Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurul Kartika Handayani

NPM :260110140013

Soal:

1. Sebutkan macam macam bakteri yang ada di permukaan kulit!


2. Prosedur isolasi dari kulit?
3. Gambarkan perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif
4. Contoh antibiotik topikal untuk infeksi kulit?
5. Contoh penyakit infeksi kulit?

Jawab:

1. Macam macam bakteri yang ada di permukaan kulit yaitu:


Sebagian besar dari mikrobiota normal kulit adalah bakteri gram positif batang
pleomorfik disebut yaitu difteroid. Beberapa difteroid, seperti Propionibacterium
acnes, yang bersifat anaerobik biasanya menghuni folikel rambut. Pertumbuhannya
dibantu oleh sekresi kelenjar minyak (sebum), yang merupakan timbulnya suatu akne.
Bakteri difteroid lain, seperti Corynebacterium xerosis tumbuh secara aerob dan
menempati permukaan kulit. Mikroba lainnya, seperti Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes, dan Pseudomonas aeruginosa, mungkin ditemukan
berkolonisasi sementara pada kulit dalam kondisi normal (Sudigdoadi, 2015).
Bakteri Gram negatif terdapat hanya sebagian kecil dibandingkan bakteri kulit
yang lain. Beberapa bakteri gram-negatif, terutama Acinetobacter, juga ditemukan
berkolonisasi di kulit. Bakteri-bakteri tersebut banyak terdapat di daerah lembat yaitu
di intertriginosa, seperti sela-sela jari kaki dan aksila, bukan pada kulit kering.
Enterobacter, Klebsiella, Escherichia coli, dan Proteus spp. adalah organisme Gram-
negatif dominan ditemukan pada kulit. Acinetobacter spp juga terjadi pada kulit
individu normal di daerah intertriginosa yang lembab (Sudigdoadi, 2015).
2. Prosedur isolasi dari kulit:
- Cawan petri yang berisi medium Nutrien Agar (NA) diberi label masing-masing
sesuai perlakuan
- Kemudian dengan menggunakan swab, dilakukan pengambilan bakteri pada kulit
- Sebelum dilakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan
menggunakan alkohol 70%
- Setelah itu masing-masing sampel dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
berisi NA
- Memfiksasi pinggiran cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat pada
pinggiran cawan petri mati
- Kemudian membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu
menginkubasi ke dalam inkubator selama 24-28 jam
- Mengamati perubahan yang terjadi
(Dirga, 2012).
3. Perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif

(Pelczar, 1988).
(Hikmat, 2015).
4. Contoh antibiotik topikal untuk infeksi kulit yaitu golongan:
- Eritromisin
Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid dan efektif baik untuk
kuman gram positif maupun gram negatif. Antibiotika ini dihasilkan oleh
Streptomyces erythreus dan digunakan untuk pengobatan akne. Eritromisin
tersedia dalam sediaan solusio, gel, pledgets dan salep 1,5 %- 2% sebagai bahan
tunggal. Juga tersedia dalam sediaan kombinasi dengan benzoil peroksida, yang
dapat menghambat resistensi antibiotika terhadap eritromisin (Bonner, 2008).
- Klindamisin
Klindamisin adalah antibiotika linkosamid semisintetik yang diturunkan dari
linkomisin. Mekanisme kerja antibiotika ini serupa dengan eritromisin, dengan
mengikat ribosom 50S dan menekan sintesis protein bakteri. Klindamisin
digunakan secara topikal dalam sediaan gel, solusio, dan suspensi (lotio) 1% serta
terutama untuk pengobatan akne (Bonner, 2008).
- Metronidasol
Metronidasol, suatu topikal nitroimidasol, saat ini tersedia dalam bentuk gel,
lotio, dan krim 0,75%, serta sebagai krim 1% untuk pengobatan topikal pada
rosasea. Pada konsentrasi ringan, obat dipakai 2 kali sehari, sedangkan pada
konsentrasi yang lebih tinggi obat dipakai sekali sehari. Metronidasol oral
memiliki aktifitas broad-spectrum untuk berbagai organisme protozoa dan
organisme anaerob. Mekanisme kerja metronidasol topikal di kulit belum
diketahui; diduga efek antirosasea berhubungan dengan kemampuan obat sebagai
antibiotika, antioksidan dan anti-inflamasi (Bonner, 2008).
- Asam Azelaik
Asam Azelaik adalah suatu asam dikarboksilik yang ditemukan pada makanan
(sereal whole-grain dan hasil hewan). Secara normal terdapat pada plasma
manusia (20-80 ng/mL), dan pemakaian topikal tidak mempengaruhi angka ini
secara bermakna. Mekanisme kerja obat ini adalah menormalisasi proses
keratinisasi (menurunkan ketebalan stratum korneum, menurunkan jumlah dan
ukuran granul keratohialin, dan menurunkan jumlah filagrin (Bonner, 2008).
- Mupirosin
Mupirosin, yang dahulu dikenal sebagai asam pseudomonik A adalah
antibiotika yang diturunkan dari Pseudomonas fluorescens. Obat ini secara
reversibel mengikat sintetase isoleusil-tRNA dan menghambat sintesis protein
bakteri. Aktifitas mupirosin terbatas terhadap bakteri gram positif, khususnya
staphylococcus dan streptococcus. Aktifitas obat ini meningkatkan suasana asam
(Bonner, 2008).
5. Contoh penyakit infeksi kulit?
- Selulitis dan erisipelas
Streptococcus pyogenes adalah penyebab utama dari selulitis, yaitu suatu
peradangan difus jaringan ikat longgar, terutama jaringan subkutan. Bakteri
menembus permukaan kulit, dan infeksi menimbulkan edema jaringan. Selulitis
mungkin hanya seperti kulit normal, namun, lesi selulitis berupa eritema, edema,
keras, atau lunak, dengan batas-batas yang tidak tegas. Tidak ada perbedaan yang
tegas antara selulitis akibat streptokokus dan erisipelas. Secara klinis, erisipelas
lebih dangkal, dengan batas tegas dan lesi biasanya terdapat di pipi (Brown,2005).
- Impetigo
Tiga bentuk impetigo dikenali berdasar klinis, bakteriologis, dan histologis. Lesi
impetigo pada umumnya superfisial disebabkan oleh Streptococcus -hemolitik grup A,
S aureus, atau keduanya. Bentuk impetigo ini adalah infeksi kulit yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Impetigo pada bayi sangat kontagius dan memerlukan
pengobatan yang tepat. Lesi impetigo bulosa selalu disebabkan oleh S aureus,
superfisial dan berdinding tipis (Brown,2005).

(Brown,2005).

- Folikulitis
Folikulitis dapat dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan lokasi
histologis: superfisial dan profunda. Bentuk folikulitis superfisial disebabkan oleh
stafilokokus, berupa pustula eritematosa kecil pada folikel tanpa kelainan kulit di
sekitarnya. Biasanya paling sering mengenai kulit kepala dan ekstremitas.
Folikulitis yang disebabkan bakteri Gram-negatif terjadi terutama sebagai akibat
superinfeksi pada acne vulgaris yang mendapat terapi antibiotik sistemik jangka
panjang. Pustula ini sering didapat bergerombol di sekitar hidung dan bakteri
ditemukan dalam lubang hidung dan pustula. Folikulitis yang disebabkan
Propionibacterium acnes sering salah didiagnosis sebagai folikulitis stafilokokus.
Lesi primer berupa pustula folikular berwarna putih sampai kuning, datar atau
seperti kubah. Furunkel adalah infeksi stafilokokus dari folikel pada jaringan
subkutan yang biasanya mengenai bagian berbulu atau daerah yang terkena gesekan
dan maserasi. Karbunkel adalah beberapa furunkel yang bersatu yaitu berupa lesi
yang indurasi besar dan nyeri (Brown,2005).
- Staphylococcal scalded skin syndrome
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS), disebut juga penyakit Lyell atau
nekrolisis epidermal toksik, dimulai berupa lesi lokal, yang selanjutnya diikuti
dengan eritema yang meluas dan pengelupasan kulit. Sindroma ini disebabkan oleh
staphylococcus faga grup II yang mengeluarkan toksin epidermolitik. Penyakit ini
lebih sering terjadi pada bayi dibandingkan pada orang dewasa (Brown,2005).
- Eritrasma
Eritrasma adalah, infeksi superfisial kronis pada aksila, pubis, selangkangan,
sela jari kaki, dan lipatan mammae. Kebanyakan lesi tidak menunjukkan gejala,
tetapi beberapa memberi gejala ringan dengan rasa terbakar dan gatal-gatal. Lesi
tidak teratur, kering dan bersisik; awalnya merah muda dan kemudian menjadi
coklat. Bentuk yang lebik luas lebih sering terjadi pada iklim hangat. Penyebab
kelainan ini adalah Corynebacterium minutissimum. yaitu bakteri berbentuk batang
Gram positif, tidak berspora, tumbuh aerobik atau fakultatif anaerob. Dengan
menggunakan sinar Wood pada lesi akan tampak fluoresensi merah koral dan ini
adalah diagnostik untuk eritrasma yang disebabkan oleh C. Minutissimum
(Brown,2005).
Sumber:

Bonner M, Benson P, James W. 2008. Topical Antibiotics. Fitzpatricks Dermatology in


general medicine, 7th ed. New York: McGraw-Hill
Brown, RG dan Tony Burns. 2005. Dermatologi. Edisi 8. Jakarta : Erlangga.
Dirga,Arwi.2012.petunjuk praktikum mikrobiologi.surabaya: univeristas airlangga.
Hikmat. 2015. Perbedaan Gram Positif dan Gram Negatif. Available online at:
http://kliksma.com/2015/05/perbedaan-gram-positif-dan-gram-negatif.html (diakses
pada tanggal 22 Mei 2016).
Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar Dasar Mikrobiologi, Jakarta : UI Press.
Sudigdoadi Sunaryati. 2015. MIKROBIOLOGI PADA INFEKSI KULIT. Available online at:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/Mikrobiologi-Infeksi-pada-
Kulit-Perdoski.pdf (diakses pada tanggal 22 Mei 2016).

Anda mungkin juga menyukai