Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang, maka rumusan masalahnya antara lain:
a. Apa definisi filosofi?
b. Apa definisi bidan?
c. Bagaimana filosofi kebidanan?
d. Bagaimana pelayanan dan asuhan dalam kebidanan?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
c. Obscure : Dianggap sebagai hal yang tidak ada sangkut pautnya
dengan kehidupan sehari-hari.
d. Abstrak (tidak jelas) : Filosofi mencoba membangkitkan tingkat
pengertian pada hal tertentu yang dapat dihindari. Bagaimana fakta
bahwa banyak filosofi adalah abstrak tetapi tidak berarti bahwa hal
tersebut tidk ada penerapan yang nyata. (Kania F. Lestari, 2014)
4
pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan
bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat
pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas
penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk
wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya.
Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, persiapan untuk menjadi
orang tua, dan meluar ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga
berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik,
unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan
lainnya.
Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan
internasional yaitu Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui
kongres ICM ke 27 pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia
ditetapkan sebagai berikut:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan
bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki
izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Dari pernyataan di atas, esensi definisi bidan adalah:
a. Pendidikan formal kebidanan = menyelesaikan program
pendidikan bidan yang diakui oleh negara.
b. Registrasi, lisensi dan legislasi = memperoleh kualifikasi dan
diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu.
c. Kemitraan = mengupayakan bantuan medis serta melakukan
tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya
tenaga medik lainnya.
d. Lingkup asuhan = memimpin persalinan atas tanggung jawabnya
sendiri serta asuhan pada bayi baru lahit serta anak. Asuhan ini
termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal ibu dan
5
anak, usaha mendapatkan bantuan medik dan melaksanakan
tindakan kedaruratan di mana tidak ada tenaga medis.
e. Tugas penting
- Pendidikan kesehatan dan konseling utnuk ibu (hamil, bersalin,
nifas BBL), keluarga dan masyarakat.
- Pendidikan antenatal dan persiapan sebagai orang tua.
- Memperluas arena dari kesehatan reproduksi perempuan, KB
dan asuhan anak.
f. Tempat bekerja: rumah, masyarakat, klinik umum/ bersalin, rumah
sakit dan pusat kesehatan lainnya (ICM 2002, Vienna).
2. Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi
untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.
3. Menurut Undang-undang
a. KepPres No 23 tahun 1994 Pasal 1 butir 1 tentang pengangkatan
bidan sebagai pegawai tidak tetap berbunyi: Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti Program Pendidikan Bidan dan
telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
b. KepMenKes No 822/MenKes/SK/IX/1993 pasal 1 butir 1 tentang
penyelenggaraan Program Pendidikan Bidan berbunyi: Bidan
adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus Program
Pendidikan Bidan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
c. Lampiran KepMenKes No 871/MenKes/SK/VIII/1994 tentang
petunjuk teknis pelaksanaan pengangkatan bidan sebagai pegawai
tidak tetap, pada pendahuluan butir c dan pengertian organisasi:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus Program
6
Pendidikan Bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku.
d. PerMenKes No 572/MenKes/Per/VI/1996 pasal 1 ayat 1 tentang
registrasi dan praktek bidan yang berbunyi: Bidan adalah
seseorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan telah lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
e. KepMenKes RI No.900/MenKes/SK/2000 tentang registrasi dan
praktek bidan, pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: Bidan adalah
seseorang wanita yang telah mengikuti dan lulus program
pendidikan bidan dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku.
7
dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan
anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di
rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
(Kania F. Lestari, 2014)
8
1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang undang
maupun peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah
satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara
internasional diakui oleh International Confederation of Midwives
(ICM), International Federation of International Gynecologist and
Obstetritian (FIGO) dan WHO.
2. Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan yang telah
diatur dalam beberapa peraturan maupun Keputusan Menteri
Kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah
bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan Angka
Kematian Ibu, Angka Kematian Perinatal, meningkatkan pelayanan
Kesehatan Ibu Anak, pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang
aman, pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu berhak
untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup
dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan
menopause adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang
membutuhkan intervensi medis.
5. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal.
6. Setiap individu berhak untuk di lahirkan secara sehat, untuk itu
maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, ibu melahirkan dan
ibunya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan
keluarga yang persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
9
8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu,
lingkungan dan pelayanan kesehatan.
9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat.
10. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan
masalah dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan
kebidanan yang profesional dan interaksi sosial serta azas
penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen
secara terpadu.
11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan
kepribadian berlangsung sepanjang hidup manusia perlu
dikembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
10
karena kondisi yang semula normal dapat tiba tiba menjadi tidak
normal.
b. Keyakinan Tentang Perempuan
Bidan yakin bahwa perempuan merupakan pribadi yang unik,
mempunyai hak mengkontrol dirinya sendiri, memiliki kebutuhan,
harapan dan keinginan yang patut dihormati.
c. Keyakinan Mengenai Fungsi dari Profesi dan Pengaruhnya
Fungsi utama asuhan kebidanan adalah memastikan kesejahteraan
perempuan bersalin dan bayinya. Bidan mempunyai kemampuan
mempengaruhi klien dan keluarganya.
d. Keyakinan Tentang Pemberdayaan dan Membuat Keputusan
Bidan yakin bahwa pilihan dan keputusan dalam asuhan kebidanan
patut dihormati. Keputusan yang dipilih merupakan tanggung jawab
bersama antara perempuan, keluarga, dan pemberi keputusan.
e. Keyakinan Tentang Asuhan
Bidan yakin bahwa fokus asuhan kebidanan adalah upaya
pencegahan dan peningkatan kesehatan yang menyeluruh, meliputi
pemberian informasi yang relevan dan objektif, konseling dan
menfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu,
asuhan kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati dan
mengoptimalkan wanita serta keluarganya.
f. Keyakinan tentang Kolaborasi
Bidan meyakini bahwa dalam memberikan asuhan harus tetap
mempertahankan, mendukung dan menghargai proses fisiologi.
Intervensi dan penggunaan teknologi dalam asuhan hanya bedasarkan
indikasi. Bidan adalah praktisi yang mandiri, yang bekerja sama
mengembangkan kemitraan dengan anggota tim kesehatan lainnya.
g. Keyakinan Tentang Fungsi Profesi dan Manfaatnya
11
Bidan meyakini bahwa mengembangkan kemandirian profesi,
kemitraan dan pemberdayaan wanita serta tim kesehatan yang lainnya
selama pemberian asuhan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
12
d. Bidan memahami konsekuensi yang merugikan dalam pelanggaran
kode etik dan akan bekerjasama untuk mengurangi pelanggaran.
e. Bidan berperan serta dalam mengembangkan dan menerapkan
kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan semua wanita dan pasangan usia subur.
2. Layanan Kebidanan Kolaborasi
Layanan kolaborasi merupakan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi
pelayanan yang terlibat (misal: bidan, dokter atau tenaga kesehatan
yang profesional lainnya). Bidan merupakan anggota tim.
3. Layanan Kebidanan Rujukan
Layanan rujukan merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan
dengan menyerahkan tanggung jawab kepada dokter, ahli dan atau
tenaga kesehatan profesional lainnya untuk mengatasi masalah
kesehatan klien diluar kewenangan bidan dalam rangka menjamin
kesejahteraan ibu dan anaknya. Contoh: pelayanan yang dilakukan
bidan ketika menerima rujukan dari dukun, layanan rujukan bidan ke
tempat fasilitas pelayanan kesehatan secara horizontal atau vertikal
atau ke profesi kesehatan yang lain.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan
masyarakat yang meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
1. Peningkatan (promotif): misalnya dapat dilakukan dengan adanya
promosi kesehatan (penyuluhan tentang imunisasi, himbauan
kepada masyarakat untuk pola hidup sehat).
2. Pencegahan (preventif): dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, pemeriksaan Hb, imunisasi bayi,
pelaksanaan senam hamil dan sebagainya.
3. Penyembuhan (kuratif): dilakukan sebagai upaya pengobatan
misalnya dengan pemberian transfusi darah pada ibu dengan
anemia berat karena pendarahan post partum.
13
4. Pemulihan (rehabilitatif): misalnya pemulihan kondisi ibu post
Sectio Caesaria (SC).
14
tersebut adalah onotologi, efistemologi dan aksiologi. Ontologi
merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang menjadi
objek penelaahan (objek ontologi atau objek formal pengetahuan) dan
penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika) dari objek ontologis
atau objek formal tersebut. Efistemologi merupakan azas mengenai
cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi
suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan azas dalam
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disusun dalam tubuh
pengetahuan tersebut.
a. Pendekatan Ontologis
Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan
keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah dalam batas pra
pengalaman (penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (surga
dan neraka) diserahkan ilmunya ke pengetahuan lain. Ilmu hanya
merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan
yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-batas ontologis
tertentu yaitu penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat
benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan ontologis adalah penafsiran
hakekat realitas dari objek ontologis pengetahuan. Penafsiran
metafisik keilmuan harus didasarkan pada karakteristik objek
ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi-deduksi yang dapat
diverifikasi secara fisik yaitu suatu pernyataan dapat diterima
sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melalui
pengkajian/penelitian berdasarkan efistemologis keilmuan.
b. Pendekatan Efistemologis
Landasan efistemologis ilmu tercermin secara operasional
dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan
cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya
berdasarkan:
15
1) Kerangka pemikiran, yang bersifat logis dengan argumentasi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang
telah berhasil disusun.
2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka
pemikiran tersebut.
3) Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk
menguji kebenaran pernyataan secara faktual. Secara akronim
metode ilmiah terkenal sebagai logica-hypotetico-verifikatif
atau deducto-hypotetic-verifikatif.
16
sosial. Nilai internal berkaitan dengan wujud dan kegiatan ilmiah
dalam memperoleh pengetahuan tanpa mengesampingkan fitrah
manusia. Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai yang berkaitan
dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Nilai sosial menyangkut
pandangan masyarakat yang menilai keberadaan suatu pengetahuan
dan profesi tertentu. Oleh karena itu, kode etik profesi merupakan
suatu persyaratan mutlak bagi keberadaan suatu profesi. Kode etik
profesi ini pada hakekatnya bersumber dari nilai internal dan
eksternal dari suatu disiplin keilmuan. Bangsa Indonesia
berbahagia karena kebidanan sebagai suatu profesi dibidang
kesehatan telah memiliki kode etik yang mutlak diaplikasikan ke
dalam praktik klinik kebidanan.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan
untuk keuntungan/berfaedah bagi manusia. Dalam hal ini ilmu
dapat dimanfaatkan sebagai saran atau alat dalam meningkatkan
taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia,
martabat manusia dan kelestarian/keseimbangan alam. Untuk
kepentingan manusia tersebut maka pengetahuan ilmiah yang
diperoleh dan disusun merupakan milik bersama, dimana setiap
orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya.
Universal berarti ilmu tidak mempunyai konotasi parokial seperti
ras, ideologi atau agama.
Pendekatan ontologis, aksiologis dan efistemologis
memberikan 18 azas moral yang terkait dengan kegiatan keilmuan.
Keseluruhan azas moral ini pada hakekatnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu kelompok azas moral yang membentuk
tanggung jawab profesional dan kelompok tanggung jawab sosial.
Tanggung jawab profesional ditujukan kepada masyarakat
ilmuwan dalam mempertanggung jawabkan moral yang berkaitan
dengan landasan efistemologis. Sedangkan tanggung jawab sosial
17
yakni pertanggung jawaban ilmuwan terhadap masyarakat yang
menyangkut azas moral mengenai pemilihan etis terhadap objek
penelaahan keilmuwan dan penggunaan pengetahuan ilmiah.
2. Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan
Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan
lainnya ditopang oleh berbagai disiplim keilmuan yang telah jauh
berkembang, sehingga dalam perjalanan mulai dipertanyakan identitas
dirinya sebagai satu disiplin keilmuan yang mandiri. Yang sering
dipertanyakan pada pengetahuan kebidanan (Midwifery Knowledge)
terutama berfokus kepada tubuh pengetahuan kebidanan untuk
bereksistensi sebagai satu disiplin keilmuan yang mandiri. Lebih lanjut
sering dipertanyakan adalah ciri-ciri atau karakteristik yang
membedakan pengetahuan kebidanan dengan ilmu yang lain.
Berdasarkan komponen hakekat ilmu, maka setiap cabang
pengetahuan dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa
yang diketahui (ontologi), bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh
dan disusun (efistemologi) serta nilai mana yang terkait dengan
pengetahuan tersebut (aksiologi). Oleh karena serta itu pengetahuan
ilmiah mempunyai landasan ontologi, efistemologi dan aksiologi yang
spesifik bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan secara umum
dikelompokkan sebagai pengetahuan ilmiah apabila dapat memenuhi
persyaratan ontologi, efistemologi dan aksiologi keilmuan.
Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi
menjadi tiga tingkatan karakteristik, yaitu:
a. Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang
bersifat keilmuan.
b. Bersifat genetik artinya mencirikan segolongan tertentu dari
pengetahuan ilmiah.
c. Bersifat spesifik artinya memiliki ciri-ciri yang khas dari sebuah
disiplin ilmu yang membedakannya dengan ilmu disiplin yang lain.
18
3. Tubuh Pengetahuan Kebidanan
Disiplin keilmuan kebidanan mempunyai karakteristik dan
spesifikasi baik objek forma maupun objek materia. Objek forma
disiplin keilmuan kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada
objek penelaahan dalam batas ruang lingkup tertentu. Objek forma dari
disiplin keilmuan kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan
reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa
tuanya (late menopause) termasuk berbagai implikasi dalam siklus
kehidupannya.
Objek materi disiplin keilmuan kebidanan adalah substansi dari
objek penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek materia dalam disiplin
keilmuan adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak bawah lima
tahun (balita) dan wanita secara utuh/holistik dalam siklus
kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda,
dewasa, lansia dini dan lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan
reproduksi.
Berdasarkan pikiran dasar, objek forma dan objek materia,
disusunlah tubuh pengetahuan kebidanan (body of knowledge) yang
dikelompokkan menjadi empat:
a. Ilmu dasar
Anatomi, Psikologi, Mikrobiologi dan Parasitologi, Patofisiologi,
Fisika, dan Biokimia.
b. Ilmu-ilmu sosial
Pancasila dan Wawasan nusantara, Bahasa Inggris, Antopologi,
Administrasi dan Kepemimpinan, Pendidikan (prinsip belajar dan
mengajar), Bahasa Indonesia, Sosiologi, Psikologi, Ilmu
Komunikasi, dan Humaniora.
c. Ilmu terapan
19
Kedokteran, Farmakologi, Epidemiologi, Statistik, Teknik
Kesehatan Dasar, Paradigma Sehat, Ilmu Gizi, Hukum Kesehatan,
Kesehatan Masyarakat, dan Metode Riset.
d. Ilmu kebidanan
- Dasar-dasar kebidanan (perkembangan kebidanan, registrasi
dan organisasi, organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)
- Teori dan model konseptual kebidanan
- Siklus kehidupan wanita
- Etika kebidanan
- Pengantar kebidanan profesionalisme (Konsep Kebidanan,
Definisi dan Lingkup Kebidanan, dan Manajemen Kebidanan)
- Teknik dan prosedur kebidanan
- Asuhan kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduki
(berdasarkan siklus kehidupan manusia dan wanita)
- Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
- Legilasi kebidanan
- Praktik klinik kebidanan (Amelia S., 2013)
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa Yunani philosophy berasal dari dua kata
yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada)
dan sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman praktis,
intelegensi). Filsafat secara keseluruhan dapat diartikan cinta
kebijaksanaan atau kebenaran. Bidan adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik bidan. Sehingga filosofi kebidanan merupakan keyakinan yang
dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam
memberikan asuhan kebidanan. Filosofi memberikan dasar pada bidan
berupa kepercayaan dalam bentuk asuhan yang mencirikan suatu
keyakinan dan telah diakui sebagai suatu praktik kebidanan.
Keyakinan/pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai
kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kepada klien antara lain:
Keyakinan Tentang Kehamilan dan Persalinan, Keyakinan Tentang
Perempuan, Keyakinan Mengenai Fungsi dari Profesi dan Pengaruhnya,
Keyakinan Tentang Pemberdayaan dan Membuat Keputusan, Keyakinan
Tentang Asuhan, Keyakinan tentang Kolaborasi, dan Keyakinan Tentang
Fungsi Profesi dan Manfaatnya.
3.2 Saran
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Sumiaty & Niluh Nita Silfia. 2014. Konsep Kebidanan. Bogor: In Media
23