yang tanpa
dikehendaki orang tersebut.
6. Menunjukkan bagian tubuh kepada orang lain yang menjadi merasa terhina
karenanya.
7. Memberikan komentar terhadap orang lain yang tidak pantas mengenai gaya, pakai
maupun penampilannya dan masih banyak lagi.
D. Dampak dari Tindak Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual merupakan salah satu masalah sosial yang berdampak negatif bagi
manusia terutama bagi korbannya. Pelecehan seksual ini menimbulkan beberapa dampak
antara lain:
1. Hilangnya semangat hidup
Seseorang yang sudah pernah mengalami pelcehan seksual apalgi yang
tergolong serius seperti pemerkosaan, akan kehilangan semangat hidupnya dan
menganggap bahwa dirinya sudah tidak berharga lagi. Hal ini juga bisanya diikuti
dengan tindakan mencoba bunuh diri dan manyakiti dirinya sendiri karena
menganggap dirinya telah kotor dan tidak pantas untuk hiddup lagi.

2. Trauma
Koban tindak pelecehan seksual bisanya akan merasa trauma dengan hal-hal
yang berhubungan dengan tindak pelecehan seksual yang dialaminya. Seperti tauma
terhadap laki-laki, tempat saat terjadi pelecehan seksual maupun trauma terhadap
orang asing dan cenderung akan takut dan berteriak jika melihat ataupun mengingat
hal-hal yang berhubungan dengan tindak pelecehan seksual yang dialaminya.
3. Mengalami Gangguan Kejiwaan
Pelecehan seksual yang terjadi pada seseorang akan mebuat orang tersebut
merasa sangat terpuruk dan marah. Jika seseorang tidak mampu mengontrol dirinya
dan manahan penderitaan yang dialaminya maka orang tersebut bisa mengalami
gangguan kejiwaan.
4. Tertular Penyakit Kelamin
Pelaku pelecehan seksual bisa saja menlarkan penyyakit kelamin yang
dialaminya kepada korban pelecehan seksual saat melakukan tindak pelecehan
seksual kepada korbannya.
5. Kehilangan Rasa Percaya Diri
Biasa korban pelecehan seksual akan merasa sudah tidak punya kehormatan
lagi dan akan cenderung mengucilkan diri dari lingkungan sekitar karena merasa
malu.
6. Mengalami Kekerasaan Fisik
Tindakan pelecehan seksual juga bisa terjadi dengan diawali oleh tindakan
kekerasan fisik yang dilakukan oleh pelaku terhadap korbannya. Karena umumnya
korban akan memberontak saat akan mengalami pelecehan seksual, sehingga pelaku
melakukan kekerasaan fisik untuk melumpuhkan korbannya.
E. Hukum yang Mengatur Pelecehan Seksual
Hukum yang mengatur tentang tindak pelecehan seksual antara lain sebagai berikut:
1. Pelecehan seksual dapat dijerat hukuman dengan pasal pencabulan yaitu pasal 289
sampai dengan pasal 296 KUHP.
2. Undang-undang tentang PKDRT dan KUHP yang menyangkut perkosaan yaitu UU
No. 23 Tahun 2004.
3. Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
4. Pasal 5, 8, dan 9 dalam UU No. 13 Tahun 2006 yang merupakan hak dari seorang
perempuan yang menjadi korban.
5. Tentang Perlindungan Anak UU No. 23 Tahun 2002 sebagai lex specialis (hukum
yang lebih khusus) dari KUHP.
6. UU Perlindungan Anak Pasal 82:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
F. Solusi untuk Mencegah Tindak Pelecehan Seksual
1. Berpakaian yang sopan dan tertutup agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan
seksual.
2. Membekali diri dengan keterampilan pembelaan diri, seperti berlatih bela diri karate,
taekwondo dan lain sebagainya.
3. Selalu waspada dalam setiap kesempatan seperti:
Jangan mudah menerima makanan atau minuman dari orang yang baru dikenal.
Jangan memakai angkutan umum yang sepi penumpang, usahakan pili yang banyak
penumpang perempuannya.
Jika akan menggunakan taksi, lebih baik pesan taksi langsung dari bironya karena
lebih aman dari pada menaiki taksi dengan menghadang dipinggir jalan raya dan
lain sebagainya.
4. Jangan berjalan atau berpergian seorang diri apalagi jika menuju tempat-tempat sepi
di malam hari.
5. Segera menelpon polisi jika ada hal-hal yang mencurigakan.
6. Tidak menerima ajakan tumpangan kendaraan dari orang lain yang tidak dikenal.
7. Membawa alat perlindungan diri pribadi yang prakstis seperti semprotan mrica,
gunting kuku atau alat-alat lain yang bisa membantu menghindari tindakan pelecehan
seksual.
8. Tidak bersikap sombong terhadap orang lain, karena terkadang tindakan pelecehan
seksual terjadi akibat dendam seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang
dianggap terlalu angkuh atau sombong.
9. Memberikan hukuman yang berat bagi tindak pelecehan seksual.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelecehan seksual adalah suatu perilaku tidak baik yang merendahkan harga diri
orang lain yang dilakukan suatu pihak kepada pihak lain, yang berkaitan langsung
dengan jenis kelamin pihak tersebut. Pelecehan seksual tidak hanya terjadi jika
menyangkut hal-hal secara fisik seperti mencolek, ataupun memegang bagian tubuh
tertentu, akan tetapi secara non fisik seperti siulan nakal, kata-kata yang mengandung
pelecehan dan lain sebaginya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
pelecehan seksual antara lain: Kondisi kejiwaan, Faktor biologis manusia, Kurangnya
perhatian dari orang tua, Kurangnya pengetahuan dan pendidikan tentang seks, Cara
berbusana yang kurang sopan, dan lain-lain. Dampak dari tindakan pelecehan seksual
seperti hilangnya semangat hidup, hilang rasa percaya diri, trauma dan masih banyak
lagi. Di Indonesia ada beberapa hukum yang mengatur tindak pelecehan seksual salah
satunya diatur dalam KUHP pasal 289-296. Sebenarnya tindak pelcehan seksual dapat
dicegah, salah satunya dari pihak perempuan agar berpakaian yang sopan dan tidak
terbua agar tidak menjadi pemicu tindak pelecehan seksual terjadi.
B. Saran
Untuk mencegah dan mengatasi tindak pelcehan seksual baik yeng terjadi kepada
kaum wanita dewasa, remaja ataupun anak-anak, dibutuhkan perhatian dari berbagai
pihak, tidak hanya pemerintah yang dituntut untuuk memberikan hukuman yang berat
bagi pelaku tindak pelcehan seksual, tetapi juga harus ada kesadaran sendiri dari para
kaum wanita yang cenderung menjadi korban utama pelecehan seksual untuk lebih
berpakaian sopan agar tidak menjadi korban pelecehan seksual.

Anda mungkin juga menyukai