Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas
inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka
derita.
Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa
mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan
standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu
persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.
Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses pengobatan
pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang
bersangkutan.
Pada kasus kali ini, penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter
Bagus, seorang dokter yang mendedikasikan diri pada pelayanan pada orang kecil di daerah
terpencil.
Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah Totalitas seorang
dokter dalam pelayanannya.
Penulis memilih rumusan masalah ini karena rumusan ini sudah mencakup banyak aspek
yang menjadi masalah atau kendala dalam pelayanan sang dokter di tempat tugasnya,
sehingga mudah untuk dijabarkan atau dijelaskan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKRIDA dapat memahami dengan sungguh dan mampu menerapkan kaidah bioetik seperti
Beneficence, Non - Malficence, Autonomy dan Justice apabila sudah terjun kedunia kerja
yang sesungguhnya.
PEMBAHASAN
Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak defenisi dan paham mengenai
bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat pendapat
ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu bioetika.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk
digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima Facie.
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar
moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:
Beneficence
Non - Maleficence
Justice
Autonomi
2.2.1 Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan
terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence
menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.
Mengutamakan Alturisme
suatu keburukannya
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri,
hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga
desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana
kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak
menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas
waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan
niatnnya untuk menolong pasien dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.
Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah
Beneficence.
2. Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut
Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang
berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat
3. Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar
Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan
agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan
diterima pasien.
4. Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan
cara membuat air oralit pada ibu ini kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu,
5. Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar
anak bapak tidak terlalu menderita kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada
Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar
telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini
dokter Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab
7. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun
dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun
belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang
Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap
Menghindari misrepresentasi
1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah
satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk
kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda
tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter
Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada
orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda
tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia
adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan
suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal
untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa
akibat pendarahan.
2.2.3 Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap
individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib
sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan
membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip prinsip
sebagai berikut:
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu
berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering
mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat
Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan
pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap
menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari
ibu tersebut
Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu
sendiri.
3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk
Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien,
apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan
prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus
2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan
sebagainya
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan
2. Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan
cara membuat air oralit pada ibu ini kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan
prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
3. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia
akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).
Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi
PENUTUP
3. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter
ada di dalam kaidah bioetika kedokteran, yaitu beneficence, non maleficence, justice dan
autonomi.
Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk kesembuhan
dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien dalam keadaan
darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan keadilan baik untuk
pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut prinsip autonomi,
penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam
terciptanya situasi yang, baik bagi hubungan pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta:
EGC.
2. 2. Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika,
Humaiora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
Abstract
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kloning menimbulkan kontroversi, terutama
yang bersangkutan dengan kloning manusia. Isu yang mengedepan dan menjadi perdebatan
pada forum internasional adalah apakah larangan terhadap kloning manusia bersifat mutlak
atau terbatas pada kloning reproduktif manusia. Kloning manusia diidentifikasi menimbulkan
beberapa masalah, baik masalah etika dan moral, masalah ilmiah, serta masalah sosial.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Perlukah hukum pidana digunakan untuk
membatasi penggunaan teknologi kloning? (2) Bagaimana formulasi tindak pidana tentang
kloning manusia? Penelitian ini ditujukan untuk: (1) mencari landasan untuk menetapkan
kebijakan hukum pidana di bidang kloning manusia; (2) merumuskan formulasi tindak
pidana kloning reproduktif manusia dalam perundang-undangan pidana Indonesia. Penelitian
ini merupakan penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan yuridis
normatif. Bahan penelitian meliputi, bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan
hukum diperoleh dengan studi dokumen. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data
sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
yang bersifat kualitatif. Kesimpulan ditarik secara deduktif. Simpulan yang dapat ditarik
adalah: (1) Kloning reproduksi manusia merupakan suatu permasalahan sosial yang perlu
ditanggulangi oleh hukum pidana. Analisis terhadap perkembangan teknologi cloning
(SCNT), perspektif nilai (agama, bioetika dan biomedis, HAM), serta kecenderungan
internasional menunjukkan bahwa: (a) Teknologi kloning (SCNT) diidentifikasi bertentangan
dengan tujuan pembangunan nasional; (b) dari perspektif agama, bioetika dan biomedis, serta
hak asasi manusia, kloning reproduksi manusia tidak dapat diterima; (c) Analisis dari aspek
untung dan rugi kerugian potensial lebih banyak dibandingkan manfaat potensial yang
didapat; (d) Kriminalisasi terhadap kloning reproduksi manusia tidak secara signifikan
menambah beban aparat penegak hukum; (e) Masyarakat internasional sepakat menolak
kloning reproduksi manusia dan terhadap kloning terapeutik tidak ada keseragaman pendapat.
(2) Formulasi tindak pidana kloning manusia dalam perundang-undangan pidana Indonesia
terbatas pada kloning reproduksi manusia (reproductive cloning of human beings).
Kriminalisasi kloning reproduksi manusia terutama untuk melindungi kepentingan hukum
klon, donor dan sumber sel somatic, wanita sebagai donor ovum maupun surrogate mother.
Kata kunci: kebijakan hukum pidana, kloning reproduktif manusi
Bioetika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata Yunani (bios = hidup
dan ethos = adat istiadat atau moral), yang secara harfiah berarti etika hidup. Bioetika dapat
dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk mempertahankan hidup dan terpusat pada
penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk memperbaiki mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas,
bioetika adalah penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan
bidang-bidang terkait.
Sebagai sebuah etika rasional, bioetika bertitik tolak dari analisis tentang data-data ilmiah,
biologis, dan medis. Keabsahan campur tangan manusia dikaji. Nilai transendental manusia
disoroti dalam kaitan dengan sang pencipta sebagai pemegang nilai mutlak. Terkadang, istilah
bioetika juga digunakan untuk mengganti istilah etika medis, yang mencakup masalah etis
tentang ilmu-ilmu biologis seperti penyelidikan tentang hewan, serta usaha-usaha manipulasi
spesies-spesies bentukan genetik non manusiawi. Acap kali, penggunaan istilah bioetika dan
etika medis saling dipertukarkan.
Dalam kajian ini, biologi, bioteknologi, ekologi, pertanian, kedokteran, politik, hukum, dan
filsafat dimanfaatkan sebagai bahan baku perdebatan. Termasuk dalam pertanyaan-
pertanyaan tersebut misalnya adalah definisi kematian, eutanasia dan hak untuk mati, pinjam-
meminjam rahim, pemanfaatan gen organisme asing dalam tanaman pangan atau tanaman
ekonomis lain, pemanfaatan benih dan tanaman obat dari masyarakat asli oleh organisasi
multinasional, pembajakan biologis (biopiracy), dan penggunaan senjata biologi.
Sejarah Terminologi
Istilah bioetika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1927 oleh Fritz Jahr, yang "diharapkan
banyak menyumbang berbagai argumentasi dan diskusi dalam penelitian biologi kontemporer
yang melibatkan hewan" dalam suatu artikel tentang "keniscayaan bioetika." Saat itu ia
mengisyaratkan penggunaan bagi isu-isu ilmiah hewan dan tumbuhan. Pada tahun 1970, ahli
biokimia Amerika Van Rensselaer Potter juga menggunakan istilah tersebut dengan makna
yang lebih luas, yang mencakup solidaritas terhadap biosfer, sehingga menghasilkan etika
global, suatu disiplin yang mewakili hubungan antara biologi, kedokteran, ekologi, dan nilai-
nilai kemanusiaan dalam rangka mencapai kelangsungan hidup baik manusia dan spesies
hewan lainnya.
Walaupun mungkin masih merupakan suatu istilah yang baru bagi kebanyakan orang,
bioetika kini telah menjadi semacam gerakan baru yang melanda seluruh dunia. Kehadiran
dan urgensinya tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahun, khususnya biologi
dan ilmu kedokteran yang menimbulkan masalah-masalah etis yang luar biasa.
Bioetika merupakan suatu disiplin keilmuan yang baru, yang merupakan kombinasi antara
pengetahuan hayati (biologi) dengan pengetahuan sistem nilai manusia. Definisi ini sekaligus
memberikan pula tujuan bioetika, yaitu membangun jembatan antara ilmu pengetahuan dan
humaniora (kemanusiaan), membantu kemanusiaan untuk tetap selamat dan lestari, serta
menyempurnakan dunia beradab.
Teori Bioetika
Banyak pakar yang merumuskan teori bioetika, seperti Beauchamp dan Childress:
4. Keadilan
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai
moral.
Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan Bertens sebagai
berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh
perkembanagn di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun pada
skala makro, lagipula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan
masa mendatang.
Bidang cakupan bioetika telah mencapai berbagai penelitian pada manusia, mulai dari
perdebatan tentang batas-batas kehidupan, misalnya aborsi, eutanasia, pembedahan dengan
alokasi sumber daya perawatan kesehatan terbatas (misalnya donasi organ) benar-benar dapat
menolak perawatan medis untuk alasan agama atau budaya. Ahli bioetika sering berselisih
paham di antara mereka sendiri atas batas yang tepat dari disiplin mereka, serta
memperdebatkan apakah evaluasi etis atas fakta-fakta biologi dan kedokteran yang tersedia
harus mempertimbangkan semua pertanyaan yang melibatkan, atau hanya sebagian dari
pertanyaan-pertanyaan ini. Beberapa ahli bioetika cenderung mempersempit evaluasi etis
hanya untuk moralitas perawatan medis atau inovasi teknologi, dan waktu pengobatan
manusia. Yang lainnya akan memperluas lingkup evaluasi etis untuk memasukkan moralitas
semua tindakan yang mungkin bisa membantu atau membahayakan organisme yang mampu
merasa takut. Di bidang pemanfaatan sumber daya hayati, berkembang pula produk teknologi
organisme termodifikasi genetik organisme transgenik yang dalam penggunaannya
memerlukan pengkajian dan peraturan/regulasi yang hati-hati karena adanya isu keamanan
hayati dan keamanan pangan yang melekat padanya. Dengan demikian, dibentuk komite
bioetika Indonesia.